Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kusta (Lepra) adalah infeksi kronis akibat Mycobacterium Lepra
yang bersifat intraselular obligat. Disebut juga Morbus Hansen.
Mycobacterium Lepra merupakan basil tahan asam, obligat intraseluler yang
dapat bereproduksi secara maksimal pada suhu 27-300C. Mikroba ini
berkembang biak dengan baik pada jaringan dengan suhu rendah, seperti kulit,
saraf perifer, salauran pernapasan atas dan testis (Tanto, 2014).
Jalur transmisinya masih belum jelas, diperkirakan transmisi melalui
droplet, vektor serangga atau kontak dengan tanah dengan mikroba yang
bersangkutan. Faktor risiko penyakit ini antara lain tinggal di area endemis,
kontak dengan pengidap Lepra dan kemiskinan (Tanto,2014).
Penyakit kusta (Lepra) banyak ditemukan dinegara berkembang seperti
India, China, Myanmar, Indonesia, Brazil dan Nigeria. Setiap tahunnya
terdapat 600.000 kasus baru dengan total sebanyak 1,5-8 juta kasus di seluruh
dunia. Penyakit ini berhubungan dengan tingkat kemiskinan,daerah pedesaan
dan penyakit HIV (Tanto, 2014).
Data penderita kusta di Kota Cirebon menunjukan, selalu muncul kasus
baru setiap tahunnya. Dalam wilayah kerja Puskesmas Cangkol terdapat
peningkatan kasus baru penderita kusta pada tahun 2015 dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya, yakni bertambah hingga 5 orang.
Berdasarkan paparan diatas yang menunjukan bahwa target pencapaian
masih belum terpenuhi. Oleh karena itu, kami mengangkat masalah ini dengan
judul Analisis Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang Penyakit Kusta di
Wilayah Puskesmas Cangkol tahun 2016.
B. Tujuan Praktek Belajar Lapangan
1. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit
kusta di Wilayah Puskesmas Cangkol.
2. Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penyakit kusta di
Wilayah Puskesmas Cangkol.
3. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Wilayah Puskesmas
Cangkol.
2

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Keadaan Geografi

Puskesmas Cangkol terletak di Jl. Yos Sudarso Gg Borsumay Kota


Cirebon, wilayah kerja adalah Kelurahan Lemahwungkuk. Dengan luas
wilayah sebesar 5.395 Km2 mencakup 6 RW yang terdiri dari 44 RT. Dengan
batas Wilayah Kelurahan Lemahwungkuk adalah :
a) Sebelah Barat : Kelurahan Pekalipan
b) Sebelah Timur : Laut Jawa
c) Sebelah Selatan : Kelurahan Kasepuhan
d) Sebelah Utara : Kelurahan Panjunan
3

Lokasi Puskesmas Cangkol mudah terjangkau dengan sarana tranportasi


yang ada. Kebanyakan penduduk yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Cangkol bekerja sebagai nelayan, pedagang, kuli bangunan, jasa angkutan dan
lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 :Luas Desa dan Kepadatan Penduduk

di Wilayah Kerja Puskesmas Cangkol Tahun 2015

LUAS KEPADATAN
NO NAMA RW PENDUDUK
( km ) ( orang / km )
1 Lemahwungkuk 0,45 642 1426,6
2 Kaprabonan 1,505 963 639,86
3 Pengampon 0,599 1.084 1809,6
4 Cangkol Utara 1,349 2.615 1938,4
5 Cangkol Tengah 0,899 2.805 3120
6 Cangkol Selatan 0,593 2.356 3973
Jumlah 5,395 9464 1754

Sumber Data : Laporan Kelurahan Lemahwungkuk 2015

B. Keadaan Demografi

Puskesmas Cangkol terletak di Jl. Yos Sudarso Gg.Borsumay Kota


Cirebon, wilayah kerja adalah Kelurahan Lemahwungkuk. Dengan luas
wilayah sebesar 5.395 Km2 mencakup 6 RW yang terdiri dari 44 RT. Dengan
jumlah peduduk tahun 2015 sebanyak 10456 jiwa, jumlah penduduk Lakilaki
5.207 jiwa dan jumlah penduduk Perempuan 5.258 jiwa. Kepadatan
penduduk di Kelurahan Lemahwungkuk sebesar 15696 jiwa per km2.

Tabel 2 :Data Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin


di Wilayah kerja Puskesmas Cangkol tahun 2015

NO NAMA RW Laki- laki Perempuan Jumlah Jml KK


1 Lemahwungkuk 296 346 642 354
4

2 Kaprabonan 479 484 963 325

3 Pengampon 516 568 1.084 395

4 Cangkol Utara 1.332 1.283 2.615 448

5 Cangkol Tengah 1.410 1.395 2.805 698

6 Cangkol Selatan 1.174 1.182 2.356 766

Jumlah 4714 4750 9464 2.986

Sumber : Data proyeksi Kelurahan Lemahwungkuk Kota Cirebon 2015

Tabel 3 : Data Jumlah Penduduk berdasarkan Golongan Umur

di Wilayah Kerja Puskesmas Cangkol tahun 2015

PENDUDUK
NO USIA
L P JML

1 00-04 371 342 713

2 05-09 446 433 879

3 10-14 465 425 890

4 15-19 452 425 899

5 20-24 416 447 858

6 25-29 421 442 854


5

7 30-34 509 433 1.013

8 35-39 459 504 907

9 40-44 405 346 751

10 45-49 312 339 651

11 50-54 259 286 545

12 55-59 237 243 480

13 60-64 186 185 371

14 65-69 108 139 247

15 70-74 73 112 185

16 .>75 88 134 22

JUMLAH 5.027 5.258 10.465

Sumber Data : Proyeksi Kelurahan Lemahwungkuk Kota Cirebon


2013

C. Keadaan Sosial Ekonomi

Menurut kepala Puskesmas Cangkol, di wilayah tersebut keadaan


ekonominya masih rendah padahal sudah masuk kota. Kebanyakan penduduk
yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Cangkol bekerja sebagai nelayan,
pedagang, kuli bangunan, jasa angkutan dan lain-lain.
6

BAB III

PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN

A. Derajat Kesehatan Masyarakat

1. MORTALITAS (ANGKA KEMATIAN)

Salah satu indikator penting untuk mengukut tingkat derajat kesehatan


masyarakat adalah angka Kematian (mortalitas). Dimana indikator ini
menunjukkan tingkat kesehatan, mutu pelayanan kesehatan serta kondisi
sosial ekonomi masyarakat.

a) Angka Kematian Bayi ( AKB )

Berdasarkan data yang diperoleh dari UPTD Puskesmas Cangkol


tahun 2014 menunjukkan bahwa terdapat kematian 4 Neo dan 2 bayi
dari 143 kelahiran hidup Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat
AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan.
Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan
kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat
untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam
bidang kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
tingkat AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi
7

gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan


kesehatan masyarakat.

b) Angka Kematian Ibu Maternal ( AKI )

Angka Kematian Ibu Maternal diperoleh berbagai survei yang


dilakukan secara khusus. Dengan dilaksanakannya Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI), maka cakupan wilayah penelitian AKI menjadi lebih luas
dibanding survei sebelumnya.Berdasarkan data yang ada di Puskesmas
Cangkol selama tahun 2014 tidak terdapat kematian maternal.

2. MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN)

Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari


masyarakat (community bases data) yang dapat diperoleh dengan melalui
studi morbiditas dan hasil pengumpulan data dari Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).

a) Penyakit Menular

Penyakit menular yang disajikan dalam profil kesehatan Puskesmas


Cangkol antara lain penyakit Malaria, TB Paru, HIV/AIDS, Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA ).

1) Penyakit Malaria

Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di


Indonesia, perkembangan penyakit Malaria dipantau melalui Annual
Parasite Incidence(API). Di wilayah UPTD Puskesmas Cangkol masih
relatif aman terhadap penyakit malaria, 5 tahun terakhir belum
ditemukan penyakit Malaria di wilayah UPTD Puskesmas Cangkol.
8

2) Penyakit TB Paru

Menurut hasil Surkesnas 2001, TB Paru menempati urutan ke 3


penyebab umum, selain menyerang paru, Tuberculosis dapat
menyerang organ lain (extra pulmonary).Berdasarkan data kompilasi
dari programer TB Paru UPTD Puskesmas Cangkol, pada tahun 2014
jumlah BTA (+) sebanyak 9 orang,dilakukan pengobatan dan yang
sembuh sebanyak 6 orang penderita tahun 2014 dan 3 orang tahun
2013

3) Penyakit HIV/AIDS

Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan


peningkatan, meskipun berbagai upaya pencegahan dan
penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas
penduduk antar wilayah, menyebarnya sentrasentra pembangunan
ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak
aman dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan,
secara simultan telah memperbesar tingkat resiko penyebaran
HIV/AIDS. Saat ini Indonesia telah digolongkan sebagai negara
dengan tingkat epidemi yang terkonsentrasi, yaitu adanya prevalensi
lebih dari 5 % pada sub populasi tertentu, misal pada kelompok
pekerja seksual komersial dan penyalah guna NAPZA. Tingkat
epidemi ini menunjukkan tingkat perilaku berisiko yang cukup aktif
menularkan ini dalam suatu sub populasi tertentu.Jumlah penderita
HIV AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es, yaitu
jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil dari jumlah yang
sebenarnya. Hal ini berarti bahwa jumlah Penderita HIV/AIDS di
Indonesia yang sebenarnya belum diketahui dengan pasti.Di wilayah
UPTD Puskesmas Cangkol pada tahun 2014 dilaporkan tidak terdapat
penderita HIV/AIDS.

4) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)


9

Infeksi Saluran Pernafanan Akut merupakan penyakit rakyat yang


kasusnya tinggi dan menempati 10 penyakit terbanyak di Puskesmas
Cangkol. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) masih merupakan
penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. ISPA
sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita diduga karena
pneumonia dan merupakan penyakit yang akut dan kualitas
penatalaksanaannya yang masih belum memadai.

5) Penyakit Kusta

Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta pada


pertemuan kusta tahun 2000, sampai saat ini penyakit kusta masih
menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti dari
masih tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia dan Indonesia
merupakan negara dengan urutan ke3 penderita terbanyak di dunia.
Penyakit kusta dapat mengakibatkan kecacatan pada penderita.
Masalah ini diperberat masih tingginya stigma dikalangan masyarakat
dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini sebagian dari penderita
dan mantan penderita dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses
pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada
meningkatnya angka kemiskinan. Pada tahun 2014 jumlah penderita
kusta di wilayah UPTD Puskesmas Cangkol sebanyak 20 penderita,
jumlah penderita kusta terbanyak terdapat di Desa Kotah yaitu sebesar
11 penderita).

b) Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat


diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi, pada profil
kesehatan ini akan dibahas penyakit Tetanus Neonatorum, Campak,
Difteri, Pertusis dan Hepatitis B.

1) Tetanus Neonatorum
10

Kasus Tetanus Neonatorum sangat erat kaitannya dengan proses


terjadinya persalinan bagi ibu, kebersihan pada waktu pertolongan
sangatlah penting untuk dilakukan selain imunisasi TT pada ibu
hamil.Pada tahun 2014 dilaporkan tidak terjadi kasus Tetanus
Neonatorum di wilayah UPTD Puskesmas Cangkol.

2) Campak

Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan


kejadian luar biasa.

3) Difteri

Difteri adalah penyakit menular yang dapat dicegah dengan


imunisasi, pada tahun 2014. Tidak ditemukan balita suspek difteri.

4) Pertusis

Seperti penyakit difteri pada tahun 2014 tidak ditemukan kasus


pertusis yang dilaporkan.

5) Hepatitis B

Kasus Hepatitis B yang dilaporkan selama tahun 2014 ditemukan


kasus. Namun kasus Hepatitis B digambarkan sebagai fenomena
gunung es, dimana sulit sekali menemukan kasusnya.

c) Penyakit Potensi KLB/Wabah

1) Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luas


keseluruh wilayah propinsi. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB
dengan angka kesakitan dan kematian relatif tinggi. Angka insiden
DBD secara nasional bergerak fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada
11

awalnya pola epidemik terjadi setiap lima tahunan, namun dalam


kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami perubahan dengan
periode antara 2-5 tahun sedangkan angka kematian cenderung
menurun.Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada
penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam
pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M), pemantauan angka
bebas jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya
di rumah tangga.

2) Diare

Penyakit diare merupakan penyakit yang berpotensi terjadinya


kejadian luar biasa atau wabah.

3) Filariasis

Penyakit filariasis merupakan penyakit yang disebarkan oleh


vektor yaitu nyamuk, tidak ada kasus filariasis yang dilaporkan di
wilayah UPTD Puskesmas Cangkol pada tahun 2014.

3. STATUS GIZI

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator, antara


lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita,
status gizi wanita usia subur Kurang Energi Kronis (KEK).

a) Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan


salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian Perinatal
dan Neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena
Premature atau BBLR karena Intrauterine Growth Reterdation (IUGR),
yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di
negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus
Gizi Buruk, Anemia, Malaria dan menderita penyakit Menular Seksual
(PMS) sebelum konsepsi atau pada saat kehamilan.
12

b) Status Gizi Balita

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang


menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara
penilaian status gizi balita adalah pengukuran secara anthropometri
dengan menggunakan Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U).

c) WUS yang mendapat kapsul Yodium

Salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian adalah


gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). GAKY dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik dan keterbelakangan mental.
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi pembeasaran kelenjar tiroid
(gondok), bisu, tuli, kretin (kerdil), gangguan motorik, bisu, tuli dan mata
juling. Pemberian kapsul Yodium dimaksudkan untuk mencegah lahirnya
bayi kretin, karena itu sasaran pemberian kapsul yodium adalah Wanita
Usia Subur (WUS) termasuk ibu hamil dan Ibu nifas.

B. Perilaku masyarakat
Masyarakat yang masih kurang respect dalam mengenali tanda tanda awal
penyakit kusta.
C. Kesehatan Lingkungan
a. Kesehatan Lingkungan
Mencakup pemeriksaan kesehatan lingkungan obyek/sarana umum,
penyehatan perumahan dan sarana air bersih, tempat pengelolaan makanan,
tempat pembuangan sampah sementara/ akhir, tempat pengelolan pestisida
di wilayah kerja Puskesmas Cangkol
b. Klinik Sanitasi

Mencakup pelayanan Klinik Sanitasi di wilayah kerja Puskesmas


Cangkol Kota Cirebon yang meliputi :
1) Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air, meliputi penyakit
diare,DBD, malaria dan kulit.
2) Penyakit-penyakit yang penularannya berkaitan dengan kondisi
perumahan dan lingkungan yang jelek antara lain ISPA dan TB Paru.
13

3) Penyakit-penyakit yang penyebabnya atau cara penularannya melalui


makanan antara lain diare, kecacingan dan keracunan makanan.
4) Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan bahan
kimia dan pestisida di rumah tangga.

D. Pelayanan Kesehatan

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya
pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya
kesehatan di UPTD Puskesmas Cangkol khususnya pada tahun 2014.

1) Pelayanan Kesehatan Dasar

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat


penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan
pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan
sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai
pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan adalah sebagai berikut:

a) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi

Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam


pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang
dialami seorang ibu bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam
kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya.

Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga


kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter
umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya,
14

yang mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan


titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan
antenatal dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4.Cakupan K1 atau juga
disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu
hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mendapat pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah
gambaran besaran Ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit
empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama,
sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga.Target
pencapaian K4 menurut Indonesia Sehat 2015 adalah 95 %, untuk UPTD
Puskesmas Cangkol pada tahun 2014 cakupan K4 masih di bawah target
yang diharapkan yaitu sebesar 72.16 % (617 bumil).

Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi


Kebidanan

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian
besar terjadi pada masa persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan
(profesional).Menurut data dari desa yang dikompilasi dari UPTD
Puskesmas Cangkol pada tahun 2014, persentase persalinan oleh tenaga
kesehatan sudah melebihi target dibandingkan dengan target 90% yang
diharapkan (Indonesia Sehat 2015), yaitu sebesar 93%.

Kunjungan Neonatus

Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur
yang paling rentan atau memiliki resiko gangguan kesehatan paling
tinggi. Upaya Kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko
tersebut antara lain dengan melakukan pertongan persalinan oleh tenaga
kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari). Dalam
pelaksanaan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disampaing
melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling
15

perawatan bayi kepada ibu.Menurut data dari desa pada tahun 2014,
persentase kunjungan neonatus sebesar 93.7 % (729 kunjungan).

b) Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah dan Remaja

Pelayanan kesehatan pada kelompok anak prasekolah, usia sekolah


dan remaja dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan dini terhadap
tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak pra sekolah,
pemeriksaan anak sekolah dasar/sederajat, serta pelayanan kesehatan
pada remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran
serta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS dan
dokter kecil.Menurut data yang terkumpul pada tahun 2014, persentase
yang paling signifikan adalah cakupan pemeriksaan siswa SD yaitu
sebesar100. %, sedangkan pemeriksaan anak balita sebesar 100 %
sedangkan siswa SMP/SMU 100 % karena dilakukan penjaringan pada
bulan oktober tahun 2014.

c) Pelayanan Keluarga Berencana

Pada tahun 2014 persentase peserta KB Aktif di wilayah UPTD


Puskesmas Cangkol sebesar 72 % dari 8104 pasangan usia subur. Target
Indonesia Sehat tahun 2015 sebesar 75 %.

d) Pelayanan Imunisasi

Pencapaian Universal Child Immunization pada dasarnya merupakan


suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapat
imunisasi secara lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan
wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut dapat digambarkan
besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I.

e) Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut

Cakupan pelayanan kesehatan pra usila dan usia lanjut pada tahun
2014 di wilayah UPTD Puskesmas Cangkol sebesar 3.884 dari jumlah
usila ( > 60 th).
16

2) Pemanfaatan obat generik

Berdasarkan data dari pustu dan polindes wilayah UPTD Puskesmas


Cangkol, dari seluruh obat generik yang diadakan sebanyak 90 % ( > 100
jenis obat generik) tersedia di UPTD Puskesmas Cangkol. Sedangkan
jumlah resep yang dilaporkan sebesar 3.815 dan penulisan obat generik
sebesar 90% (3000 resep).

3) Pembinaan kesehatan lingkungan

Untuk memperkecil resiko terjadi penyakit atau gangguan kesehatan


sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, dilakukan berbagai upaya
peningkatan kualitas lingkungan, antara lain dengan pembinaan kesehatan
lingkungan pada institusi yang dilakukan secara berkala. Upaya yang
dilakukan mencakup pemantauan dan pemberian rekomendasi terhadap
aspek penyediaan fasilitas sanitasi dasar. Berdasarkan laporan dari
programer kesehatan lingkungan pada tahun 2014, sarana yang dibina
kesehatan lingkungannya oleh petugas kesehatan adalah sebagai berikut
sarana pendidikan, sarana ibadah dan sarana lainnya. Dari 78 sarana yang
dilaporkan di wilayah UPTD Puskesmas Cangkol, yang dibina kesehatan
lingkungannya sebanyak 78 (100%) .

4) Perbaikan gizi masyarakat

Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakekatnya dimaksudkan untuk


menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa
permasalahan gizi sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah
Kekurangan Kalori Protein, Kekurangan Vitamin A, Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium dan Anemia Gizi Besi.

a) Pemantauan Pertumbuhan Balita

Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan melalui


penimbangan di posyandu secara rutin setiap bulan. Dari 2954 balita
yang ada di wilayah UPTD Puskesmas Cangkol tahun 2014, sebanyak
17

2.294 balita ditimbang ke posyandu 77 % dan ada kecenderungan berat


badannya naik.

b) Pemberian Kapsul Vitamin A

Berdasarkan data yang terkumpul pada tahun 2014, bahwa cakupan


pemberian Vitamin A di UPTD Puskesmas Cangkol sebesar 79 %.
Sedangkan cakupan pemberian Vitamin A untuk bayi sebesar 48 %.

c) Pemberian Tablet Besi

Tablet Fe adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia


gizi besi yang diberikan kepada ibu hamil. Cakupan pemberian tablet
besi di wilayah UPTD Puskesmas Cangkol pada tahun 2014 adalah
sebesar 72.16 %. Target Indonesia Sehat tahun 2015 adalah sebesar 95%.

BAB IV

ANALISA MASALAH

A. Analisa potensi dan kebutuhan


a. Dalam wilayah kerja Puskesmas Cangkol terdapat peningkatan kasus baru
penderita kusta pada tahun 2015 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,
yakni hingga bulan Maret bertambah 5 orang.
a. Dari segi pengetahuan pasien sejauh ini masih banyak yang belum
mengetahui tentang penyakit kusta.
b. Kesehatan penderita kusta semakin memburuk terbukti dengan adanya
pasien yang mengalami kecacatan .
c. Untuk kepatuhan minum obat masih ada pasien yang tidak patuh dalam
minum obatnya sehingga bisa memperlama proses penyembuhan yang bisa
mengakibatkan penularan penyakit ini.
d. Selain mengakibatkan kecacatan fisik penyakit kusta bisa menimbulkan
masalah yang kompleks misalkan dari segi ekonomi, sosial, budaya dan
psikologi.

Dari hasil pencapaian program kesehatan yang ada di Puskesmas


Cangkol, salah satunya adalah Balai Pengobatan Kusta. Kegiatan yang
dilaksanakan di Balai Pengobatan Kusta yang meliputi :
18

a. Pelayanan kesehatan dan pemberian obat pada penderita Kusta baik yang
baru maupun yang lama dengan mengacu kepada Pedoman Pemberantasan
Penyakit Kusta.
b. Melakukan survei kontak dan School Survey.
c. Memberikan konseling perorangan kepada penderita Kusta.

Tabel 4. Distribusi Penderita Kusta Kota Cirebon berdasarkan wilayah

Dalam wilayah kerja Puskesmas Cangkol terdapat


peningkatan kasus baru penderita kusta pada tahun 2015
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 5. Data Penderita Kusta Kota Cirebon

B. Perumusan Masalah
19

Berdasarkan masalah yang kami analisis, maka kami dapat


merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit kusta di
Wilayah Puskesmas Cangkol?
2. Apa saja edukasi yang diberikan kepada masyarakat terkait dengan
penyakit kusta yang timbul di Wilayah Puskesmas Cangkol?
3. Bagaimana cara untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di
Wilayah Puskesmas Cangkol?
C. Prioritas Masalah
Untuk prioritas masalah mengenai penyakit kusta yang kita dapatkan
dari hasil kuesioner, didapatkan bahwa penyebab masalah yang paling tinggi
yaitu dari segi sikap yang belum begitu baik dari masyarakat tentang penyakit
kusta. Karena hanya didapatkan 8 orang yang termasuk kategori baik dari 20
responden yang diwawancara.
D. Pemecahan Masalah
Untuk pemecahan masalah mengenai penyakit kusta untuk masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Cangkol yaitu:
1. Penemuan penderita secara dini.
2. Pengobatan penderita.
3. Penyuluhan kesehatan di bidang kusta.
4. Peningkatan keterampilan petugas kesehatan di bidang kusta.
5. Rehabilitasi penderita kusta.
6. Pemutusan mata rantai infeksi. Terdiri dari:
a. Promosi kesehatan
Pendidikan kesehatan, penyuluhan.
Gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan.
Penyediaan perumahan yang sehat.
Pemeriksaan kesehatan berkala.
b. Perlindungan khusus
Kebersihan perorangan.
Sanitasi lingkungan.
7. Menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah
komplikasi. Terdiri dari:
a. Deteksi dini
Penemuan kasus.
Skrining.
Pemeriksaan khusus dengan tujuan:
Menyembuhkan dan mencegah penyakit
berlanjut.
Mencegah penyebaran penyakit menular.
Meencegah komplikasi dan akibat lanjutan.
Memperpendek masa ketidakmampuan.
20

b. Pemberian pengobatan:
Pengobatan yang cukup untuk menghentikan
proses penyakit.
Mencegah komplikasi.
Penyediaan fasilitas khusus untuk membatasi
ketidakmampuan dan mencegah kematian.
8. Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjutan agar tidak
terjadi komplikasi.
9. Pencegahan terhadap komplikasi maupun cacat setelah sembuh.
10. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk pengobatan
dan perawatan yang lebih intensif.
11. Mengusahakan pengurangan beban-beban non-medis (sosial) pada
penderita untuk memungkinkan meneruskan pengobatan dan
perawatanya.
12. Rehabilitasi
Penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga fungsi tubuh
dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Pendidikan pada masyarakat dan industriawan agar
menggunakan mereka yang telah direhabilitasi.
Peningkatan terapi kerja untuk memungkinkan
pengembangan kehidupan sosial setelah ia sembuh.
Mengusahakan suatu perkampungan rehabilitasi sosial.
Penyadaran masyarakat untuk menerima mereka dalam fase
rehabilitasi.
Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi.
13. Eliminasi stigma terhadap orang yang pernah mengalami kusta dan
keluarganya.
14. Pemberdayaan orang yang pernah mengalami kusta dalam berbagai
aspek kehidupan dan penguatan partisipasi mereka dalam upaya
pengendalian kusta.
15. Peningkatan dukungan kepada program kusta melalui penguatan
advokasi kepada pengambil kebijakan dan penyedia layanan
lainnya untuk meningkatkan dukungan terhadap program kusta.
21

BAB V

HASIL ANALISIS KUESIONER

TABEL 6. Hasil kuesioner variabel pengetahuan.

Tingkat pengetahuan Jumlah

BAIK 9 orang

SEDANG 9 orang

BURUK 2 orang

Dari hasil penelitian sudah kami lakukan pada masyarakat di wilayah


Puskesmas Cangkol, masyarakat disini memiliki tingkat pengetahuan yang
cukup baik mengenai penyakit kusta. Dengan hasil yang termasuk kategori
baik sejumlah 9 orang, kategori sedang berjumlah 9 orang dan yang
termasuk kategori buruk sejumlah 2 orang.

TABEL 7. Hasil kuesioner variabel sikap.


22

Sikap Jumlah

BAIK 8 orang

SEDANG 12 orang

BURUK 0

Dari hasil penelitian yang sudah kami lakukan pada masyarakat di


wilayah Puskesmas Cangkol, masyarakat disini memiliki sikap yang
belum begitu baik dalam menanggapi penyakit kusta. Dengan hasil yang
termasuk kategori baik sejumlah 8 orang, kategori sedang berjumlah 12
orang dan yang termasuk kategori buruk sejumlah 0.

TABEL 8. Hasil kuesioner variabel proses penyembuhan.

Tingkat kepedulian Jumlah

BAIK 12 orang

SEDANG 8 orang

BURUK 0

Dari hasil penelitian yang sudah kami lakukan pada masyarakat di


wilayah Puskesmas Cangkol memiliki tingkat kepedulian yang baik dalam
mendukung proses penyembuhan penderita kusta. Dengan hasil yang
termalsuk kategori baik sejumlah 12 orang, kategori sedang berjumlah 8
orang dan yang termasuk kategori buruk sejumlah 0.
23

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Dari hasil analisis kuesioner yang kami dapatkan dari 3 variabel yaitu
pengetahuan, sikap dan proses penyembuhan disimpulkan bahwa
masyarakat di wilayah puskesmas Cangkol memiliki sikap yang belum
begitu baik mengenai penyakit kusta sedangkan untuk tingkat
pengetahuannya sudah cukup baik dan banyak yang mengetahui tentang
penyakit kusta, serta dukungan dari keluarga yang sudah sangat berpengaruh
dalam proses penyembuhan penderita.

2. Masyarakat di wilayah puskesmas Cangkol memiliki sikap yang belum


begitu baik mengenai penyakit kusta oleh karena itu disarankan ketika ada
penyuluhan, masyarakat bisa mengikuti penyuluhan tersebut. Agar
masyarakat tidak hanya tahu tentang penyakit kusta saja tapi bisa
mengaplikasikannya dilingkungan sekitar baik keluarga maupun di
lingkungan masyarakat ketika ada orang yang mengalami kusta.

3. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat wilayah kerja Puskesmas


Cangkol. Di harapkan kepada semua warga baik penderita ataupun bukan
penderita untuk menjaga kebersihan, baik kebersihan diri sendiri maupun
24

kebersihan lingkungan terutama bagi penderita kusta agar penderita kusta di


wilayah kerja Puskesmas Cangkol tidak bertambah banyak.

B. Saran

1. Masyarakat diusahakan mengetahui tentang penyakit kusta dan lebih


respect dalam mengenali tanda-tanda awal penyakit kusta

2. Disarankan pada keluarga dan pasien untuk mengikuti kegiatan


penyuluhan tentang penyakit kusta serta membaca media informasi yang
terbaru mengenai kusta (koran atau pamplet di Puskesmas ataupun
televisi).

3. Kepada pihak keluarga untuk memberikan pendamping kepada penderita


untuk pengawasan pengobatan.

4. Kepada pihak puskesmas untuk meningkatkan penemuan kasus secara dini


di masyarakat. Penyebar luasan informasi tentang kusta di masyarakat.
Memberikan pelayanan kusta berkualitas, termasuk layanan rehabilitasi,
diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Eliminasi
stigma negatif yang masih ada di masyarakat terhadap orang yang
mengalami kusta dan keluarganya.

5. Pemberdayaan orang yang pernah mengalami kusta dalam berbagai aspek


kehidupan dan penguatan partisipasi mereka dalam upaya pengendalian
kusta.

6. Mempertahankan kerjasama lintas program yang telah terbina baik untuk


sinkronisasi hasil kegiatan agar tersedia data yang lebih akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Meningkatan kerjasama lintas sektoral, terutama dengan tokoh masyarakat
dan tokoh agama tingkat kelurahan, untuk peningkatan peran serta
masyarakat ( PSM ) di bidang kesehatan.
25

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk. 2009 Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Medica


Aesculpalus, FKUI: Jakarta.

Data Laporan Tahunan Puskesmas Cangkol tahun 2015.

Profil Puskesmas Cangkol Kota Cirebon tahun 2015.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2015. Kusta. Kemenkes RI:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai