Anda di halaman 1dari 62

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Post Partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai

sampai alat alat kandungan kembali seperti sebeleum hamil. Nifas

(puerperium) berasal dari bahasa latin. Puerperium atau nifas juga diartikan

sebagai masa postpartum atau masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar

lepas dari rahim sampai 6 minggu berikutnya disertai pulihnya kembali organ

organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti

perlukaan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan(Asih & Risneni, 2016).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar bayi

baru lahir mendapat ASI eksklusif (tanpa tambahan apa-apa) selama enam

bulan. Di Indonesia angka cakupan ASI eksklusif mencapai 32,3% ibu yang

memberikan ASI eksklusif pada anak mereka, khususnya di Surabaya tercatat

jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif adalah 64,99%. Mengingat Angka

Kematian Bayi (AKB) di kota Surabaya sebesar 6,48 per 1.000 kelahiran hidup,

dimana kematian bayi yang umum disebut sebagai kematian neonatal adalah

kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, (Dinkes Jawa

Timur, 2015).

Jumlah bayi di Indonesia yang mengalami gizi buruk berdasarkan data

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 sebanyak 17,9 % peyang terdiri

dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi kurang. Angka ini sudah mengalami

1
penurunan 0,5% dari Riskesdas tahun 2007 sebesar 18,4%, namun peningkatan

status kesehatan pada bayi membutuhkan perhatian dan kerjasama dari berbagai

pihak baik tenaga kesehatan, pemerintah maupun keluarga. Masalah kematian

dan gizi buruk pada balita dapat ditanggulangi apabila bayi mendapatkan asupan

makanan yang cukup dan gizi yang baik melalui pemberian ASI. Bayi yang

diberikan ASI pada awal tahun kehidupannya maupun menurunkan risiko

terjadinya penyakit infeksi, seperti diare, penyakit pernafasan, infeksi telinga,

penyakit alergi. Pelaksanaan perawatan payudara pada ibu post partum sangat

kurang hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi dari tenaga kesehatan,

adanya rasa takut dan rasa malas serta tidak ada ketersediaan waktu untuk

melakukan perawatan payudara. Pemberian ASI sendiri terhambat oleh bebrapa

hal yang salah satunya adalah tekhnik pemberian ASI yang salah, yang bisa

menyebabkan puting lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis,

abses payudara dan bayi enggan menyusu (Dinkes Jawa Timur, 2010).

Berdasarkan survey lapangan di Wilayah Kerja Puskesmas Ganding

Kelurahan Larangan, Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep pada data 2017

dari bulan Januari Maret tahun 2017 ada 25 orang jumlah ibu post partum,

pada 2 bulan terakhir di tahun 2017 ada 17 orang ibu post partum.

Air Susu Ibu (ASI) adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk

konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat

mencerna makanan padat. Air susu ibu diproduksi karena pengaruh hormon

prolaktin dan oksitosin setelah kelahiran bayi. Air susu ibu pertama yang keluar

disebut kolostrum atau jolong dan mengandung banyak immunoglobulin IgA

2
yang baik untuk pertahanan tubuh bayi melawan penyakit (Pitriani &

Andriyani, 2016). Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayi

dapat memberikan sumber gizi yang baik sehingga dapat meningkatkan status

kesehatan bayi. Menyusu dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak,

menguatkan ikatan ibu dan anak, mengurangi risiko penyakit pencernaan dan

pernafasan, mengurangi alergi dan penyakit infeksi, serta meningkatkan

perkembangan visual, bicara dan kognitif (Walker,2011).

Manfaat ASI bagi ibu antara lain untuk membantu dalam invosi uterus,

mengurangi jumlah darah yang hilang setelah proses melahirkan, mempercepat

pengembalian berat badan ke semula sebelum hamil, bermanfaat untuk

mempercepat hubungan bayi dengan ibu, karena hal ini bentuk curahan kasih

sayang ibu pada bayinya, serta sebagai aspek kontrasepsi karena hisapan mulut

bayi pada puting susu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterior

hipofisis mengeluarkk ada ovulasi (Pitriani & Andriani,2016).

Pada minggu minggu awal postpartum sering terjadi masalah dalam

pemberian ASI . Masalah yang sering terjadi di masa laktasi antara lain ibu

kurang atau salah informasi, puting susu lecet, puting susu datar atau tenggelam,

payudara bengkak, mastitis atau abses payudara, pengeluaran ASI tidak lancar.

Keberhasilan pemberisn ASI di awal postpartum akan mempengaruhi praktik

ibu dalam pemberian ASI (Asih & Risneni, 2016).

Sebaiknya ibu dapat mengatasi masalah dalam menyusui pola minggu

awal postpartum akan cenderung melakukan penghentian dini menyusui.

3
Sehingga akan mempengaruhi dalam masa menyusui khususnya dalam program

ASI (Huang et al,2015)

Hal-hal dapat mempengaruhi kelancaran ASI antara lain tingkatkan

frekuensi menyusui atau memompa atau memerah ASI. Jika anak belum mau

menyusu karena masih kenyang, perahlah atau pompalah ASI. Ibu harus dalam

keadaan rileks, kondisi ibu menyusui sangat menentukan keberhasilan ASI

Eksklusif. Ibu mengonsumsi makanan yang bergizi khusunya yang dapat

meningkatkan produksi ASI seperti sayur katuk dan melakukan perawatan

payudara serta melakukan pijat oksitosin (Marmin, 2012).

Hal ini tidak akan terjadi jika seorang ibu nifas melakukan perawatan

payudara, demi keberlangsungan proses menyusui payudara harus dirawat

dengan baik dan tepat agar terhindar dari gangguan serta penyakit yang mungkin

terjadi selama proses menyusui, perawatan yang benar dilakukan secara teratur

akan memudahkan bayi saat menyusu, merangsang ASI dan mencegah payudara

terluka selam menyusu.

Perawatan payudara pada masa ini bertujuan untuk mempersiapkan

payudara untuk menyusui setelah melahirkan. Perawatan payudara untuk pasca

persalinan lakukan sedini mungkin yaitu 1 sampai 2 hari dilakukan 2 kali sehari

(Pitriani & Andriani,2016 ). Peran bidan disini dapat dilakukan dengan

memberikan penyuluhan sedini mungkin sejak ibu dalam masa kehamilannya.

Salah satu contohnya adalah dengan melakukan penyuluhan breast care dalam

kelas ibu hamil. Tindakan yang relatif murah dan mudah diterapkan untuk

meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir, adalah dengan

4
mengajarkan ibu hamil untuk melakukan breast care dan menganjurkan ibu

melakukan breast care setelah kelahiran (masa nifas) agar bayi mendapatkan

pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir serta pemberian ASI

Eksklusif. ASI yang tidak segera keluar setelah melahirkan, bayi yang kesulitan

dalam menghisap karena keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, dan

pembengkakan payudara kemungkinan hal tersebut disebabkan karena

kurangnya perawatan payudara selama kehamilan.

Perawatan payudara (breast care) adalah suatu tindakan perawatan

payudara yang dilaksanakan, baik oleh ibu post partum maupun dibantu orang

lain yang dilaksanakan dari hari pertama atau kedua setelah melahirkan

(Sholichah N, 2011) . Breast care pada ibu nifas masih kurang dilakukan oleh

ibu sehingga ibu harus belajar dari pengalaman melahirkan sebelumnya atau dari

informasi dan sumber yang lainnya atau belajar dari bidan. Dari latar belakang

tersebut maka penulis, mengangkat tema tentang Pengaruh Breast Care pada

Ibu Post Partum terhadap Kelancaran ASI di Puskesmas Ganding kelurahan

Kelurahan Larangan, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep Tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah pengaruh penatalaksanaan breast care pada ibu post partum

terhadap kelancaran ASI ?

5
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh breast care pada ibu post

partum terhadap kelancaran ASI di Puskesmas Ganding Kelurahan Larangan,

Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep tahun 2017.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi pengeluaran ASI sebelum di lakukan breast care pada

ibu post partum di Puskesmas Ganding Kelurahan Larangan, Kecamatan

Ganding, Kabupaten Sumenep tahun 2017.

2. Mengidentifikasi pengeluaran ASI setelah di lakukan breast care pada

ibu post partum di Puskesmas Ganding Kelurahan Larangan, Kecamatan

Ganding, Kabupaten Sumenep tahun 2017.

3. Menganilisis pengaruh breast care pada ibu post partum terhadap

keberhasilan pengeluaran ASI di Puskesmas Ganding Kelurahan

Larangan, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

1) Dapat di jadikan bahan pustaka dan refrensi di perpustakaan untuk bahan

kajian data pendidikan selanjutnya.

2) Membantu perkembangan ilmu pengetahuan dalam kajian keilmuan dan

perkembangan tekhnologi

6
1.4.2 Bagi Profesi Kebidanan

1) Dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan mutu

pelayanan asuhan kebidanan terutama penatalaksanaan breast care pada

ibu post partum terhadap pengeluaran ASI.

2) Dapat dilaksanakan dengan tepat breast care pada ibu post partum untuk

merangsang pengeluaran ASI dan kelancaran produksi air susu ibu

sehingga, kebutuhan ASI bayi tetap kesehatan lainnya.

3) Diharapkan bidan desa dan tenaga kesehatan lainnya diharapkn agar

ikut serta mengenai pentingnya perawatan payudara bagi ibu menyusui

dengan cara memberikan motivasi melalui penyuluhan kepada ibu nifas

saat hamil sampai masa nifas

1.4.3 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai tempat pelayanan kesehatan, tenaga yang berada dalam tempat

tersebut harus mempersiapkan ibu nifas pada saat menyusui di perlukan usaha

yang cukup baik.

1.4.4 Bagi Responden

Dapat dijadikan masukan serta menambah wawasan masyarakat

khususnya ibu hamil yang merupakan calon ibu nifas yang akan menyusui

tentang pentingnya pemberian ASI sedini mungkin serta solusi mengatasi

hambatan ASI yang berhubungan dengan proses keluarnya ASI yang dapat

dilakukan dengan perawatan payudara (breast care)

7
1.4.5. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman bagi peneliti dalam pelaksanaan penelitian

tentang hubungan penatalaksanaan breast care pada ibu post partum terhadap

pengeluaran ASI, mulai dari pengolahan sampai hasil penelitian dan dapat

dijadikan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya asuhan kebidanan yang

berhubungan dengan judul ini.

1.4.6. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan pustaka atau acuan serta informasi terbaru tentang

hubungan perawatan payudara dengan keberhasilan pengeluaran ASI bagi

peneliti selanjutnya akan melakukan penelitian.

8
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Post Partum

2.1.1. Pengertian Post Partum

Masa nifas adalah pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.

Nifas (puerperium) berasal dari dua suku kata yakni puer dan prous.

Puer berrti bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa peurperium merupakan masa setelah melahirkan. dimulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat. Peurperium atau nifas

juga dapat diartikan sebagi masa postpartum atau masa sejak bayi

dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai 6 minggu (42

hari) disertai pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan

kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan lain

sebagainya yang berkaitan saat melahirkan ( Asih & Risneni, 2016 ).

Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi, puerperium

adalah masa pulih kembali. Sekitar 50 % kematian ibu terjadi dalam 24

jam pertama post partum sehingga pelayanan persalinan berkualitas

harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan

bayi ( Pitriani & Andriyani, 2014 ).

9
Batasan waktu nifas yang paling singkat ( minimum ) tidak ada batasan

waktunya, bahkan dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar,

sedangakan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Di masyarakat

Indonesia, masa nifas merupakan periode waktu sejak selesainya proses

persalinan sampai 40 hari setelah itu ( Asih & Risneni, 2016 ).

Pelayanan kesehatan ibu diberikan oleh bidan dari sejak masa

pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan

masa antara dua kehamilan. Suryani R. Dan Triuna R. (2014) menulis

pelayanan kesehatan ibu meliputi:

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil

b. Pelayanan antenatal (layanan kesehatan untuk ibu hamil oleh

tenaga kesehatan sesuai dengan standar yang ditetapkan (pada

kehamilan normal).

c. Pelayanan persalinan normal

d. Pelayanan ibu nifas

e. Pelayanan ibu menyusui

f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

Pelayanan kesehatan ibu penting bagi perempuan sejak

sebelum dan saat merencanakan kehamilan. Demikian pula pada masa

nifas. Salah satunya faktor minimnya pengetahuan ibu untuk menyusui,

menjaga dan merawat payudaranya untuk kelancaran prosuksi ASI untuk

kepentingan tumbuh kembang bayi yang baru dilahirkan. Sebab tidak

10
semua ibu memahami hal itu. Kondisi-kondisi seperti tidak keluarnya ASI

dan tidak terpenuhinya kebutuhan kolostrum pada bayi baru lahir dapat

saja muncul di luar dugaan. Pada kondisi ini pelayanan yang diberikan

bidan sangat berperan penting. Salah satunya adalah memberikan

pelayanan perawatan payudara (breast care) pada kasus ibu menyusui

yang memiliki masalah dengan pengeluaran ASI. Keberhasilan bidan

dalam memberikan asuhan perawatan payudara (breast care) sangat

berkaitan erat dengan salah satu tujuan kesehatan untuk memberikan

kesehatan pada ibu dan bayinya.

Kesehatan reproduksi sangat terkait erat dengan kehamilan

ataupun menyusui, Suryani R. dan Triuna R. (2014). Keberhasilan

menyusui selain dipengaruhi oleh hormonal, gizi dan psikis ibu namun

bagian penting lainnnya adalah bagaimana keterampilan bidan dalam

memberikan asuhan perawatan payudara (breast care) secara langsung

adan mengajarkan kepada ibu bagaimana langkah yang tepat saat

menyusui. Berikut akan dipaparkan beberapa pengertian mengenai

perawatan payudara (breast care).

2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas di perlukan karena pdaa periode nifas

merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan

bahwa 60% kematian ibu yang terjadi setelah persalinan dan 50%

kematian nifas tejadi pada 24 jam pertama. Tujuan dari perawatan nifas

ini adalah :

11
1. Memulihkan kesehatan klien

a. Menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan

b. Mengatasi anemia

c. Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi

d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot ( senam

nifas ) untuk memperlancar peredaran darah

2. Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis.

3. Mencegah infeksi dan komplikasi.

4. Memperlancar pembentukan dan pemberian Air Susu Ibu ( ASI ).

5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa

nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

6. Memberiksn pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman serta

kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan

manfaat mrnyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehat

paada ibu dan keluarganya melalui KIE.

7. Memberikan pelayanan Keluarga Berencana

8. Tata laksana atau prosedur Asuhan Ibu Nifas meliputi :

a. Periksa 6-8 jam ssetelah persalinan ( sebelum pulang )

b. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

c. Pemantauan Keadaan umum ibu

d. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu ( Bounding Attaachment )

e. ASI Eksklusif

12
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi

2.1.3 Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian

asuhan post partum. Adapun peeran dan tanggung jawab dalam masa

nifas antara lain :

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas

sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan

psikologis selama masa nifas.

2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi seerta keluarga

3. Mendorong ibu untuk melakukan perawatan payudara serta untuk

menyusui bayinya seuai dengan tekhnik menyusui dengan

meningkatkan rasa nyaman.

4. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan

dengan kesehatan ibu dan anak, serta mampu melakukan kegiatan

administrasi.

5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi

yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menempatkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya

untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.

13
8. Memberikan Asuhan secara professional

2.1.4 Tahapan Masa Nifas

Terdapat beberapa periode atau tahapan-tahapan dalam periode

pasca persalinan. Masa nifas terbagi menjadi tiga periode ( Kemenkes RI,

2015 ), yaitu :

1. Periode pasca salin segera ( immediate postpartum ) 0 24 jam

Masa Segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada

masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena

atonia uteri. Oleh sebab itu, tenaga kesehatan harus dengan teratur

melakukan pemeriksaaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan

darah dan suhu.

2. Periode pasca salin awal ( eraly post partum ) 24 jam 1 Minggu

Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri dalam

keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak

ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat

menyusui bayinyan dengan baik.

3. Periode Pasca Salin lanjut ( Late postpartum ) 1 Minggu 6 Minggu

Pada periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan

pemeriksaan segari hari serta konseling KB ( Saleha, 2009 ).

Tahapan masa nifas menurut Reva Rubin terbagi menjadi tiga

periode, antara lain sebagai berikut :

1. Periode Taking In ( Hri ke 1 2 setelah melahirkan )

a. Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain

14
b. Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya

c. Ibu akam mengulangi pengalaman pengalaman waktu melahirkan

d. Memerlukn ketenagaan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan

tubuh ke kondisi normal

e. Nafsu makan biasanya bertambah sehingga membutuhkan

peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses

pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal

2. Periode Taking On/Taking Hold (Hari Ke 2 4 setelah melahirkan)

a. Ibu memperhartikan kemampuan menjadi orang tua dan

meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.

b. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK,

BAB dan daya tahan tubuh.

c. Ibu berusaha untuk mengasai keterampilan merawat bayi seperti

menggendong, menyusui, memandikan dan menggantikan popok.

d. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.

e. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa

tidak mampu membesarkan bayinya.

3. Periode Letting Go

a. Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan dipengaruhi oleh dukun

serta perhatian keluarga.

b. Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan

memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu

dalam kebebasan dan hubungan sosial.

15
c. Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini.

2.1.5 Perawatan Pada Masa Nifas

1. Early Ambulation

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih

lebih bila persalinan berlangsung lama. Pada perawatan nifas terdahulu,

setelah persalinan ibu harus cukup beristirahat, dimana ia harus tidur

terlentang selama 8 jam post partum untuk pengawasan perdarahan post

partum. Kemudian ia boleh miring ke kir dan ke kanan untuk mencegah

terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua telah dapat

duduk, hari ketiga telah dapat jalan jalan dan hari keempat atau kelima

boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada

adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka. Pada masa

sekarang, ibu nifas lebih diajarkan untuk dapat melakukan mobilasasi

dini, karena dengan persalinan yang alami, ibu akan lebih mudah pulih

dan tidak mengalami kelelahan yang berlebihan. Keuntungan early

ambulation ( mobilisasi dini ) adalah ibu merasa lebih sehat dan lebih

kuat, fungsi usus dan kandung kencing lebih baik, memungkinkan kita

mengajak ibu melaksanakan peran pada anaknya seperti lebih sering

menyusui, memandikan, mengganti pakaian, dan perawatan lainnya.

2. Diet

Diet adalah pengaturan makan, salah satu keuntungan bagi ibu

menyusui adalah lebih mudah dan cepat untuk kembali ke berat badan

ideal. Pilihan asupan makanan ibu ketika hamil dan menyusui dapat

16
mempengaruhi kesehatan bayi. Melalui ASI, bayi memakan makanan

yang ibu makan. Cara terbaik memberikan makanan sehat bagi bayi

adalah dengan memakan makanan yang sehat. Tidak pernah terlambat

untuk memilih pilihan yang sehat.

Makanan ibu menyusui secara umum sama dengan menu

makanan keluarga. Makan beragam bahan makanan yang tersedia dan

terjangkau di lingkungan sekitar ibu. Pastika bergizi seimbang dan jaga

kebersihannya.

Ibu yang menyusui ASI Eksklusif membutuhkan tambahan

kalori kurang lebih 700kkal perhari untuk memproduksi sekitar 780mL

ASI. Ibu yang menyusui bayi yang sudah makan MPASI membutuhkan

tambahan kalori sekitar 500kkal perhari. Ibu yang menyusui

membutuhkan total kalori sebanyak 2200 2700kkal dalam sehari.

Jumlah asupan kalori minimal sekitar 1800kkal perhari. Ketika ibu

hanya mengkonsumsi jumlah kalori minimal maka ibu butuh asupan

multivitamin dan suplemen tambahan. Saat menyusui ibu butuh dua

porsi makanan tambahan atau snack diantara 3 kali makan besar.

Secara umum, bayi yang sehat setiap hari akan meminum 7500

800 ml ASI selama 4 5 bulan pertama usianya. ( berkisar dari 450

1200ml/hari). Peningkatan asupan cairan tampaknya tidak memberikan

efek bagi volume ASI. Namun demikan, ibu menyusui sebaiknya tetap

menjaga asupan cairan dengan cukup jangan sampai ibu dehidrasi. Ibu

17
bisa minum sekitar 8 gelas air putih setiap hari atau disesuaikan dengan

kebutuhan dan aktivitas harian supaya tidak dehidrasi.

Cetak tanda dehidrasi seperti rasa haus, urin berwarna kuning

pekat, lemas, sulit berkonsentrasi, atau konstipasi ( feses keras dan sakit

saat BAB ). Warna urin yang baik adalah kuning jernih, volume banyak

dan bau tidak menyemangat.

3. Miksi dan Defekasi

Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang

kadang wanita sulit kencing karena pada persalinan kandung kemih

mengalami tekanan oleh kepala janin. Juga oleh karena adanya oedem

kandungan kemih penuh dengan urine maka wanita sulit kencing

sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat mengundang

terjadinya infeksi. Bila infeksi telah terjadi ( urethiritis, cystitis, pyelitis ),

maka pemberian antibiotika sudah pada tempatnya.

Buang air besar harus sudah terjadi dalam 3 4 hari post partum.

Bila terjadi obstipasi dan timbul buang air besar yang keras, dapat kita

lakukan pemberian obat pencahar ( laxantia ) peroral atau parenteral, atau

dilakukan klisma bila masih belum berakhir. Karena jika tidak, feses

dapat tertimbun di rektum, dan menimbulkan demam.

4. Perawatan Payudara

Perawatan Payudara telah dimulai sejak wanita hamil. Supaya

puting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk

menyusui bayinya. Laktasi adalah proses produksi, sekresi, dan

18
pengeluaran ASI. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI adalah

motivasi diri dan dukungan suami atau keluarga untuk menyusui bayinya,

adanya pembengkakan payudara karena bendungan ASI, kondisi status

gizi ibu yang buruk dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas ASI, ibu

yang lelah atau kurang istirahat atau stres. Maka dari itu dilaukan

perawatan payudara secara rutin, serta lebih sering menyusui tanpa di

jadwal sesuai dengan kebutuhan bayinya. Semakin sering bayi menyusu

dan semakin kuat daya isapnya, payudara akan memproduksi ASI lebih

banyak.

2.1.6 Anatomi Dan Fisiologi Payudara

Payudara wanita dirancang untuk memproduksi ASI. Pada

tiap payudara, terdapat sekitar 20 lobus yang memiliki sistem saluran (

ductyus system). Saluran utama bercabang menjadi saluran saluran kecil

yang berakhir pada sekeloompok sel yang memproduksi susu disebut

alveoli. Saluran tersebut melebar menjadi penyimpanan susu dan bertemu

pada puting susu, sel otot mengelilingi alveoli ( Riksani, 2016 ).

1. Anatomi payudara

Payudara dewasa terletak di daerah dada, antara iga ke-2

sampai dengan iga ke-6 secara vertikal dan antara tepi sternum sampai

dengan linea aksilaris media secara horizontal. Ukuiran diameter

payudara berkisar sekitar 10 - 12 cm, dan ketebalan antara 5 sampai 7 cm,

jaringan payudara juga dapat berkembang sampai ke aksila yang disebut

axillary tail of spance. Payudara terdiri dari 3 unsur yaitu kulit, lemak

19
subkutan, dan jaringan payudara yang terdiri dari jaringan parenkim dan

stromal. Sarwono (2011).

Payudara ( mamae ) adalah kelenjar yang terletak di bawah

kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu

untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjart payudara,

yang beratnya kurang lebih 200gram, saat hamil 600gram dan saat

menyusui 800gram.

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

a. Korpus

Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian

dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot, dan

pembuluh darah. Lobulus yaitu kumpulan dari alveolus.

Lobulus yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-

20 lobus pada tiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam

saluran kecil ( duktulus ), kemudian beberapa duktulus bergabung

membentuk saluran yang lebih besar ( duktus laktiferus ).

b. Areola, yaitu bagian yang kehitaman ditengah

Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna gelapan yang

disebakan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulit. Perubahan

warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada daerah

ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari montogomery

yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan.

Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan

20
kalang payudara selama menyusui. Dikalang payudara terdapat duktus

laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.

c. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara

Pada tempat ini terdapat lubang- lubang kecil yang

merupakan muara dari duktus laktiferus , ujung ujung serat saraf,

pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang

tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus

laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan

serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu

tersebut. Payudara terdiri dari 15 25 lobus. Masing masing lonulud

terdiri dari 20 40 lobulus.

2. Fisiologis Payudara

Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon.

Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa

pubertas, masa ferttilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak

pubertas pengaruh ekstogen dan progesteron yang diproduksi ovarium

dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan

timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur

menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar

dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi

pembesaran maksimal. Kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.

21
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada

kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus

alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon

prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh

sel sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus

ke puting susu.

3. Perubahan fisiologis payudara dalam kehamilan

Sulistiawati A. (2012) payudara sebagai organ target untuk

proses laktasi mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah

janin lahir. Beberapa perubahan yang dapat diamati oleh ibu adalah

sebagai berikut:

a. Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan berat.

b. Dapat teraba nodul-nodul, akibat hypertropi kelenjar alveoli

c. Bayangan vena-vena lebih membiru

d. Hyperpigmentasi pada areola dan puting susu

e. Kalau diperas akan keluar air susu jolong (colostrum) berwarna

kuning.

Pada fase kehamilan banyak prolaktin dilepaskan dan

menstimulasi pertumbuhan epitel dan menyebabkan sekresi. Prolaktin ini

meningkat perlahan mulai pertengahan trimester pertama. Pada trimester

ke-2, di bawah pengaruh progesteron terjadi pertumbuhan lobulus-lobulus

dan duktus-duktus secara cepat. Dibawah pengaruh prolaktin alveoli

memproduksi kolostrum nonfat. Pada awal trimester ke-2, alveolus

22
payudara, tapi bukan duktus, melepaskan lapisan superficial cell A.

Setelah pertengahan trimester ke-2, pertambahan ukuran payudara bukan

karena pertumbuhan atau proliferasi epitel lagi, akan tetapi akibat

pelebaran alveoli dengan kolostrum. Jadi akibat hypertrofi mioepitel sel,

jaringan ikat dan jaringan lemak. Laktasi mulai adekuat setelah minggu

ke 16 kehamilan.

Pada trimester ke-, lapisan ini berdiferensiasi menjadi lapisan

sel-sel klostrum dan eosinifilik sel, sel plasma dan lekosit di sekitar

alveoli, dengan berlanjutnya usia kehamilan, terjadi deskuamasi sel-sel

epitel yang menumpuk. Agregasi limfosit, sel-sel bundar (round cell), dan

deskuamasi sel-sel fagosit alveoli dapat ditemukan dalam kolostrum.

Sarwono (2011) menjabarkan pertumbuhan payudara dalam

kehamilan sebagai berikut:

a.. Mammogenesis (fase pelepasan plasenta untuk laktasi)

b.. Laktogenesis (fase sekresi air susu)

c.. Galaktopeosis (fase mempertahankan laktasi)

4. Pertumbuhan abnormal payudara (sarwono, 2011):

a.. Kelejar payudara tambahan

b.. Hipoplasia

c.. Amastia

d.. Kelainan kongenital

23
5. Masalah dalam menyusui

a. Infeksi payudara

Infeksi payudara kabanyakan terjadi enam minggu pertama

menyusui. Gejala awal infeksi payudara adalah rasa nyeri, bengkak,

kemerahan, perih dan suhu tubuh meninggi, serta sakit di sekujur tubuh

dan kepala. Dixon M. dan Leonard F.C.R.MR (2009). Jika salah satu

payudara membesar karena ASI tidak keluar hal ini menjadi tanda pasti

terjadinya infeksi. Infeksi pada payudara dapat terjadi pada kedua buah

payudara atau salah satunya saja. Hal ini terjadi segera hubungi dokter

atau bidan untuk merangsang keluarnya ASI yang sejatinya aliran ASI

yang keluar bermanfaat untuk mengurangi terjadinya abses pada

payudara. Pengeluaran ASI selaian dapat dilakukan dengan spuit untuk

mengambil air susu atau yang lebih moderen menggunakan jarum halus,

sebelumnya dapat dilakukan perawatan payudara (breast care) untuk

merangsang proses pengeluaran ASI.

b. Puting susu lecet atau luka

1). Bayi tidak menyusu sampai ke kalang payudara, karena kesalahan

di dalam tehnik menyusui.

2). Puting susu terpapar (ada risa) bahan-bahan seperti sabun, krim,

alkohol dll, karena mencuci puting susu menggunakan bahan-bahan

tersebut.

3). Penyakit moniliasis pada puting susu yang berasal dari

moniliasis bayi yang menular ke puting susu.

24
4). Frenulum lidah bayi pendek, sehingga bayi susah menghisap

sampai ke palang payudara, dan karenax hisapan hanya sampai ke

puting susu.

5). Teknik ibu menghentikan bayi menyusui kurang tepat.

c. Payudara bengkak

Kira-kira pada hari ketiga atau keempat setelah melahirkan, seringkali

payudara terasa penuh, tegang dan nyeri. Hal ini disebabkan karena

terjadinya asal sekresi ASI.

d. Tersumbatnya saluran laktiferus atau duktus laktiferus (lactiverous

duct). Penyebabnya:

1). Pemakaian bra yang terlalu ketat

2). Tekanan jari-jari ibu ketika menyusui

3). Terjadinya penyumbatan karena ASI yang terkumpul tidak

segera dikeluarkan, sehingga terjadi keadaan payudara bengkak,

seperti diterangkan di bagian payudara bengkak.

e . Mastitis atau radang payudara

Penyebab radang payudara, antara lain :

1) Payudara bengkak dan tidak disusukan secara tepat dan benar

2) Puting lecet menyebabkan terjadinya infeksi sehingga payudara

bengkak.

3) Bra terlalu ketat

25
4) Asupan nutrisi ibu kurang sehat, disertai kurang beristirahat

sehingga memudahkan terjadinya infeksi pada payudara bila

terjadi luka atau lecet sedikit, karena daya tahan rendah.

f. Abses payudara

Bila penanganan mastitis karena terjadinya infeksi pada

payudara tidak sempurna, maka infeksi akan makin berat sehingga

terjadi abses

g. ASI berkurang

Banyak ibu-ibu menyusui mengira ASI dalam payudaranya

berkurang. Oleh karena ibu-ibu tersebut menambah susu formula.

Lebih-lebih apabila bayinya sering menangis, ingin selalu

menyusu pada ibunya. Payudara terasa kosong, lembek, padahal

sebenarnya produksi ASI lancar.

h. Bayi bingung puting

Nipple confusion atau disebut bayi bingung puting, adalah

keadaan bayi yang diberikan susu menggunakan ASI dengan

menyusui bergantian dengan pemberian susu formula

menggunakan dot. Tentu saja hal ini menyebabkan cara menyusui

bayinya menjadi tidak tepat. Hal ini dekarenakan terjadinya

perbedaan besar antara menyusu pada payudara ibu dan dot.

Minum ASI pada payudara memerlukan usaha yang lebih dan

berbeda dengan susu dot. Minum susu dot tidak memerlukan usaha

26
keras, karena lubang dot yang cukup besar. Bayi yang terbiasa

minum dot, enggan mrnyusu pada ibunya.

i. Bayi enggan menyusu

Adakalanya bayi enggan menyusu, bahkan muntah, diare,

mengantuk, kuning, kejang. Kondisi seperti ini sebaiknya dirujuk ke

dokter ahli.

j. Bayi sering menangis

Bayi menangis pastilah ada sebabnya, karena bayi menangis

berarti berkomunikasi. Oleh karena itu bila bayi sering menangis

harus dilakukan pemeriksaan yang teliti dengan cermat dan dapat

dilakukan penanganan yang tepat. Bayi menangis bisa karena lapar,

takut, kesepian, bosan, popok atau pakaian basah dan kotor atau

bahkan sakit. Kira-kira 80% bayi menangis dapat ditolong dengan

menyusui dengan cara yang tepat. Bila karena bayi haruslah dirujuk

ke dokter ahli.

k. Bayi berat lahir rendah (BBLR)

BBLR dimaksudkakn semua bayi lahir dengan berat kurang

dari 2.500 gram, tanpa memperhatikan usia bayi.

l. Bayi kembar

Perlu informasi jelas kepada ibu yang melahirkan bayi

kembar bahwa ASI cukup dan mampu seorang untuk menyusui bayi

kembarnya. Produksi ASI tetap akan baik karena rangsangan

menghisap kedua bayinya. Bila salah satu bayi kembar, harus

27
ditinggal di rumah sakit /terlebih dahulu, maka ibu menyusui

dengan satu payudara sedangkan yang lainnya dipompa ASInya

untuk bayi yang satunya lagi.

m. Bayi sumbing

Pada bayi sumbing sampai ke platum molle, biasanya posisi

menyusui adalah posisi yang harus tepat agar ASI tidak masuk

kedalam hidung.

n. Ikterus pada neonatus

Icterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput lendir

dan berbagai jaringan tubuh oleh zat warna empedu. Ikterus pada

neonatus bisa fisiologis bisa juga patologis.

2.1.7 Perawatan payudara (Breast care)

1. Pengertian breast care / perawatan payudara

Menurut kamus bahasa indonesia breast berarti payudara,

dada, atau buah dada perempuan. Sedangkan care berarti perawatan,

perhatian, peduli, ada perhatian, mengurus. Dari arti per kata ini

penulis mengartikan breast care adalah perawatan yang dilakukan

pada payudara dengan alasana dilakukannya untuk tindakan

memelihara dan atau perawatan. Pendapat lain menuliskan perawatan

payudara adalah suatu tindakan perawatan payudara yang

dilaksanakan, baik oleh ibu post partum maupun dibantu orang lain

yang dilaksanakan dari hari pertama atau kedua setelah melahirkan.

Sholichah N. (2011). Cara perawatan payudara adalah suatu tindakan

28
untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui)

untuk melancarkan pengeluaran ASI. Angelina J. (2016).

2. Breast care (perawatan payudara)

Sebagian ibu, aktivitas menyusui kerap dihubungkan dengan

keindahan payudara. Alasan inilah payudara yang membuat mereka

enggan berlama-lama menyusui. Pakar ASI Dr. Utami Roesli Sp. A.

dalam Rahmawati A. Widyasih H. & Suherni (2009), dalam sebuah

seminar ASI mengungkapkan bahwa sesungguhnya bukan menyusui

yang mengubah bentuk payudara, tapi proses kehamilanlah yang

menyebabkan perubahan itu. Bila ada keinginan untuk mengembalikan

bentuknya seperti saat masih gadis, lebih baik lupakanlah. Sebab

memang tidak mungkin. Namun, bukan berarti tak ada cara membuat

payudara tetap terlihat indah dan kencang. Apalagi setelah persalinan

dan di saat anda menyusui. Selain terlihat indah, perawatan payudara

yang dilakukan dengan benar dan teratur akan memudahkan si kecil

mengkomsumsi ASI. Pemeliharaan ini juga merangsang produksi ASI

sekaligus pengeluaran kolostrum dan mengurangi resiko luka saat

menyusui.

1). Alat-alat yang digunakan saat breast care

a). Minyak yang bersih/ babby oil

b). Kapas

c). Gelas yang bersih

d). Dua buah kom yang sedang berisi air hangat dan dingin

29
e). Dua buah waslap

f). handuk

2). Langkah-langkah perawatan payudara

a). Cucilah tangan sebelum masase payudara yang dapat anda

praktekan sejak hari ke-2 usai persalinan, sebanyak 2 kali

sehari.

b). Kompres puting susu dengan kapas yang dibasahi babby oil

selama beberapa menit, kemudian lakukan pengurutan

payudara.

c). Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan

kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari

pankal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada

daerah puting susu.

d). Selanjutnya buatlah gerakan memutar sambil menekan dari

pangkal payudara dan berakhir pada puting susu di seluruh

bagian payudara. Lakukan gerakan seperti ini pada payudara

kanan.

e). Gerakan selanjutnya letakkan kedua telapak tangan diantara

dua payudara. Urutlah dari tengah ke atas sambil mengangkat

kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Lakukan

gerakan ini kurang lebih 30 kali. Variasi lainnya adalah

gerakan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari di atas

dan empat jari lainnya di bawah. Peras dengan lembut

30
payudara sambil meluncurkan kedua tangan ke depan ke arah

puting susu. Lakukan hal yang sama pada payudara kanan.

f). Posisi tangan paralel. Sangga payudara dengan satu tangan,

sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi

kelingking dari arah pangkal payudara ke arah puting susu.

Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali. Setelah itu, letakkan satu

tangan di sebelah atas dan satu lagi di bawah payudara.

Luncurkan kedua tangan secara bersamaan ke arah puting

susu dengan cara memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai

semua bagian payudara terkena urutan.

g). Kompres kedua payudara dengan handuk kecil hangat selama

dua menit, lalu ganti dengan kompres air dingin selama dua

menit dan kompres lagi dengan air hangat selama dua menit.

3). Waktu pelaksanaan breast care (perawatan payudara)

Berbagai cara untuk melakukan breast care salah satunya

berdasarkan waktunya. Pelaksanaan breast care dapat dilakukan

pada 2 waktu, yaitu:

a). Dilakukan /pada hari ke 1-2 setelah melahirkan

b). Dilakukan minimal 2 kali dalam sehari

4).Persyaratan pelaksanaan breast care (perawatan payudara)

a). Pengurutan harus dikerjakan secara sistematis dan teratur

minimal dua kali dalam sehari

b). Memperhatikan makanan dengan menu seimbang

31
c). Memperhatikan kebersihan sehari-hari

d). Memakai bra yang bersih dan bentuknya yang menyokong

payudara

e). Menghindari rokok dan minuman beralkohol

f). Istrahat yang cukup dan fikiran yang tenang

5). Manfaat breast care

Semua gerakan pada penatalaksanaan breast care (perawatan

payudara) tersebut di atas bermanfaat untuk melancarkan refleks

pengeluaran kolostrum pada ASI. Selain itu juga merupakan cara

efektif meningkatkan volume ASI. Hal ini tidak kalah penting

adalah untuk mencegah permasalahan payudara. Berikut manfaat

breast care terhadap masalah-masalah dalam pemberian ASI:

a). Pada kasus puting susu lecet dan luka, rangkaian kegiatan

spelaksanaan breast care yaitu pengompresan air hangat dapat

bermanfaat sebagai anti infeksi pada daerah luka payudara dan

dapat melembutkan puting susu dengan penggunaan babby oil.

b). Pada kasus payudara bengkak, akibat dari pengompresan air

hangat dan dingin secara bergantian pada pelaksanaaan breast

care dapat mengurangi kekejangan pembuluh darah vena dan

mengurangi rasa nyeri. Khususnya pengompresan air hangat

berguna untuk melancarkan aliran darah payudara.

c). Penyumbatan saluran laktiferus atau duktus laktiferus, dengan

melakukan breast care dapat melancarkan aliran ASI.

32
d). Mastitis atau radang payudara, dengan metode breast care

peradangan akan menghilang dan amat jarang sekali menjadi

abses.

e). Abses peyudara, pijatan pada breast care bermanfaat untuk

mengeluarkan nanah, agar produksi ASI menjadi lancar

kembali.

f). Asi berkurang, lakukan perawatan payudara secara rutin,

karena hal ini bermanfaat untuk merangsang payudara

memproduksi ASI lebih banyak.

g). Bayi bingung puting, dengan melakukan breast care secara

rutin dan teratur maka produksi ASI lebih lancar keluar,

sehingga memudahkan bayi untuk mencari aroma ASI di

payudara ibunya.

h). Bayi berat lahir rendah (BBLR), lakuakan breast care sebelum

menyusui agar supaya ASI mengalir terlebih dahulu sebelum

bayi menyusui. Hal ini berkaitan dengan masalah pada bayi

dengan BBLR biasanya memiliki refleks hisap dan menelan

yang lemah, bahkan kadang-kadang tidak ada.

i). Bayi kembar, lakukan breast care secara rutin untuk

melancarkan produksi ASI, karena ibu dengan bayi kemar

memerlukan ASI yang dua kali lebih banyak dibanding ibu

menyusui dengan satu anak saja.

33
2.2 Konsep Air Susu Ibu (ASI)

2.2.1 Pengertian ASI dan Kolostrum

1. ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan

garam organik yang disekreksi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu,

sebagai makana utama bsgi bayi. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke

waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi (Kristiyansari,2009).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang ideal bagi bayi baru

lahir. ASI adalah sumber makaknan aktif dan dinamis secara biologis yang

memberikan faktor nutrisi dan imunologis untuk kesehatan, pertumbuhan,

dan perkembangan otak dan organ bayi yang optimal. Farley L. C. Dan

Tharpe L. N (2012). Asi adalah makanan pertama yang alami bagi bayi. ASI

menyediakan seluruh energi dan nutrien yang dibutuhkan oleh bayi selama

beberapa bulan pertama kehidupan, dan terus menyediakannya hingga

setengah atau lebih kebutuhan nutrisi anak selama enam bulan kedua

kehidupan, dan hingga sepertiga selama tahun kedua kehidupan. Hall J. dan

Baston H. (2011). Jadi ASI merupakan nutrisi yang paling dibutuhkan bayi

terutama selama beberapa bulan sampai dengan maksimal 2 tahun pertama

awal kehidupannya. Hal ini berkaitan dengan pentingnya pemberian ASI

secara eksklusif, yang didukung oleh definisi ASI eksklusif dari badan

kesehatan dunia WHO yang mendefikinisikan ASI eksklusif adalah hanya

memberikan ASI saja kepada bayi, tidak memberikan tambahan dalam

bentuk apapun dari usia 0-6 bulan. Waktu yang direkomendasikan WHO

34
terhadap pemberian ASI Selama 6 bulan bukannya tanpa alasan. Dalam

kajian WHO, yang telah melakukan penelitian sebanyak 3000 kali

menunjukan bahwa ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi

untuk bertahan hidup pada 6 bulan, mulai dari hormon antibodi, faktor

kekebalan sampai anti oksidan. Sejalan dengan WHO mentri kesehatan

melalui Kepmenkes RI. No.450/MENKES/IV/2004 akhirnya juga

menetapkan perpanjangan pemberian ASI secara eksklusif dari 4 bulan

menjadi 6 bulan (Riksani R,2013). Jenis-jenis ASI ada beberapa salah

satunya adalah kolostrum. ASI dibentuk secara bertahap sesuai dengan

keadaan dan kebutuhan.

2. Kolostrum

Kolostrum merupakan ASI yang keluar pada beberapa hari pertama

kelahiran dan biasanya berwarna kuning kental (Riksani R. 2013). pada saat

permulaan diproduksi kolostrum berupa cairan jernih seperti air, tetapi

kemudian menjadi lebih kuning warnanya dan konsistensinya lebih

menyerupai krim yang encer menjelang kehamilan. Setelah kelahiran bayi

warnanya terus berubah sampai hari ke-3 pascapartum kolostrum tampak

lebih menyerupai air susu, warnanya menjadi lebih pucat dan konsistensinya

lebih encer. Kolostrum ini merupakan masa peralihan (transisi), karena

perkembangan menjadi air susu yang sebenarnya memerlukan waktu 10

sampai 14 hari. Sumiaty (2011). Air susu ini atau kolostrum kaya dengan

protein dan zat kekebalan tubuh/imunoglobulin (IgG, IgA, dan IgM),

mengandung lebih sedikit lemak dan karbohidrat. Pada awal menyusui,

35
kolostrum yang keluar kira-kira sebanyak 1 sendok teh. Namun, ibu tidak

perlu khawatir dengan jumlahnya yang sedikit karena pada hari-hari pertama

bayi tidak memerlukan banyak makanan. Hal ini dikarenakan masih terdapat

cadangan makanan yang dibawa sejak dalam kandungan ibu. Kolostrum

berperan dalam melapisi dinding usus bayi dan melindunginya dari bakteri.

Kolostrum juga merupakan pencahar ideal yang berperan mengeluarkan zat

yang tidak terpakai dari usus bayi baru lahir dan mempersiapkan saluran

pencernaan untuk bisa menerima maknaan bayi nanti. Produksinya akan

berkurang perlahan saat ASI keluar, yaitu pada hari ke-3 sampai ke-5,

jumlahnya memang snagat sedikit, yakni dengan volume kolostrum 150-

300ml/24 jam.

2.2.2 Kandungan ASI dan kolostrum

1. Komponen ASI

a. Air

ASI mengandung 88,1% air sehingga ASI yang diminum bayi

sudah mencukupi kebutuhan dan dan sesuai dengan kesehatan bayi.

b. Lemak

Lemak merupakan sumber energi dibutuhkan untuk pertumbuhan

dan perkembangan bayi. Komposisi dan jumlah lemak yang

terkandung dalam ASI selalu berubah-ubah selama proses menyusui

bahkan bisa berubah disetiap harinya. Kandungan lemak yang juga

terkandung di dalam ASI ialah DHA, AA, kolesterol.

36
c. Laktosa

Laktosa adalah sejenis gula yang memberikan rasa manis pada

ASI. Kandungan laktosa pada ASI 20-30% lebih banyak dibandingkan

jenis susu lainnya. Laktosa ini berperan penting dalam proses

pertumbuhan otak bayi dan pertumbuhan tulang bayi serta berperan

penting dalam membantu pertumbuhan lactobacillus bifidus, bakteri

baik dalam saluran pencernaan. komponen lain yang terkandung dalam

ASI dalam buku. (Sumiaty, 2011)

d. Protein

Protein sangat mudah dicerana oleh bayi. Selain itu protein ASI

mempunyai kelebihan yang tidak terdapat pada susu lain, yaitu

mengandung asam amino taurin. Sistin diperlukan dalam pertumbuhan

somatic, sedangkan taurin diperlukan untuk otak.

e. Garam dan mineral

Beberapa mineral yang terkandung dalam ASI yaitu ,zat besi dan

seng.

f. Vitamin

Kandungan vitamin E dalam ASI, terutama dalam kolostrum

tergolong tinggi.

2. Komponen kolostrum

(Sumiaty 2011):

a. protein 8,5%

b. garam mineral 0,4%

37
c. Lemak 2,5%

d. Air 85,1%

e. Karbohidrat 3,5%

f. Leukosit

g. Corprcculum coloctrum dan sisa-sisa epitel yang mati.

h. Vitamin A, B, C, D, E dan K.

2.2.3 Manfaat ASI dan kolostrum

1. Manfaat ASI (Riksani R. 2013)

a. Bayi mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan

b. Bayi mendapatkan zat kekebalan tubuh, serta perlindungan dan

kehangatan melalui kontak ke kulit dengan ibunya.

c. Meningkatakan sensitivitas ibu akan kebutuhan bayinya.

d. Mengurangi perdarahan, serta konservasi zat besi, protein dan zat

lainnya, mengingat ibu tidak haid sekama menyusui sehingga

menghemat zat yang terbuang.

e. Pengehematan anggaran karena tidak perlu membeli susu dan

segala perlengkapannya.

f. ASI eksklusif dapat menurunkan angka kejadian alergi,

terganggunya pernapasan, diare dan obesitas pada anak.

Sumiaty (2011) menambahkan manfaat ASI antara lainnya yaitu :

1) ASI bermanfaat untuk mencegah infeksi

2) Bermanfaat untuk ibu dalam mempercepat pengembalian rahim ke

bentuk semula dan megurangi perdarahan.

38
3) Memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil

menyusui bayinya.

4) Memberikan kemudahan dalam penyajian, karena ASI tersedia dalam

keadaan segar dengan suhu yang sesuai sehingga bisa langsung bisa

diberikan dan selalu siap jika diperlukan pada malam hari.

2. Manfaat kolostrum

Sebagai penyiedia kebutuhan gizi bayi dalam ASI, kolostrum juga

bermanfaat sebagai pembersih mekonium dari usus bayi. Kolostrum juga

bermanfaat sebagai pelindung bayi dari infeksi. Kolostrum mengandung

banyak faktor yang membantu untuk mencegah infeksi neonatal. Sumiaty

(2011).

2.2.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Air Susu Ibu (ASI)

1. Makanan

Kualitas dan produksi ASI akan sangat dipengaruhi oleh makanan yang

dikonsumsi oleh ibu sehari hari. Tentu pada masa menyusui, ibu harus

mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan beraneka ragam.

2. Psikologis

Kondisi kejiwaan dan pikiran yang tenang juga sangat mempengaruhi

produksi ASI. Seperti yang sudah diketahui, jika ibu mengalami setre, pikiran

tertekan, tidak tenang, sedih, dan tegang akan mempengaruhi secara signifikan

terhadap produksi ASI.

39
3. Pengguna Alat Kontrasepsi

Jika ibu mulai memutuskan menggunakan kontrasepsi agar menunda

kehamilan berikutnya, tentu dalam pemilihannya harus mempertimbangkan

jenis kontrasepsi mana yang bisa digunakan selama menyusui yang tidak akan

mempengaruhi produksi ASI.

4. Perawatan Payudara

Sudah seharusnya selama proses menyusui melakukan perawatan payudara,

agar tetap bersih, terawat dan tentunya dengan perawatan payudara, hipofisis di

pengaruhi untuk mengeluarkan hormon praktilon dan oksitosin.

5. Anotomis Payudara

Payudara ASI dipengaruhi oleh jumlah kalenjer air susu dalam payudara

sehingga ukuran payudara tidaklah mempengaruhi kegiatan produksi ASI.

Payudara dengan ukuran kecil, namun mempunyai kelenjar susu yang banyak

maka tetap bisa menghasilkan ASI dalam jumlah yang banyak.

6. Faktor Fisiologi

Proses produksinya ASI dipengaruhi oleh hormon hormon tertentu. Dua

hormon yang berperan penting dalam produksi ASI adalah hormon prolaktin

dan oksitosin. Hormon prolaktin yang menentukan produksi dan

mempertahankan sekresi air susu.

7. Pola Istirahat

Faktor lainnya yang juga mempengaruhi dalam pengeluaran dan produksi

ASI adalah pola istirahat. Apabila kondisi ibu teerlalu capek, kurang istirahat

40
maka ASI juga berkurang. Pada bulan pertama tentu ibu akan merasa sangat

kurang istirahat karena pola tidur buah hati yang belum tertentu.

8. Faktor Isapan Anak

Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu maka akan mempengaruhi

pula pada produksi dan pengeluaran ASI. Namun, ada hal yang berbeda dalam

frekuensi menyusu pada bayi cukup bulan dengan bayi yang lahir prematur.

9. Berat Lahir Bayi

Berat badan bayi sewaktu lahir juga berpengaruh terhadap produksi dan

pengeluaran ASI. Hal ini dipengaruhi olehkemampuan daya isap bayi, yakni

ketika bayi terlahir dengan berat badan yang rendah cenderung mempunyai

kemampuan mengisap ASI lnagsung dari payudara ibu lebih rendah di

bandingkan dengan bayi terlahir dengan berat badan normal.

10. Umur Kehamilan Saat Melahirkan

Umur kehamilan ibu juga mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan

bayi lahir prematur sangat lemah dan tidak mampu mengisap langsung dari

payudara ibu dengan baik sehingga produkdi ASI lebih rendah dari pada bayi

yang lahir cukup bulan.

11. Sosial Budaya

Dalam setiap sosial budaya individu berbeda beda. Misalnya pada

kelompok masyarakat yang mempunyai kebudayaan merokok. Merokokyang

sudah diketahui mempunyai banyak efek yang berbahaya bagi tubuh manusia,

terlebih lagi bagi ibu menyusui. Merokok dapat mengurangi jumlah ASI yang

41
diproduksi karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk

produksi ASI.

2.2.5 Faktor Yang Menghambat Produksi ASI

Menurut Astutik, (2014). Produksi ASI yang tidak mencukupi

merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Hal

yang dapat car dilakukan menolong ibu yang ASI-nya kurang / tidak lancar

adalah mencoba menemukan penyebabnya. Aada beberapa faktor ibu yang

perlu di identifikasi dan diperbaiki sebagai penyebab berkurangnya ASI, yaitu

sebagai berikut :

1. Faktor Menyusui

Hal hal yang mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi

menyusu dini (IMD), menjadwalkan pemberian ASI, memberikan minuman

prelaktal (bayi diberi minum sambil ASI keluar), apalagi memberikannya dengan

dot / botol, kesalahan posisi dan mrngosongkan salah satu payudara saat menyusui

2. Faktor Psikologis Ibu

Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. iIbu

yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umumnya memang

produksi ASI-nya berkurang. Stress khawatir dan ketidak bahagiaan ibu pada

periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif.

Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.

3. Faktor Fisik Ibu

Faktor fisik ibu seperti ibu sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil

kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang menggunakan hormon, ibu menyusui

42
yang hamil lagi, premium alkohol, perokok atau ibu dengan kelainan anatomis

payudara dapat mengurangi produksi ASI.

4. Faktor Bayi

Tubuh ibu akan membuat ASI sesuai dengan kebutuhan bayinya. Seorang

ibu yang mempunyai bayi kembar, baik kembar dua maupun tiga sekalipun dapat

menyusu kedua bahkan ketiga bayinya. Namun, ada beberapa faktor kendala yang

bersumber pada bayi sehingga ibu tidak bisa menyusukan bayinya, misalnya bayi

sakit dan bayi dengan kelainan bawaan.

2.2.6 Kriteria ASI Lancar Dan Tidak Lancar

Menurut Mangkui Sitepoe, 2013. Di Indonesia volume ASI normal rata-rata

500cc/hari. Sedangkan ASI yang volumenya kurang dari 500cc/hari dikatakan

tidak lancar.

Sedangkan menurut Astutik, 2014. Ada beberapa kriteria yang bisa

digunakan untuk mengetahui apakah jumlah ASI cukup/lancar, diantaranya

sebagai berikut :

1. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting susu, terutama pada saat ibu

memikirkan untuk menyusui bayinya atau ingat pada bayinya.

2. Sebelum disusukan pada bayi, payudara terasa tegang.

3. Jika ASI cukup, maka bayi akan tidur atau tenang selama 3 4 jam setelah menyusui.

4. Bayi akan berkemih sekitar 8 kali sehari.

5. Berat badan bayi naik sesuai dengan pertambahan usia

43
Sedangkan tanda bayi kurang mendapatkan ASI / ASI tidak lancar adalah sebagai

berikut :

1. Urine bayi berwarna kekuningan pekat, berbau tajam dan jumlahnya sedikit (bayi

buang air kecil kurang dari 6 kali sehari).

2. Pada bulan pertama berat badan bayi meningkat kurang dari 300gram (dalam satu

minggu pertama kelahiran berat bdan bayi masih boleh turun sampai 10% dan

dalam kurun waktu 2minggu sudah kembali ke berat badan bayi semula).

Sedangkan pada bulan kedua sampai bulan keenam kurang dari 500gram perbulan

atau bayi belum mencapai berat lahirnya pada usia 2minggu. Ini menunjukkan bayi

kurang mendapat asupan yang baik selama 1 bulan terakhir.

2.3 Pengaruh Breast care pada ibu Post Partum Terhadap Kelancaran ASI

Breast care adalah perawatan yang dilakukan pada payudara dengan

alasan dilakukannya untuk tindakan memelihara dan atau perawatan. Breast care

dapat dilakukan pada ibu hamil dan ibu nifas/post partum. Penelitian ini meneliti

adanya hubungan penatalaksanaan breast care pada ibu post partum terhadap

pengeluaran ASI. Gerakan pada penatalaksanaan breast care (perawatan

payudara) bermanfaat untuk mencegah permasalahan payudara, dan yang tidak

kalah penting adalah untuk melancarkan refleks pengeluaran kolostrum yang

merupakan kandungan ASI pada ibu post partum yang menyusui, dengan kata

lain penatalaksanaan breast care bermanfaat untuk kelancaran ASI atau cara

efektif meningkatkan volume ASI.

Berdasarkan penelitian sebelumnya pernah dilakukan penelitian oleh

Mufida tentang Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas Dengan

44
Kelancaran ASI Di BPM Atika Kabupaten Madiun hasil penelitiannya

menunjukan tidak ada kelancaran ASI kareana tidak melakukan metode breast

care angka keberhasilannya adalah 36,66%. Sedangkan yang melakukan

perawatan payudara keberhasilan kelancaran ASI adalah 33,33%. Jadi dapat

disimpulkan bahwa ibu post partum yang tidak melakukan perawatan payudara

kelancaran pengeluaran ASI-nya lebih kecil dari pada ibu post partum yang telah

melakukan perawatan payudara.

45
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Ibu post partum Perubahan


Fisiologis Pada
Payudara

1.ASI Lancar Faktor yang mempengaruhi


2. ASI Tidak produksi ASI
Lancar 1.Faktor bayi :
a. Faktor isapan bayi
2. Faktor Ibu :
a. Makanan
b. Psikologis
c. Perawatan Payudara
d.Anotomi Payudara Penatalaksanaan Perawatan
e.Faktor fisiologi
c..Perawatan Payudara Payudara
f. Pola Istirahat
g. Umjur Kehamilan Saat
melahirkan ASI Lancar :
h.Pengguna alat kontrasepsi - Ibu berhasil Menyusui
i.Sosial Budaya - Produksi kolostrum ada
- Produksi ASI menjadi
lancar. ASI 500cc/hari
-ASI Tidak lancar volume
ASI kurang dari 500cc/hari
- Tumbuh Kembang bayi

46
Keterangan :
: Diteliti

: Tidak teliti

: Pengantar Penghubung

Gambar : Pengaruh penatalaksanaan breast care Pada Ibu Post Partum


Terhadap Kelancaran ASI di Puskesmas Ganding Kelurahan
Larangan Kecamatan Ganding kabupaten Sumenep tahun 2018.

Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat dijelaskan bahwa penatalaksanaan

breast care memiliki pengaruh terhadap proses produksi dan pengeluaran ASI.

Adanya pengaruh penatalaksanaan breast care pada ibu post partum terhadap

pengeluaran ASI, berakibat baik terhadap ibu post parum dan bayinya. Ibu post

partum dapat menyusui bayinya karena produksi ASI menjadi lancar dan dapat

menunjang sang ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Sedangkan manfaatnya pada

bayi, yaitu bayi memiliki kesempatan untuk berkembang dengan baik dari manfaat

ASI/kolostrum yang diterimanya.

47
3.2 HIPOTESIS

Hypotesis penelitian adalah hypotesis yang dibuat dan digunakan dalam

suatu penelitian. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada teori yang relevan, belum di dasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan

sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang

empirik (Sugiyono, 2017).

a. H1 : Ada pengaruh penatalaksanaan breast care pada ibu post partum

terhadap kelancaran ASI.

b. H0 : Tidak ada pengaruh penatalaksanaan breast care pada ibu post partum

terhadap kelancaran ASI.

48
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian

preeksperimen (pre exsperimental design). Penelitian ini menggunakan one

group pretest and posttest yaitu rancangan ini juga tidak ada kelompok

pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama

(pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi

setelah adanya eksperimen (program) (Notoatmodjo,2012).

Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :

Pre Test Perlakuan Post Test

01 X 02
Keterangan :

01 : sebelum dilakukan perawatan payudara

X : perawatan payudara dilakukan setiap hari

02 : setelah dilakukan Perawatan payudara

Pada penelitian ini, jenis pendekatan yang digunakan adalah penelitian

studi perbandingan (comparative study) yaitu dilakukan dengan cara

membandingkan persamaan dan perbedaan sebagai fenomena untuk mencari

faktor-faktor apa, atau situasi bagaimana yang menyebabkan timbulnya suatu

peristiwa tertentu (Notoatmodjo, 2012).

49
4.2 kerangka kerja

Judul:
Pengaruh breast care pada ibu post partum terhadap kelancaran ASI di Puskesmas
Ganding Kelurahan Larangan Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep

Populasi:
Seluruh Ibu nifas di Puskesmas Ganding 145 ibu nifas

Sampel :
Sebagian Ibu Nifas di Desa Larangan 36 orang

Sampling:
Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random
sampling

Tehnik Pengolahan Data :


Editing, Scoring, Coding, Tabuling, Entering,Clearing

Tehnik Pengembilan Data :


Penghambilan data mebnggunakan koisioner

Analisa Data:
Spearman Rank

Kesimpulan:
(Ha) Di Terima: Ada pengaruh breast care pada ibu post partum
terhadap pengeluaran kolostrum di BPM N di Kelurahan Larangan
Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep tahun 2018
Gambar 4.2 : Kerangka Kerja pengaruh breast care pada ibu post partum terhadap kelancaran ASI di

Puskesmas Ganding Kelurahan Larangan Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep tahun 2018

50
4.3 Populasi, Sampel Penelitian dan Sampling

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo,2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

nifas di Puskesmas Ganding Kabupaten Sumenep 145 orang

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Besaran menggunakan rumus

Slovin sebagai berikut:

N
n =1 + ()(Nurcahyo, 2010)

keterangan :

N : Jumlah populasi

n : Jumlah Sampel

e : Persen Kelonggaran (10%)

1 : Angka Konstan

Besaran sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus diatas adalah sebagai

berikut :

145
n=
1+145 (0,05)2

145
n= 1+145 (0,0025)

145
n = 1+145

n = 36 orang.

51
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 36 orang. Dalam penelitian ini

sampel diambil secara random sampling dengan menggunakan simple random

sampling.

4.3.3 Sampling

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan

dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili

keseluruhan Pada penelitian ini menggunakan Probability Sampling adalah teknik

pengambilan sampel dengan maksud untuk memberikan peluang yang sama

dalam pengambilan sampel yang bertujuan untuk generalisasi, dengan berasas

probabilitas unit terpilih sama (Aziz, 2014). Dengan jenis Tekhnik pengambilan

sampel pada penelitian ini adalah Simple Random Sampling yaitu dikatakan

simple ( sederhana ) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel (Nursalam,

2013). Besar sampel diperoleh dari jumlah populasi, karena jumlah subyeknya

besar dan supaya perolehan sampel lebih akurat maka besar sampel diperoleh

dengan menggunakan jumlah sampel minimal, yaitu 30 orang (Arikunto, 2010).

4.4 Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitia : akan dilaksanakan di Puskesmas Ganding Kecamatan Ganding

Kabupaten Sumenep

Waktu Pelaksanaan : Dari bulan januari-maret 2018

52
4.5 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karateristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu. Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level dari abstrak

yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi

suatu penelitian ( Nursalam,2009).

4.5.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan

atau timbulnya variabel independen (terikat).Dalam penelitian ini variable

independen adalah pelatihan perawatan payudara.

4.5.2 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena variable bebas.Dalam penelitian ini variable dependen adalah

keterampilan perawatan payudara.

4.6 Instrumen Penelitian

Teknik penguji instrumen dilakukan agar alat ukur (chek list) mempunyai

kriteria vaaliditas dan relibilitas (Notoatmodjo, 2002). Dalam melakukan

penelitian ini menggunakan instrument atau alat ukur yang berupa kuesioner

yang disusun seniri pleh peneliti yang meliputi : variabel independen (konseling

tentang perawatan payudara) menggunakan kuesioner sedangkan variabel

dependen ( perilaku ibu dalam perawatan payudara) menggunakan kuesioner.

53
Kuesionar pada konseling tentang perawatan payudara dalam penelitian

ini memuat daftar pertyaan yang mana responden hanya tinggal memberikan

tanda chek ( ) pada pilihan jawaban yang dikehendaki oleh responden

kuesioner yng digunakan untuk pemberikan ASI eklusif adalah berjumlah 10

pertanyaan yang bersifat tertutup, 10 pertanyaan tertutup. Kuesioner ini juga

telah dilakukan uji validitas dan uji reabilitas dengan memasukkan data yang

disediakan pada program komputer.

4.7 Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional adalah suatu penentuan mengenal wujud variabel

yang akan dikaji dalam suatu penelitian. Untuk mengkaji hipotesis, peneliti

perlu menentukan atau memastikan variabel apa saja yang akan dilibatkan

dalam penelitian ini. Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan

kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang

bersangkutan serta mengembangkan instrumen alat ukur. Brdasarkan urain di

atas, maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

54
A. Variabel Dependen

Tabel 4.7 : Definisi operasional pengaruh perawatan payudara terhadap pengeluaran ASI pada

ibu nifas di Puskesmas Ganding.

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Hasil Ukur


operasional

Independen: Perawatan Melakukan Modul Nominal 1. Melakukan


Perawatan payudara adalah perawatan perawatan
payudara cara untuk payudara payudara = 2
merawat dengan benar 2. Tidak
payudara agar melakukan
ASI keluar perawatan
dengan lancar payudara= 1
dan perawatan
payudara
dilakukan 2 kali
sheari.
Dependen : Keberhasilan ibu 1.Pengeluaran Kuesioner Ordinal Banyaknya
Kelancaran ASI nifas terhadap ASI Pengeluaran
kelancaran ASI. 500cc/hari ASI
Produksi ASI atau lebih 1. Lancar (ASI
Lancar atau tidak dari 500cc/hari)
lancar 500cc/hari 2. Tidak Lancar
2.Volume (ASI
ASI kurang <500cc/hari)
dari
500cc/hari

4.8 Teknik pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam,2009).

4.8.1 Prosedur Administtrasi

Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin

penelitian kepada STIKES Hafshawati Zainul Hasan Genggong Probolinggo tentang

Pengaruh Breast Care Terhadap Pada Ibu Post Partum Terhadap Kelancaran ASI di

55
Puskesmas Ganding Di Kelurahan Larangan Kecamatan Ganding Kabupaten

Sumenep. Dari STIKES peneliti langsung menyerahkan izin penelitian kepada

Kepala Puskesmas Ganding Kabupaten Sumenep. Setelah mendapatkan surat balasan

izin peneliti langsung mengadakan peneliti.

4.8.2 Secara Teknis

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh bidan yang ada di

Puskesmas Ganding Kabupaten Sumenep. Peneliti ini menjelaskan maksud dan

tujuan responden tentang penelitian yang akan dilakukan dan responden mengisi

lembar persetujuan menjadi responden, peneliti memberikan kuesioner kepada

responden yang sudah ditentukan sebagai sampel, selama pengisian kuesioner,

responden didampingi oleh peneliti, sehingga apabila ada item pernyataan yang tidak

jelas dapat ditanyaakan langsung pada peneliti, kemudian peneliti melakukan

observasi pada ibu yang melakukan perawatan payudara di puskesmas, setelah 1

minggu kemudian peneliti kembali ke puskesmas untuk memberikan kuesioner yang

kedua atau kuesioner setelah perawatan payudara. Sebelum kuesioner dikumpulkan,

peneliti memeriksa kembali jawaban untuk setiap pernyataan agar tidak ada yang

ketinggalan dan sesuai dengan petunjuk pengisian.

Langkah-langkah yang ditempuh dan teknik yang digunakan untuk

pengumpulan data (prosedur penelitian):

1. mengurus perizinan penelitian kepada kepala pendidikan dan pelatihan di Puskesmas

Ganding

2. Memberikan informed consent kepada responden.

56
3. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

4. Menandatangani surat pernyataan bersedia menjadi responden.

4.9 Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh melalui alat ukur kuesioner dan masih dalam keadaan

mentah. Oleh karena itu data tersebut harus diproses atau diolah sehingga dapat

memberikan makna guna menyimpulkan problematika penelitian. Adapun

langkah-langkah dalam pengolahan data sebagai berikut :

4.9.1 Editing

Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan data yang

telah dikumpulkan. Juga memontor jangan sampai terjadi kekosongan data yang

dibutuhkan. Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah

kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut

(Notoatmodjo,2012)

4.9.2 Scoring

Setelah penyebaran kuesioner pada responden telah selesai dilaksanan

kemudian diberi skor. Pada lembar kuesioner kesepian persalinan, untukskor

dikatakan baik apabila skor 55-72, cukup dengan skor 37-54, kurang dengan skor

18-36. Skor tertinggi atau dominan pada kuesioner kesepian persalinan, dapat

menunjukan bahwa responden mengarah pada kesepian persalinan sesuai tingkatan

yang telah tercantum dalam parameter kuesioner.

57
4.9.3 Coding

Suatu model untuk mengkonveksikan data yang dikumpulkan selama

penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis, biasannya disebut

coding. Misalnya dilihat dari perawatan payudara, diberi coding yaitu 2 =

melakukan perawatan payudara, 1= tidak melakukan perawtan payudara.

Sedangkan untuk kesiapan menghadapi perawatan payudara diberi coding yaitu 3=

baik,2= cukup, 1=kurang.

4.9.4 Tabulating

Tabulating adalah proses pengelompokan jawaban-jawaban dengan cara

teliti dan teratur dari hasil penyebaran kuesioner oleh peneliti. Dari pengolahan

data hasil penelitian yang telah dilaksanakan, data kemudian dimasukan dalam

tabel distribusi yang dikonfirmasi dalam bentuk presentase.

Hasil presentase tersebut dapat diinterpretasikan dengan menggunakan

kriteria kualitatif sebagai berikut :

a. 90%-100% : Mayoritas

b. 70%-89% : Sebagian besar

c. 51%-69% : Lebih dari sebagian

d. 50% : Sebagian

e. 50% : Kurang dari sebagian

58
4.9.5 Data Entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.

4.9.6 Cleaning

Data-data yang telah dimasukkan ke program komputer dilakukan

pembersihan agar seluruh data yang diperoleh terbebas dari keseluruhan sebelum

dilakukan analisis data.

4.10 Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan

pokok penelitian yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaa peneliti yang mengungkapkan

fenomena (Nursalam,2009). Untuk mengetahui pengaruh perawatan payudara

terhadap perilaku ibu dalam melakukan perawatan payudara pada ibu nifas, dianalisis

dengan mentabulasikan skor dalam kuesioner sesuai dengan jawaban yang ada.

1. Analisa Univariat

Analisis univariat dilakaukan terhadap sabuah variabel untuk

menginformasikan suatu variabel dalam kondisi tertentu tanpa dikaitkan dengan

variabel lain (Rokhman, 2010). Dalam penelitian ini analisis univariat digunakan

untuk menjelaskan atau mendeskriptifkan karateristik dari variabel perawatan

payudara. Data yang didapatkan kemudian diolah dan analisis dengan menggunakan

59
program komputer dan ditampilkan dalam bentuk tabel data yang menjabarkan

malalui distribusi frekuensi dan presentase dari masing-masing variabel.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang

signifikan antara dua atau lebih kelompok (Hastono,2006). Dalam penelitian ini

analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Spearman Rank (Rho) karena

ujian ini digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua

variabel yang berskala ordinal, cara dan contoh adalah sebagai berikut(Hidayat 2010):

a. Membuat hipotesis

b. Membuat tabel penolong untuk menghitung peringkat

c. Menentukan rs hitung dengan rumus sebagai berikut :

6 2
rs = 1 (2 1)

Keterangan :

rs : nilai korelasi Spearman Rank

d2 : Selisih setiap pasangan Rank

n : Jumlah pasangan Rank untuk Spearman ( 5 < n < 30 )

d. Menentukan nilai rs tabel Spearman

e. Menentukan Z hitung dengan rumus sebagai berikut :


rs
Zhitung = 1/
1

f. Membuat Kesimpulan

60
Apabila Z hitung > Z tabel maka Ho ditolak artinya signifikan. Apabila Z hitung

< Z tabel maka Ho diterima artinya tidak signifikan.

4.11 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian merupakan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, pada penelitian ini berhubungan langsung dengan

manusia maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat,2009).

4.7.1 Persetujuan responden (Tanpa Nama)

Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah mereka

berkenan menjadi responden atau tidak, tanpa adanya sanksi apapun terhadap

dirinya.

4.7.2 Inform Consent (Lembar persetujuan)

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian, kemudian

memberikan lembar persetujuan. Jika bersedia responden, menandatangani

lembar persetujuan, jika responden tidak bersedia, peneliti tidak memaksa dan

tetap akan menghormati haknya.

4.7.3 Anonymity (Tanpa nama)

Nama ibu yang menjadi responden tidak perlu dicantumkan dilembar

pengumpulan data hanya nomor kode yang digunakan sebagai identitas

responden.

61
4.7.4 Confidentiality (Kerahasian)

Kerahasian informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti. Hanya data tertentu yang akan disajikan pada hasil penelitian dengan

tetap menjaga privasi dan nilai-nilai keyakinan responden.

62

Anda mungkin juga menyukai