Anda di halaman 1dari 6

Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas limpahan rahmatnya,
sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung.

Makalah ini berjudulPELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI


LINGKUNGAN KELUARGA, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT. Dengan tujuan penulisan
sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman dari materi ini.
Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam.

Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun.
Daftar Isi

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
1. Moral Sekuler
2. Moral Agama

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan
syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang
hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai
formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja,
semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.

Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang
menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang
didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah
jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-
tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.

Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat
atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan
halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan.
Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau
patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah
yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama
dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia
bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Moral Sekuler
2. Moral Agama
BAB II
Pembahasan
1. Moral Sekuler

Secara leksikologis, kata secular berasal dari bahasa Inggris yang berarti; yang bersifat duniawi,
fana, temporal, yang tidak bersifat spiritual, abadi dan sacral, kehidupan diluar biara dan
sebagainya. Sedangkan istilah sekuler yang berasal dari kata latin saeculum mempunyai arti
ganda, ruang dan waktu. Ruang menunjuk pada pengertian duniawi, sedangkan waktu menunjuk
pada pengertian sekarang atau zaman kini. Jadi kata saeculum berarti masa kini atau zaman kini.
Dan masa kini atau zaman kini menunjuk pada peristiwa didunia ini, atau juga berarti peristiwa
masa kini. Atau boleh dikatakan bahwa makna sekuler lebih ditekankan pada waktu atau
periode tertentu di dunia yang dipandang sebagai suatu proses sejarah.

Konotasi ruang dan waktu (spatio-temporal) dalam konsep sekuler ini secara historis terlahirkan
di dalam sejarah Kristen Barat. Di Barat pada Abad Pertengahan, telah terjadi langkah-langkah
pemisahan antara hal yang menyangkut masalah agama dan non agama (bidang sekuler). Dalam
perkembangannya, pengertian sekuler pada abad ke-19 diartikan bahwa kekuasaan Gereja tidak
berhak campur tangan dalam bidang politik, ekonomi, dan ilmu pengetahuan. Pada waktu itu
sudah ada yang menentang sekularisasi, misalnya Robertson dari Brighton, yang pada tahun
1863 mengatakan,kita mengecap suatu bidang kehidupan sebagai sekuler, dan kemudian agama
menjadi hal yang kabur dan tidak riil.

Sekulerisme di rumuskan kali pertama oleh George Jacob Holyoake (1817-1906). Yang pada
awalnya belum berupa aliran etika dan filsafat, melainkan hanya gerakan protes sosial dan
politik. Prinsip esensial dari sekularisme ialah mencari materi semata, sehingga dapat
dikategorikan menjadi materialism. Etika dalam sekularisme berdasarkan pada kebenaran ilmiah,
kebenaran yang bersifat sekuler yang tidak terkait oleh agama dan metafisika. (Juhaya S.
Prada,2008: 189)

Sekularisme lahir disaat pertentangan antara ilmu (sains) dan agama sangat tajam (agama-
kristen). Ilmu tampil dengan independensinya yang mutlak, sehingga bersifat sekuler. Kebenaran
ilmiah yang diperoleh melalui pengalaman yang telah menghasilkan kemajuan ilmu-ilmu sekuler
seperti matematika, fisika dan kimia telah berhasil membawa kemajuan bagi kehidupan manusia.
Dan kebenaran ilmiah itu harus mendasari etika, tingkah laku, dan perikehidupan manusia.
Disini, tampak adanya pengaruh positivisme dan sekularisme. (Juhaya S. Prada,2008: 190)

Dalam pandangan sekuler agama merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Paham ini memiliki
prinsip bahwa theisme dan atheisme tidak dapat dibuktikan dengan nalar yang artinya itu semua
berada diluar cakupan sekularisme. Dalam sekularisme prinsip rasio sangatlah dijunjung tinggi,
karena dalam sekularisme ilmu pengetahuan diyakini mampu mengajarkan nilai-nilai
kebahagiaan, serta situasi-kondisi kehidupan yang mampu menghilangkan kemiskinan dan
kejahatan moral. Dalam paham ini juga terdapat toleransi, toleransi menjadi hal yang sangat
penting atau bisa disebut sebagai salah satu ciri sekuler, karena kaum sekuler tidak segan-segan
untuk bergabung dan bekerja sama dengan kaum theis maupun atheis
2. Moral Agama
Kelompok akhlak yang bersumber keagamaan adalah akhlak berdasar agama samawi seperti
Islam. Kristen, Yahudi dan juga agama ardhi,s eperti Hindu, Budha, Kong Hucu, Sinto, dan lain-
lain serta kepercayaan kepada yang Ghaib, seperti dinamisme, totemisme.
Akhlak yang bersumber keagamaan ini memberikan bimbingan kepada manusia dalam
hubungannya dengan dengan Tuhan maupun dengan sesamam manusia, berdasarkan aturan-
aturan dalam agama itu sendiri. Motivasi yang paling kuat untuk melaksanakan akhlak
keagamaan adalah adanya kepercayaan akan ganjaran bagi orang yang berbuat baik dan siksa
bagi orang yang berbuat jahat dari sesuatu kekuatan yang bersifat ghaib, seprti Tuhan, dewa, ruh
atau jiwa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara leksikologis, kata secular berasal dari bahasa Inggris yang berarti; yang bersifat
duniawi, fana, temporal, yang tidak bersifat spiritual, abadi dan sacral, kehidupan diluar biara
dan sebagainya. Sedangkan istilah sekuler yang berasal dari kata latin saeculum mempunyai arti
ganda, ruang dan waktu. Ruang menunjuk pada pengertian duniawi, sedangkan waktu menunjuk
pada pengertian sekarang atau zaman kini. Kelompok akhlak yang bersumber keagamaan adalah
akhlak berdasar agama samawi seperti Islam. Kristen, Yahudi dan juga agama ardhi,s eperti
Hindu, Budha, Kong Hucu, Sinto, dan lain-lain serta kepercayaan kepada yang Ghaib, seperti
dinamisme, totemisme.
Akhlak yang bersumber keagamaan ini memberikan bimbingan kepada manusia dalam
hubungannya dengan dengan Tuhan maupun dengan sesamam manusia, berdasarkan aturan-
aturan dalam agama itu sendiri.

B. Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat
menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan
sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita termasuk
kedalam golongan kaumnya.

Anda mungkin juga menyukai