Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNIK OPTIK P2
BENDING DAN PENGARUH SUHU PADA SERAT OPTIK

Disusun oleh :

Nur Ummama Sofyana (02311745000004)

Asisten :
Wilda Prihasty (02311440000051)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA


DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

1
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNIK OPTIK P2
BENDING DAN PENGARUH SUHU PADA SERAT OPTIK

Disusun oleh :

Nur Ummama Sofyana (02311745000004)

Asisten :
Wilda Prihasty (02311440000048)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA


DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

i
ABSTRAK

Serat optik merupakan serat tipis yang terbuat dari gelas atau
kaca yang bisa menyalurkan cahaya dari satu tempat ke tempat lain.
Loss pada serat optic dapat disebabkan karena adanya bending dan
perubahan suhu losses akibat bending dengan 5 variasi lilitan.
Diketahui bahwa daya keluaran berkurang setiap pengurangan jumlah
lilitan. karena cahaya tidakdapat dipantukan secara sempurna. Pada
percobaan ini dilakukan percobaan untuk mengetahui berapakah
power losses saat serat optik dikenai bending maupun kenaikan suhu.
Percobaan dilakukan pada serat optik dan multimode kemudian
dibandingkan. Diketahui bahwasanya besar loss baik dibending
maupun kenaikan suhu paling banyak terjadi pada serat optik single
mode dengan loss power sekitar 37.73 dBm, dan saat dinaikan
suhunya losses sebesar 0.01 untuk singlemode dan -14.11 untuk serat
optik multimode

Kata Kunci : Serat Optik, Sensor, Suhu, dan Tekukan.

ii
ABSTRACT

Optical fiber is a thin fiber made of glass or glass that can


distribute light from one place to another. Loss on optical fibers can
be caused by the bending and temperature changes of losses due to
bending with 5 variations of the winding. It is known that the output
power decreases every reduction of the number of turns. because light
can not be perfectly attributed. In this experiment conducted
experiment to know what is the power losses when optical fiber
bending and temperature rise. Experiments conducted on optical fiber
and multimode were then compared. It is known that the great loss of
both bending and temperature rise occurs mostly in single mode
optical fibers with loss power of about 37.73 dBm, and when elevated
to 0.01 for losses singlemode and -14.11 for multimode optical fiber

Keywords: Fiber Optics, Sensor, Temperature, and Bending

iii
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat


Allah SWT karena dengan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan
Laporan Resmi Praktikum Teknik Optik ini dengan sebaik-baiknya.
Tidak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Dalam Laporan ini kami membahas tentang pengaruh bending
dan suhu pada serat optik. Kami berharap laporan yang kami buat ini
nantinya dapat bermanfaat bagi seluruh pembacanya, sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan para pembacanya.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun Laporan ini,
khususnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada asisten
praktikum Teknik Optik.
Kami mengetahui masih banyak kesalahan dalam penyusunan
laporan ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan
sebagai bahan perbaikan dalam penyusunan laporan yang akan
datang.

Surabaya, 17 Nopember 2017

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................... i


ABSTRAK ................................................................................... ii
ABSTRACT ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................ iv
DAFTAR ISI ............................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................. vi
DAFTAR TABEL ....................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................. 2
1.4 Sistematika Laporan ....................................................... 2
BAB II DASAR TEORI
2.1 Serat Optik ...................................................................... 5
2.2 Struktur Dasar Serat Optik .............................................. 5
2.3 Cara Kerja Serat Optik .................................................... 6
2.4 Jenis-jenis Serat Optik .................................................... 7
2.5 Karakteristik Serat Optik ................................................ 10
2.6 Lekukan (Bending) Serat Optik ...................................... 12
2.7 Serat Optik Sebagai Sensor............................................. 14
BAB III METODOLOGI PENILITIAN
3.1 Peralatan Percobaan ........................................................ 15
3.2 Prosedur Percobaan......................................................... 15
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data.................................................................... 17
4.2 Pembahasan .................................................................... 20
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................... 21
5.2 Saran ............................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Dasar Serat Optik ...................................... 6


Gambar 2.2 Perambatan cahaya pada Serat Optik yang
Lurus ........................................................................ 6
Gambar 2.3 Perambatan cahaya pada serat optik yang
Melengkung ............................................................ 7
Gambar 2.4 Serat Optik Singlemode ........................................... 8
Gambar 2.5 Serat Optik Multimode ............................................ 8
Gambar 2.6 Step index multimode .............................................. 9
Gambar 2.7 Granded index multimode ....................................... 9
Gambar 2.8 Sinar cahaya Datang pada Bidang Batas ................. 11
Gambar 2.9 Sudut Dimana Sinar dapat Diterima oleh
Serat Optik ............................................................... 11
Gambar 3.1 Skema Rangkaian Alat Perobaan 1 ......................... 15
Gambar 3.2 Set Up Eksperimen 2 Modul 2 ................................ 16
Gambar 3.3 Skema Rangkaian Alat Perobaan 2 ......................... 16
Gambar 4.1 Perbndingan losses singlemode dan multimode saat
dikenai variasi bending ................................................. 18
Gambar 4.2 Perbndingan losses singlemode dan multimode saat
dikenai kenaikan suhu ................................................ 19

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Bending dengan variasi bending pada
serat optik singlemode ................................................... 17
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Bending dengan variasi bending
pada serat optik multimode........................................ 17
Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan kenaikan suhu terhadap serat
optik singlemode ....................................................... 18
Tabel 4.4 Data Hasil Percobaan kenaikan suhu terhadap serat
optik multimode......................................................... 19

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangan zaman, kecepatan transmisi data yang
cepat, efektif dan efisien semakin diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan manusia, karena transmisi data dapat membantu mengirim
sebuah data yang mengandung informasi dapat sampai secara akurat
ke penerima transmisi data tersebut. Teknologi yang mendukung
semakin cepat,efektif dan efisien salah satunya adalah serat optik,.
Didalam penggunan serat optik, sering juga terjadi faktor
hilangnya informasi yang diakibatkan oleh rugi-rugi yang terjadi di
sepanjang kabel serat optik, salah satu dari rugi-rugi tersebut adalah
rugi daya yang diakibatkan oleh kelengkungan sepanjang kabel serat
optik yang mengakibatkan perubahan daya transmisi.
(repository.usu.ac.id, 2017)
Disisi lain serat optik dapat diaplikasikan sebagai sensor
untuk pengukuran beragam parameter seperti pergeseran, suhu,
tekanan, kelembaban, laju aliran fluida, laju rotasi, konsentrasi suatu
zat, medan Iistrik, medan magnet, serta analisis kimia. Keunggulan
serat optik sebagai suatu sensor antara lain adalah tidak kontak
langsung dengan obyek pengukuran, tidak menggunakan listrik
sebagai isyarat, akurasi pengukuran yang tinggi, relatif kebal
terhadap induksi listrik maupun magnet, dapat dimonitor dari
jarak jauh, dapat dihubungkan dengan sistem komunikasi data
melalui perangkat antarmuka (interface) serta dimensi yang kecil
dan ringan. Keuntungan lainnya adalah tahan terhadap interferensi
gelombang elektromagnetik, memiliki sensitivitas tinggi, dan tahan
terhadap korosi serta tahan terhadap suhu tinggi. Serat optik juga
memiliki struktur yang sederhada dan biaya rendah. (dokumen.tips,
2017)
Oleh karena itu, praktikum mengenai pengukuran loss akibat
bending dan suhu pada serat optik perlu dilakukan.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang sesuai dengan latar belakang
diatas, adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana prinsip transmisi sinyal pada serat optic?
b. Bagaimana pengaruh lekukan (bending) terhadap nilai daya
sinyal yang ditransmisikan pada serat optic?
c. Bagaimana pengaruh suhu terhadap nilai daya sinyal yang
ditransmisikan pada serat optik?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka didapatkan tujuan
sebagai berikut :
a. Mengetahui prinsip transmisi sinyal pada serat optik.
b. Mengetahi pengaruh perubahan lekukan (bending) terhadap
nilai daya sinyal yang ditransmisikan pada serat optic.
c. Mengetahui pengaruh suhu terhadap nilai daya sinyal yang
ditransmisikan pada serat optik.

1.4 Sistematika Laporan


Dalam laporan praktikum kali ini terdiri atas lima Bab dengan
beberapa sub bab pada setiap babnya, berikut ini sistematika laporan
pada praktikum kali ini.
a. BAB I PENDAHULUAN : dalam bab ini berisikan tentang
latar belakang diadakannya praktikum kali ini, selain itu
berisikan juga permasalahan yang ingin diselesaikan dalam
pelaksanaan praktikum kali ini serta tujuan tujuan
diadakannya praktikum kali ini
b. BAB II DASAR TEORI : dalam bab ini berisikan tentang
teori-teori yang dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan
praktikum kali ini
c. BAB III METODOLOGI PERCOBAAN : dalam bab ini
berisikan tentang alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum kali ini
3

d. BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN : dalam bab ini


berisikan tentang analisa dari hasil praktikum yang telah
dilakukan serta pembahasan dari praktikum
e. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN : dalam bab ini
berisikan tentang kesimpulan yang dapat diambil dari
pelaksanaan praktikum kali ini serta saran untuk pelaksanaan
praktikum untuk kedepannya
4

Halaman ini sengaja dikosongkan


BAB II
DASAR TEORI

2.1 Serat Optik


Serat optik merupakan media transmisi atau pandu gelombang
cahaya berbentuk silinder yang dikembangkan diakhir tahun 1960-an
sebagai jawaban atas perkembangan sistem komunikasi yang semakin
lama membutuhkan bandwidh yang besar dengan laju transmisi yang
tinggi. Serat optik terbuat dari bahan dielektrik berbentuk seperti kaca.
Di dalam serat inilah energi cahaya yang dibangkitkan oleh sumber
cahaya disalurkan sehingga dapat diterima di ujung unit penerima
(receiver).
Serat optik terdiri dari dua jenis yaitu serat optik kabel dan serat
optik plastik. Serat optik kabel banyak digunakan untuk transmisi
jarak jauh sementara untuk serat optik plastik hanya digunakan untuk
komunikasi jarak pendek. Serat optik banyak dibuat dari kaca atau
bahan silika (SiO2), yang biasanya diberi doping untuk menaikkan
indeks biasnya. Serat optik plastik tidak jauh berbeda dengan serat
optik kabel, hanya saja untuk serat optik kabel dilengkapi dengan
kevlar untuk penguat serat optik. (eprints.uny.ac.id, 2017)
2.2 Struktur Dasar Serat Optik
Struktur dasar dari sebuah serat optik yang terdiri dari 3 bagian :
a. Core (inti)
Sebuah batang silinder terbuat dari bahan dielektrik (bahan silika
(SiO2), biasanya diberi doping dengan germanium oksida (GeO2)
atau fosfor penta oksida (P2O5) untuk menaikan indeks biasnya) yang
tidak menghantarkan listrik, inti ini memiliki jari-jari, besarnya sekitar
8 200 m dan indeks bias n1, besarnya sekitar 1,5.
b. Cladding (Selimut)
Merupakan bagian yang membungkus core sehingga pulsa-pulsa
cahaya yang akan keluar dari core terpantul ke dalam core kembali
sehingga pulsa cahaya tidak hilang di perjalanan.Cladding
mempunyai dimaeter yang bervariasi antara 125 m untuk single
mode dan multimode step index ) dan 250 m (untuk multimode
graded index)
5
6

a. Coating (jaket)
Terbuat dari bahan plastik yang elastis, berfungsi sebagai
pelindung core dan cladding dari gangguan luar. (lib.ui.ac.id, 2017)

Gambar 2.1 Struktur Dasar Serat Optik


(lib.ui.ac.id, 2017)

2.3 Cara Kerja Serat Optik


Penemuan serat optik sebagai media transmisi pada suatu sistem
komunikasi didasarkan pada hukum Snellius untuk perambatan
cahaya pada media transparan seperti pada kaca yang terbuat dari
kuartz kualitas tinggi dan dibentuk dari dua lapisan utama yaitu
lapisan inti dengan indeks bias n1 dan
dilapisi oleh cladding dengan indeks bias n2 yang lebih kecil dari n1.
Menurut hukum Snellius jika seberkas sinar masuk pada suatu ujung
serat optik (media yang transparan) dengan sudut kritis dan sinar itu
datang dari medium yang mempunyai indeks bias lebih kecil dari
udara menuju inti fiber optik (kuartz murni) yang mempunyai indeks
bias yang lebih besar maka seluruh sinar akan merambat sepanjang
inti (core) serat optik menuju ujung yang satu. (lib.ui.ac.id, 2017)

Gambar 2.2Perambatan cahaya pada serat optik yang lurus


(lib.ui.ac.id, 2017)
7

Gambar 2.3Perambatan cahaya pada serat optik yang melengkung


(lib.ui.ac.id, 2017)

Cahaya pada serat optik merambat melalui core dengan secara


terus-menerus memantul dari cladding, prinsip ini dikenal dengan
total internal reflection yaitu ketika dua material yang mempunyai dua
indeks bias yang berbeda dimana n1>n2 maka total internal reflection
akan terjadi apabila sudut datang (i) pada material dengan indeks n1
lebih besar dibanding sudut kritis (c). Cladding tidak menyerap
cahaya apapun dari core, gelombang cahaya dapat merambat pada
jarak yang sangat jauh. Tapi bagaimanapun juga, beberapa sinyal
cahaya menurun di dalam fiber, karena ketidakmurnian kaca.
Besarnya penurunan sinyal bergantung pada kemurnian kaca dan
panjang gelombang cahaya yang ditransmisikan. (lib.ui.ac.id, 2017)

2.4 Jenis-jenis Serat Optik


Secara umum terdapat dua jenis serat optik yaitu :
a. Serat optik singlemode
Serat optik jenis ini memiliki diameter inti yang sangat kecil
antara 810 micron sehingga cahaya hanya dapat merambat melalui
satu mode saja, seperti yang ditunjukkan oleh. Biasanya digunakan
untuk transmisi jarak jauh dengan kecepatan tinggi dan memiliki loss
yang lebih kecil dari pada multimode fiber optic
8

Gambar 2.4 Serat Optik Singlemode


(lib.ui.ac.id, 2017)

Serat optik singlemode memiliki bandwidth yang lebih besar


dibandingkan dengan mode lainnya, dimana serat optik ini juga
memiliki tingkat akurasi yang tinggi dalam mentransmisikan impuls
pada penerimanya. (lib.ui.ac.id, 2017)

b. Serat Optik Multimode


Serat optik jenis ini memiliki diameter inti 5080 micron
sehingga cahaya dapat merambat melalui beragam mode (lintasan/
path). Pada saat sebuah pulsa cahaya melalui fiber optic multimode,
daya pulsa didistribusikan hampir ke seluruh mode dimana setiapmode
memiliki kecepatan yang berbeda, sehingga mode dengan kecepatan
yang lebih tinggi akan sampai terlebih dahulu. Fenomena ini disebut
modaldispersion dan mengakibatkan pulsa yang dikirim mengalami
pelebaran. Serat optik jenis ini biasanya digunakan untuk transmisi
jarak pendek dengan kecepatan rendah, karena memiliki loss yang
besar. (lib.ui.ac.id, 2017)

Gambar 2.5 Serat Optik Multimode


(lib.ui.ac.id, 2017)
9

Serat optik multimode dapat dibagi 2 yaitu


Step index multimode

Gambar 2.6 Step index multimode (lib.ui.ac.id, 2017)

Serat optik step index multimode memiliki nilai indeks bias inti
(n1) yang seragam di seluruh bagian inti.
Keseragaman ini mengakibatkan adanya selisih yang cukup
besar antara indeks bias inti (n1) dengan indeks bias
cladding(n2).Perbedaan indeks bias inilah yang disebut dengan
beda indeks () dan secara sistematis dapat dihitung
menggunakan Persamaan. (lib.ui.ac.id, 2017)

................................................... (1)

Granded index multimode

Gambar 2.7 Granded index multimode (lib.ui.ac.id, 2017)

Jenis ini memiliki inti dengan indeks bias yang berangsur


angsur mengecil ketika jaraknya semakin jauh dari sumbu inti
dan akan membentuk mode parabola. (lib.ui.ac.id, 2017)
10

2.5 Karakteristik Serat Optik


a. Pemantulan Internal Total
Ketika cahaya yang menjalar di dalam bahan transparan yang
memiliki perbedaan indeks bias, sehingga menemui permukaan bahan
transparan lainnya, maka dua hal akan terjadi, yaitu: 1) Sebagian
cahaya dipantulkan, dan 2) Sebagian cahaya diteruskan ke dalam
bahan transparan kedua. Cahaya yang diteruskan biasanya berubah
arah ketika memasuki bahan kedua, yaitu jika cahaya masuk dengan
sebuah sudut terhadap garis normal permukaan bahan. Pembelokan
cahaya ini timbul karena pembiasan yang bergantung pada kecepatan
cahaya di dalam suatu bahan, dan kecepatannya berbeda di dalam
bahan dengan indeks bias berbeda. Seberkas sinar datang dari medium
pertama yang mempunyai indeks bias dengan sudut datang , sinar itu
dibiaskan pada bidang batas dan masuk ke medium kedua yang
mempunyai indeks bias dengan sudut bias. Menurut hukum Snell
pembiasan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk:

............................................................................ (2)
Gambar 2.8(a) menunjukkan sinar datang dari medium pertama
menuju medium kedua dengan sudut datang . Pada bidang batas sinar
datang sebagian dipantulkan dengan sudut pantul dan sebagian lain
dibiaskan dengan sudut bias . Apabila sinar datang dengan sudut yang
melewati bidang batas dua medium dengan dibiaskan dengan sudut
90, maka sudut datang inilah yang disebut dengan sudut kritis (),
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8(b). berdasarkan persamaan
(2) nilai sudut kritis diberikan oleh:

.......................................................... (3)
Gambar 2.8(c) menunjukkan bahwa sudut datang lebih besar
daripada sudut kritis, sehingga sinar mengalami pemantulan internal
total. (eprints.uny.ac.id, 2017)
11

Gambar 2.8 Sinar cahaya datang pada bidang batas


(eprints.uny.ac.id, 2017)

b. Numerical Aperture
Sinar cahaya yang masuk ke dalam inti serat optik membentuk
sudut datang tertentu terhadap poros serat optik. Sudut yang menuju
ke arah permukaan serat optik, tidak semua akan diteruskan. Tetapi
ada syarat tertentu agar sinar yang datang tersebut dapat diteruskan.
Gambar 3 menunjukkan adanya sudut max yang merupakan batas
agar sinar dapat melewati serat optik. Sudut ini disebut Numerical
Aperture.
Sinar tidak dapat melewati serat optik jika datang dengan sudut
lebih besar dari max. Sinar ini bisa masuk ke serat optik tetapi tidak
dapat melewati serat optik karena sinar telah diserap oleh cladding.
Sedangkan semua sinar dengan sudut datang kurang dari max dapat
masuk dan melewati serat optik, sinar ini akan mengalami pematulan
internal total yang menyebabkan sinar tetap berada dalam serat optik

Gambar 2.9 Sudut dimana sinar dapat diterima oleh serat optik
(eprints.uny.ac.id, 2017)
12

Besarnya nilai numerical aperture (NA) ditentukan dengan


persamaan berikut:

............................ (4)
Dengan n adalah indeks bias udara = 1, n1 adalah indeks bias inti,
n2 adalah indeks bias selubung (cladding) (Mitschke,2009:18-19).
Nilai numerical aperture adalah suatu ukuran kemampuan serat optik
untuk menangkap sinar yang berasal dari sumber optik. Semakin besar
nilai NA menandai semakin tinggi efisiensi dari suatu sumber optik
dalam mengkopling sinar-sinar ke dalam serat optik (eprints.uny.ac.id,
2017)

c. Rugi-Rugi Daya Serat Optik


Daya yang dibawa oleh cahaya akan mengalami pelemahan
(rugirugi/loss) akibat terjadinya kebocoran atau karena kurangnya
kejernihan bahan serat optik. Besaran pelemahan daya pada serat optik
dinyatakan sebagai perbandingan antara daya pancaran awal terhadap
daya yang diterima dan dinyatakan dalam deci-Bell (dB). Pelemahan
daya disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu absorpsi, hamburan
(scattering) dan lekukan (bending losses). Gelas yang merupakan
bahan pembuat serat optik biasanya terbentuk dari silicon-dioksida
(SiO2) yang memiliki indeks bias tertentu. Variasi indeks bias
diperoleh dengan menambahkan bahan lain seperti oksida titanium,
thallium, germanium atau boron. Dengan susunan bahan yang tepat
maka akan didapatkan atenuasi yang kecil. Pelemahan energi yang
mengakibatkan pelemahan amplitudo gelombang yang sampai pada
penerima menjadi lebih kecil dari pada amplitudo yang dikirimkan
oleh pemancar (eprints.uny.ac.id, 2017)

2.6 Lekukan (Bending) Pada Serat Optik


Bending merupakan salah satu faktor (selain absorbtion, scattering)
yang menyebabkan terjadinya redaman (atenuasi) dalam proses
transmisi sinyal pada serat optik. Redaman serat optik merupakan
karakteristik penting yang harus diperhartikan mengingat kaitannya
13

dalam menentukan jarak pengulang (repeater), jenis pemancar dan


penerima optik yang harus digunakan (repository.usu.ac.id, 2017).
Redaman sinyal cahaya yang merambat di sepanjang serat merupakan
pertimbangan penting dalam desain sebuah sistem komunikasi optik,
karena menentukan peran utama dalam menentukan jarak transmisi
maksimum antara pemancar dan penerima.
Ada dua jenis bending (pembengkokan) yaitu macrobending dan
microbending. Macrobending adalah pembengkokan serat optik
dengan radius yang panjang bila dibandingkan dengan radius serat
optik. Redaman ini dapat diketahui dengan menganalisis distribusi
modal pada serat optik. Microbending adalah pembengkokan-
pembengkokan kecil pada serat optik akibat ketidakseragaman dalam
pembentukan serat atau akibat adanya tekanan yang tidak seragam
pada saat pengkabelan. Salah satu cara untuk menguranginya adalah
dengan menggunakan jacket yang tahan terhadap tekanan
Redaman () sinyal atau rugi-rugi serat optik didefenisikan
sebagai perbandingan antara daya output optik (Pout) terhadap daya
input optik (Pin) sepanjang serat L, dimana dapat ditunjukkan pada
persamaan di bawah ini
10
=
log () / ........................................................ (5)

Dimana:
L = Panjang serat optik (km)
Pin = Daya input optik (Watt)
Pout= Daya output optik (Watt)
= Redaman

Menurut rekomendasi ITU-T, kabel serat optik harus mempunyai


koefisien redaman 0.5 dB/km untuk panjang gelombang 1310 nm dan
0.4 dB/km untuk panjang gelombang 1550 nm. Tapi besarnya
koefisien ini bukan merupakan nilai yang mutlak, karena harus
mempertimbangkan proses fabrikasi, desain komposisi serat, dan
desain kabel. Untuk itu terdapat range redaman yang masih diijinkan
yaitu 0.3-0.4 dB/km untuk panjang gelombang 1310 nm dan 0.17-0.25
14

dB/Km untuk panjang gelombang 1550 nm (Modul Praktikum Teknik


Optik, 2017)

2.7 Serat Optik Sebagai Sensor


Bahan-bahan untuk membuat serat optik terdiri dari banyak jenis,
salah satunya adalah serat optik plastik. Serat optik plastik adalah
media transmisi cahaya yang dapat diaplikasikan untuk sensor dan
berkas cahaya yang ditransmisikan lebih dari satu sehingga dapat
juga disebut serat optik multimode. Beberapa aplikasi serat optik
plastik sebagai sensor antara lain sebagai sensor pergeseran,
sensor suhu, sensor tekanan, sensor kelembaban, sensor laju aliran
fluida, sensor laju rotasi, sensor konsentrasi suatu zat, sensor
medan Iistrik, sensor medan magnet, serta sebagai sensor analisis
kimia. (Gupta, 1998). Struktur dari serat optik plastik secara umum
sama dengan serat optik pada umumnya, yaitu terdiri dari core,
cladding dan coating. Tetapi serat optik plastik mempunyai ukuran
fisik yang lebih besar dibandingkan dengan serat optik berbahan
kaca. Selain itu, serat optik plastik lebih fleksibel dan tidak mudah
patah karena serat optik plastik terbuat dari bahan polimer.
Kekurangan dari serat optik jenis ini adalah kurang cocok jika
diaplikasikan untuk transmisi data pada sistem komunikasi serat
optik karena serat optik plastik mempunyai dispersi yang besar
pada jarak yang pendek.
Sensor menggunakan serat optik pada umunya menggunakan
metode adsorbsi gelombang cahaya oleh cladding, yaitu dengan
menggantikan cladding serat optik dengan spesimen yang akan
diukur, Perubahan spesimen cladding menyebabkan penyerapan
pada cladding berubah pula. Hal inilah yang menyebabkan
intensitas cahaya yang ditransmisikan berbeda-beda jika spesimen
yang dijadikan cladding berbeda. Saat sinar ditransmisikan pada
serat optik yang sedikit energinya masuk ke dalam cladding dan
menghilang (atenuasi). (Modul Praktikum Teknik Optik, 2017)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini
adalah sebagai berikut :
a. Laser Serat Optik
b. Serat Optik Multimode
c. Serat Optik Singlemode
d. Optical Power Meter (OPM)
e. Magnetic Stirrer

3.2 Prosedur Percobaan


Adapun dalam percobaan ini dilakukan percobaan sebanyak dua
kali yaitu Pengaruh bending dan suhu pada serat optik terhadap daya
Serat Optik.
3.2.1 Bending pada Serat Optik
Adapun pada percobaan ini, prosedur percobaan yang
dilakukan adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Skema Rangkaian Alat Perobaan 1

1. Peralatan disusun seperti gambar 3.1


2. Pengukuran dilakukan dan dicatat sebelum diberikan gangguan
berupa bending menggunakan OPM.
3. Gangguan diberikan yaitu berupa lekukan (bending) dengan
variasi jumlah lilitan yaitu 1 kali, 2 kali, 3 kali, 4 kali, dan 5 kali
secara bertahap dan diukur daya cahayanya menggunakan OPM
4. Setiap jumlah lilitan diambil data P (daya) sebelum dan sesudah
diberi bending sebanyak 3 kali

15
16

Gambar 3.2 Set Up Eksperimen 2 Modul 2

5. Dilakukan perbandingan data antara keluaran cahaya laser


dengan jumlah lilitan serat optik dilakukan menggunakan grafik.

3.2.2 Serat Optik Sebagai Sensor Suhu


Adapun pada percobaan ini, prosedur percobaan yang dilakukan
adalah sebagai berikut :

Gambar 3.3 Skema Rangkaian Alat Perobaan 2

1. Rangkaian alat disusun sesuai skema rangkaian alat pada gambar


3.2.
2. Suhu pada magnetic stirrer diatur dengan variasi 50C, 100 C
dan 150 C.
3. Pengukuran dilakukan menggunakan Optical Power Meter.
4. Data yang dihasilkan dari hasil pengukuran dicatat dan dibuat
grafik hubunan antara daya yang dihasilkan terhadap perubahan
suhu.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data


Dalam praktikum P2 ini dilakukan 2 kali percobaan. Pada
percobaan 1 mengenai pengaruh bending terhadap daya keluaran
pada serat optik. Didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Bending dengan variasi bending pada
serat optik singlemode
SINGLEMODE
Percobaan Jumlah Pin Pout (dBm)
Loss
ke- Bending (dBm) n1 n2 n3 n rata2
1 0 -6 -8,51 -8,51 2,51
2 1 -6 -12,2 -12,31 -12,4 -12,33 6,33
3 2 -6 -19,8 -20,33 -20,3 -20,13 14,13
4 3 -6 -23,3 -26,09 -26,5 -25,32 19,32
5 4 -6 -24,1 -24,24 -24,1 -24,16 18,16
6 5 -6 -43,7 -43,54 -43,9 -43,73 37,73

Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Bending dengan variasi bending


pada serat optik multimode
MULTIMODE
Percobaan Jumlah Pin Pout (dBm)
Loss
ke- Bending (dBm) n1 n2 n3 n rata2
1 0 -6 -16,43 -16,43 10,43
2 1 -6 -17,78 -17,62 -17,61 -17,67 11,67
3 2 -6 -16,56 -17,01 -17,01 -16,86 10,86
4 3 -6 -17,61 -17,64 -17,68 -17,64 11,64
5 4 -6 -17,7 -17,67 -17,65 -17,67 11,67
6 5 -6 -17,47 -17,45 -17,51 -17,48 11,48

17
18

Pengaruh Bending
40
37,73
35
Nilai Losses (dBm)

30
25
20 19,32 18,16
15 14,13
10 10,43 11,67 10,86 11,64 11,67 11,48
5 6,33
2,51
0
0 1 2 3 4 5 6
Jumlah Bending

Loss Singlemode Loss Multimode

Gambar 4.1 Perbndingan losses singlemode dan multimode saat


dikenai variasi bending
Adapun pada percobaan kedua dilakukan percobaan serat optic
saat dikenai kenaikan suhu. Didapatkan data hasil percobaan sebagai
berikut :

Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan kenaikan suhu terhadap serat


optik singlemode
SINGLEMODE
Pout
Suhu Pin Pout
sebelum
(oC) (dBm) (dBm) Losses
(dBm)
50 -6 -8,49 -8,51 0,02
100 -6 -8,49 -8,52 0,03
150 -6 -8,49 -8,5 0,01
19

Tabel 4.4 Data Hasil Percobaan kenaikan suhu terhadap serat


optik multimode
MULTIMODE
Pout
Suhu Pin Pout
o sebelum Losses
( C) (dBm) (dBm)
(dBm)
50 -6 -21,47 -8,51 -12,96
100 -6 -21,81 -8,52 -13,29
150 -6 -22,61 -8,5 -14,11

Adapun kedua hasil tersebut kemudian dibandingkan besar


power lossnya sebagaimana pada gambar berikut:

Pengaruh Suhu
2
0 0,02 0,03 0,01
-2 0 50 100 150 200
Nilai Losses (dBm)

-4
-6
-8
-10
-12
-12,96 -13,29
-14 -14,11
-16
Suhu

Loss Singlemode Loss Multimode

Gambar 4.2 Perbndingan losses singlemode dan multimode saat


dikenai kenaikan suhu
20

4.2 Pembahasan
Dalam praktikum P2 yang berjudul pengukuran loss akibat
bending dan suhu pada serat optik dilakukan dua kali percobaan yaitu
bending (lekukan pada serat optik) dan pengaruh kenaikan suhu
pada serat optik. Bending sendiri merupakan salah satu faktor
(selain absorbtion, scattering) yang menyebabkan terjadinya
redaman (atenuasi) dalam proses transmisi sinyal pada serat optik
Praktikum ini memiliki tujuan untuk mengetahui prinsip-prinsip
transmisi sinyal suatu sumber optik pada serat optik, lalu
mengetahui pengaruh lekukan (bending) pada daya keluaran serat
optik, dan mengetahui pengaruh suhu terhadap daya keluaran serat
optik. Pertama dilakukan perbandingan Pin dan Pout singgle mode
dan multimode tanpa dikenai bending. Kemudian serat optik
diberikan lekukan dengan jumlah lilitan yang berjumlah 1 hingga 5.
Kemudian untuk tiap bending dihitung power lossnya dimana hal
demikian juga dilakukan pada serat optik multimode. Kemudian
power lossesnya dibandingkan. Berdasarkan data diatas diketahui
bahwa power loss yang terjadi pada multimode jauh lebih sedikit
dan juga kenaikanya yang tidak signifikan. Hal ini juga kita dapat
lihat pada saat serat optik singgle mode dan multimode dikenai
kenaikan suhu didapat bahwasanya power losses dan kenaikan loss
power dari singlemode lebih besar dari multimuode.
Pada peristiwa serat optik saat dikenai lilitan, dengan beberapa
jumlah lilitan, maka yang terjadi adalah semakin banyak lilitan maka
semakin besar losses yang terjadi pada serat optik. Pada peristiwa
lilitan ini sama seperti peristiwa bending, akan tetapi bendingnya
tersebut dalam jumlah banyak.
Pada peristiwa peningkatan suhu disekitar serat optik, yang terjadi
adalah panas yang diberikan ke serat optik akan membuat serat optik
tersebut memuai, dan berkurang kerapatannya. Dari peristiwa tersebut
mengakibatkan perubahan indeks bias. Indeks bias yang berubah
mempengaruhi pemantulan di dalam core serat optik. Maka terjadi
banyak losses akibat critical angle di dalam serat optik berkurang
jumlahnya
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adala
sebagai berikuut :
a. Transmisi sinyal pada serat optik menggunakan prinsip
Total Internal Reflection (TIR)
b. Jumlah lilitan pada lekukan (bending) yang terjadi pada
serat optik semakin banyak menyebabkan daya yang
hilang semakin besar.
c. Semakin tinggi suhu pemanasan serat optik maka daya
keluaran semakin kecil, yang berati terjadi lebih banyak loss.
Serat optik bergantung bahan yang digunakan memiliki
batas suhu maksimum dan optimum untuk dapat
mentransmisikan berkas cahaya dengan baik.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah
sebagai berikut :
a. Alat yang digunakan untuk praktikum sebaiknya disiapkan
terlebih dahulu, agar praktikum berjalan lancar tanpa
terkendala alat
b. Praktikan lebih teliti lagi dalam pengambilan data yang
dibutuhkan

21
DAFTAR PUSTAKA

[1] dokumen.tips. (2017, Nopember 17). Retrieved from


dokumen.tips: http://dokumen.tips/documents/manfaat-serat-
optik-untuk-sensordocx.html
[2] eprints.uny.ac.id. (2017, Nopember 17). Retrieved from
eprints.uny.ac.id:
http://eprints.uny.ac.id/8364/3/bab%202%20-
08306144019.pdf
[3] lib.ui.ac.id. (2017, Nopember 17). Retrieved from lib.ui.ac.id:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126812-R0308165-
Analisis%20power-Literatur.pdf
[4] (2017). Modul Praktikum Teknik Optik. Surabaya:
photonics.ep.its.ac.id.
[5] repository.usu.ac.id. (2017, Nopember 17). Retrieved from
repository.usu.ac.id:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/54609/4/Cha
pter%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai