Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan & teknologi yang semakin


canggih pada manufaktur yang mempunyai kualitas dalam meningkatkan
mutu produksi, tingkat kestabilan & kekakuan bahan produksi dari segi
penggunaan bahan adalah akibat perpatahan dan kelelahan pada
konstruksinya, bila beban tersebut menerima beban. Pada semua konstruksi
teknik, bagian-bagian pelengkap suatu bangunan konstruksi haruslah diberi
ukuran-ukuran fisik, hal ini harus di ukur dengan tepat untuk menahan gaya-
gaya yang sesungguhnya. Jadi suatu bahan haruslah berukuran yang cukup
memadai, sehingga bagian-bagian suatu material / bahan harus cukup tegar
seingga tidak akan melentur atau melengkung melebihi batas yang diizinkan
bila bekerja dibawah beban yang diberikan. Dalam aplikasi keteknikan,
kemampuan untuk menentukan suatu perpatahan bahan tergantung pada beban
maksimum yang dapat diterima oleh suatu konstruksi. Dalam mendesain pada
suatu batang, perlu diperhatikan faktor perpatahan & kelelahan suatu material.
Perlu juga diperhatikan sifat bahan baja tahan karat, apakah sifatnya tahan
korosi, kekuatan & keuletan tinggi & kandung Cr tinggi. Kualitas material
tersebut harus memenuhi persyaratan seperti ketangguhan,kekuatan
keuletan,kekerasan , dan ketahanan., misalnya tahan terhadap kororsi sehingga
dari segi keamanan dan ekonomi produk dapat terjamin.
1.2 Permasalahan
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengaruh faktor perpatahan dan kelelahan pada suatu material?
2. Pengaruh perpatahan ulet terhadap suatu material?
3. Pengaruh deformasi terhadap kekuatan material?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis perpatahan pada suatu material.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan perpatahan ulet.
3. Mengetahui berbagai jenis perpatahan ulet.

1.1 Manfaat
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi ciri-ciri perpatahan ulet.
2. Mahasiswan dapat mengidentifikasi material-material yang apabila
diuji menyebabkan patah ulet.
3. Menambah ilmu dan pengetahuan tentang perpatahan dan fatik.
BAB II

TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1 Perpatahan
Patah lelah (fatique) merupakan salah satu penyebab utama
kegagalan bahan / material konstruksi. Kelelahan material adalah proses
perubahan dinamis (tegangan-regangan) sehingga terjadi retak (crack)
ataupun patah. Mekanisme patah lelah di awali timbulnya inti retak akibat
pergerakan dislokasi siklik, dilanjutkan dengan pertumbuhan menjadi
micro crack, kemudian tumbuh menjadi macro crack, selanjutnya
berkembang (propagasi) hingga terjadi patah lelah. Umur lelah dapat
ditingkatkan dengan cara normalizing / pengarbonan ulang, selanjutnya
terhadap specimen ini dilakukan normalizing ulang & dilanjutkan material
yang tidak dinormalizing awal sehinggat tidak diperoleh perbedaan yang
signifikan. Normalizing ulang juga menyebabkan butir material lebih peka
terhadap patah.

Diagram perpatahan ulet

Percobaan & diakhiri dengan dapat didahului oleh deformasi


plastik, maka disebut perpatahan ulet, bila deformasi plastik di sebut
perpatahan rapuh. Keuletan relatif dapat ditentukan dari:
1. Pengukuran keuletan (dengan mengukur % perpanjangan atau %
penyusutan penampang)
2. Jumlah energy yang diserap pada percobaan Impack /pukul.
Ada beberapa tipe perpatahan yang dikenal yaitu :
1. Perpatahan transgranural dikenal dengan patah bulat dimana terjadi
pada butir logam. Yang biasanya terjadi pada temperatur
rendah,permukaannya mengikuti bidang vertikal tertentu.
2. Perpatahan intergranural adalah perpatahan yang terjadi antra butir-
butir logam yang kerap kali dianggapsebagai perpatahan pada berbagai
paduan.
Disamping berdasarkan jenis dan tipenya Model model perpatahan
perpatahan dapat pula dikenal berdasarkan arah beban yang diberikan
terhadap materal yaitu :
1. Opening Shear : merupakan perpatahan akibat pemberian beban yang
mengakibatkan tegangan arahnya tegak lurus dengan bidang
perpatahan dan berada pada posisi yang sejajar berlawanan arah pada
masing-masing sisi contohnya pada shckbreaker.
2. In Plane Shear : arah perpatahan melintang, hal ini terjadi karena
beban diberikan ridak sejajar dan berlawanan arah pada ujung sehingga
seakan-akan terjadi sliding contohnya pada kopling gesek.
3. Out Plane Shear : terjadi akibat beban vertikal dimana tegangan
tersebu berada pada arah yang tidak sejajar dan berlawanan arah arah
pada sumbu vertikal contohnya pada roda gigi.
Temperatur merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada
keangguhan suatu material dimana semakin rendah temperatur material
mak semakin rendah pula ketangguhannya mulai dari rapuh yaitu suhu
yang sangat rendah dimana butir-butir material akan sangat rapat sehingga
tidak ada ruang untuk terdeformasi elastis dan penyerapan enegi sangat
kecil, demikian sebaliknya semakin meningkatnya temperatur maka butir-
butir mateial akan merenggang dan meningkatkan terjadinya deformasi
dan energi yang diserap juga semakin besar.

Deformasi atau perubahan pada material dibagi menjadi dua yaitu:


1. Deformasi Elastis
Pada pembebanan rendah dalam uji tarik hubungan antara tegangan
& regangan linier deformasi elastic, dimana hubungan tersebut masih
dalam daerah deformasi elastic, dikenal sebagai hokum Hooke,
deformasi yang mempunyai hubungan tegangan & regangan linier
(proposional) disebut deformasi elastis. Hubungan tegangan geser &
regangan geser. dinyatakan dengan:

Dimana: = tegangan geser


= regangan geser
G= modulus geser

2. Deformasi Plastis
Untuk material logam, umumnya deformasi elastis terjadi <0.05
regangan, bila regangan >0.005 terjadi deformasi plastis (deformasi
permanen).

2.2 Mekanisme perpatahan ulet


Perpatahan ulet adalah merupakan perpatahan yang terjadi akibat
pembebanan yang berlebih dimana sebelumnya terjadi penyerapan energi
dan deformasi plastis.
Patah ulet ( Ductile Frecture) Patah ulet disertai adanya deformasi plastis
disekitar patahan. Permukaan patahan nampak berserabut (Sibraus),
sehingga kelihatannya berusaha kelabu. Secara umum patah liat cendrung
didefinisikan sebagai patah yang terjadi dengan deformasi plastik yang
cukup besar. Karakteristik patah liat terjadi dengan cara penyobekan
perlahan-lahan logam dengan pengeluaran energy yang besar. Beberapa
jenis patah liat dapat terjadi selama prosesing logam atau pada berbagai
jenis pemakaian yang berbeda-beda. Patah liat akibat beban tarik biasanya
didahului oleh penurunan secara lokal diameter bahan yang dinamakan
penyempitan (necking).
Gambar 2.2. Tahapan pembentukan patahan

Gambar 2.3. Mekanisme patah liat pada baja

Mekanisme patah liat menggambarkan dimana partikel-partikel


fasa kedua seluruhnya akan terdistorsi akibat proses deformasi plastik,
biasanya secara umum ketahan terhadap patah liat sangat bervariasi
terhadap arah dalam proses pembentukannya. Perpatahan merupakan
pemisahan yang terjadi antara dua permukaan yang sebelumnya menyatu
akibat turunnya kemampuan dalam aksi tarik menarik tegangan
permukaan logam yang berlangsung dalam skala mikroskopik.
Berikut ini ciri ciri perpatahan ulet adalah :
1. Terlihat adanya deformasi plastik seperti terjadinya deformasi selip
dan deformasi kembar.
2. butir-butir kristal berubah bentuk memanjang karena adanya regangan
geser.
3. patahan ulet tampak lebih suram dan seperti berserabut atau dinamakan
Fibrous fracture.
Perpatahan ulet dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

1. Patah ulet tinggi


Biasanya ditemukan pada logam lunak seperti:
a. Emas murni, timbal pada temperatur rendah.
b. Polimer, gelas inorganik pada temperatur tinggi.
2. Patah ulet sedang dijumpai umumnya pada logam
3. Patah getas biasanya pada keramik
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Perpatahan merupakan suatu bagian bahan yang terpisah akibat beban
yang diberikan sehingga pembentukan retak dibawah konduksi siklus
tegang & regangan.
2. Perpatahan ulet adalah merupakan perpatahan yang terjadi akibat
pembebanan yang berlebih dimana sebelumnya terjadi penyerapan
energi dan deformasi plastis.
3. ciri ciri perpatahan ulet adalah :
a. Terlihat adanya deformasi plastik seperti terjadinya deformasi selip
dan deformasi kembar.
b. butir-butir kristal berubah bentuk memanjang karena adanya
regangan geser.
c. patahan ulet tampak lebih suram dan seperti berserabut atau
dinamakan Fibrous fracture.

3.2 Saran
1. Disarankan agar bahan yang digunakan untuk ketahanan suatu beban
perlu diperhatikan faktor kandungan dalam karbon.
2. Pada makalah ini diharapkan terdapat penjelasan penelitian atau
percobaan suatu material terhadap pengaruh patah ulet.
DAFTAR PUSTAKA

Adam Kaharuddin. 2011. Faktor Perpatahan dan Kelelahan Pada Kekuatan Bahan
Material. ILTEK,Volume 6, Nomor 12. Diakses pada tanggal 25 Oktober
2014 pada iltekuim.org/jurnal/fileku/12.%20Kaharuddin%20Adam.pdf.

Putra Trisna. 2012. Perambatan Retak (Crack Propagation) tap Bolt UNC Oil
Coated 325. Jurnal Teknik Mesin Vol.2, No. 1. Diakses pada tanggal 25
Oktober 2014 pada
ejournal.itp.ac.id/index.php/tmesin/article/download/68/65.

Zuchry Muhammad. Pengaruh Temperatur dan Bentuk Takikan terhadap


Kekuatan Impak Logam. MEKTEK TAHUN XIV NO.1. Diakses pada
tanggal 25 Oktober 2014 pada
jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Mektek/article/viewFile/1029/824.

Anda mungkin juga menyukai