Anda di halaman 1dari 7

Case Study 1 : Pavement Management System Overview

1. Umum
a. Bahasan yang ingin disampaikan dalam Pavement Management System
Overview
Bahasan yang disampaikan yaitu komponen dasar sistem manajemen
jalan, penjelasan yang diberikan merupakan pandangan dari sejarah
terjadinya evolusi sistem manajemen jalan selama 20 tahun ke belakang.
Selain itu dibahas juga mengenai program yang dapat digunakan sebagai
alat untuk menangani perkembangan dan proses membuat keputusan untuk
pemeliharaan dan program konstruksi perkerasan.

b. Latar belakang dan tujuan yang mendasari dilakukannya Pavement


Management System Overview
Latar belakang dilakukannya sistem manajemen jalan yaitu kebutuhan
dalam perkembangan ekonomi. Hal ini dijelaskan dalam perkembangan
transportasi yang terjadi di Amerika Serikat. Pertumbuhan kendaraan yang
sangat pesat menyebabkan sistem transportasi berubah.
Efek yang dihasilkan dari perkembangan ini yaitu biaya berlebih ketika
terjadi kecelakaan, polusi dan hal merugikan lainnya. Untuk mengurangi
halhal ini maka diperlukan suatu penanganan yang efisien dan efektif
untuk sistem transportasi tersebut.
Selain sistem transportasi, perkerasan menjadi salah satu bagian dari
sistem transportasi. Pertumbuhan kendaraan terutama truk yang begitu
pesat menyebabkan kerusakan. Biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan
sangat besar, sehingga dibutuhkan suatu pemeliharaan untuk
meminimalisir biaya yang dikeluarkan. Pemeliharaan ini tentu
memerlukan suatu sistem manajemen yang sesuai.
Tujuan dari modul sistem manajemen perkerasan ini yaitu:
Menjelaskan komponen dasar sistem manajemen perkerasan
Memahami evolusi dari sistem manajemen perkerasan sejak tahun
1970
Menjelaskan kelebihan produk dari sistem dasar manajemen
perkerasan
Menjelaskan secara garis besar mengenai beberapa hal dalam sistem
manajemen perkerasan

2. Sistem Manajemen Perkerasan


a. Metoda analisis yang dapat digunakan dalam penerapan sistem manajemen
perkerasan
Metoda analisis dapat dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan analisis yang
digunakan untuk menentukan keefektifan biaya dalam strategi
pemeliharaan, rehabilitasi dan rekonstruksi. Ketiga kategori ini adalah
sebagai berikut
1) Pavement Condition Analysis, analisis kondisi perkerasan
2) Priority Assessment Models, model penentuan prioritas
3) Network Optimization Models, model optimasi jaringan
Pemilihan metoda analisis yang sesuai berdasarkan kebutuhan dan harapan
dari sistem manajemen perkerasan, serta segala sumber daya berupa data,
manusia yang mengerjakan, komputer, hingga biaya yang tersedia untuk
perkembangan dan penggunaan jangka panjang. Ketiga metoda analisis ini
tidak memiliki keistimewaan sendiri. Sebagai contoh yaitu keuntungan
pengguna dan biaya yang dikeluarkan lembaga, kemudian ditentukan
dengan metode penentuan prioritas dan seringkali dilakukan dengan
analisis kondisi perkerasan, serta pada banyak kasus, dapat digunakan pula
model optimasi jaringan.
Pada tahapan awal sistem manajemen perkerasan, pemilihan tahapan
pengembangan dengan cara memilih metode analisis yang dapat
dikerjakan dengan sumber daya dan kebutuhan yang ada. Suatu lembaga
dapat mencapai tujuannya jika sumber daya tersedia dengan baik.
Ketiga metode analisis ini masih sesuai dengan pedoman AASHTO yang
berlaku, namun saat ini digunakan metoda analisis kedua dan ketiga, serta
banyak perkembangan dalam penggunaan metoda analisis ketiga yaitu
model optimalisasi jaringan.
b. Analisis penilaian perkerasan yang dapat digunakan dalam penerapan
sistem manajemen perkerasan
Pavement Condition Analysis, atau analisis kondisi perkerasan
Pada metoda analisis ini, kombinasi data kondisi perkerasan untuk jenis
kerusakan baik itu dengan nilai roughness (kekasaran atau ketidakrataan)
ataupun tidak, dijadikan sebuah nilai atau indeks yang memperlihatkan
kondisi perkerasan secara keseluruhan. Nilai kondisi perkerasan memiliki
rentang skala angka dari 0 hingga 100. Angka 100 memperlihatkan
kondisi perkerasan yang sangat baik dan angka 0 memperlihatkan kondisi
perkerasan yang paling buruk.
Metode alternatif dapat digunakan untuk mengembangkan kombinasi nilai
atau indeks, namun skala 0 hingga 100 ini sudah cukup sesuai untuk
digunakan. Perhitungan nilai kondisi perkerasan menyediakan penilaian
yang berbeda untuk setiap kombinasi kekerasan dan luas jenis kerusakan.
Indeks kombinasi memiliki beberapa aplikasi sebagai berikut.
Cara termudah berkomunikasi mengenai kondisi sistem untuk
meningkatkan pengaturan, perencana dan pembuat pedoman
Digunakan sebagai satu faktor di dalam perencanaan tingkat
prioritas
Digunakan sebagai teknik untuk memperkirakan biaya rata-rata
pemeliharaan, rehabilitasi atau rekonstruksi suatu kandidat proyek
Hasil dari pedoman ini yaitu:
Peringkat dari seluruh segmen perkerasan berdasarkan jenis
kerusakan dan nilai kondisi sebagai fungsi dari kelas lalu lintas dan
jalan
Identifikasi dari strategi MR&R (pemeliharaan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi), yang ditentukan dengan suatu kriteria (yaitu
kombinasi dari tingkat kerusakan dan lalu lintas yang berbeda)
untuk penanganan yang berbeda pada setiap segmen
Melakukan perkiraan kebutuhan biaya untuk penanganan yang
dipilih
Hasil keluaran dari kebutuhan berdasarkan kondisi yang ada. Model
prediksi atau perkiraan tidak sesuai dengan modul ini.

c. Model penilaian yang dapat digunakan dalam penerapan sistem


manajemen perkerasan
Priority Assessment Models, atau model penentuan prioritas
Metoda analisis ini menggunakan pendekatan bottom up dimana strategi
MR&R (pemeliharaan, rehabilitasi dan rekonstruksi) optimal untuk proyek
individu yang ditentukan berdasarkan biaya siklus kehidupan, melewati
periode analisis 20 hingga 30 tahun, atau merupakan satu cara untuk
melakukan penanganan rehabilitasi. Proyek dapat menjadi prioritas pada
tingkat jaringan, dengan menggunakan berbagai metoda.
Nilai BCR (Benefit/Cost Ratio) dan pengukuran keefektifan biaya
merupakan dua cara yang digunakan untuk menentukan tingkat prioritas,
dan perencanaan alternatif pun adalah hal yang memungkinkan. Analisis
tingkat project termasuk perkiraan kondisi perkerasan dengan
menggunakan model sebagai fungsi dari beberapa variabel yaitu umur,
kondisi perkerasan saat ini, lalu lintas, lingkungan, sejarah, dan
penanganan yang dipilih. Strategi alternatif termasuk tindakan saat ini dan
masa yang akan datang, dievaluasi untuk setiap segmen dan dibandingkan
berdasarkan analisis biaya siklus kehidupan, nilai BCR atau keefektifan
biaya, dan strategi dengan tingkat prioritas tertinggi melalui periode
analisis yang diidentifikasi.
Keuntungan penerapan metoda ini pada sistem manajemen perkerasan
dikelompokan menjadi 3 kategori, yaitu:
Keuntungan bagi pengguna jalan
Keuntungan bagi lembaga
Kombinasi dari keuntungan bagi pengguna jalan dan lembaga
Keuntungan dapat dihitung dengan perbedaan antara biaya pengguna tanpa
perubahan dan biaya pengguna dengan perubahan. Keuntungan dibagi
oleh biaya lembaga untuk perubahan yang dapat berpengaruh pada nilai
BCR. Pada tingkat project, strategi dengan rasio tertinggi memiliki
kesempatan terbesar untuk menjadi prioritas. Dengan cara yang serupa,
sebuah strategi dapat meningkatkan keuntungan pada tingkat jaringan
(network), untuk biaya yang spesifik, akan digunakan alat perencanaan
strategi dalam perubahan program jaringan.
Keuntungan lembaga yaitu biaya pemeliharaan rutin, tersedianya biaya
rehabilitasi dan rekonstruksi selama periode analisis, dan dana bantuan
pada akhir periode analisis. Biaya digunakan untuk evaluasi nilai BCR
berdasarkan net present worth.
Keuntungan pengguna jalan dapat memberikan pertimbangan ketika
evaluasi tingkat prioritas setiap segmen. Keuntungan pengguna adalah
ketika spesifikasi tingkat pelayanan atau performa standar untuk setiap
fungsi dan kelas jalan yang berbeda dimasukan ke dalam sistem
manajemen perkerasan.
Sama seperti analisis nilai benefit-cost, keefektifan biaya telah digunakan
untuk memberi peringkat atau memberi prioritas pada pemilihan proyek.
Tampilan atau keuntungan dapat diukur dari prediksi kondisi perkerasan
(kemampuan layanan/serviceability) dengan kurva waktu dan biaya
memperlihatkan biaya pemeliharaan rutin dari MR&R. Sehingga biaya per
bagian dari serviceability dapat digunakan sebagai rasio keefektifan biaya.
Hasil dari metoda analisis ini adalah:
Daftar tingkat prioritas project yang menyediakan pemeliharaan,
rehabilitasi ataupun rekonstruksi
Biaya penanganan berupa pemeliharaan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi
Perkiraan kebutuhan biaya untuk mencapai performa jaringan
standar sesuai spesifikasi
Program tahun tunggal atau tahun jamak yang menunjukan
rekomendasi setiap segmen agar dilakukan pemeliharaan,
rehabilitasi atau rekonstruksi, dan tipe, waktu serta biaya yang
direkomendasikan.
d. Model optimasi yang dapat digunakan dalam penerapan sistem manajemen
perkerasan
Network Optimization Models, model optimasi jaringan
Model optimasi menyediakan kemampuan untuk melakukan evaluasi
keseluruhan jaringan perkerasan. Tujuannya adalah mengidentifikasi
strategi pemeliharaan, rehabilitasi dan rekonstruksi untuk jaringan yang
dapat memaksimalkan keuntungan dari jaringan atau meminimalisasi
biaya jaringan total. Strategi MR&R (Maintenance, Rehabilitation and
Reconstruct) jaringan merupakan penanganan yang optimal untuk setiap
kemungkinan dari performa perkerasan yang ada, hal ini dapat dilihat dari
nilai roughness (kekasaran atau ketidakrataan), kerusakan fisik, lalu
lintas, lingkungan, dan kelas fungsi. Hal ini merupakan pendekatan top
down berupa strategi optimal jaringan yang ditentukan dan penanganan
spesial untuk setiap project yang diidentifikasi secara spesifik.
Teknik yang digunakan pada optimasi merupakan hal baru dalam dunia
teknik jalan, penggunaan optimasi ini sudah dilakukan dalam hal
menentukan keputusan bisnis dan telah dijelaskan dalam North American
Conferences on Pavement Management. Model optimasi di dalam sistem
manajemen perkerasan digunakan untuk menganalisa strategi manajemen
yang beragam dan pertukaran pada tingkat jaringan. Sebagai contoh,
pemberian biaya jaringan pasti yang mahal dan tinggi, maka penerapan
yang dilakukan pada jaringan sangat sedikit, begitu juga sebaliknya. Jika
biaya yang dikeluarkan murah, maka penerapan yang dilakukan pada
jaringan lebih banyak.
Hasil dari model optimasi ini sama seperti pada model penentuan
prioritas, dengan sedikit variasi. Seperti contoh, model optimasi tidak
menentukan prioritas segmen, tetapi mengidentifikasi program MR&R
yang optimal untuk jaringan secara keseluruhan agar biaya dan kebutuhan
politik yang sesuai dapat ditentukan.

3. Diskusi
a. Pengetahuan yang diperoleh dari bahasan nomor 1 dan 2
b. Contoh penerapan sistem manajemen perkerasan dalam bidang yang
sedang dipelajari baik jalan atau jembatan

Anda mungkin juga menyukai