Proses terjadinya korosi atmosferik dimulai dari pengembunan uap air di permukaan logam
yang membentuk lapisan tipis (lapisan film elektrolit). Lapisan tipis air ini kemudian melarutkan
partikel-partikel dan gas dari udara, dan bertindak sebagai elektrolit tempat terjadinya reaksi
korosi.
Dengan adanya elektrolit film tipis, hasil korosi atmosfir dengan menyeimbangkan reaksi
anodik dan katodik. Reaksi oksidasi anodik melibatkan pelarutan logam dalam elektrolit,
sedangkan reaksi katodik sering diasumsikan sebagai reaksi reduksi oksigen. Oksigen dari
atmosfer mudah disuplai ke elektrolit, di bawah kondisi korosi film tipis. Ketebalan dan
konduktivitas listrik film akan sangat bergantung pada kelembaban relatif , sifat kontaminan
permukaan , dan banyak faktor lainnya seperti suhu, paparan sinar matahari, dll. Beberapa
kontaminan permukaan bisa sangat higroskopis , yang berarti akan mengurangi tingkat
Kelembaban menyebabkan terbentuknya film elektrolit dan sangat meningkatkan lamanya basah
pada permukaan yang berkarat..
Oksigen dapat bereaksi dengan hampir semua logam pada kondisi tertentu sehingga
membentuk oksida logam. Maka salah jika dikatakan logam lain (selain besi) tidak terserang
korosi. Hanya saja lapisan pertama yang terbentuk pada logam lain mampu menghalangi
kerakusan oksigen sehingga membuat logam menjadi lapuk, berbeda dengan yang terjadi pada
besi. Hampir semua logam kecuali emas semuanya dapat terserang oksidasi oleh oksigen.
Mungkin karena sifatnya yang tahan korosi, langka dan warnanya yang unik menjadikan emas
banyak dicari orang dan dijual mahal.
Struktur besi yang terlihat kuat ternyata tidak mampu menahan serangan dari
oksigen. Seperti yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Karat yang terbentuk pada besi
cenderung rapuh dan rompal sehingga membuka peluang besi lain untuk menjadi giliran yang
terserang karat.
Hanya ada 2 metoda yang efektif untuk mencegah dan mengendalikan korosi atmosferik, yaitu
coating dan pemilihan material yang sesuai, atau gabungan keduanya.
Coating merupakan lapisan tipis yang dibuat untuk melapisi bahan makanan. Bahan ini
digunakan di atas atau di antara produk dengan cara membungkus, merendam, menyikat atau
menyemprot, untuk memberikan tahanan yang selektif terhadap transmisi gas dan uap air, serta
memberikan perlindungan terhadap kerusakan mekanis. (Baldwin dkk, 2012)
Merupakan suatu metode perlindungan korosi dengan jalan mengisolasi material dari
lingkungannya, dengan membentuk lapisan pelindung pada permukaan material yang akan
dilindungi. Ketebalan coating yang dibuat pada permukaan material disesuaikan dengan
lingkungan kerja material yang dilindungi, sebagai contoh lambung kapal dicoating dengan
ketebalan 250 mikron sedangkan kaleng dicoating dengan ketebalan 5 mikron.
6.1.1 Bahan bahan penyusun organic coating terdiri dari :
Resin / film forming substances
Merupakan zat yang tidak mudah menguap yang dapat berasal dari alam maupun sintetik. Bahan
ini apabila telah mengering akan membentuk lapisan pelindung yang tipis yang kontinyu pada
permukaan material yang dilindungi.
Dyes / pigments : Perbedaan antara dyes dan pigment adalah :
Dyes akan larut pada resin
Pigment tidak larut pada resin.
Solvents
Merupakan suatu zat yang digunakan sebagai pelarut resin sehingga akan mempercepat
proses pengeringan dari coating yang dilakukan serta mengurangi viskositas dari resin.
Plasticizer
Merupakan zat yang ditambahkan untuk meningkatkan elastisitas dari lapisan coating.
6.1.3 Berdasarkan fungsinya lapisan coating / painting dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
Primer Coat : Berfungsi sebagai :
adhesi pada permukaan material;
pembentuk ikatan dengan intermediate coat;
isolasi dari lingkungan;
Intermediate Coat : Berfungsi untuk :
penebalan untuk peningkatan proteksi;
ketahanan kimia;
ketahanan terhadap uap air;
meningkatkan tahanan listrik lapisan coating;
adhesi antara lapisan primer dan top coat.
Top coat : Berfungsi sebagai :
penghalang awal terhadap lingkungan;
ketahanan terhadap reaksi kimia, air dan cuaca;
ketangguhan dan ketahanan aus bagi permukaan;
estetika.
Brushing
Dilakukan dengan menggunakan kuas sehingga pengerjaan relatif lambat. Proses ini biasa
dilakukan untuk pemberian lapisan primer untuk pengerjaan benda yang kecil, bagian benda yang
kompleks, atau pada bagian dimana bila dilakukan spraying yang berlabihan dapat menimbulkan
masalah.
Keuntungan : coating dapat mengisi pori dan ketidakseragaman permukaan. Kerugian : lapisan
yang terbentuk tebalnya tidak seragam.
Rolling
Paling banyak digunakan untuk permukaan yang luas dan datar yang tidak memerlukan kehalusan
dan keseragaman. Kurang baik bila dilakukan untuk membentuk lapisan primer.
Spray painting
menghasilkan permukaan coating yang lebih halus, seragam dibandingkan brushing dan rolling.
Degradasi dan Mekanisme Kegagalan Lapisan Coating
Ada beberapa mekanisme kimia yang memungkinkan terjadinya degradasi dari hasil proses
coating. Semua degradasi ini terjadi karena adanya penetrasi air, oksigen, SO2, dan elektrolit
lainnya ke dalam lapisan coating. Secara umum ada dua jenis penyebab terjadinya degradasi ini,
yaitu :
Cathodic Disbondment (Pelepasan ikatan katoda)
Pada pengujian pada lingkungan garam, terbentuk hidroksida pada reduksi katodik dalam oksigen
terlarut, berdasarkan reaksi :
O2 + 2H2O + e > 4OH
cacat yang terjadi berdasarkan pengamatan baik mikro maupun makro menunjukan adanya cacat
berupa pinhole, void dan goresan mekanis. Keberadaan cacat cacat ini memungkinkan
lingkungan untuk berpenetrasi ke dalam lapisan coating dan bereaksi dengan material yang
dilindungi. Sementara reaksi anodik :
Fe > Fe2+ + 2e
Terjadi pada cacat coating. Basa yang terbentuk pada reaksi katodik akan bereaksi dengan coating
yang akan merusak interfece coating dan material pada cacat (lihat gambar).
Oxide Lifting (Pengangkatan Oksida)
Kegagalan terjadi ketika produk korosi anodik terakumulasi di bawah coating. Proses
pengangkatan oksida yang terkompaksi terjadi hanya selama proses wetting dan drying, bukan
selama pencelupan secara kontinyu (continuous immersion). Mekanisme yang terjadi untuk proses
ini sebenarnya belum terlalu jelas dan masih terus diselidiki.
Kesimpulan
Korosi atmosferik merupakan fenomena korosi yang ditemukan sehari-hari, namun apabila tidak
ditangani secara tepat, dampaknya dapat berakibat fatal, mulai dari kegagalan peralatan hingga
masalah keselamatan kerja. Pengamatan korosi atmosferik dilakukan untuk menentukan
karakteristik atmosfer dan laju korosinya, yang kemudian digunakan sebagai dasar menentukan
jenis material atau coating yang sesuai untuk menangani masalah korosi atmosferik di lokasi
tersebut.