Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Secara luas, etika dipahami sebagai pedoman bagaimana manusia harus hidup
dan bertindak sebagai orang baik. Etika memberi petunjuk, orientasi dan arah
bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia. Sementara itu, lingkungan
hidup adalah ruang atau habitat di mana kehidupan berlangsung. Mengacu pada
pemahaman tersebut, maka etika lingkungan hidup pada hakekatnya membicarakan
mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia dalam
berhubungan dengan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang
mempunyai dampak pada alam, dan antara manusia dengan makhluk hidup yang
lain atau dengan alam secara keseluruhan, termasuk di dalamnya kebijakan politik
dan ekonomi yang mempunyai dampak langsung atau tidak langsung terhadap alam.
Etika perlindungan konsumen dan etika periklanandan materi yang akan
dibahas antara lain:
1. Dimensi polusi dan penyusutan sumber daya
2. Etika pengendalian polusi
3. Etika konservasi sumber daya yang bisa habis
4. Meningkatnya perhatian bisnis terhadap etika lingkungan

BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 Dimensi Polusi dan Penyusutan Sumber Daya


Kerusakan lingkungan dapat diidentifikasikan menjadi dua sumber yaitu
polusi dan penyusutan sumber daya.
1. Polusi
Polusi mengacu pada pencemaran atau kontaminasi yang tidak
diinginkan terhadap lingkungan.
a. Polusi Udara
Polusi udara telah hadir menemani kita semenjak terjadinya revolusi
industri dunia, saat cerobong-cerobong asap mulai berdiri dan tidak
berhenti bernafas sampai hingga sampai saat ini. Tingkat polusi udara
semakin meningkat bersamaan dengan meningkatnya atau ekspansi
industri pada setiap Negara. Memacu nilai perekonomian dan taraf
hidup, memang benar, tapi revolusi industri juga membunuh jutaan
harapan hidup dan kebahagiaan secara halus bahkan pada tingkat global.
Kita ambil contoh adanya penurunan pada proses vegetasi yang
mempengaruhi pada pengurangan hasil panen, adanya perusakan pada
bahan-bahan bangunan melalui proses karat, perubahan warna dan
pembusukan serta pada skala global pengerusakan yang terjadi adalah
pemanasan global, hancurnya lapisan ozon di stratosfer, penyusutan
lapisan ozon dan terjadinya hujan asam serta penyakit yang terjadi pada
manusia berupa gangguan pernafasan. Yang dapat digolongkan dalam
polusi udara antara lain :
1. Pemansan Global
2. Penyusutan ozon
3. Hujan asam
4. Racun udara
5. Kualitas udara

b. Polusi Air
Polusi air adalah polusi yang telah lama ada saat manusia telah
menggunakan air untuk membuang sampah dan kotoran, sehingga
dalam kadar tertentu, kontaminasi ini dapat membahayakan species

2
yang hidup pada air tersebut atau pun makhluk yang mengkonsumsi air
tersebut. Pencemaran air sangatlah beragam tidak hanya dari sampah
organic tetapi dari garam, logam, bahan-bahan radioaktif, serta bakteri,
virus dan endapan.
Kontaminasi sumber air adalah masalah klasik yang telah dihadapi
semenjak peradaban manusia mulai menggunakan air untuk membuang
sampah dan kotoran. Polusi air disebabkan oleh :
1. Limbah Pemukiman
2. Limbah Pertanian
3. Limbah Industri
4. Limbah Pertambangan

c. Polusi Tanah
Polusi tanah sering terjadi karena adanya pembuangan zat-zat kimia
beracun hasil dari limbah industri ke dalam tanah, atau melakukan
penguburan bahan-bahan yang berbahaya ke dalam tanah. Polusi tanah
juga dapat disebabkan pembuangan limbah padat yang tidak dapat
diuraikan di dalam tanah sehingga merusak tingkat kesuburan tanah.
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe
polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan polusi yang
terkena. Kromonium berbagai macam pestisida dan lain-lain merupakan
bahan karsiogenik untuk semua populasi. Timbale sangat berbahaya
pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta
kerusakan ginjal pada seluruh populasi.

2. Penyusutan sumber daya


Penyusutan sumber daya mengacu pada penggunaan atau konsumsi pada
sumber daya yang terbatas.
a. Penyusutan spesies dan habitat
Harus diakui sebuah fakta bahwa manusia telah merusak dan
menghapuskan kehidupan species yang ada di lingkungan meskipun
tidak secara langsung. Kita ambil contoh penangkapan ikan yang
menggunakan cara yang illegal selain merusak ekosistem juga merusak
keseimbangan lingkungan di laut sehingga menimbulkan kematian bagi

3
species yang tidak mampu bertahan dan dalam rentang jangka yang
panjang akan menyebabkan kepunahan. Eksploitasi kayu oleh industri
kayu ataupun non kayu seiring dengan meningkatkan kebutuhan
menyebakan kerusakan hutan sehingga hampir ratusan ribu jenis species
akan mengalami kepunahan akibat tidak mampunya menyesuaikan
dengan lingkungan hutan yang telah rusak oleh ulah manusia.

b. Penyusutan Bahan Bakar Fosil


Semakin berkembangnya industri semakin besar pula kebutuhan
akan pemenuhan sumber energi untuk terus mengaktifkan mesin-mesin
raksasa industri. Sumber energi ini diperoleh dari bahan bakar fosil yang
secara otomatis penggunaanya setiap tahun akan terus meningkat seiring
dengan meningkatnya pertumbuhan industri di dunia. Penggunaan yang
tanpa etika ini akan menyebabkan kelangkaan dikarenakan spare waktu
untuk mengembalikan atau membuat bahan baker fosil ini tidaklah
sesuai dengan waktu pengekploitasian yang relative singkat.

c. Penyusutan Mineral
Sama halnya dengan pneyusutan bahan bakar fosil, penyusutan
mineral adalah suatu hal yang tidak dapat dihindarkan karena eksploitasi
besar-besaran tanpa melihat sisi negative terhadap lingkungan dan
ekonomi dalam jangka panjang. Mengapa demikian? Kelangkahan suatu
benda akan menyebabkan benda tersebut memiliki nilai yang mahal
sehingga mampu memberikan pengaruh ekonomi yang cukup
signifikan.

2.2 Etika Pengendalian Polusi


Tidak adanya upaya pengeendalian polusi dikarenakan para pelaku bisnis
menganggap udara dan air itu barang gratis, dan melihat lingkungan sebagai barang
tak terbatas.
1. Etika Ekologi
Etika ekologi adalah sebuah etika yang mengklaim bahwa
kesejahteraan dari bagian-bagian non-manusia di bumi ini secara intrinsik

4
memiliki nilai tersendiri dan bahwa, karena adanya nilai intrinsik ini, kita
manusia memiliki tugas untuk menghargai dan mempertahankannya. Etika
ekologi didasarkan pada gagasan bahwa bagian-bagian lingkungan yang
bukan manusia perlu dijaga demi bagian-bagian itu sendiri, tidak masalah
apakah itu menguntungkan manusia atau tidak. Namun hingga kini untuk
memperluas hak-hak moral terhadap hal-hal non-manusia masih sangat
kontroversial. Untuk hal tersebut dibutuhkan pendekatan lagi dalam
menghadapi masalah lingkungan yang berdasarkan hak-hak asasi manusia
maupun pertimbangan utilitarian.

2. Hak Lingkungan dan Pembatasan Mutlak


William T. Blackstone menyatakan bahwa kepemilikan atas
lingkungan yang nyaman tidak hanya sangat diinginkan, namun merupakan
hak bagi setiap manusia. Masalah utama dari pandangan Blackstone adalah
pandangan ini gagal memberikan petunjuk tentang sejumlah pilihan yang
cukup berat mengenai lingkungan.

3. Utilitarianisme dan Pengendalian Parsial


Utilitarianisme memberikan suatu cara guna menjawab pertanyaan
yang tidak dapat dijawab teori hak-hak lingkungan Blackstone. Pendekatan
utilitarian menyatakan bahwa seseorang perlu berusaha menghindari polusi
karena dia juga tidak ingin merugikan kesejahteraan masyarakat.
Biaya Pribadi dan Biaya Sosial
Ketika suatu perusahaan mencemari lingkungan maka biaya
pribadi selalu lebih kecil dibanding dengan biaya social totalnya (biaya
pribadi ditambah biaya eksternal). Polusi selalu melibatkan biaya
eksternal, yaitu biaya yang tidak perlu dibayar oleh pihak yang
memproduksi polusi tersebut. Saat biaya pribadi untuk menghasilkan
suatu produk berbeda dari biaya sosial yang terkait dengan proses
produksinya, maka pasar tidak lagi memberikan harga yang tepat atas
komoditas yang dihasilkan.

5
Penyelesaian: Tugas-Tugas Perusahaan
Penyelesaian untuk masalah biaya eksternal, jika menurut
utilitarian yang dapat dilakukan dengan memasukkan biaya polusi atau
pencemaran ke dalam perhitungan,sehingga biaya-biaya ini ditanggung
oleh produsen dan diperhitungkan untuk menentukan harga komoditas
mereka. Ada beberapa cara untuk menginternalisasi biaya eksternal
polusi, yaitu meminta pihak yang menyebabkan polusi untuk membayar
ganti rugi secara suka rela atau secara hukum kepada pihak-pihak yang
dirugikan, serta mewajibkan perusahaan yang menjadi sumber polusi
untuk menghentikan polusi dengan memasang alat indicator pengendali
polusi.
Keadilan
Cara utilitarian menangani polusi (dengan menginternalisasikan
biaya) tampak konsisten dengan persyaratan keadilan distributif sejauh
keadilan distributif tersebut mendukung kesamaan hak. Internalisasi
biaya eksternal juga terlihat konsiten dengan persyaratan keadilan
retributif dan kompensatif. Dengan adanya pandangan keadilan retributif
dan keadilan kompensatif, maka muncul biaya pengendalian polusi harus
ditanggung oleh pihak yang menyebabkan polusi dan yang memperoleh
keuntungan darinya, serta keuntungan pengendalian polusi wajib
diberikan kepada pihak-pihak yang menanggung biaya eksternal polusi.

Biaya dan Keuntungan


Thomas Klein memberikan ringkasan prosedur analisis biaya-
keuntungan dengan mengidentifikasi biaya dan keuntungan,
mengevaluasi biaya dan keuntungan, dan menambahkan biaya dan
keuntungan.

Ekologi Sosial, Ekofeminisme, dan Kewajiban untuk Memelihara


Ekologi sosial menyatakan bahwa apabila pola-pola hierarki dan
dominasi sosial belum berubah , maka kita tidak akan bisa menghadapi
krisis lingkungan. Jadi kerusakan lingkungan yang terjadi secara luas

6
tidak bisa dihentikan sampai masyarakat kita menjadi tidak terlalu
hierarkis, tidak terlalu mendominasi dan tidak terlalu menindas.
Ekofeminisme digambarkan dengan adanya beberapa hubungan
penting (historis, eksperensial, simbolis, teoritis)antara dominasi atas
kaum perempuan dan dominasi atas alam, sebuah pemahaman yang
sangat penting baik bagi etika feminism ataupun etika lingkungan.Kaum
ekofeminis meyakini bahwa meskipun konsep utilitarianisme, hak, dan
keadilan memiliki peran terbatas dalam etika lingkungan, namun etika
lingkungan yang baik harus memperhitungkan perspektif-perspektif etika
memberi perhatian.

2.3 Etika Konservasi Sumber Daya Yang Bisa Habis


Konservasi sebagian besar mengacu pada masa depan: kebutuhan untuk
membatasi konsumsi saat ini agar cukup untuk besok. Konservasi lebih tepat
diterapkan pada masalah-masalah penyusutan sumber daya dibandingkan polusi.
1. Hak Generasi Mendatang
Tindakan menghabiskan sumber daya berarti mengambil apa yang
sebenarnya menjadi milik generasi mendatang dan melanggar hak-hak
mereka atas sumber daya tersebut, namun sejumlah penulis menyatakan
bahwa salah bila kita berpikir generasi mendatang juga punya hak. Jadi salah
apabila kita membatasi diri untuk mengonsumsi sumber daya alam, karena
khawatir mengambil hak generasi mendatang.

2. Keadilan bagi Generasi Mendatang


Keadilan mewajibkan kita untuk menyerahkan dunia ini pada
generasi mendatang dalam kondisi yang tidak lebih buruk dibandingkan
dengan yang kita terima dari generasi sebelumnya.

3. Pertumbuhan Ekonomi
Sejumlah penulis menyatakan bahwa jika kita menghemat sumber
daya alam yang langka agar generasi mendatang bisa memperoleh kualitas

7
kehidupan yang memuaskan, maka kita perlu mengubah sistem
perekonomian secara substansial, khususnya dengan menekan usaha-usaha
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

2.4 Meningkatnya Perhatian Bisnis terhadap Etika Lingkungan


Meningkatnya perhatian bisnis terhadap etika lingkungan dikarenakan
persepsi bahwa :
1. Lingkungan hidup sebagai the commons
Sebelumnya kita lihat bahwa bisnis modern mengandaikan begitu saja status
lingkungan hidup sebagai ranah umum. Dianggapnya disini tidak ada pemilik
dan tidak ada kepentingan pribadi. Pengandaian ini adalah keliru. Kekeliruan itu
dapat kita mengerti dengan lebih baik jika kita membandingkan lingkungan
hidup dengan the commons. The commons adalah ladang umum yang dulu dapat
ditemukan dalam banyak daerah pedesaan di Eropa dan dimanfaatkan secara
bersama sama oleh semua penduduknya. Sering kali the commons adalah
padang rumput yang dipakai oleh semua penduduk kampong tempat
pengangonan ternaknya.
Dizaman modern dengan bertambahnya penduduk sistem ini tidak
dipertahankan lagi dan ladang umum itu diprivatisasi dengan menjualnya kepada
penduduk perorangan. Masalah lingkungan hidup dan masalah kependudukan
dapat dibandingan dengan proses menghilangnya the common. Jalan keluarnya
adalah terletak pada bidang moralnya yakni dengan membatasi kebebasan.
Solusi ini memang bersifat moral karena pembatasan harus dilaksanakan dengan
adil. Pembatasan kebebasan itu merupakan suatu tragedi karena kepentingan
pribadi harus dikorbankan kepada kepentingan umum. Tetapi tragedi ini tidak
bisa dihindari. Membiarkan kebebasan semua orang justru akan mengakibatkan
kehancuran bagi semua.

2. Lingkungan Hidup tidak lagi Eksternalitas


Dengan demikian serentak juga harus ditinggalkan pengandaian kedua
tentang lingkungan hidup dalam bisnis modern yakni bahwa sumber-sumber
daya alam itu tak terbatas. Mau tak mau kita perlu akui lingkungan hidup dan
komponen komponen yang ada didalamnya tetap terbatas, walaupun

8
barangkali tersedia dalam kuantitas besar. Sumber daya alam pun ditandai
dengan kelangkaan. Jika para peminat berjumlah besar maka air, udara, dan
komponen komponen yang ada didalamnya akan menjadi barang langka dan
karena itu tidak dapat dipergunakan lagi secara gratis. Akibatnya faktor
lingkungan hidup pun merupakan urusan ekonomi karena ekonomi adalah usaha
untuk memanfaatkan barang dan jasa yang langka dengan efisien sehingga
dinikmati oleh semua peminat.

Dasar Hukum Kewajiban Perusahaan Menjaga Lingkungan

Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (UU


Perindustrian).
Perusahaan industri mempunyai kewajiban dalam upaya pencegahan timbulnya
kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup sebagaimana telah diatur
dalam Pasal 21 UU Perindustrian yang berbunyi:

(1)Perusahaan industri wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian


sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran
terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang dilakukannya
(2)Pemerintah mengadakan pengaturan dan pembinaan berupa bimbingan dan
penyuluhan mengenai pelaksanaan pencegahan kerusakan dan penanggulangan
pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri.
(3)Kewajiban melaksanakan upaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dikecualikan bagi jenis industri tertentu dalam kelompok industri kecil.

Menurut Penjelasan Pasal 21 ayat (1) UU Perindustrian, perusahaan industri yang


didirikan pada suatu tempat, wajib memperhatikan keseimbangan dan kelestarian
sumber daya alam yang dipergunakan dalam proses industrinya serta pencegahan
timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat usaha dan
proses industri yang dilakukan.

Pasal 87 ayat (1)Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup(UUPPLH):

9
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan
melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar
ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.

BAB III
KESIMPULAN

1. Kerusakan lingkungan dapat diidentifikasikan menjadi dua sumber yaitu


polusi dan penyusutan sumber daya. Polusi mengacu pada pencemaran atau
kontaminasi yang tidak diinginkan terhadap lingkungan. Penyusutan sumber
daya mengacu pada penggunaan atau konsumsi pada sumber daya yang
terbatas.

10
2. Tidak adanya upaya pengeendalian polusi dikarenakan para pelaku bisnis
menganggap udara dan air itu barang gratis, dan melihat lingkungan sebagai
barang tak terbatas.
3. Konservasi sebagian besar mengacu pada masa depan: kebutuhan untuk
membatasi konsumsi saat ini agar cukup untuk besok. Konservasi lebih tepat
diterapkan pada masalah-masalah penyusutan sumber daya dibandingkan
polusi.
4. Meningkatnya perhatian bisnis terhadap etika lingkungan dikarenakan persepsi
bahwa
a. Lingkungan hidup sebagai the commons
b. Lingkungan Hidup tidak lagi Eksternalitas

DAFTAR REFRENSI

Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Kanisius. Yogyakarta

Dewi, Sutrisna. 2011. Etika Bisnis Konsep Dasar Implementasi dan Kasus. Bali:
Universitas Udayana Press.

Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya. Edisi Baru. Jakarta:
Penerbit Kanisius.

Velazquez, M. G. (2005). Etika Bisnis, Konsep dan Kasus Edisi 5. Diterjemahkan


dari judul asli Business Ethics, Concepts and Cases (2002) oleh Ana
Purwaningsih, dkk. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

11

Anda mungkin juga menyukai