Anda di halaman 1dari 6

KISI-KISI UTS 2016/2017

1. Asal-usul dan Perkembangan Pembentukan Bangsa Indonesia serta unsur-unsur


pembentuknya
Proses terbentuknya suatu bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang
cukup panjang yaitu sejak timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV, ke V kemudian
mulai nampak pada abad ke VII yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa
Syailendra di Palembang. Cita-cita kesejahteraan dalam suatu negara telah tercermin pada
zaman ini yaitu suatu cita-cita negara yang adil dan makmur. Dilanjutkan pada zaman
kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur. Pada zaman kerajaan Majapahit terdapat
kitab Negarakertagama yang didalamnya terdapat istilah Pancasila kemudian di buku
Sutasoma dijumpai slogan persatuan nasional yaitu Bhineka Tunggal Ika. Kemudian
masuk pada zaman penjajahan dan kebangkitan Nasional. Pada tahun 1908 muncul
kebangkitan akan kesadaran berbangsa yaitu kebangsaan Nasional dipelopori oleh Dr.
Wahidin Sudirohusodo dengan Budi Utomonya. Gerakan inilah yang merupakan awal
gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan
kemerdekaan. Sehingga setelah itu muncul organisasi-organisasi pergerakan Nasional
antara lain Indische partij tahun 1913 yang dipimpin oleh tiga serangkai atau lebih dikenal
Ki Hajar Dewantoro. Setelah runtuh dikarenakan pemimpinnya dibuang keluar negri tahun
1913. Memicu kemunculan Parta Nasional Indonesia tahun 1927 yang dipelopori Soekarno,
Ciptomangunkusumo, Sartono, dll. Mulailah perjuangan nasional Indonesia dititikberatkan
pada kesatuan nasional dengan tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Tujuan itu
diikuti dengan tampilnya golongan muda hingga terjadi kejadian Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928 yang isinya satu Bahasa, satu Bangsa, dan satu tanah air Indonesia. Sehingga
dapat dikatakan pada saat inilah Bangsa Indonesia terbentuk.

Unsur-unsur terbentuknya bangsa dalam arti sosio-antropologis


Keturunan (hereditas), persamaan darah, dan hubungan kekerabatan.
Kesamaan tanah kelahiran/tempat tinggal (homeland).
Kesamaan adat, budaya, bahasa, dan keyakinan agama.
Unsur-unsur terbentuknya bangsa dalam arti politis
Keinginan bersama untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan hidup.
Adanya nasib dan penderitaan yang sama.
Adanya wilayah bersama yang dianggap sebagai wilayah bangsa yang
bersangkutan.
Unsur-unsur Pembentuk Bangsa
Memiliki cita-cita yang sama yang mengikat warganegara menjadi satu kesatuan.
Mempunyai sejarah hidup yang sama sehingga tercipta perasaan senasib dan
sepenanggunMemiliki ikatan terhadap tanah air yang sama,
Memiliki adat budaya serta kebiasaan yang sama akibat pengalaman hidup
bersama.
Menempati suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah.
Terorganisasi dalam suatu pemerintahan yang berdaulat sehingga mereka terikat
dalam suatu masyarakat hukum.

2. Tahap-tahap perumusan Pancasila oleh BPUPKI dan PPKI


BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapaan Kemerdekaan Indonesia) atau
Doukuritsu Jounbii Chsakai dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara Jepang
pada tanggal 1 Maret 1945 bertepatan dengan tanggal kelahiran kaisar Hirohito.
Beranggotakan 62 orang yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.)
Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Ichibangase Yosio (orang Jepang) dan Raden
Pandji Soeroso.
Tanggal-tanggal Penting Perumusan Pancasila oleh BPUPKI
1 Maret 1945 BPUPKI diubentuk oleh pemerintah balatentara Jepang
28 Mei 1945 s.d 1 Juni 1945 Sidang resmi petama BPUPKI di gedung Chuo Sangi In /
Volksraad (sekarang - Gedung Pancasila)
28 Mei 1945 - Upacara pelantikan dan pembukaan masa persidangan BPUPKI yang pertama
29 Mei 1945 Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. berpidato mengemukakan gagasan
tentang rumusan lima asas dasar negara Republik Indonesia, yaitu:
Rumusan Pidato:
1. Peri Kebangsaan;
2. Peri Kemanusiaan;
3. Peri Ketuhanan;
4. Peri Kerakyatan; dan
5. Kesejahteraan Rakyat.
Rumusan Tertulis:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusian yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

1 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato mengemukakan gagasan tentang rumusan lima sila
dasar negara Republik Indonesia, yang ia namakan "Pancasila", yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia;
2. Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan;
3. Mufakat atau Demokrasi;
4. Kesejahteraan Sosial; dan
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Lima asas di atas oleh Ir. Soekarno diusulkan agar diberi nama Pancasila. Dikatakan oleh
beliau istilah itu atas saran dari salah seorang ahli bahasa. Usul mengenai nama Pancasila
bagai dasar negara tersebut secara bulat diterima oleh sidang. Selanjutnya beliau
mengusulkan bahwa kelima sila tersebut dapat diperasmenjadi Tri Sila yang rumusannya:
1.Sosio Nasionalisme, yaitu Nasionalisme dan Internasionalisme
2.Sosio Demokrasi, yaitu Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat
3. Ketuhanan Yang Maha Esa
Bila dikehendaki Tri sila bisa diperas lagi menjadi Eka Sila yakni sila Gotong Royong
menurut bung Karno.

2 Juni 1945 Panitia Sembilan menghasilkan rumusan dasar negara Republik Indonesia
yang lalu dikenal sebagai "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter". Ir. Soekarno selaku ketua
panitia ini melaporkan hasil ini ke panitia BPUPKI. Menurut dokumen itu, dasar negara
Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam untuk pemeluk-
pemeluknya,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan,
5. Keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia.
10 Juli s.d 14 Juli 1945 Dilakukan sidang BPUPKI kedua dengan agenda membahas
mengenai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kewarganegaraan Indonesia,
rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara. konsep
Undang-Undang Dasar nyaris seluruhnya diambil dari alinea keempat "Piagam Jakarta".
Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI tentang
penerapan ketentuan Islam, Syariat Islam, dalam negara Indonesia baru

II. Tahapan dan Proses Perumusan Pancasila oleh PPKI


Pada tanggal 7 Agustus pemerintah pendudukan Jepang membubarkan BPUPKI karena
dianggap telah menyelesaikan menyusun rancangan Undang-Undang Dasar untuk negara
Indonesia Merdeka. Sebagai gantinya dibentuklah "Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbii Inkai, Ir. Soekarno ditunjuk sebagai ketua dan Drs.
Moh. Hatta sebagai wakil ketua.
Tugas "PPKI" ini yang pertama adalah meresmikan pembukaan (bahasa Belanda:
preambule) serta batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Tugasnya yang kedua adalah
melanjutkan hasil kerja BPUPKI, mempersiapkan pemindahan kekuasaan dari pihak
pemerintah pendudukan militer Jepang kepada bangsa Indonesia, dan mempersiapkan
segala sesuatu yang menyangkut masalah ketatanegaraan untuk negara Indonesia baru.
Berikut tanggal-tanggal penting:
7 Agustus 1945 Pemerintahan pendudukan Jepang membubarkan BPUPKI dan
menggantikannya dengan PPKI dengan tujuan melanjutkan hasil kerja BPUPKI.
8 Agustus 1945 Ir. Soekarno, Drs. Moch Hatta, dan Drs. Kanjeng Raden Tumenggung
(K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat untuk bertemu Marsekal Terauchi
9 Agustus 1945 - Secara simbolik "PPKI" dilantik oleh Marsekal Terauchi dan menyampaikan
keputusan pemerintah pendudukan militer Jepang bahwa kemerdekaan Indonesia akan
diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945
16 Agustus 1945 Terjadi peristiwa Rangasdengklok, sehingga rencana rapat PPKI gagal
terlaksana. Hal ini dilakukan oleh golongan muda yang menginginkan agar proklamasi
dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang.
17 Agustus 1945 Ir. Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia yang sudah diketik oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik dan sudah ditandatangani
oleh Soekarno-Hatta
18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang di Gedung Road van Indie. Terjadi kompromi
dan lobi-lobi politik dari pihak kaum keagamaan yang beragama non-Muslim serta pihak
kaum keagamaan yang menganut ajaran kebatinan, yang lalu diikuti oleh pihak kaum
kebangsaan (pihak "Nasionalis") guna melunakkan hati pihak tokoh-tokoh kaum
keagamaan yang beragama Islam untuk menghapuskan tujuh kata dalam Piagam
Jakarta.
Setelah itu Drs. Mohammad Hatta masuk ke dalam ruang sidang "PPKI" dan
membacakan empat perubahan dari hasil kesepakatan dan kompromi atas lobi-lobi politik
itu. Hasil perubahan yang lalu disepakati sebagai "pembukaan (bahasa Belanda:
"preambule") dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945", yang saat ini biasa disebut
dengan hanya UUD '45 adalah:
Pertama, kata Mukaddimah yang berasal dari bahasa Arab, muqaddimah, diganti
dengan kata Pembukaan.
Kedua, anak kalimat "Piagam Jakarta" yang menjadi pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945, diganti dengan, Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ketiga, kalimat yang menyebutkan Presiden ialah orang Indonesia asli dan
beragama Islam, seperti tertulis dalam pasal 6 ayat 1, diganti dengan mencoret
kata-kata dan beragama Islam.
Keempat, terkait perubahan poin Kedua, maka pasal 29 ayat 1 dari yang semula
berbunyi: Negara berdasar atas Ketuhananan, dengan kewajiban menjalankan
Syariat Islam untuk pemeluk-pemeluknya diganti menjadi berbunyi: Negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dari perubahan tersebut maka tersusunlah pancasila yang kita ketahui sampai
sekarang dengan urutan sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan,
5. Keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia.

3. Proses Perumusan Pancasila Secara Pendekatan Kausal


Secara kausalitas asal mula Pancasila dibedakan atas 2 macam, yaitu:
1) Asal Mula yang Langsung
Asal mula yang langsung terjadinya Pancasila sebagai dasar filsafat negara yaitu
asal mula yang sesudah dan menjelang Proklamasi Kemerdekaan yaitu sejak
dirumuskan oleh para pendiri Negara sejak siding BPUPKI pertama hingga siding
PPKI sampai pengesahannya. Rincian langsung Pancasila menurut Notonagoro
adalah sebagai berikut:
a. Kausa Materialis (Asal mula bahan)
Asal bahan Pancasila adalah pada bangsa Indonesia sendiri yang terdapat
dalam kepribadian dan pandangan hidup
b. Kausa Formalis (Asal mula bentuk)
Bagaimana bentuk Pancasila itu dirumuskan sebagaimana termuat dalam
Pembukaan UUD 1945. Maka asal mulanya adalah Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta serta anggota BPUPKI merumuskan dan membahas Pancasila
terutama dalam hal bentuk

c. Kausa Effiisien (Asal mula karya)


Asal mula yang menjadikan Pancasila dari calon dasar negara menjadi
dasar negara yang sah. Seperti : PPKI sebagai pembentuk negara dan
mengesahkan Pancasila menjadi dasar negara yang sah
d. Kausa Findalis (Asal mula tujuan)
Asal mula dengan tujuan yaitu Pancasila untuk dijadikan sebagai dasar
negara. Seperti para anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan termasuk
Soekarno dan Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila
sebelum ditetapkan oleh PPKI.
2) Asal Mula Tidak Langsung
Merupakan asal mula sebelum proklamasi kemerdekaan, berarti asal mula nila
Pancasila terdapat dalam adat-istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai agama bangsa
Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa asal mula tidak langsung Pancasila adalah
bangsa Indonesia itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai