KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Ya :
Derajat 1
Derajat 2
Neuropati Derajat 3
Perifer
Diabetik
Tidak :
Derajat 0
Variabel penelitian dan defenisi operasional dalam penelitian ini dijabarkan pada
44
45
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Pirngadi Medan pada bulan April Mei 2013
adalah sebanyak 82 orang. Besar sampel pada penelitian yang akan dilakukan
diambil
N= Besar populasi
46
Rumah Sakit Pirngadi Medan dengan kondisi kedua plantar baik, (2) bersedia
menjadi responden, (3) Tidak memiliki riwayat maupun sedang menderita stroke.
4. Pertimbangan Etik
Keperawatan USU dan ijin dari Rumah Sakit Pirngadi Medan. Setelah mendapat
ijin dari Rumah Sakit Pirngadi, peneliti akan menunggu responden di Poliklinik
Endokrin Rumah Sakit Pirngadi Medan dan menyerahkan lembar persetujuan bagi
peneliti dengan tidak mencantumkan nama responden di lembar alat ukur peneliti
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data dan hasil penelitian
yang disajikan.
47
(10 gr), merupakan alat untuk mengevaluasi sensori taktil pada kaki penderita
diabetes mellitus. Alat ini berasal dari Amerika Serikat yang dibuat pada tahun
6. Uji Reliabilitas
terhadap 2 rater dengan kesalahan standar sebesar 0,048. Uji reliabilitas dilakukan
oleh peneliti bersama satu orang rater lain terhadap 10 orang responden di Rumah
Sakit Pirngadi Medan. Responden untuk uji reliabilitas tidak termasuk responden
penelitian dari Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan, peneliti menunggu responden di
unit rawat jalan Rumah Sakit dr. Pirngadi medan dan mendatangi responden yang
48
kuesioner untuk mendapatkan data demografi responden dan akan diisi oleh
titik di plantar kaki kanan dan kiri responden dengan menggunakan alat Semmes
weinstein monofilament tipe 5.07 (10 gr) dan didokumentasikan dalam lembar
observasi. Setiap titik pada plantar kaki responden diukur selama 1 menit,
sehingga untuk kedua kaki dibutuhkan waktu 20 menit pada setiap responden.
8. Analisa Data
Proses yang dilakukan untuk menganalisa data antara lain editing, coding,
klasifikasi dan tabulasi data sehingga dapat dianalisa. Editing dilakukan dengan
cara field editing dimana informasi yang kurang jelas dari kuesioner yang diisi
responden akan segera ditanyakan dan ditulis kembali oleh peneliti di tempat
kode sebelum dilakukan kalkulasi statistik sehingga respon yang diperoleh dapat
responden. Analisa data variabel penelitian (kejadian neuropati perifer dan tingkat
49
Analisa univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari dari
satu variabel untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian. Pada penelitian ini
analisa data dengan metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa data
50
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
1.Hasil Penelitian
diabetik telah dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2013 di Poliklinik
penelitian ini mencakup jenis kelamin, usia, pendidikan, suku, status olahraga,
51
52
kelompok umur berada dalam rentang 61-70 tahun yaitu sebanyak 38 orang
sebanyak 29 orang (43,3%), suku terbanyak adalah suku batak toba dengan
resoponden telah menderita diabetes mellitus berada pada rentang 0-5 tahun yaitu
Keparahannya.
pada penelitian tentang angka kejadian dan tingkat keparahan neuropati perifer
53
0 2 3,6 3 5,4
1 28 50,0 31 55,4
2 12 21,4 10 17,9
3 14 25,0 12 21,4
neuropati derajat 1 pada kaki kanan yaitu sebanyak 28 orang (50% ) dan neuropati
derajat 1 pada kaki kiri yaitu sebanyak 31 orang (55,4%). Neuropati paling banyk
54
2. Pembahasan
perbandingan 1 :2,1. Hal ini sejalan dengan penelitian Eko (2010) pada bulan
(2005) di poliklinik penyakit dalam RSUP Dokter Kariadi selama Juli 2004-Maret
mellitus adalah 1: 1,4. Ardiyanto (2006) dalam Eko (2010) menyatakan bahwa
secara statistik tidak ada perbedaan kejadian diabetes mellitus antara laki-laki dan
perempuan karena baik laki-laki maupun perempuan secara anatomi dan fisiologis
memiliki organ pankreas dan sesuai dengan kebutuhan. Menurut asumsi peneliti,
responden.
55
toba. Hal ini sejalan dengan penelitian Sari (2006) dalam Junita (2009) di Rumah
Sakit Haji Medan tahun 2002-2004 dengan proporsi penderita diabetes mellitus
didominasi suku batak toba yaitu 52%. Dalam hal ini suku batak toba
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kelompok umur 61-70 tahun yaitu
sebanyak 38 orang (56,7%) diikuti oleh kelompok umur 51-60 tahun sebanyak 15
orang (22,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian Sihombing (2012) pada bulan
usia penderita diabetes mellitus memiliki persentasi terbesar pada rentang usia 55
tahun keatas.
menderita diabetes mellitus dalam rentang 0-5 tahun yaitu sebanyak 20 orang. Hal
ini sesuai dengan penelitian Priyantono (2005) yang menyatakan bahwa kasus
mellitus yang menderita diabetes selama 1-10 tahun. Smeltzer & Bare (2002) dan
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease/ NIDDK (2009)
56
termasuk pada saraf tepi dimana perubahan umumya dimulai pada umur
orang (62,7%). Menurut Kumar (2009), kadar glukosa darah lebih dari 200 mg/dL
end products (AGEs), pembentukan radikal bebas dan aktivasi protein kinase C.
glukosa darah sekali saja tidak dapat memperkirakan tingginya neuropati pada
61 orang (91%) orang. Menurut teori, merokok merupakan salah satu faktor
langsung dan merusak tunica intima yang berfungsi dalam pengaturan diameter
57
diabetik yang ditemukan dalam penelitian ini tidak hanya dipengaruhi oleh
yang kuat antara aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah, artinya gula darah
berat badan dan meratanya distribusi lemak. Dengan demikian, kondisi mayoritas
responden yang tidak berolahraga dapat meningkatan kadar glukosa darah dan
58
menegah kebawah yaitu pada jenjang SD, SMP, dan SMA. Penelitian Mihardja
pada kategori pendidikan rendah cukup tinggi yaitu 56,3%. Hal ini perlu
mengikutsertakan keluarga.
kombinasi pemakaian OHO dan insulin sebanyak 13 orang (19,4%) dan insulin
yang diikuti dengan kendali glukosa darah dengan diet dan latihan fisik sedangkan
dengan diabetes mellitus, stress berat,maupun alergi terhadap OHO dan adanya
kerusakan ginjal dan hati. Bila sasaran glukosa darah belum tercapai diberikan
59
menderita neuropati perifer diabetik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Boulton
mellitus yang umum terjadi dan prevalensinya dapat mencapai hingga 50%. Hal
ini didukung oleh Davies (2006) yang menyatakan bahwa neuropati perifer
diabetik merupakan komplikasi diabetes mellitus yang paling sering terjadi baik
diabetes mellitus dan kemungkinan meningkat menjadi 50% pada penderita yang
telah mengidap diabetes mellitus > 25 tahun. Etiologi neuropati diabetik meliputi
Penebalan membran kapiler bagian bawah, dan penutupan kapiler dapat terjadi.
saraf terjadi jika ada gangguan pada selaput myelin. Bila dilihat dari karakteristik
dengan kadar glukosa darah > 200mg/dL. Hal ini merupakan faktor-faktor yang
60
1 baik pada kaki kanan maupun pada kaki kiri yaitu 28 orang (50% ) pada kaki
derajat 1 merupakan neuropati ringan dengan kerusakan sensasi taktil pada 1-2
titik neuropati. Ditinjau dari data demografi, mayoritas responden telah menderita
diabetes mellitus pada dalam rentang 0-5 tahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Fischer W Dkk (1991) dalam Priyantono (2005) bahwa neuropati ditemukan pada
diabetes mellitus yang belum lama. Janghorbani (2006) bahwa neuropati dapat
ditemukan sejak pertama kali terdiagnosa diabetes mellitus dan akan bertambah
hingga mencapai 50% pada penderita diabetes mellitus dengan lama menderita 25
tahun.
menjaga berat badan dalam rentang ideal, berhenti merokok dan menjalankan
61
yakni sebanyak 45 orang (80,4% ) dan neuropati derajat 1 pada kaki kiri yaitu
sebanyak 44 orang (78,6%). Bila ditinjau dari posisi anatomis tubuh, titik 10
terutama pada bagian distal pada saraf perifer. Biasanya penurunan kecepatan
hantaran saraf tersebut kurang dari 40% harga normal. Marieb (2013) juga
menyatakan bahwa pembentukan keratin terjadi lebih cepat pada daerah kaki.
terluar epidermis. Lapisan ini berfungsi untuk proteksi terluar dan umumnya tidak
sensitif terhadap rangsangan fisik, biologik, maupun kimiawi dari luar. Menurut
asumsi peneliti, titik 10 berada pada bagian calcaneus dengan lapisan kulit yang
pada titik tekan di area dengan penurunan sensasi pada neuropati diabetik. Karena
nyeri tidak muncul, luka dapat terjadi tanpa disadari. Pasien dengan kaki yang
tidak sensitif tidak merasakan cedera yang kemungkinan dapat terjadi karena suhu
(memakai bantalan pemanas, tidak bersepatu dan berkaus kaki di tempat yang
panas, mencoba air panas dengan kaki), faktor kimia ( memakai bahan yang tajam
dan membakar kulit pada kalus dan bunion) maupun karena traumatik (cedera
pada kulit ketika menggunting kuku, tidak meyadari adanya benda asing di dalam
sepatu dan kaus kaki). Mayoritas responden yang mengalami neuropati tidak
62
63
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Pirngadi Medan sebanyak 83,6% dengan tingkat
2. Saran
perifer diabetik, bahayanya serta kendali kadar glukosa darah sehingga dapat
mengkaji pola makan, berat badan, kepatuhan dalam menjalankan terapi diabetes
dengan neuropati diabetik. Selain itu peneliti perlu mendapatkan data tentang
gejala awal yang dirasakan maupun tidak dirasakan oleh penderita diabetes
64
dilakukan oleh rater dengan waktu yang berbeda dari rater lainnya.
terbanyak adalah derajat 1, berdasarkan teori neuropati pada derajat ini masih
reversibel jika kendali glukosa dan sirkulasi penderita baik sehingga diharapkan
bagi petugas kesehatan di Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Pirngadi Medan untuk
diabetes mellitus.
65