Anda di halaman 1dari 10

II.

9 Dasar Teori Program Komputer Plaxis

Material model adalah persamaan matematika yang menggambarkan hubungan antara tegangan
dan regangan. Material model sering dinyatakan dalam bentuk hubungan antara pertambahan
tegangan dan pertambahan regangan. Semua model material diimplementasikan pada program
Plaxis adalah berdasarkan atas hubungan antara kecepatan tegangan efektif, dan kecepatan
regangan yang dapat diimplementasikan dalam bentuk persamaan:

= M ..........................................................................................................(II.36)

dimana M = matrik kekuatan material = (xx, yy, zz, xy, yz, zx ) = (xx, yy,
zz, xy, yz, zx )

Tetapi untuk kondisi plane strain dan axisymmetry, seperti yang dimodelkan dalam Plaxis, hanya
empat komponen saja yang diperlukan karena yz, zx, yz, zx memiliki nilai nol. Komponen
tegangan normal yang bernilai positif dianggap tarik, sedangkan komponen yang bernilai negatif
diangap tekan. Sementara itu, komponen regangan normal yang bernilai positif dianggap
mengalami dilatasi (mengembang), sedangkan yang bernilai negatif dianggap mengalami
kompaksi.

Gambar II.23

Sistem koordinat tiga dimensi dan korversi tanda untuk tegangan (Brinkgreve dan Vermeer, 1998)
Regangan yang terjadi dianggap cukup kecil (small strain analysis), maka besarnya regangan
didapat dari turunan ruang dari komponen displacement ux, uy, yang dapat dilihat dalam
persamaan berikut:

ux
xx = x
uy
yy = y

ux
= y

..................................................................................................(II.37)

...................................................................................................(II.38)

uy
+ .....................................................................................(II.39) x

dimana zz = 0 (plane strain)

1
zz = ux (axisymmetry) r

Konsep tegangan utama biasanya lebih banyak digunakan untuk merumuskan beberapa model
material, yang dapat dihitung dengan rumus tegangan cartesius sebagai berikut :

12 14 ....................................(II.40) '2 = 'zz


...........................................................................................................(II.41) 12 14
....................................(II.42)

Dalam Plaxis, tegangan utama diatur dalam bentuk aturan aljabar sebagai '1 '2 '3.

Model material yang sederhana dalam Plaxis adalah dengan menggunakan hukum Hooke tentang
perilaku elastik linier isotropik dari material yang dapat ditulis dalam persamaan berikut :

43


1 0

1 0

010


...............................(II.43)

0 12

dimana G = modulus geser v = angka rasio poisson efektif Hubungan antara modulus geser,
G, angka rasio poisson, v, dan modulus Young, E dapat dinyatakan sebagai berikut :

E = 2(1 + v)G ..................................................................................................(II.44)

Pada penelitian ini tanah dimodelkan sebagai Mohr-Coulomb. Mohr-Coulomb melibatkan dua
buah parameter yaitu dan c yang mewakili plastisitas tanah. Model Mohr-Coulomb mewakili
pendekatan first order terhadap perilaku tanah atau batuan. Sangat dianjurkan untuk menggunakan
model ini sebagai analisis awal sebuah masalah. Pada model ini kekakuan tanah dianggap konstan,
sehingga analisis menggunakan model ini diangap sebagai analisis pendekatan awal untuk
menggambarkan perilaku tanah dan batuan.

Fungsi leleh Mohr-Coulomb dinyatakan dalam bentuk ketiga persamaan berikut :

12| | 12| |sin cos 0....................................(II.45) 12| | 12| |sin cos


0....................................(II.46) 12| | 12| |sin cos 0....................................(II.47)

Persamaan fungsi leleh apabila diplot pada principal stress space akan berbentuk kerucut
heksagonal seperti pada gambar berikut:
Gambar II.24 Permukaan leleh model Mohr-Coulomb pada principal stress space (c=0).

(Brinkgreve dan Vermeer, 1998) Fungsi potensial plastis untuk model Mohr-Coulomb
dirumuskan dalam

persamaan berikut : g1=12|2-3|+12(2 -


3)sin.............................................................(II.48) g2=12|3-1|+12(3 -
1)sin.............................................................(II.49) g3=12|1-2|+12(1 -
2)sin.............................................................(II.50)

II.10 Program Komputer Plaxis

Program Plaxis adalah salah satu perangkat lunak komputer yang sering digunakan untuk
menyelesaikan masalah-masalah geoteknik. Plaxis menggunakan metode elemen hingga untuk
menganalisa deformasi dan stabilitas dari tanah dan struktur atau bangunan geoteknik. Berikut
akan dijelaskan metode, data masukan, proses perhitungan, dan data keluaran yang dapat
dikerjakan oleh program Plaxis dalam menyelesaikan masalah geoteknik, khususnya studi kasus
dalam tesis ini.

Program Plaxis merupakan suatu alat bantu untuk menganalisis permasalahan- permasalahan
dalam bidang geoteknik berdasarkan metode elemen hingga. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki
program Plaxis antara lain:

1) Mampu mensimulasikan konstruksi secara bertahap, seperti yang biasa dilaksanakan pada
konstruksi timbunan tanah
2) Dapat memodelkan elemen perkuatan, seperti geotekstil, angkur, dan interface-nya.
Model material yang digambarkan pada program Plaxis adalah bentuk persamaan matematika
yang menggambarkan hubungan antara tegangan dan regangan. Model material ini sering
diekspresikan dalam bentuk pertambahan tegangan dan pertambahan regangan.

Pemodelan Plaxis dapat dianalisa dalam kondisi plane strain maupun axisymmetry. Plane strain
digunakan untuk menganalisa struktur yang memiliki potongan melintang dengan pembebanan
dan kondisi tegangan yang seragam dan perpindahan pada arah ini dianggap nol, sedangkan
pemodelan axisymmetry digunakan untuk analisa struktur lingkaran yang memiliki potongan radial
dan pembebanan seragam terhadap pusat, dengan deformasi dan tegangan yang besarnya dianggap
sama pada arah radialnya. Untuk mendapatkan hasil analisis metode elemen hingga yang akurat
diperlukan pemodelan tanah yang sesuai dengan keadaan sesungguhnya di lapangan.

II.11 Parameter Input Program II.11.1 Parameter untuk porgram komputer Plaxis
7.2 Pada tesis ini model tanah yang digunakan adalah model Mohr-Coulomb, dengan parameter-
parameter berupa: kohesi tanah (c), sudut geser dalam (). Analisis data dengan program Plaxis
dilakukan dengan memasukkan data berupa parameter- parameter dasar yang meliputi:

1) Bentuk geometri lereng dan kondisi muka air tanah


Input data ini memberikan gambaran dari lereng yang akan dianalisis. Gambaran lereng
akan ditampilkan dengan memasukkan koordinat- koordinat lereng tersebut. Data muka air
tanah diinput untuk geometri lereng. Jika tekanan air pori sama dengan nol, maka opsi
untuk kondisi permukaan air tanah diabaikan.
2) Data mesh generation Data mesh generation merupakan informasi berupa titik noda
koordinat, jumlah titik noda, dan titik tegangan yang ada untuk semua elemen yang dipakai.
3) DataTanah
a. Berat isi tanah () Perhitungan berat tanah basah dan berat kering mengacu pada
berat isi tanah pada parameter ini. Berat isi kering digunakan untuk material diatas
garis phreatic, sedangkan berat isi basah digunakan untuk material yang berada
dibawahnya. Untuk material nonporous paling sesuai menggunakan berat isi
kering. Sebenarnya tidak ada tanah yang benar-benar kering. Tanah diatas garis
phreatic bersifat jenuh karena sifat kapiler tanah, sedang diatasnya lagi sebagian
jenuh.
b. Konstanta modulus Young (Eref) Plaxis menggunakan modulus Young sebagai
modulus kekakuan dalam model elastik pada model Mohr-Coulomb. Namun Plaxis
juga memberikan dua alternatif modulus lainnya, yaitu modulus geser G atau
modulus oedometer Eoed. Harga dari parameter kekakuan memerlukan perhatian
khusus karena banyak material tanah menunjukkan sifat non linier pada kondisi
pembebanan. Dari test triaxial, dapat ditentukan besarnya modulus Young E, yang
didapat dari kemiringan awal grafik tegangan regangan. Dalam Plaxis dikenal
parameter secant modulus E50 yang didapat dari kemiringan grafik pada tegangan
50%. Pada lereng awal biasanya menggunakan E0 dan modulus secant pada 50%
kekuatan E50 (Gambar II.25). Untuk lempung yang higly consolidated dan jenis
batuan dengan large linear elastic range, disarankan untuk menggunakan
parameter E0. Untuk pasir dan lempung yang terkonsolidasi normal, sebaiknya
menggunakan parameter E50, tetapi untuk pembebanan tanah umumnya
menggunakan E50 atau dapat juga digunakan pendekatan persamaan Eref = 100-
200 c, ataupun berdasarkan korelasi pada Tabel II.7 dan Tabel II.8.

Gambar II.25 Definisi E0 dan E50 (Brinkgreve dan Vermeer, 1998)

Tabel II.7 Korelasi untuk Lempung


Tabel II.8 Korelasi untuk Pasir

Sumber : Mcmaster (1990)

Pada elemen interface, dilakukan reduksi terhadap parameter-parameter tanah tersebut, sehingga:

C1 = R x Ctanah..................................................................................................(II.51) (tan
)I = R x (tan
)tanah...................................................................................(II.52)

2
GI = R x Gtanah.................................................................................................(II.53) I =
0.45............................................................................................................(II.54)

dimana R <1, maka sifat interface lebih fleksibel dari tanah R = 1, untuk sifat interface sama
dengan sifat tanah R >1, tidak dipakai dalam kondisi normal

c. Rasio Poisson (v) Pada awal pembebanan aksial dalam tes triaksial, akan
dihasilkan perubahan volume yang cukup besar, sehingga harga rasio poisson yang
didapat cukup kecil. Harga rasio poisson ini disebut dengan harga elastik murni
(v0). Pada kasus dan beberapa kasus geoteknik lainnya, harga ini cukup realistik
untuk digunakan. Akan tetapi, apabila menggunakan model tanah Mohr-Coulomb,
disarankan untuk memakai harga rasio poisson yang lebih besar.
d. Kohesi (c) Dimensi kohesi sama dengan dimensi tegangan. Plaxis dapat
menjalankan material yang tidak memiliki kohesi misalnya seperti pasir (c=0)
tetapi tidak akan berjalan dengan baik. Sebaiknya digunakan nilai kohesi yang kecil
untuk prosedur nonlinear agar lebih efektif (gunakan c>0). Dalam praktek di
lapangan, material yang tidak memiliki kohesi sama sekali terkadang ditemui.
Kohesi yang kecil diperlukan untuk mencocokkan pengukuran kuat geser dari test
triaxial pada tingkat tegangan yang berbeda. Dalam hal ini parameter kohesi
didapat dari analisa balik.
e. Sudut Geser () Parameter sudut geser dinyatakan dalam derajat dan merupakan
pertambahan dari kuat geser dengan level tegangan. Sudut geseryang besar sering
ditemukan pada pasir padat, dan cenderung menurun ketika tanah mengalami
deformasi geser yang terus menerus. Sudut geser konstan pada pemodelan Mohr-
Coulomb, lebih cocok menggunakan cv (sudut geser kritis) dibandingkan dengan
nilai yang lebih besar yang menghasilkan regangan yang kecil. Dalam hal ini
parameter sudut geser didapat dari analisis balik. Penggunaan sudut geser yang
besar dapat meningkatkan beban komputasi, sehingga waktu eksekusi akan
meningkat secara eksponensial.
f. Sudutdilatansi() Tanah lempung biasanya menunjukkan dilatansi yang kecil (
0). Dilatansi pada pasir tergantung pada kerapatandan sudut gesernya, selain
material lapisan over consolidated, lempung dan lanau biasanya memiliki sudut
dilatansi yang kecil ( 0). Sudut dilatansi pada pasir tergantung kepadatan dan
sudut gesernya. Untuk pasir kuarsa = - 30o. Nilai negatif yang kecil untuk
hanya realistis untuk pasir sangat lepas.
4) Data struktur perkuatan. Untuk pemodelan struktur perkuatan beam, parameter yang
diperlukan adalah Normal stiffness (EA), Flexural rigidity (EI), Equivalent thickness yang
dihitung dengan menggunakan rumus d = 12 . Perhitungan dalam menentukan nilai d
dilakukan sendiri oleh program Plaxis (Weight/w, Rasio poisson/v).
II.11.2 Cara kerja program Plaxis 7.2

Setelah memasukkan semua data yang diperlukan seperti diatas, maka proses analisis dapat
dilakukan. Program Plaxis 7.2 akan melakukan pencarian nilai faktor keamanan dari lereng sesuai
dengan data yang dimasukkan. Cara kerja dari program Plaxis dalam mencari nilai faktor
keamanan adalah dengan menggunakan phi-c reduction procedure.

Untuk menghitung angka keamanan ini digunakan opsi load advancement number of steps pada
fase perhitungan dengan memasukkan increment Msf yang akan diambil. Pada kalkulasi, c dan
akan dikurangi sesuai dengan increment Msf yang dimasukkan. Selama kalkulasi berlangsung,
berlaku persamaan kekuatan tanah:

tan
tan r = ...........................................................................................(II.55) -Msf

cr =

c
...............................................................................................(II.56) -Msf

Pada kondisi keruntuhan, besarnya angka keamanan sama dengan -Msf. Pengurangan nilai
parameter kekuatan tanah dan hasil perhitungannya hanya berarti jika telah dicapai kondisi
keseimbangan (steady state). Kondisi keseimbangan ini ditunjukkan dari kurva -Msf vs
perpindahan yang cukup datar, dimana pada kondisi inilah besarnya angka keamanan didapat yaitu
pada saat terjadi keseimbangan antara gaya yang meruntuhkan dan gaya tahan dari kuat geser tanah
paad lereng tersebut.

Dalam perhitungan phi-c reduction, nilai-nilai -Msf lain sebelum dicapai kondisi keseimbangan
dan nilai perpindahan tidak memiliki arti fisik yang berarti. Nilai- nilai tersebut hanya digunakan
untuk proses numerik.

II.11.3 Output yang didapatkan oleh program komputer Plaxis

1) Faktor keamanan (FK)


2) Deformasi yaitu meliputi deformed mesh, total displacements, total increment, total
strain, increment strain
3) Tegangan yaitu meliputi tegangan efektif, tegangan total, plastic points, tekanan pori
aktif, tekanan pori kelebihan, groundwater head, flow field.

II.11.4 Parameter untuk program komputer Slope/W

Parameter yang diperlukan untuk melakukan analisis stabilitas lereng dengan menggunakan
program Slope/W terdiri atas:

2
1. Kohesi,c(kN/m )didapatdarihasilanalisisbalik
o
2. Sudut Geser Dalam,( )didapat dari hasil analisa balik
o
3. Sudut dilatansi, ( ) diasumsikan = 0
4. Tinggi muka air diset pada kondisi tertinggi (berkisar 1 meter dibawah permukaan tanah)
5. Model tanah yang digunakan adalah Mohr-Coulomb

Program ini menyediakan pemodelan struktur ground anchor dan geotekstil. Program Slope/W ini
dibuat berdasarkan metode keseimbangan batas dengan metode irisan sederhana (1936), Bishop
Simplifikasi (1955), Spencer (1967), Morgensstern-Prince (1965) dan Janbu Simplifikasi (1973)

Untuk selanjutnya analisis stabilitas lereng dengan bored pile hanya dilakukan dengan
menggunakan program komputer Plaxis.

Anda mungkin juga menyukai