Oleh:
Fisthazakia 1210313051
Preseptor:
2017
1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
2
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:
1. Lapisan epitel
- Terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih;
satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
- Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
- Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman
- Lapisan Bowman adalah lapisan yang terkuat dan terbentuk dari lapisan
fibril kolagen yang tersusun secara random.
- Bila terjadi luka yang mengenai bagian ini maka akan digantikan dengan
jaringan parut karena tidak memiliki daya regenerasi.
3
3. Jaringan Stroma
- Terdiri atas lamela yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau
sesudah trauma. Jenis kolagen yang dibentuk adalah tipe I, III dan VI.
4. Membran Descement
5. Endotel
- Sel endotel mempunyai fungsi transport aktif air dan ion yang menyebabkan
stroma menjadi relatif dehidrasi sehingga terut menjaga kejernihan kornea.
4
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan
diantaranya. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan.
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour
aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar
dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,
avaskularitasnya dan deturgensinya.1,2
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas
cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang
uniform, avaskuler dan deturgenes. Deturgenes, atau keadaan dehidrasi relative
jaringan kornea dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh
fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam
mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat
daripada cedera pada epitel.
Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat
transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal stroma
kornea sesaat yang akan menghilang bila sel-sel epitel itu telah beregenerasi.
Penguapan air dari film air mata prakornea akan mengkibatkan film air mata akan
menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang
yang menarik air dari stroma kornea superfisialis untuk mempertahankan keadaan
dehidrasi.3
Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut lemak dapat
melalui epitel utuh, dan substansi larut air dapat melalui stroma yang utuh.
Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus larut lemak dan larut air
sekaligus.3
5
1.2 Definisi Ulkus Kornea
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif
disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat
terjadi dari epitel sampai stroma yang mempunyai batas, dinding dan dasar. 4,5
Ulkus kornea adalah suatu kondisi yang berpotensi menyebabkan
kebutaan yang membutuhkan penatalaksanaan secara langsung.6
bakteri pada individu pengguna kontak lens dalam waktu yang lama adalah sekitar
0,21 % dan sekitar 0,02 % pada individu pengguna kontak lens harian.1Ulkus kornea
bakteri banyak disebabkan dari golongan bakteri gram positif yaitu Staphylococcus
dan golongan gram negatif yaitu Pseudomonas dimana insidensi tertinggi terdapat
Infeksi kornea yang disebabkan oleh trauma sering dikaitkan dengan jamur dan
infeksi campuran (bakteri dan jamur). Candida dan ragi lainnya terdapat di iklim
iklim panas.3
b. Noninfeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik,
organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan
terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak
tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat
superfisial saja. Trauma kimia asam adalah trauma pada kornea dan
konjungtiva yang disebabkan karena adanya kontak dengan bahan kimia
asam yang dapat menyebabkan kerusakan permukaan epitel bola mata,
kornea dan segmen anterior yang cukup parah serta kerusakan visus
permanen baik unilateral maupun bilateral.
7
Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena
bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana
dapat mengijinkan mereka secara cepat untuk penetrasi sel membran dan
masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina. Sementara trauma asam
akan menimbulkan koagulasi protein permukaan, dimana merupakan suatu
sawar perlindungan agar asam tidak penetrasi lebih dalam.
Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang
merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur
film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau
kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada
kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek
pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.
Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin
A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun
pemanfaatan oleh tubuh.
Pajanan (exposure)
Dapat timbul pada situasi apapun dengan kornea yang tidak cukup dibasahi
dan dilindung oleh palpebra.
Neurotropik
Ulkus yang terjadi akibat gangguan saraf ke V atau ganglion Gaseri. Pada
keadaan ini kornea atau mata menjadi anestetik dan reflek mengedip hilang.
Benda asing pada kornea bertahan tanpa memberikan keluhan selain
8
daripada itu kuman dapat berkembang biak tanpa ditahan daya tahan tubuh.
Terjadi pengelupasan epitel dan stroma kornea sehingga menjadi ulkus
kornea.
Ulkus Stafilokokus :
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih kekuningan disertai
infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati
secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan
9
infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen
yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas :
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus sentral ini
dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyebaran ke dalam
dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran
berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan
berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam
bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
Ulkus Pneumokokus :
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus
akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran
10
karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel
yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat
cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat
banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya
sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila
ditemukan dakriosistitis.
11
Gambar 2.7 Ulkus Kornea Fungi
12
Gambar 2.8 Ulkus Kornea Dendritik
a. Ulkus Marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk
ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi
stafilococcus, toksik atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri
basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau
multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut,
sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.
b. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus
mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum
diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas
tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan
sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan
satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.
14
A
15
c. Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang
berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau
dalam, kadang-kadang timbul perforasi. Ulkus marginal yang banyak
kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Perjalanan
penyakitnya menahun.
1.6 Patofisiologi
Dalam patogenesis ulkus kornea yang terlokalisir terjadi 4 stadium yaitu:
16
- Stadium Infiltrasi Progresif
perifer melalui stroma jika lapisan tersebut terkena. Nekrosis jaringan bisa
terjadi tergantung virulensi agen dan daya tahan tubuh orang tersebut.6
lapisan bowman dan stroma. Dinding dari ulkus aktif membengkak pada
lamella dengan meginhibisi cairan dan sel leukosit yang terdapat diantara
antara tepi ulkus dengan jaringan sekitar. Pada stadium ini, sisi dan dasar
eksudat purulen pada kornea. Eksudasi akan menuju kamera okuli anterior
melalui pembuluh darah iris dan badan silier yang akan menimbulkan
hipopion.6
Apabila agen infeksius sangat purulen disertai daya tahan tubuh orang
tersebut rendah maka penetrasinya dapat lebih dalam lagi pada stadium ulkus
aktif ini.
- Stadium Regresi
Regresi dipicu oleh produksi antibodi dan imunitas selular serta respon
terapi yang baik. Disekeliling ulkus terdapat garis demarkasi yang terdiri atas
17
leukosit dan fagosit yang menghambat perkembangan organisme dan debris
- Stadium Sikatrik
darah baru. Stroma akan menebal dan mengisi lapisan bawah epithelium dan
maka ulkus tersebut akan sembuh tanpa ada kekaburan pada kornea. Apabila
ulkus mencapai lapisan bowman dan sebagian lamella stroma, maka jaringan
parut akan terbentuk yang disebut dengan nebula. Apabila ulkus mengenai
fungi tidak dapat berpenetrasi ke dalam lapisan epitel kornea yang intak dan tidak
masuk kedalam kornea lewat pembuluh darah limbus episklera. Fungi dapat
pada epitel sering diakibatkan oleh trauma (misal, pemakaian lensa kontak, benda
18
asing, riwayat operasi kornea ). Saat memasuki stromata dimata organisme
antigen fungi, dan toksinnya akan disebarkan ke dalam kornea sehingga terjadi
nekrosis dan kerusakan arsitektur, integritas dan fungsi mata. Saat sudah terjadi
terapi bedah.9
a. Injeksi siliar
b. Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
c. Hipopion
19
1.8 Diagnosis Ulkus Kornea7,10,11
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan
laboratorium.
Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan
adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea
yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang
sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh
pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri,
fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi
imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain
oleh terapi imunosupresi khusus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi
siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea.Pada kasus
berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
a. Ketajaman penglihatan
b. Tes refraksi
c. Pemeriksaan slit-lamp
d. Keratometri (pengukuran kornea)
e. Respon reflek pupil
f. Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
g. Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)
h. Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura
dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH,
gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan
diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan
agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.
20
Gejala Klinis Ulkus Kornea Gejala Klinis Ulkus Kornea
Bakteri Jamur
21
tepi ulkus menginfiltrasi coklat atau gelap, meninggi,
dengan Dacryocystitis.
perforasi
1.9 Tatalaksana
penglihatan, pasien kurang patuh dalam pemberian obat tiap jam dan
1. Pengobatan Spesifik
22
Dengan fortified gentamycin (14mg/ml) eyedrops atau fortified
(50 mg/ml) setiap 30 menit 1 jam untuk hari pertama dan dikurangi
melibatkan sklera.
0,15% diberikan setiap 5 menit dalam satu jam agar memberikan efek
23
untuk semua spesies Aspergillus dan Candida. Oral itraconazole memiliki
2. Terapi tambahan
drops dapat digunakan untuk mengurangi nyeri karena spasme dari otot
anterior dan juga membawa lebih banyak antibodi di aqueous humour. Ini
3. Terapi Bedah
teknik pemasangan AMT dapat dilakukan secara onlay (patch) atau inlay
24
(graft) kemudian seluruh kornea ditutupi dengan overlay AMT.
kornea dan sangat berguna pada pasien yang memiliki penyakit kombinasi
3. Flap Konjungtiva1
perbaikan penglihatan bukan yang menjadi tujuan utama. Prosedur ini tidak
boleh digunakan pada keratitis mikroba yang aktif atau perforasi kornea,
1.10 Komplikasi10
komplikasi yaitu :
2. Perforasi kornea
25
3. Iritis dan ridosiklitis
4. Descematokel
namun karena adanya tekanan intraocular terjadi herniasi dan tampak sebagai
5. Glaukoma sekunder
Hal ini terjadi karena fibrinous eksudat memblokir sudut bilik mata depan
(Glaukoma inflamasi).
1.11. Prognosis
sembuh,mungkin tanpa harus terjadi ulkus. Bila ulkus kornea tidak diterapi,
dapat merusak kornea secara permanen. Dan juga dapat mengakibatkan perforasi
kornea, akan menimbulkan kerusakan yang banyak dan timbul jaringan parut
yang luas.3
26
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. M / Laki - laki
MR : 993918
Umur : 60 tahun
Pekerjaan : Petani Karet
Alamat : Muaro Bungo
Anamnesis
Seorang pasien laki-laki umur 60 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUP Dr.
M. Djamil Padang pada tanggal 13 November 2017 dengan:
Keluhan Utama
Mata kanan tampak memutih sejak 2 bulan yang lalu.
27
Tidak ada trauma, tidak ada mual muntah, tidak ada demam dan ditemukan
sekret pada mata kiri. Pasien juga tidak menggunakan kacamata, tidak ada
penyakit mata sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum : sakit sedang
Tekanan darah : dbn
Nadi : dbn
Frekuensi nafas : dbn
Suhu : afebris
28
Status optalmikus
Status Ophthalmikus OD OS
Refleks fundus +( ) +
Silia/ supersilia Madarosis (-) Trikiasis (-) Madarosis (-) Trikiasis (-)
Palpebra superior Edema (-) Hematom (-) Edema (-) Hematom (-)
Palpebral inferior Edema (-) Hematom (-) Edema (-) Hematom (-)
Konjungtiva tarsalis Hiperemis (-) papil (-) Hiperemis (-) papil (-)
folikel (-) folikel (-)
29
Fundus
- Media Tidak bisa dinilai Agak keruh
Gambar
Diagnosis kerja
Ulkus kornea OD e.c susp jamur
Diagnosis banding
Ulkus kornea OD e.c mixed infection
Ulkus kornea OD e.c bakteri
30
Anjuran terapi
- Ciprofloxacin 2x500 mg
- LFX ed/jam OD
- Fluconazole ed/jam OD
- SA ed 3x1 OD
- Fluconazole tab 1x200 mg
Edukasi
1. Jangan mengucek mata
2. Bilas mata dengan air bersih mengalir jika masuk benda asing
3. Gunakan obat mata dengan prosedur steril
4. Istirahat yang cukup.
Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad malam
31
BAB III
DISKUSI
Seorang laki-laki, usia 60 tahun, datang ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang
dengan keluhan utama tampak putih pada mata kanan sejak 2 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Selain itu pasien juga mengeluhkan mata kanan silau, merah, berair dan
nyeri serta penglihatan tampak kabur sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri pada mata dapat
disebabkan oleh kelainan okular, kelainan periorbital, kelainan orbital, atau
astenopia.15
Nyeri yang ringan sampai sedang pada mata dapat disebabkan oleh sindrom mata
kering, blefaritis, konjungtivitis akibat infeksi, episkleritis, pterygium, korpus
alienum (kornea atau konjungtiva) atau keratokonjungtivis. Nyeri yang sedang
sampai berat dapat disebabkan oleh kelainan kornea (abrasi, erosi, ulkus),
konjungtivitis akibat zat kimia, trauma, uveitis anterior, skleritis, endoftalmitis, dan
glaukoma akut sudut tertutup.15
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tanda vital dalam batas normal. Visus pada
mata kanan pasien sangat berkurang dan dapat disebabkan oleh lesi pada jalur visual
mata. Selain itu, juga ditemukan injeksi siliar. Pada kornea mata kanan, ditemukan
ulkus di perifer dengan diameter 1-2 mm. Ulkus tidak disertai dengan maserasi,
endothelial plaque, infiltrat, danfeathery margin.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik di atas, diagnosis kerja pada
pasien ini mengarah ke ulkus kornea OD susp jamur. Diagnosis banding pada pasien
ini adalah ulkus kornea sentral OD susp bakteri. Gambaran klinis ulkus kornea akibat
bakteri dan jamur hampir sama. Namun, perjalanan penyakit pada ulkus kornea
karena infeksi bakteri lebih akut dibandingkan dengan infeksi jamur.
Sumber infeksi pada pasien ini kemungkinan berasal dari lentingan kayu yang
mengenai mata kanan pasien. Akibatnya, epitel pada kornea mata pasien mengalami
kerusakan. Kondisi tersebut dijadikan sebagai tempat masuknya mikroorganisme
untuk menyebabkan infeksi sehingga terjadi ulkus kornea pada pasien ini.
32
Berdasarkan literatur, gejala klinis pada pasien ulkus kornea terdiri dari nyeri
dan sensasi benda asing, mata berair, fotofobia, pandangan kabur, dan mata merah.
Pada pasien ini, keluhan tersebut ditemukan. Nyeri muncul akibat lesi pada kornea
yang kaya akan serat saraf nyeri. Mata berair disebabkan oleh refleks hiperlakrimasi
akibat infeksi. Fotofobia disebabkan oleh stimulasi nerve ending pada iris yang
meradang. Pandangan yang kabur muncul akibat kekeruhan kornea yang disebabkan
oleh ulkus berada pada jalur visual. Mata merah disebabkan oleh kongesti pembuluh
darah.8
Selain itu, tanda klinis pada ulkus kornea terdiri atas edema kelopak mata,
blefarospasme, kemosis konjungtiva, injeksi konjungtiva dan siliaris, ulkus kornea.
hipopion dan miosis pupil dapat ditemukan. Pada pasien ini, blefarospasme, kemosis
konjungtiva, miosis pupil, dan peningkatan tekanan intraokular tidak ditemukan.8
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus ulkus kornea jamur
sebelum pemberian antibiotik adalah kerokan lesi dengan pewarnaan Gram, Giemsa,
KOH, dan kultur. Pada pasien ini, pemeriksaan penunjang tersebut telah dilakukan
tapi belum keluar hasilnya. Pada ulkus kornea jamur, diharapkan pada sediaan KOH
akan ditemukan elemen jamur penyebab infeksi.8
Prinsip terapi pada pasien ini adalah pemberian antibiotik topikal dan anti
jamur. Antibiotik topikal bertujuan yang diberikan adalah ciprofloksasin yang
merupakan antibiotik spektrum luas. Obat ini bekerja dengan menghambat enzim
yang dihasilkan oleh bakteri untuk replikasi dan transkripsi.16 Bentuk sediaan obat ini
berupa obat tetesmata 0,5% dengan isi 5 mL.17 Obat ini diberikan 2x500 mg.
Fluconazole tab diberikan atas indikasi adanya ulkus kornea karena infeksi
jamur pada mata kanan pasien. Fluconazole merupakan anti jamur yang mengandung
triazol. Triazol merupakan enzim yang berfungsi untuk mencegah lanosterol berubah
menjadi ergosterol. Ergosterol merupakan komponen vital pada membran sitoplasma
jamur. Apabila pembentukan ergosterol dihambat akan menghancurkan sel-sel
jamur.16 Obat tetes mata ini diberikan setiap jam pada mata kanan.
Sulfas atropin (SA) bekerja dengan menghilangkan rasa sakit (sedatif),
dekongestif (menurunkan tanda inflamasi), dan menyebabkan paralisis otot siliaris
33
serta otot konstriktor pupil. Lumpuhnya otot siliaris mata menyebabkan daya
akomodasi mata tidak ada sehingga mata dalam keadaan istirahat sedangkan
lumpuhnya otot konstriktor pupil menyebabkan midriasis sehingga pembentukan
sinekia posterior dapat dicegah.18 Atropin juga meningkatkan aliran darah ke uvea
anterior dengan mengurangi tekanan pada arteri siliaris anterior dan membawa lebih
banyak antibodi ke aquous humor. Obat ini juga mereduksi eksudasi dengan
menurunkan hiperemis dan permeabilitas vaskular.8 Bentuk sediaan obat ini berupa
obat tetes mata 0,5% dan 1%. SA diteteskan 3x sehari pada mata kanan.
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien dengan ulkus kornea jamur adalah
tidak memegang atau menggosok mata yang meradang. Penyebaran infeksi dapat
dicegah dengan mencuci tangan sesering mungkin dan mengeringkannya dengan
handuk atau kain yang bersih.18
Respon perbaikan yang diharapkan pada pasien ini setelah pemberian
pengobatan adalah perbaikan visus, berkurangnya infiltrat (densitas dan ukuran),
berkurangnya hipopion, dan terjadi reepitelisasi. Pasien saat ini tidak ada indikasi
dilakukan pembedahan kecuali jika tidak ada perbaikan atau kepatuhan pasien yang
kurang.8
Prognosis quo ad vitam pada pasien ini adalah bonam karena kondisi pasien tidak
mengancam kehidupan. Prognosis quo ad sanationam pasien adalah dubia ad bonam
karena kemungkinan rekurensi bisa saja terjadi. Prognosis quo ad functionam adalah
dubia ad malam karena ulkus pasien berada pada jalur visual dengan diameter lebih
dari 1-2 mm. Kondisi ini dapat mengancam fungsi penglihatan jika ulkus sembuh
dengan sikatrik yang permanen.15
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Tukak (Ulkus) Kornea. Dalam Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2010. 159-167
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012, Jakarta. Diunduh dari web
site:http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/845-gangguan-penglihatan-
masih-menjadi-masalah-kesehatan.html.
3. Kumpulan Blog Dokter Indonesia. 2012. Ulkus Kornea. Di unduh dari web site :
http://blogdokter.com/category/category/pdf-doc-jurnal/page/5/ulkuskornea.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012, Jakarta. Diunduh dari web
site:http://depkes.go.id/index.php/component/content/article/43-newsslider/2084-
kemenkes-canangkan-hari-pemberantasan-gangguan-penglihatan-dan-kebutaan-d
i-indonesia.html.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012, Jakarta. Diunduh dari web
site:http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/845-gangguan-penglihatan-
masih-menjadi-masalah-kesehatan.html.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012, Jakarta. Diunduh dari web
site:http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1112-menkes-meresmikan-
program-orbis-flying-eye-hospital-.html.
7. Murillo-Lopez FH. Corneal Ulcer. New York: The Medscape from WebMD
Journal of Medicine; [updated 2011, Nov 13; cited 2012, October 14]. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/1195680-overview
8. Wijana. N.UlkusKornea. Dalam: Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989.
Jakarta
9. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Korneadalam : Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisike
2,Penerbit Sagung Seto, Jakarta,2002
10. Biswell R. Ulserasi Kornea. Dalam: Riordan-Eva P, Whitcher JP, editors.
Vaughan & Asbury Oftamologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC, 2007; 126-138.
11. Suhardjo, Widodo F, dan Dewi MU. Artikel Tingkat Keparahan Ulkus Kornea di
RS Dr. Sardjito Sebagai Tempat Pelayanan Mata Tertier. Bagian SMF Penyakit
Mata RS Dr. Sardjito, Yogyakarta.2007.Diunduh dari website :
http://www.tempo.co.id/medika/online/tmp.online.old/art-1.htm
12. Sitompul R, dkk. Arah penatalaksanaan ulkus kornea bakteri dalam
Understanding okulator infection and inflamation. Jakarta. Perdami Jaya, 1999.
35
13. Khurana A K, Compherehensive Opthamology. Ed 4. The Desease of cornea. New Age
International (P) Ltd., Publishers. New Delhi. 2007.
36