Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin , maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Bank Darah Rumah
Sakit yang bermutu tinggi;
b. Bahwa agar pelayanan Bank Darah Rumah Sakit di Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pelayanan Bank Darah Rumah Sakit di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin;
Mengingat :
1. Undang Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2011 tentang Pelayanan Darah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 18,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5197);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/MENKES/ PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/MENKES/ SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
Kesatu :
PERATURAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT UNIVERSITAS
HASANUDDIN TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN BANK DARAH
RUMAH SAKIT, DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kedua : Kebijakan pelayanan Bank Darah Rumah Sakit, di Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
Ketiga : Kebijakan pelayanan Bank Darah Rumah Sakit, digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin.
Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan disampaikan kepada pihak yang
bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab
dengan ketentuan apabila di kemudian hari ternyata kekeliruan dalam peraturan ini,
maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : MAKASSAR
Pada tanggal : MARET 2017
DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indicator suatu negara adalah MMR (Maternal Mortality Rate). MMR di
Indonesia mencapai 307 kematian ibu per/100.000 kelahiran hidup (SDKI 2003/2004)
Penyebab utama kematian ibu melahirkan adalah Perdarahan (sampai 28% SKRT 2001).
Sejarah perkembangan pelayanan darah di mulai pada tahun 1950 yang di laksanakan oleh
Palang Merah Indonesia. Kebijakan peningkatan kualitas dan akses pelayanan darah melalui
sistim distribusi tertutup dengan rantai dingin, hal ini dapat dilaksakana oleh RS. UNHAS
sebagai pengguna darah transfusi, mempunyai BDRS sebagai unit pelaksanaan pelayanan
transfusi darah yang bekerja sama melalui ikatan kerjasama dengan UTD dan PMI Kota
Makassar. Ketersediaan darah aman di RS merupakan salah satu standar pelayanan minimal
RS yang berarti setiap RS harus memiliki stok darah aman 24 jam di BDRS agar dapat
berjalan dengan baik dan terstandar maka di butuhkan kebijakan pelayanan yang dipakai
sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan darah yang berkualitas.
C. Batasan Operasional
1. Definisi
a. Pelayanan Darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah manusia
sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial.
b. Pelayanan Transfusi Darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi perencanaan,
pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan darah, pendistribusian darah, dan
tindakan medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
c. Palang Merah Indonesia yang selanjutnya disingkat PMI, adalah organisasi sosial yang tugas
pokok dan fungsinya di bidang kepalangmerahan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
d. Unit Transfusi Darah, yang selanjutnya disingkat UTD, adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pendonor darah, penyediaan darah, dan pendistribusian darah.
e. Bank Darah Rumah Sakit, yang selanjutnya disingkat BDRS, adalah suatu unit pelayanan di
rumah sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman,
berkualitas, dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
f. Pendonor Darah adalah orang yang menyumbangkan darah atau komponennya kepada pasien
untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
D. Landasan Hukum
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Terlaksananya pelayanan transfusi darah aman di rumah sakit dengan sistem distribusi
tertutup dan berkualitas, terkoordinasi dan sesuai dengan standar.
2. Tujuan Khusus
Tersedianya acuan bagi rumah sakit dalam melaksanakan pelayanan transfusi darah yang
berkualitas (aman, tepet waktu, efisien, akses mudah, rasional) sebagai pendukung
pelayana prima rumah sakit.
C. RUANG LINGKUP
Semua pasien di RSUH Makassar baik pasien gawat darurat maupun rawat inap, dan pasien
dari luar lainnya. (selama persediaan/ stok darah masih tersedia)
D. TATA LAKSANA
Semua pasien yang masuk di RS. UNHAS Makassar dilakukan pemeriksaan terhadap sampel
darah pasien yang membutuhkan transfusi darah donor mulai dari pasien Rawat Inap, IGD
maupun pasien luar lainnya yang membutuhkan transfusi darah donor,sesuai dengan
penentuan indikasi yang tepat dari dokter dan penentuan jenis darah yang akan di butuhkan,
dilakukan dengan cara:
a. Dokter akan mengisi formulir permintaan darah yang disiapkan RS. Unhas dengan format
UTD, ke BDRS Unhas disertai dengan sampel darah resepien yang terbaru dengan
melampirkan fotocopy jaminan kesehatan (BPJS/ ASKES/ KIS dll) dan surat eligibilitas
peserta (SEP) yang di terbitkan oleh rumah sakit Unhas,
b. Selanjutnya analis BDRS Unhas yang menerima formulir permintaan darah akan melihat
jenis darah yang dibutuhkan oleh resepien tersebut, jika jenis darah yang di butuhkan
tidak tersedia maka, analis BDRS Unhas akan merujuk formulir permintaan darah dan
sampel darah resepien ke UTD Dinkes Sulsel atau ke UTD PMI Makassar.
c. Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan golongan darah (ABO dan Rhesus) resepien,
tapi sebelum itu dilakukan, analis BDRS Unhas wajib mencocokkan identisas resepien
yang tertera di tabung sampel darah dan yang tertera di formulir permintaan darah.
d. Jika golongan darah yang dibutuhkan tidak tersedia dalam stok saat itu maka analis
BDRS Unhas akan merujuk sampel darah resepien dan formulir permintaan darah
resepian ke UTD Dinkes Sulsel atau ke UTD PMI Makassar.
e. Jika golongan darah yang dibutuhkan tersedia dalam stok saat itu maka analis BDRS
Unhas akan mengonfirmasi kepada perawat atau keluarga pasien yang membawa sampel
darah dan formulir permintaan terkait dengan waktu diperlukannya darah donor tersebut
(persiapan/ diambil/ tanggal diperlukan). Dan analis BDRS Unhas wajib mencatat dalam
lembar registrasi.
f. Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan ulang untuk golongan darah (ABO dan Rhesus)
resepien dan pemeriksaan konfirmasi golongan darah pada kantong darah donor yang ada
dalam stok. (sesaat sebelum dilakukan cross matching)
g. Selanjutnya dilakukan uji silang serasi (cross matching) antara darah resepien dan darah
dari kantong darah donor yang akan diberikan. Analis BDRS Unhas wajib mengisi
lembar kerja cross matching.
h. Jika hasil uji silang serasi yang dilakukan compatible/cocok maka, sebelum kantong
darah di berikan kepada perawat, analis BDRS Unhas wajib menuliskan identitas resepien
di bag darah dan mencatat di buku pelayanan darah, buku penerimaan darah/ komponen
ke keluarga pasien.
i. Kantong darah yang compatible diserahkan oleh analis BDRS Unhas kepada perawat
yang diberi kewenangan melakukan tindakan transfusi kepada resepian dibawah
pengawasan dokter dengan memperhatikan prinsip rantai dingin darah (darah dijaga
selalu berada di suhu 4C) disertai formulir laporan permintaan darah.
j. Namun jika hasil uji silang serasi (cross matching) yang telah dilakukan
incompatible/tidak cocok maka analis BDRS Unhas wajib mengonfirmasi dengan
memberikan lembar/ formulir Hasil Pre Transfusi yang telah di isi identitas pasien dan
hasil uji silang serasi oleh analis BDRS Unhas, kepada dokter / perawat yang
bertanggung jawab terhadap pasien tersebut.
k. Selanjutnya jika dokter dari pesien tersebut bersedia memberikan darah donor walaupun
dengan hasil incompatible maka dokter yang bersangkutan wajib mengisi dan
menandatangani lembar/ formulir Pernyataan Penerimaan Darah Inkompatible dan
mengembalikannya ke BDRS Unhas, sebelum analis BDRS Unhas memberikan kantong
darah donor.