Anda di halaman 1dari 39

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang
serius di negara berkembang. Menurut laporan World Health Organization
(WHO) tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa.
Beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub-Saharan
179.000 jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa.
Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 190 per
100.000 kelahiran hidup, Vietnam 49 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand
26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan
Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup.(1)
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, angka kematian Ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359 per
100.000 kelahiran hidup. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan
SDKI tahun 2007 yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target
yang diharapkan berdasarkan Millenium Development Goals (MDGs) pada
tahun 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti AKI di
Indonesia belum mencapai target yang di tetapkan oleh WHO tersebut.
Menurut Kementerian Kesehatan tahun 2010, tiga faktor utama penyebab
kematian ibu melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan
infeksi (11%).(2)
Kematian ibu dapat diakibatkan oleh penyebab langsung dan tidak
langsung. Penyebab tidak langsung yaitu diantaranya penyakit jantung
sementara untuk penyebab langsung, berhubungan dengan komplikasi
obstetrik selama masa kehamilan, persalinan, masa nifas atau post partum, dan
segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut.
Kematian ibu dapat disebabkan oleh penyebab langsung maupun tidak
langsung. Penyebab langsung kematian ibu diantaranya terjadi akibat
2

perdarahan, eklampsia, infeksi, partus lama, persalinan macet dan komplikasi


aborsi. Menurut Kementerian Kesehatan tahun 2010, tiga faktor utama
penyebab kematian ibu melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia
(24%), dan infeksi (11%). Di Kota Cirebon pada tahun 2015 terjadi 4 kasus
kematian ibu. Dari 4 kasus kematian ibu pada tahun 2015, 2 kasus diantaranya
terjadi akibat penyebab langsung yaitu perdarahan yang disebabkan oleh
atonia uteri, 1 kasus akibat eklampsia, dan 1 kasus akibat infeksi.(2)(3)
The Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan komitmen
global yang merupakan kelanjutan dari Millennium Development Goals
(MDGs) yang sudah berakhir di tahun 2015 lalu. SDGs yang resmi
diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2016 ini memiliki 17 agenda pencapaian
hingga tahun 2030. Dari 17 agenda tersebut, yang menjadi masalah terkait
kesehatan diantaranya adalah poin ke 2 (nol kelaparan), 3 (kesehatan yang
baik), 5 (kesetaraan gender), 6 (air bersih dan sanitasi). Setiap tujuan memiliki
lebih dari satu target beserta indikatornya.(4)
Untuk mencapai berbagai tujuan SDGs di bidang kesehatan, dinas
kesehatan Kota Cirebon mempunyai cara tersendiri untuk mencapai tujuan
tersebut dengan menerapkan program Rumah Sakit Berbasis Masyarakat
(RSBM). RSBM adalah jejaring pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
oleh puskesmas bekerja sama dengan rumah sakit yang ada di wilayah Kota
Cirebon. Dalam praktiknya, rumah sakit mengirimkan dokter spesialis untuk
melakukan pelayanan kesehatan di puskesmas. Sehubungan dengan
pencapaian tujuan SDGs, pelayanan kesehatan rumah sakit tersebut di titik
beratkan pada kesehatan ibu dan anak. Pada hari tertentu disetiap bulannya,
dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis jantung, dan dokter spesialis anak
datang ke puskesmas secara rutin untuk melakukan pemeriksaan ibu dan anak.
Pelayanan yang diberikan oleh dokter spesialis tersebut yaitu promotif,
preventif, dan kuratif serta memberikan transfer of knowledge bagi tenaga
kesehatan dan masyarakat yang di bantu oleh puskesmas, institusi kesehatan
3

lain, dan warga siaga di wilayah binaannya dalam suatu tatanan sistem
rujukan. RSBM merupakan kegiatan dalam upaya menekan dan menurunkan
jumlah kematian ibu bersalin dan bayi dimana kegiatannya berada dibawah
tanggung jawab Dinas Kesehatan Kota Cirebon melalui Program Pendanaan
Kompetisi yang dimulai tahun 2006.(5)
Puskesmas Gunungsari merupakan salah satu puskesmas yang
mengikuti program RSBM dan memiliki kampung siaga di setiap RW.
Puskesmas Gunungsari juga ditunjuk sebagai puskesmas koordinator untuk
wilayah Kecamatan Kesambi. Kegiatan RSBM di Puskesmas Gunungsari
dapat dinyatakan berhasil meskipun masih terdapat beberapa kekurangan
terutama dari segi manajemen RSBM dan kesadaran masyarakatnya sendiri
yang masih kurang akibat minimnya pengetahuan terhadap kesehatan ibu dan
bayi. Kampung siaga yang terbentuk di setiap RW memiliki berbagai kegiatan
yang dibentuk untuk mendukung program RSBM. Jenis kegiatan yang
diselenggarakan kampung siaga terkait dengan ibu hamil antara lain kelompok
donor darah, tabungan ibu bersalin, dana sosial ibu bersalin, dan pendaataan
ibu hamil. Keberhasilan program kampung siaga sangat dipengaruhi oleh
partisipasi dari masyarakat, keaktifan kader dan perangkat pemerintahan lain
seperti ketua RT dan ketua RW. Kampung siaga sebagai bentuk partisipasi
masyarakat terhadap kepedulian kesehatan ibu dan anak dalam perjalanannya
tidak dapat berkembang seperti yang diharapkan. Diperlukan berbagai upaya
untuk meningkatkan peran serta dan dukungan masyarakat.(6)
Di wilayah kerja Puskesmas Gunungsari, yaitu tepatnya di RW 06 RT 02
Suryadinaya utara terjadi 1 kasus perdarahan pasca persalinan. Saat terjadinya
kasus tersebut, keluarga kesulitan mencari donor darah karena tidak adanya
calon pendonor darah tetap dan minimnya stok darah di PMI. Menanggapi
permasalah tersebut, dicari pemecahan masalah agar masalah serupa tidak
terulang dan keselamatan ibu hamil maupun pasca melahirkan terjaga serta
meningkatkan kembali peran serta masyarakat dalam kampung siaga.(6)
4

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menganalisis permasalahan dan mencari solusi kegiatan RSBM di
Puskesmas Gunungsari untuk meningkatkan mutu RSBM termasuk upaya
meningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu serta bayi.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk berperan
aktif dalam upaya peningkatan kualitas program RSBM;
2. Meningkatkan dukungan, kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat,
kader, perangkat RT dan RW terhadap ibu hamil dengan komplikasi
perdarahan saat kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan;
3. Meningkatkan peran aktif masyarakat, kader, perangkat RT dan RW
dalam ketersediaan darah ketika diperlukan pada kasus perdarahan ibu
hamil dengan pemeriksaan golongan darah.

1.3 Manfaat Kegiatan


1.3.1 Manfaat Untuk Masyarakat
Masyarakat Kota Cirebon khususnya di wilayah kerja Puskesmas
Gunungsari dapat mengetahui golongan darahnya masing-masing. Kader,
perangkat RT, dan perangkat RW mempunyai data golongan darah tersebut
untuk memudahkan apabila ada masyarakat yang membutuhkan transfusi
golongan darah tertentu.

1.3.2 Manfaat Untuk Tenaga Kesehatan


Membantu tenaga kesehatan dalam ketersediaan data golongan darah
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kepada ibu hamil dengan
komplikasi perdarahan secara terpadu.
5

BAB II
RUMUSAN MASALAH
2.1 Profil Puskesmas Gunungsari
2.1.1 Data Umum
Wilayah kerja Puskesmas Gunungsari meliputi satu Kelurahan yaitu
Kelurahan Pekiringan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Kesambi Kota
Cirebon dengan luas wilayah sebesar 124 Ha.(6)
Batas wilayah meliputi :
a. Sebelah Barat : Kecamatan Cirebon Barat, Kabupaten Cirebon
b. Sebelah Timur : Kelurahan Pekalangan Kecamatan Pekalipan
c. Sebelah Selatan : Kelurahan Kesambi dan Kelurahan Sunyaragi
d. Sebelah Utara : Kelurahan Kejaksan dan Kelurahan Sukapura
Wilayah kerja Puskesmas Gunungsari merupakan daerah dataran
rendah dan berada 1,5 meter diatas permukaan laut, dengan suhu rata-rata
32C, dan curah hujan 10 mm/tahun. Jarak dari Puskesmas Gunungsari ke
Pusat Pemerintahan :
6

a. Ke Kelurahan Pekiringan : 0,5 km


b. Ke Kantor Kecamatan Kesambi : 1,5 km
c. Ke Dinas Kesehatan Kota Cirebon : 2 km
d. Ke Pemerintahan Kota Cirebon : 2,5 km
e. Ke Ibu Kota Provinsi : 120 km
f. Ke Ibu Kota Negara : 252 km
Kelurahan pekiringan terbagi atas 11 Rukun Warga (RW) dan 57
Rukun Tetangga (RT) dengan keadaan tanahnya :
a. Perumahan : 121,25 Ha
b. Sawah/Kebun : 0,75 Ha
c. Sarana Olahraga/Lain-lain : 2,00 Ha
Jumlah penduduk Kelurahan Pekiringan pada tahun 2014 adalah
13.845 jiwa yang terbagi didalam 11 RW.(6)
7

PetaKelurahanPekiringan

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kelurahan Pekiringan.

2.1.2 Data Demografi


Data Kependudukan Kelurahan Pekiringan
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Pekiringan Tahun 2015.(6)
8

Jumlah Jiwa Jumlah KK


Jum
No Nama RW Laki- Perem Laki- Perem
Jum lah Jum lah RT
laki Puan laki puan
1 RW.01 Gunungsari Baru 502 513 1015 230 80 310 7
2 RW.02 Gunungsari Dalam 266 287 553 117 49 166 5
3 RW.03 Langensari 295 297 592 129 27 156 3
4 RW.04 Langensari Baru 1009 1084 2093 465 127 592 6
5 RW.05 Sidamulya 452 495 947 215 52 267 5
6 RW.06 Suradinaya Utara 1458 1452 2910 664 166 830 7
7 RW.07 Gunungsari Bd. Batu 511 553 1064 229 51 280 5
8 RW.08 Suradinaya Selatan 879 912 1791 405 116 521 6
9 RW.09 Suradinaya Barat 639 650 1289 272 63 335 5
10 RW.10 Sidsmulya Utara 487 534 1021 226 55 281 5
11 RW.11 Sidamulya Selatan 481 497 978 221 41 262 3
Kelurahan Pekiringan 6979 7274 14253 3173 827 4000 57

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Kelurahan


Pekiringan Tahun 2015.(6)
No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1 00 04 tahun 558 574 1132
2 05 09 tahun 580 558 1138
3 10 14 tahun 605 603 1208
4 15 19 tahun 570 604 1174
5 20 24 tahun 535 491 1026
6 25 29 tahun 520 607 1127
7 30 34 tahun 668 614 1282
8 35 39 tahun 606 682 1288
9 40 44 tahun 584 551 1135
10 45 49 tahun 440 491 931
11 50 54 tahun 345 376 721
12 55 59 tahun 331 330 661
13 60 64 tahun 218 274 492
14 65 69 tahun 225 269 494
15 70 tahun 190 248 438
Jumlah 6975 7272 14247

190 70 > 248


225 65 - 69 269
9

218 60 - 64 274
331 55 - 59 330
345 50 - 54 376
440 45- 49 491

584 40 - 44 551

606 35 - 39 682

668 30 - 34 614

520 25 - 29 607

535 20 - 24 491

570 15 - 19 604

605 10 - 14 603

580 05 - 09 558

558 00 - 04 574
Gambar 2.2 Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur

2.1.3. RSBM di Puskesmas Gunung Sari


2.1.3.1. Jadwal Kegiatan RSBM di Puskesmas Gunungsari
Tabel 2.3 Kegiatan RSBM di Puskesmas Gunungsari.(6)
Tempat
No Pelayanan Nama Dokter Spesialistik Waktu Pelayanan
1 dr. Eka Prasetya Sp.OG Kebidanan Rabu, mgg I&III
2 dr. Hj. Tuti Atikah Sp.A Anak Kamis, mggI&III
Puskesmas
3 dr. Edial Sanif Sp.JP Jantung Setiap 3 bulam sekali
Gunungsari

2.1.3.2. Pelayanan RSBM di Puskesmas Gunungsari


10

Grafik 2.1 Program Pelayanan RSBM Di UPTD Puskesmas Gunungsari Tahun


2015.(6)
2.1.3.3. Pelayanan RSBM Dokter Spesialis Anak di Puskesmas Gunungsari

Grafik 2.2 Program Pelayanan Dokter Spesialis Anak Di UPTD Puskesmas


Gunungsari.(6)
2.1.3.4. Jumlah Kunjungan Pasien Di Poli KIA
11

Tabel 2.4 Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan Di Poli KIA Berdasarkan
Umur UPTD Puskesmas Gunungsari Tahun 2015.(6)
KELOMPOK UMUR
NO BULAN 0-1 1-5 5-17 >17
Jumlah
Tahun Tahun Tahun tahun
1 Januari 81 - - 271 352
2 Februari 96 - - 221 317
3 Maret 54 10 - 259 323
4 April 64 15 1 358 438
5 Mei 82 - - 347 429
6 Juni 102 - - 274 376
7 Juli 69 - - 272 341
8 Agustus 94 - - 326 420
9 September 15 4 2 415 436
10 Oktober 77 - 92 279 448
11 November 118 - - 359 477
12 Desember 65 19 1 303 388
JUMLAH 917 48 96 3684 4745

2.1.3.5. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


Tabel 2.5 Cakupan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di UPTD
Puskesmas Gunung Sari Tahun 2015.(6)
Kesenjanga
Jenis Sasara Target Cakupan
No n Ket
Kegiatan n
N % N % + -
1 K1 225 214 95 214 95,11 - -
2 K4 225 214 95 198 88 - 16
3 RESTI 45 45 100 57 126,6 12 -
PERSALINA
4 217 195 90 181 83,41 - 14
N NAKES
5 NEONATUS 207 186 90 181 87,43 - 5
KEMATIAN
6 - - - 3
BAYI
KEMATIAN
7 - - - -
IBU
8 BBLR - - - 4
9 N2 207 186 90 173 83,57 - 13

2.2 Identifikasi Masalah


12

Rumah Sakit Berbasis Masyarakat (RSBM) merupakan sebuah


program kesehatan inovatif di Kota Cirebon yang merubah paradigma
program kesehatan Rumah Sakit dari pelayanan kuratif dan rehabilitative
menjadi pelayanan promotif dan preventif. Tujuan umum dari kegiatan
RSBM adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan ibu dan bayi secara
terpadu dalam upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu serta bayi.
Indikator keberhasilan dari RSBM selain menurunkan kadar AKI, tujuan
lainnya adalah terlayani dan tertanganinya kasus ibu hamil risiko tinggi.(5)
Sebelum terbentuknya RSBM di Kota Cirebon pada tahun 2006, angka
kematian ibu cukup tinggi. Pada tahun 2002, jumlah kematian ibu adalah
sebesar 3 orang, namun pada tahun 2003 jumlah kematian ibu meningkat
menjadi 10 orang, pada tahun 2004 meningkat menjadi 13 orang, dan pada
tahun 2005 mengalami penurunan menjadi sebesar 11 orang namun tetap
dalam jumlah yang cukup tinggi. Penurunan signifikan AKI di Kota Cirebon
terlihat setelah dilakukannya program RSBM di Kota Cirebon.(5)
Bentuk pemberian pelayanan dari program RSBM selain pelayanan
Rumah Sakit yang proaktif adalah diperlukannya peran serta masyarakat
yang dibantu oleh institusi lain seperti puskesmas dan bidan praktik swasta
untuk membuat suatu jejaring rujukan yang terpadu. Hal ini sejalan dengan
dibentuknya kampung siaga berbasis masyarakat. Kampung siaga ini
merupakan upaya pemberdayaan masyarakat agar memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan secara mandiri.
Indikator keberhasilan kampung siaga aktif yaitu :
1. Keberadaan dan keaktifan forum RW dan Kelurahan;
2. Adanya kader pemberdayaan masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan
RW, dan kelurahan siaga aktif;
3. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang terbuka
dan dapat mendapatkan pelayanan setiap hari;
13

4. Keberadaan posyandu dan UKBM yang dapat melaksanakan surveilans


berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan
bencana, serta penyehatan lingkungan;
5. Adanya pendanaan untuk pengembangan RW/ Kelurahan Siaga Aktif dari
anggaran kelurahan, masyarakat, dan dunia usaha;
6. Adanya peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
dalam upaya kesehatan;
7. Adanya peraturan di tingkat Kelurahan yang melandasi dan mengatur
tentang pengembangan kampung/kelurahan siaga aktif.
8. Adanya pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah
Tangga.
Peran serta kader kampung siaga dalam program RSBM diantaranya
adalah: (1) mendata (potensi kasus, donor darah, transportasi, dana), (2)
memfasilitasi (layanan administratif warga dan rujukan), dan (3)
mendampingi.
Keberhasilan program RSBM di wilayah kerja Puskesmas Gunungsari
sangat membutuhkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat dapat
dilihat dengan adanya kegiatan Kampung Siaga. Kampung siaga lebih
mengedepankan keterlibatan masyarakat dalam memantau dan menjaga ibu
hamil dan bayi yang terkena kasus penyakit. Berdasarkan serangkaian
kegiatan RSBM yang sudah berjalan sejak tahun 2006, masih ada kendala
baik teknis maupun non-teknis yang perlu disikapi. Diperlukan identifikasi
masalah pada kegiatan RSBM di wilayah kerja Puskesmas Gunungasari.
Kendala yang kami temukan mengenai kegiatan kampung siaga tidak hanya
terjadi di Puskesmas saja, tetapi banyak terjadi di masyarakat atau kampung
siaga. Terdapat beberapa kegiatan wajib RSBM yang seharusnya dilakukan
oleh perangkat RW, RT, dan kader tidak berjalan dengan baik. Diantaranya
adalah pendataan ibu hamil berkala, Tabungan Ibu Bersalin (TABULIN),
kelompok pendonor darah tetap, dan pemantauan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) untuk balita dan ibu hamil. Kendala ini dapat
14

menyebabkan penurunan kinerja program RSBM yang sudah ada. Pendataan


yang tidak dilaksanakan dan tidak adanya kelompok donor darah dapat
menjadi penyebab langsung kesakitan dan kematian ibu hamil dan neonatus.
Mengingat penyebab tersering kematian ibu hamil adalah perdarahan, maka
seharusnya kelompok donor darah ini selalu aktif untuk membantu apabila
sewaktu-waktu ibu hamil membutuhkan donor darah. Penyebab tidak
aktifnya kelompok donor darah tersebut diantaranya karena kesadaran
masyarakat yang rendah dan kurangnya kepedulian terhadap sesama.(7)
Berdasarkan identifikasi masalah pada kegiatan RSBM di wilayah
kerja Puskesmas Gunungasari, kami mendapatkan beberapa masalah yaitu :
1. Pendataan ibu hamil di kader dan puskesmas yang belum terorganisir
dengan baik;
2. Ketidaktersediaan darah untuk ibu hamil;
3. Kesadaran dan kepedulian ibu terhadap ASI eksklusif yang masih kurang;
4. Masih terdapatnya balita dengan gizi yang kurang
5. Belum efektifnya kelas ibu hamil termasuk diantaranya adalah senam
hamil

2.3 Prioritas Masalah


Berdasarkan beberapa masalah yang ditemukan selama observasi di
Puskesmas Gunung Sari, diperlukan penentuan prioritas masalah dengan
menggunakan matriks USG (Urgency, Seriousness, Growth). Hal ini agar
mempermudah untuk menentukan pemecahan masalah. Faktor-faktor yang
dinilai dalam matrik USG adalah sebagai berikut.(8)(9)
1. Faktor Urgency yang berkaitan dengan terdesak atau tidaknya waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak
suatu masalah untuk diselesaikan, maka semakin tinggi pula urgency
masalah tersebut.
2. Faktor Seriousness berkaitan dengan dampak dari adanya masalah
tersebut terhadap suatu organisasi. Dampak ini terutama yang dapat
menimbulkan kerugian bagi organisasi, seperti dampak terhadap
15

produktifitas, dan keselamatan jiwa manusia, sumberdaya atau sumber


dana. Semakin tinggi dampak yang dapat ditimbulkan, maka semakin
serius masalah tersebut.
3. Faktor Growth berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat
berkembang masalah tersebut, maka semakin tinggi tingkat
pertumbuhannya. Jika suatu masalah dapat cepat berkembang menuju
keadaan yang lebih buruk, maka masalah tersebut dapat semakin di
prioritaskan.

Tabel 2.6 Penilaian Kriteria Metode USG


Kriteria
Nilai
Urgency Seriousness Growth

5 Sangat urgent Sangat serius Sangat tumbuh

4 Cukup urgent Cukup serius Cukup tumbuh

3 Urgent Serius Tumbuh

2 Kurang urgent Kurang serius Kurang tumbuh

1 Sangat kurang urgent Sangat kurang serius Sangat kurang tumbuh

Masalah-masalah dalam program RSBM yang ditemukan setelah


melakukan observasi di wilayah kerja Puskesmas Gunungsari adalah :
1. Pendataan ibu hamil oleh kader dan puskesmas yang belum terorganisir
dengan baik
Pendataan ibu hamil seharusnya dilakukan lebih dini yaitu sejak
trimester pertama. Hal yang harus tercantum dalam pendataan
diantaranya adalah riwayat kehamilan sekarang, riwayat kehamilan
sebelumnya, dan riwayat penyakit yang diderita. Pendataan dilakukan
oleh kader lalu dilaporkan kepada pihak puskesmas untuk kemudian
dibuat datanya kembali oleh puskesmas. Komunikasi yang baik antara
petugas puskesmas, kader, dan ibu hamil mampu mendeteksi lebih dini
16

kemungkinan adanya kehamilan berisiko tinggi dan dapat terjalin


kerjasama antara puskesmas, kader, dan masyarakat dalam
menanggulangi kemungkinan buruk yang terjadi. Tetapi dalam
perjalanannya pendataan belum terlaksana dengan baik. Pihak kader
hanya mengetahui tanpa mencatat dan melaporkan kepada pihak
puskesmas. Sehingga terjadi kesenjangan data ibu hamil antara pihak
puskesmas dengan kader.
2. Ketidaktersediaan darah untuk ibu hamil
Perdarahan merupakan komplikasi yang dapat terjadi selama kehamilan,
persalinan, dan pasca persalinan. Perdarahan memerlukan penanganan yang
cepat dan tepat karena perdarahan dapat menyebabkan kematian ibu. Bentuk
antisipasi untuk membantu penanganan ibu hamil dengan perdarahan oleh
masyarakat diantaranya adalah menyediakan calon pendonor darah untuk ibu
hamil. Kegiatan dalam kampung siaga terkait dengan hal ini adalah adanya
kelompok donor darah. Tetapi pada perjalanannya kegiatan tersebut tidak
terlaksana dengan baik karena kurangnya partisipasi masyarakat. Adanya calon
pendonor darah tetap untuk ibu hamil dengan atau tanpa risiko komplikasi
menjadi penting karena meskipun semua bentuk asuransi termasuk BPJS dapat
menanggung biaya dan ketersediaan darah, stok darah di PMI tidak selalu ada.
Sehingga sewaktu-waktu ketika ibu membutuhkan donor darah dan stok darah di
PMI kosong, maka ibu dapat ditolong oleh calon pendonornya.
3. Kesadaran dan kepedulian ibu terhadap ASI eksklusif yang masih kurang
Pentingnya pemberian ASI selama 6 bulan pertama kehidupan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi banyak tidak diketahui
oleh ibu menyusui sehingga banyak bayi yang tidak diberikan ASI sampai
usia 6 bulan. Selain kurangnya pengetahuan, alasan lain yang diberikan
adalah ibu tidak selalu ada dirumah karena bekerja, air susu yang tidak
keluar, dan alasan estetika. Cara ibu untuk mengatasi hal tersebut adalah
dengan cara memberikan susu formula. Menanggapi permasalahan
tersebut perlu diberikan pemecahan masalah yang sesuai agar
17

menumbuhkan kesadaran ibu untuk memberi ASI ekslusif kepada


anaknya.
4. Masih terdapatnya balita dengan gizi yang kurang
Faktor yang mempengaruhi asupan gizi yang kurang untuk balita
diantaranya adalah faktor sosial ekonomi yang rendah. Kemampuan
orang tua untuk memenuhi gizi anaknya menjadi terhambat sehingga
anak tersebut mendapatkan asupan makanan seadanya. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah minimnya pengetahuan pihak orang tua akan gizi
seimbang untuk anak. Pihak puskesmas dan dinas lain yang terkait sudah
memberikan bantuan berupa program Pemberian Makanan Tambahan
(PMT). Tetapi, kurangnya pengawasan terhadap pemberian PMT tersebut
mengakibatkan masih adanya balita dengan gizi yang kurang.
5. Belum efektifnya kelas ibu hamil termasuk diantaranya yaitu kegiatan
senam hamil
Senam hamil membantu meringankan keluhan selama ibu hamil
bahkan mempersiapkan ibu saat proses persalinan.(10) Tujuan senam hamil
untuk ibu diantaranya :
a. Menguasai teknik pernapasan, sangat bermanfaat untuk mendapatkan
lebih banyak oksigen ke jaringan termasuk pasokan oksigen ke janin,
juga membantu ibu untuk siap menghadapi persalinan
b. Memperkuat elastisitas otot dinding perut, sehingga dapat mencegah
atau mengatasi keluhan saat kehamilan.
c. Mengurangi keluhan yang timbul akibat perubahan bentuk tubuh
d. Melatih relaksasi, proses relaksasi diperlukan untuk mengatasi
ketegangan atau rasa sakit saat proses persalinan
e. Membantu persalinan sehingga ibu dapat melahirkan tanpa kesulitan,
serta menjaga ibu dan bayi sehat setelah melahirkan.
Tidak adanya kegiatan senam hamil di puskesmas gunungsari
menyebabkan ibu-ibu hamil di wilayah kerja puskesmas gunung sari tidak
turut mendapatkan manfaat-manfaat tersebut. Kegiatan senam hamil
seharusnya diadakan dan diperlukan kerjasama antara kader, bidan, dokter
18

dan tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas Gunung Sari untuk membangun


kesadaran ibu-ibu hamil akan keuntungan dari senam hamil.
Tabel 2.7 Total Skor Matriks USG
Nilai Skor Total Urutan
No Permasalahan
U S G Skor Prioritas

1 Pendataan ibu hamil di kader dan puskesmas 2 3 1 6 IV


yang belum terorganisir dengan baik

2 Ketidaktersediaan darah untuk ibu hamil 4 4 3 11 I

3 Kesadaran dan kepedulian ibu terhadap ASI 2 3 2 7 III


eksklusif yang masih kurang.

4 Masih terdapatnya balita dengan gizi yang 3 3 2 8 II


kurang

5 Belum efektifnya kelas ibu hamil termasuk 2 2 1 5 V


diantaranya adalah senam hamil

Dengan demikian, maka urutan prioritas masalah mengenai RSBM di


Puskesmas Gunungsari adalah sebagai berikut :
1. Ketidaktersediaan darah untuk ibu hamil
2. Masih terdapatnya balita dengan gizi yang kurang
3. Kesadaran dan kepedulian ibu terhadap ASI eksklusif yang masih kurang
4. Pendataan ibu hamil di kader dan puskesmas yang belum terorganisir dengan
baik
5. Belum efektifnya kelas ibu hamil termasuk diantaranya adalah senam hamil

2.3 Analisis Masalah


Berdasarkan hasil penentuan prioritas masalah dengan menggunakan
matriks USG, didapatkan bahwa masalah yang menjadi prioritas utama di
Puskesmas Gunungsari adalah kurang teridentifikasinya pendataan antara
ibu hamil dengan calon pendonornya. Selanjutnya untuk mempermudah
pemecahan masalah, dilakukan analisis dengan menggunakan metode
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat).
19

Ketidaktersediaan darah untuk ibu hamil


a. Gambaran umum masalah
Donor darah merupakan salah satu kegiatan kampung siaga dalam
program RSBM yang bertujuan untuk menjamin persediaan darah untuk
ibu hamil jika mengalami perdarahan untuk menurunkan AKI. Kampung
siaga memberdayakan seluruh komponen masyrakat baik lurah, RW, RT,
kader dan masyarakat sendiri agar turut serta dalam penggerakan kegiatan
donor darah untuk ibu hamil. Setiap ibu hamil dianggap memiliki
kemungkinan untuk mengalami penyulit atau perdarahn. Oleh karena itu,
calon pendonor darah tetap untuk ibu hamil seharusnya sudah disiapkan
sebagai upaya pencegahan dalam penanggulangan perdarahan pada saat
hamil, persalinan ataupun setelah persalinan. Di wilayah Puskesmas
Gunungsari sudah terbentuk kelompok donor darah tetapi belum berjalan
sesuai yang di harapkan. Sebagian masyarakat masih enggan untuk
menjadi pendonor darah yang rutin dilakukan setiap 3 bulan oleh
perangkat RW bekerjasama dengan PMI. Diperlukan upaya untuk
mengatasi hal tersebut dengan berbagai cara.
b. Analisis SWOT
S : Strength
1. Adanya kegiatan donor darah setiap 3 bulan sekali yang diadakan
oleh PMI
2. Telah terjalinnya kerja sama antara PMI dan perangkat RW, RT
dan kader dalam menyelenggarakan kegiatan donor darah.
W : Weakness
1. Tidak ada calon pendonor darah tetap untuk setiap ibu hamil.
2. Tidak ada perjanjian calon pendonor darah untuk bersedia
sewaktu-waktu darahnya diperlukan untuk donor darah.
3. Masyarakat tidak mengetahui golongan darahnya sendiri.
O : Opportunity
1. Masyarakat mau untuk diperiksa golongan darahnya karena dapat
mengetahui identitasnya sendiri.
20

2. Masyakat mengetahui manfaat donor darah dapat menyelamatkan


nyawa yang membutuhkan.
T : Threat
1. Kurangnya kesadaran dan kepeduliaan masyarakat terhadap
sesama dalam hal menyumbangkan darahnya untuk yang
membutuhkan.

Tabel 2.8 Analisis SWOT


Analisis Hasil

Strength (S) 1. Adanya kegiatan donor darah setiap 3 bulan sekali yang
diadakan oleh PMI
2. Telah terjalinnya kerja sama antara PMI dan perangkat RW,
RT dan kader dalam menyelenggarakan kegiatan donor
darah.
Weakness (W) 1. Tidak ada calon pendonor darah tetap untuk setiap ibu
hamil.
2. Tidak ada perjanjian calon pendonor darah untuk bersedia
sewaktu-waktu darahnya diperlukan untuk donor darah.
3. Masyarakat tidak mengetahui golongan darahnya sendiri.
Opportunity (O) 1. Masyarakat mau untuk diperiksa golongan darahnya karena
dapat mengetahui identitasnya sendiri.
2. Masyakat mengetahui manfaat donor darah dapat
menyelamatkan nyawa yang membutuhkan.
Threat (T) 1. Kurangnya kesadaran dan kepeduliaan masyarakat terhadap
sesama dalam hal menyumbangkan darahnya untuk yang
membutuhkan terutama ibu hamil.
21

Gambar 2.3 Analisis SWOT

Berdasarkan analisis SWOT yang kami lakukan, masalah


ketidaktersediaan darah untuk ibu hamil ini terdapat pada kuadran III (ubah
strategi) yang artinya kegiatan yang sudah ada dalam menyelesaikan
masalah masih lemah namun memiliki banyak berpeluang. Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah mengubah strategi sebelumnya. Sebab,
strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang
ada sekaligus untuk memperbaiki kinerja serta mencapai hasil kegiatan yang
maksimal untuk menyelesaikan masalah tersebut.

BAB III
22

PEMECAHAN MASALAH

3.1 Alternatif Kegiatan Untuk Pemecahan Masalah


Berdasarkan permasalahan ketersediaan darah untuk ibu hamil maka
diperoleh beberapa solusi sebagai berikut;
1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
mendonor darah untuk ibu hamil
2. Pembentukan kelompok siap donor darah untuk ibu hamil
3. Validasi data setiap bulan antara puskesmas dan petugas PMI
4. Melakukan tes golongan darah serta pendataan kepada masyarakat dan
ibu hamil
5. Memberikan pendidikan kepada kader dan warga dalam rangka deteksi
dini ibu hamil resiko tinggi

Ketersediaan darah untuk ibu hamil

Memberikan penyuluhan
Validasi data setiap bulan
kepada masyarakat tentang
antara puskesmas dan petugas
pentingnya mendonor darah kesehatan
untuk ibu hamil

Pembentukan Melakukan tes golongan Memberikan


kelompok siap darah serta pendataan pendidikan kepada
donor darah kepada masyarakat dan kader dan warga
untuk ibu ibu hamil dalam rangka deteksi
hamil dini ibu hamil resiko
Skema 3.1. Pohon Sasaran tinggi

Berdasarkan pohon sasaran pemecahan masalah yang peneliti


kemukakan dipilih 3 yang realistis dilihat dari sumber daya, dan kewenangan
yaitu:
23

1. Pembentukan kelompok siap donor darah untuk ibu hamil


2. Melakukan tes golongan darah serta pendataan kepada masyarakat dan
ibu hamil
3. Memberikan pendidikan kepada kader dan warga dalam rangka deteksi
dini ibu hamil resiko tinggi

3.3 Pohon Alternatif

Ketersediaan darah untuk ibu hamil

Partisipasi dari Semua


Partisipasi Kader Aktif Warga Kampung Siaga Partisipasi dan Koordinasi antara
Kader, Warga Siaga, Petugas
Kesehatan atau Puskesmas dan
Skema 3.2. Pohon Alternatif
PMI
Berdasarkan pohon alternatif untuk mendukung adanya ketersediaan
darah untuk ibu hamil maka diperlukan partisipasi dan koordinasi antara
kader, warga siaga, petugas kesehatan atau puskesmas dan PMI.

3.4 Analisis ReSBaK


Tabel 3.1. Analisis ReSBaK
Nilai Realistis Sumber Daya Baiknya Kewenangan
Sangat Sangat
5 Sangat baik Sangat berwenang
Realistis Tersedia
4 Realistis Tersedia Baik Berwenang
Cukup Cukup
3 Cukup Baik Cukup Berwenang
Realistis Tersedia
24

Kurang Kurang
2 Kurang Baik Kurang Berwenang
Realistis Tersedia
Sangat Kurang Sangat Sangat Kurang
1 Sangat Kurang Berwenang
Realistis kurang baik

Keterangan :
Re : Realistis, suatu bentuk perhitungan dengan mempertimbangkan
aspek realistis apabila dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.
S : Sumber daya, yaitu suatu bentuk perhitungan dengan
mempertimbangkan aspek tersedianya sumber daya yang
mendukung pelaksaannya.
Ba : Baiknya, yaitu suatu bentuk perhitungan dengan
mempertimbangkan aspek baik atau tidaknya apabila sasaran
tersebut dilaksanakan
K : Kewenangan, yaitu suatu bentuk perhitungan dengan
mempertimbangkan aspek kewenangan penulis di dalam
melaksanakan sasaran tersebut.
Dengan mengalikan Re x S x Ba x K, nilai tertinggi ditetapkan sebagai
alternatif kegiatan terbaik yang dominan.

Tabel 3.2. Analisis Altenatif Pemecahan Masalah


No. Alternatif Re S Ba K RexSxBaxK Rangking
1 Pembentukan kelompok siap
donor darah untuk ibu hamil 3 3 5 2 90 III

2 Melakukan tes golongan darah


serta pendataan kepada 5 4 4 4 320 I
masyarakat dan ibu hamil
3 Memberikan pendidikan
kepada kader dan warga dalam
4 4 4 3 192 II
rangka deteksi dini ibu hamil
resiko tinggi
25

Berdasarkan analisis ReSBak, maka kegiatan yang terbaik dan


mendesak adalah Melakukan tes golongan darah serta pendataan kepada
masyarakat dan ibu hamil.

3.5 Pemecahan masalah terpilih


Pemecahan masalah yang terpilih untuk ketidaktersediaan darah untuk
ibu hamil yang terjadi di RW 06 RT 02 adalah melakukan pemeriksaan
golongan darah pada ibu hamil dan masyarakat serta pendataan menurut
golongan darahnya.
Menurut PERMENKES RI NO 97 tahun 2014, pemeriksaan golongan
darah merupakan pemeriksaan laboratorium rutin yang wajib dilakukan pada
setiap ibu hamil. Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya
untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan
apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.(11)
Pemeriksaan golongan darah pada seluruh masyarakat RW 06 RT 02
Suryadinaya Utara bertujuan agar suami, keluarga maupun masyarakat
sekitar tidak perlu mengalami kesulitan untuk mencari atau menyiapkan
donor darah jika sewaktu-sewaktu ibu hamil mengalami perdarahan. Setiap
ibu hamil mempunyai resiko mengalami penyulit atau komplikasi baik yang
terjadi pada saat hamil, persalinan maupun masa sesudah persalinan (nifas).
Perdarahan merupakan salah satu komplikasi yang mengancam nyawa.
Berdasarkan PERMENKES RI NO 97 tahun 2014 pasal 47 ayat 3,
perencanaan persalinan dan persiapan menghadapi komplikasi dilaksanakan
melalui peran aktif suami, keluarga dan masyarakat salah satunya melalui
kegiatan-kegiatan berupa : a. pendataan dan pemetaan ibu hamil, b.
penyiapan donor darah. Pendataan dan pemetaan ibu hamil dilakukan
bersamaan dengan pemeriksaan golongan darah dan pendataan menurut
26

golongan darahnya.(11) Persiapan donor darah disini dilakukan dengan


pemeriksaan golongan darah pada masyarakat dan pendataan menurut
golongan darahnya sehingga mempermudah suami, keluarga maupun
masyarakat untuk mencari ketersediaan donor darah untuk ibu hamil yang
mengalami perdarahan.

3.4 Pemeriksaan golongan darah


Pemeriksaan golongan darah dilakukan pada tanggal 10 Desember
2016 pukul 08.00-12.00 bertempat di lapangan tenis RW 06 RT 02
Suryadinaya Utara. Target dari pemeriksaan golongan darah tersebut adalah
sebesar 100 orang. Pemeriksaan golongan darah ini dilakukan dengan
mempertimbangkan kemampuan warga dalam dapat atau tidaknya
mendonorkan darah, oleh karena itu kami melakukan pemeriksaan golongan
darah dengan kriteria inkusi dan ekslusi sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
a. Usia 18-65 tahun
b. Warga yang berdomisili di RW O6 RT 02 Suryadinaya Utara dengan
membawa persyaratan berupa fotocopy KTP atau Kartu Keluarga.
2. Kriteria ekslusi
a. Usia <18 tahun dan >65 tahun.
Kegiatan pemeriksaan golongan darah tersebut diikuti oleh 92 orang.
Kemudian dibuat pendataan dengan membuat tabel golongan darah untuk
ibu hamil dan masyarakat serta membuat stiker yang berisi data keluarga dan
golongan darahnya yang ditempelkan langsung di depan rumah. Hal tersebut
mempermudah identifikasi golongan darah dan membantu mencari golongan
darah tertentu di masyarakat jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
Pada pelaksanaan pemeriksaan golongan darah, sebanyak 7 orang
berusia <18 tahun dan 6 orang berusia >65 tahun turut memeriksakan
golongan darahnya. Namun karena usia mereka tidak memenuhi kriteria
untuk menjadi pendonor darah maka mereka hanya sekedar melakukan
pemeriksaan saja.
27

Selain dilakukan pemeriksaan golongan darah, untuk


mempersiapkan calon pendonor darah untuk ibu hamil, diberikan juga
lembar informed consent untuk pendonor darah kepada kepala RT untuk
nantinya diberikan kepada masyarakat yang bersedia dan memenuhi kriteria
untuk mendonorkan darah.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Hasil dari pemeriksaan golongan darah di wilayah kerja Puskesmas


Gunungsari RT 002/RW 006 Suradinaya Utara Kelurahan Pekiringan
kecamatan Kesambi di dapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1. Data Golongan Darah wilayah kerja Puskesmas Gunungsari RT


002/RW 006 Suradinaya Utara Kelurahan Pekiringan kecamatan Kesambi
28

NO. NAMA USIA GOL. DARAH KET.


29

1 ETI MAYATI 56 TAHUN B

2 TARSIEM 59 TAHUN B

3 ADE MAULANA 17 TAHUN B

4 SAMINI 59 TAHUN B

5 NURHIKMAH 40 TAHUN B

7 FATIMAH 46 TAHUN B

8 TARJUKI 58 TAHUN B

9 SUDARYATSIH 62 TAHUN B

10 SUPRIYANTO 35 TAHUN B

11 PURWANTO 48 TAHUN B

12 LILI DADAI 59 TAHUN B

13 AGUS P 33 TAHUN B

14 UMAMAH 51 TAHUN B

15 TERSNAWATI 32 TAHUN B

16 KARYATI 46 TAHUN B

17 CASMADI 59 TAHUN B

18 SACI S 44 TAHUN B

19 SUSANAH 46 TAHUN B

20 ASMUNAH 57 TAHUN B

21 FACRIZAL IDRIS 22 TAHUN B


30

22 TIRTA 57 TAHUN B

23 LILIS 26 TAHUN B

24 NOVA 23 TAHUN B

25 WASIAH 48 TAHUN B

26 TITIN 42 TAHUN B

27 TITN RIKA 45 TAHUN B

28 SITI M 47 TAHUN B

29 SITI S 49 TAHUN B

30 ONI 54 TAHUN B

31 AYU LESMANAWATI 36 TAHUN O

32 SRI WAERAH 72 TAHUN O

33 WEURNI NINGSIH 46 TAHUN O

34 TOPIK HIDAYAT 31 TAHUN O

35 SITI SOLIHAH 23 TAHUN O

36 SUMANAH 73 TAHUN O

37 CASMI 57 TAHUN O

38 KOMARIAH O

39 FATIMAH 49 TAHUN O

40 SURTI 28 TAHUN O

41 SARNITI 52 TAHUN O
31

42 NENGSIH AMELIA 33 TAHUN O

43 KARNITI 59 TAHUN O

44 SOLEHA 27 TAHUN O

45 DAIMA 37 TAHUN O

46 YULINAR G. SUJONO 17 TAHUN O

47 DAISAH 35 TAHUN O

48 MIMIN S 38 TAHUN O

49 KRISWANTO 38 TAHUN O

50 SUMIATI 40 TAHUN O

51 DARJO 43 TAHUN O

52 WARNI 72 TAHUN O

53 AGUS 8 TAHUN O

54 FERRY FEBRIANSYAH 12 TAHUN O

55 DANI SETIAWAN 49 TAHUN O

56 ETI SUHETI 47 TAHUN O

57 ROMJAH 31 TAHUN O

58 DARTI 74 TAHUN O

59 GHINA 14 TAHUN O

60 ALVIAN FADHLY 28 TAHUN A

61 MARYANI 58 TAHUN A
32

62 RUSTANDI 44 TAHUN A

63 RUSKINAH 71 TAHUN A

64 IOAH FARIOAH 55 TAHUN A

65 JASWADI 61 TAHUN A

66 SRIWARSIH 47 TAHUN A

67 MUAMMAR 17 TAHUN A

68 IIS SUGIANTO 23 TAHUN A

69 ABDULLAH 42 TAHUN A

70 RUMINAH 57 TAHUN A

71 ANGGA 29 TAHUN A

72 WAENI 58 TAHUN A

73 SYAFII 56 TAHUN A

74 ENDANG 54 TAHUN A

75 TINI H 26 TAHUN A

76 SUTITI 70 TAHUN AB

77 SINTA 18 TAHUN AB

78 WANENCI 28 TAHUN AB

79 TATI 56 TAHUN AB

80 ERNAWATI 38 TAHUN AB

81 NUGROHO 38 TAHUN AB
33

82 WAREM 60 TAHUN AB

83 NURMAN 46 TAHUN AB

84 DALIM 64 TAHUN AB

Tabel 4.2. Data Golongan Darah ibu hamil

NO. NAMA USIA GOL. DARAH KET.

1 KUKUH 23 TAHUN A

2 YUNIARNI 26 TAHUN A
3 SITI SOLEHAH 29 TAHUN A
4 NINING 36 TAHUN A
5 MAROAH 26 TAHUN B
6 MUGI RAHAYU 28 TAHUN B
7 ANISA 23 TAHUN O
8 WINANDA 38 TAHUN O

4.2 Pembahasan
Pada kegiatan puskesmas yang dilakukan 1 bulan ini penliti melakukan
kegiatan di wilayah kerja Puskesmas Gunungsari meliputi kegiatan
pelayanan dan membuat mini project yang bertemakan Rumah Sakit
Berbasis Masyarakat (RSBM). Pada minggu pertama kegitannya mencari
permasalahan mengenai angka kematian dan kesakitan ibu serta anak,
kemudian pada minggu ke 2 melakukan pemecahan masalah dan aplikasi
dari masalah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gunungsari. Akhir
minggu ke 2 melakukan aplikasi yaitu pengecekan golongan darah untuk
setiap RW namun, di sini peneliti hanya melakukan kegiatan di RW 006 RT
002 karena pada RT 002 terdapat permasalahan mengenai ibu hamil dengan
perdarahan post partum dan jumlah ibu hamil yang cukup banyak dan
34

terdapat ibu hamil resiko tinggi yang bisa saja terjadi perdarah post partum.
Dari masalah yang ada kami menentukan pemecahan masalah, antara lain :
1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
mendonor darah untuk ibu hamil
2. Pemebentukan kelompok siap donor darah untuk ibu hamil
3. Validasi data setiap bulan antara petugas puskesmas dengan petugas PMI
4. Melakukan tes golongan darah serta pendataan kepada masyarakat dan
ibu hamil
5. Memberikan pendidikan kepada kader dan warga dalam rangka deteksi
dini ibu hamil risiko tinggi
Peneliti memprioritaskan untuk melakukan kegiatan pengecekan
golongan darah dengan tujuan untuk mengetahui golongan darah setiap
warga agar saat dibutuhkan donor darah untuk kasus ibu hamil seperti yang
terjadi pada RT 002 yaitu perdarahan post partum ini tidak sulit ketika
golongan darah yang dibutuhkan tidak tersedia di PMI. Selain melakukan
pengecekan golongan darah, kami juga melakukan kegitan penyuluhan
mengenai donor darah dan manfaat darah.
Kegiatan pengecekan gologan darah mendapatkan respon yang baik dari
warga RW 006 RT 002 Suradinaya Utara, karena target penelitian sebanyak
100 orang dan yang berpartisipasi sebanyak 92 orang baik yang melakukan
pengecekan dan menunjukan kartu identitas golongan darahnya. Alasan
peneliti mengambil sampel sejumlah 100 orang berdasarkan metode
pengambilan sampel peneliti menggunakan simple random sampling. Simple
random sampling atau pengambilan sampel secara acak, dan sampel yang
diperoleh disebut sampel random. Pengambilan sampel secara acak
sederhana ini dibedakan menjadi dua cara, yaitu dengan mengundi anggota
populasi atau teknik undian, dan dengan menggunakan tabel bilangan atau
angka acak yang diambil berdasarkan periode.
35

Dari kegiatan pemeriksaan golongan darah yang dilakukan pada hari


Sabtu tangga 10 Desember 2016, didapatkan bahwa warga yang memiliki
golongan darah B sebanyak 30 orang, warga dengan golongan darah O
sebanyak 29 orang, warga dengan golongan darah A sebanyak 16 orang dan
warga dengan golongan darah AB sebanyak 9 orang. Sedangkan untuk ibu
hamil jumlah ibu hamil yang mengikuti kegiatan pemeriksaan golongan
darah sebanyak 8 orang dengan ibu hamil yang memiliki golongan darah A
sebanyak 4 orang, ibu hamil dengan golongan darah O sebanyak 2 orang dan
ibu hamil yang memiliki golongan darah B sebanyak 2 orang. Jadi, total
warga yang mengikuti kegiatan pemeriksaan golongan darah di RT 002/RW
006 Suradinaya Utara Kelurahan Pekiringan Kecamatan Kesambi sebanyak
92 orang. Namun, sebanyak 7 orang berusia <18 tahun dan 6 orang berusia
>65 tahun turut memeriksakan golongan darahnya. Karena usia mereka tidak
memenuhi kriteria untuk menjadi pendonor darah maka mereka hanya
sekedar melakukan pemeriksaan saja.
Respon masyarakat dalam kegiatan pengecekan golongan darah sudah
cukup baik karena sudah hampir mencapai target. Namun, masih ada
beberapa warga yang tidak ikut berpartisipasi karena waktu pengecekan
golongan darah yang bersamaan dengan aktifitas warga seperti berjualan di
pasar yang rata-rata selesai pukul 13.00. Sementara, kegatan berlangsung
hingga pukul 11.00.
Hasil dari pemeriksaan golongan darah yang dilakukan dapat berguna
untuk masyarakat Kota Cirebon khususnya di wilayah kerja Puskesmas
Gunungsari dapat mengetahui golongan darahnya masing-masing. Kader ,
perangkat RT, dan perangkat RW mempunyai data golongan darah tersebut
untuk memudahkan apabila ada masyarakat yang membutuhkan transfusi
golongan darah tertentu.
36

Membantu tenaga kesehatan dalam ketersediaan data golongan darah


sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kepada ibu hamil dengan
komplikasi perdarahan secara terpadu.
Pengecekan golongan darah juga berguna untuk Palang Merah
Indonesia (PMI) sebagai data agar memudahkan warga untuk transfusi
darah. Data hasil pengecekan golongan darah tersebut juga akan diberikan
kepada pihak PMI dan pihak yang terkait. Kegiatan pengecekan golongan
darah ini sangat baik dan dapat diterapkan kepada penduduk Kelurahan
Pekiringan. Dan dari kegiatan ini pula peneliti ingin bekerjasama dengan
Kelurahan Pekiringan agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan
semestinya.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Permasalahan yang terdapat di wilayah kerja pusksesmas gunungsari
adalah manajemen program RSBM dan kampung siaga yang tidak berjalan
efektif, terdapatnya kasus perdarahan post partum, tidak berjalannya
kelompok donor darah dan kurangnya ketersediaan darah untuk ibu hamil.
Alternatif pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan analisis
masalah adalah
1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
mendonor darah untuk ibu hamil,
37

2. Pembentukan kelompok siap donor darah untuk ibu hamil,


3. Validasi data setiap bulan antara puskesmas dan petugas PMI, Melakukan
tes golongan darah serta pendataan kepada masyarakat dan ibu hamil,
4. Memberikan pendidikan kepada kader dan warga dalam rangka deteksi
dini ibu hamil resiko tinggi,
5. Pendataan golongan darah dan pembentukan kelompok donor darah untuk
ibu hamil.
Hasil kegiatan pemeriksaan golongan darah yang dilakukan didapatkan
bahwa warga yang memiliki golongan darah B sebanyak 30 orang, warga
dengan golongan darah O sebanyak 29 orang, warga dengan golongan darah
A sebanyak 16 orang dan warga dengan golongan darah AB sebanyak 9
orang. Sedangkan untuk ibu hamil jumlah ibu hamil yang mengikuti
kegiatan pemeriksaan golongan darah sebanyak 8 orang dengan ibu hamil
yang memiliki golongan darah A sebanyak 4 orang, ibu hamil dengan
golongan darah O sebanyak 2 orang dan ibu hamil yang memiliki golongan
darah B sebanyak 2 orang. Jadi, total warga yang mengikuti kegiatan
pemeriksaan golongan darah di RT 002/RW 006 Suradinaya Utara
Kelurahan Pekiringan Kecamatan Kesambi sebanyak 92 orang. Namun,
sebanyak 7 orang berusia <18 tahun dan 6 orang berusia >65 tahun turut
memeriksakan golongan darahnya. Karena usia mereka tidak memenuhi
kriteria untuk menjadi pendonor darah maka mereka hanya sekedar
melakukan pemeriksaan saja.
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti diikuti oleh 92 peserta dari
target 100 orang peseta. Walapun tidak memenuhi target, kegiatan ini
disambut baik oleh warga di 002/RW 006 Suradinaya Utara Kelurahan
Pekiringan Kecamatan Kesambi. Namun pada pelaksanaanya, kegiatan
pendataan golongan darah ini belum mandapatkan legalitas dari Puskesmas
Gunungsari, Dinas Kesehatan kota Cirebon dan Kelurahan Pekiringan
5.2 Saran
Berdasarkan analisis masalah dan refleksi dari kegiatan yang
dilakukan, maka saran dari peneliti adalah :
38

1. Perlu dilakukan pendataan golongan darah di seluruh RW dan RT di


kelurahan Pekiringan Kecamatan Kesambi supaya setiap RW dan RT
mempunyai data golongan darah untuk memudahkan apabila ada ibu
hamil yang membutuhkan darah
2. Pemberian informed consent untuk calon pendonor diberikan dan diisi
oleh calon pendonor
3. Pemasangan stiker di rumah pendonor untuk memudahkan pendataan
4. Menghubungi pihak Kelurahan, Dinas Kesehatan kota Cirebon, Rumah
sakit kota Cirebon dan PMI cabang Cirebon untuk melegalkan kegiatan
pendataan golongan darah

Daftar pustaka

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Info DATIN Mothers Day.


2014th ed. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan; 2014.

2. Badan Pusat Statistik. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)


2012. 2012th ed. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2012.

3. Dinas Kesehatan Kota Cirebon. Laporan Kesehatan Kota Cirebon. 2015th ed.
Cirebon: Dinas Kesehatan Kota Cirebon; 2015.

4. Parhusip BT dkk. Panduan SDGs Untuk Pemerintah Daerah (Kota dan


Kabupaten) dan Pemangku Kepentingan Daerah. 2015th ed. Jakarta:
International NGO Foru on Indonesian Development; 2015.

5. Dinas Kesehatan Kota Cirebon. Buku Saku Rumah Sakit Berbasis Masyarakat
39

Kota Cirebon. 2011th ed. Cirebon: Dinas Kesehatan Kota Cirebon; 2011.

6. UPTD Gunungsari. Laporan Tahunan PKM Gunungsari. Cirebon: Dinas


Kesehatan Kota Cirebon; 2015.

7. Pemerintahan Kota Cirebon. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah (LAKIP) Kota Cirebon Tahun 2012. 2012th ed. Cirebon:
BAPPEDA; 2012.

8. Syamriloade. Definisi Ultrasonografi (USG). Bandung: Angkasa Bandung;


2011.

9. Asmoko H. Teknik Ilustrasi Masalah-Fishbone Diagrams. Magelang: BPPK;


2013.

10. Wagey F.W. Senam Hamil Meningkatkan Oksidan Enzimatik, Kekuatan Otot
Panggul, Kualitas Jasmani dan Menurunkan Kerusakan Oksidatif pada Wanita
Hamil. 2011th ed. Denpasar: Program Studi Ilmu Kedokteran Program
Pascasarjana Universitas Udayana; 2011.

11. Permenkes Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


IndonesiaNomor 97 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaran Kontrasepsi, Serta
Pelayanan Kesehatan Seksual. 2014;

Anda mungkin juga menyukai