BAB I.docx Tropis Lembab
BAB I.docx Tropis Lembab
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Iklim di Indonesia adalah iklim tropis dimana mempunyai kelembaban relatif (RH)
yang sangat tinggi (kadang-kadang mencapai 90%), curah hujan yang cukup banyak, dan
rata-rata suhu tahunan umumnya berkisar 230C dan dapat naik sampai 380C pada musim
panas. Pada iklim ini terjadi sedikit sekali perubahan musim dalam satu tahun, satu-
satunya tanda terjadi pergantian musim adalah banyak atau sedikitnya hujan, dan terjadinya
angin besar.
Bangunan di Indonesia juga disesuaikan dengan iklim tropis. Bisa kita lihat rumah-
rumah tradisional seperti rumah adat jawa yang memakai atap joglo, atau rumah gadang yang
memakai atap bernentuk runcing. Pada dasarnya bentuk-bentuk seperti ini menyatakan bahwa
bangunan menyesuaikan dengan iklim untuk meminimalisasi dapak negatif iklim terhadap
manusia.
Dengan bangunan, diharapkan iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat
dimodifikasidiubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai.Usaha manusia untuk
mengubah kondisi iklim luar yang tidak sesuai menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai
seringkali tidak seluruhnya tercapai. Ketika berada di dalam bangunan, pengguna bangunan
justru seringkali merasakan udara ruang yang panas, sehingga kerap mereka lebih memilih
berada di luar bangunan.
Untuk menyiasati pengeluaran energi yang besar maka kita dapat menciptakan
bangunan yang secara optimal dapat menggunakan potensi alam sebagai solusi masalah
energi. Caranya adalah dengan membuat bangunan yang berbasis pada konsep arsitektur
tropis yang bersahabat dengan iklim lokal yang panas dan lembab.
1.3 Tujuan
Mengetahui bagaimana pengaruh iklim tropis lembab terhadap bangunan gereja
HKBP Palangkaraya?
1.4 Manfaat
Kajian mengenai kenyamanan termal ini diharapkan akan memberikan manfaat pada :
1. Perkembangan ilmu khususnya arsitektur bangunan
2. Kajian lebih lanjut khususnya masalah kenyamanan termal pada bangunan
3. Sebagai bahan masukan bagian perencanaan dan pengembangan Universitas Palangka
Raya
1
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
Indonesia sendiri termasuk dalam iklim tropis basah atau daerah hangat lembab yang
ditandai dengan:
Selain iklim tropis basah, ada pula iklim tropis kering dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Letaknya di bagian bumi antara 23,5 lintang utara dan 23,5 lintang selatan.
2. Suhu udara rata-rata tinggi hal ini disebabkan karena matahari selau vertikal, umumnya
suhu udara antara 20-30C bahkan dapat mencapai 30C di beberapa tempat untuk
wilayah dengan iklim tropis basah
3. Namun suhu udaranya normal tanpa pergantian suhu yang terlalu ekstrim.
4. Amplitudo suhu rata-rata tahunannya kecil, pada wilayah khatulistiwa mencapai 1-5C,
namun amplitude hariannya lebih besar.
5. Tekanan udara pada wilayah dengan iklim tropis cenderung rendah dan perubahannya
secara perlahan juga beraturan.
6. Penguapan air laut cukup tinggi sehingga banyak terdapat awan.
7. Curah hujan lebih tinggi dan lebih lama per tahunnya dari daerah-daerah lain dengan
iklim lain di dunia
8. Karena tingginya curah hujan mengakibatkan tanah di wilayah iklim tropis cukup
subur.
9. Wilayah di iklim tropis juga mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun.
2
10. Dipengaruhi oleh pergerakan peredaran matahari sehingga menyebabkan peredaran
pola angin dan menjadikan wilayah iklim tropis memiliki dua musim, yaitu musim
hujan dan kemarau, tanpa adanya musim dingin.
11. Tekanan udara pada daerah dengan iklim tropis cenderung rendah.
12. Pada wilayah dengan iklim tropis basah vegetasi yang tumbuh di banyak hutan
biasanya berwarna hijau dan lebat
13. Dan pada wilayah dengan iklim tropis kering lebih banyak savana.
14. Dapat mempengaruhi iklim global jika terjadi perubahan yang signifikan. Pada
wilayah dengan iklim tropis kering suhu udara pada siang hari biasanya sangat tinggi
dan bisa mencapai 45C sedangkan pada malam hari sangat rendah bisa mencapai
10C.
15. Udara akan berbalik sangat dingin di wilayah dengan iklim tropis kering karena
radiasi balik bumi sangat cepat berlangsung
Seorang arsitek harus memikirkan faktor iklim agar bangunan yang dirancang sesuai
dengan kondisi cuaca setempat. Data iklim yang diperlukan arsitek berkaitan dengan
beberapa pertimbangan,antara lain :
1. Pertimbangan panas
Agar dapat mempertimbangkan dengan benar mengenai beban panas terhadap
sebuah bangunan, maka perlu mengetahui besaran unsur dalam persamaan
keseimbangan panas dan perlu mengetahui besaran unsur iklim untuk musim yang
berbeda,sehingga idealnya seorang arsitek mengetahui suhu udara, radiasi matahari,
kelembaban udara dan kecepatan angin serta pengetahuan mengenai analisis
frekwensi dan hubungan antar variabel.
2. Ventilasi dan angin
Data tentang kecepatan dan arah angin sangat diperlukan agar dapat
memberikan informasi yang lebih teliti mengenai ventilasi dan tekanan angin pada
sebuah perencanaan bangunan.Bertambahnya kecepatan angin dan bertambahnya
tinggi bangunan harus diperhitungkan oleh perencana, karena tekanan angin pada
bangunan menjadi pertimbangan yang sangat penting untuk bangunan yang akan
dirancang tahan angin maksimum. Tekanan angin sebanding dengan kuadrat
kecepatan angin dikalikan dengan faktor yang bergantung pada
bentuk konstruksi.Untuk sebuah rumah tekanan angin dinamis adalah sekitar 0,003
pon/(kaki) untuk kecepatan angin 0,7 mil/jam, dan meningkat menjadi kira-kira 5,7
pon/(kaki) untuk kecepatan angin 30 mil/jam.
3. Sinar matahari
Unsur iklim yang memainkan peranan sangat penting dalam bangunan adalah
cahaya matahari sebagai pencahayaan alami di dalam bangunan di siang hari,karena
sangat sedikit pengukuran nilai cahaya matahari dalam berbagai pustaka, maka
informasinya harus diubah dari data radiasi matahari atau durasi penyinaran matahari.
3
4. Aspek hujan dan kelembaban
Hujan disertai dengan angin kencang kemungkinan dapat mempengaruhi
bagian dalam bangunan.Sampai sekarang sedikit sekali diketahui tentang sudut jatuh
dari tetes hujan yang jatuh. Penyelidikan Lacy (1951) menunjukkan bahwa di daerah
london, sudut jatuh dari tetes hujan yang jatuh beragam dari 30 dalam musim dingin
sampai 15 terhadap vertikal pada musim panas.Didaerah tropis tempat terjadinya
hujan lebat vertikal dengan dimensi hujan yang lebih besar, curah hujan mendekati
vertikal, kecuali disertai angin yang kencang.Dengan membuat asumsi mengenai arah
angin yang lazim terdapat, dimungkinkan untuk membuat dinding pelindung atau
pelindung lainnya agar menaungi dinding rumah dari serangan badai hujan yang lebat.
2.4 Strategi bangunan daerah tropis lembab
4
2.5 Kriteria perencanaan pada Iklim tropis lembab
Kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab
adalah, yaitu :
Kenyamanan Thermal
Untuk mendapatkan kenyamanan thermal dapat dilakukan dengan mengurangi
perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar
bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari
permukaan dalam yang panas. Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan
bahan atau material yang mempunyai tahan panas yang besar, sehingga laju aliran
panas yang menembus bahan tersebut akan terhambat. Permukaan yang paling besar
menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan atap umumnya mempunyai tahanan
panas dan kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat
kapasitas panas dari bagian atas agak sulit karena akan memperberat atap. Tahan
panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara, misalnya
rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan memperbesar
tahan panas.
Aliran Udara Melalui Bangunan
Aliran udara terjadi karena adanya perbedaan temperature antara udara di dalam
dan di luar ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Kedua gaya ini dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan jumlah aliran udara yang
dikehendaki. Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada umumnya
lebih kecil daripada yang diperlukan untuk memenuhi kenyamanan thermal. Untuk
yang pertama sebaiknya digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu terbuka. Untuk
memenuhi yang kedua, sebaiknya digunakan lubang ventilasi yang bukaannya dapat
diatur.
Kegunaan dari aliran udara atau ventilasi adalah :
o Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu penyediaan oksigen untuk pernafasan,
membawa asap dan uap air keluar ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri
serta menghilangkan bau.
o Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal, mengeluarkan panas,
membantu mendinginkan bagian dalam bangunan.
Radiasi Panas
Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar matahari yang langsung masuk ke dalam
bangunan dan dari permukaan yang lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal
itu dapat digunakan alat-alat peneduh (Sun Shading Device). Pancaran panas dari suatu
permukaan akan memberikan ketidaknyamanan thermal bagi penghuni, jika beda
temperatur udara melebihi 40C. Hal ini sering kali terjadi pada permukaan bawah dari
langit-langit atau permukaan bawah dari atap.
Penerangan Alami pada Siang Hari
Cahaya alam siang hari yang terdiri dari :
Cahaya matahari langsung dan cahaya matahari difus. Cahaya matahari dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pencahayaan alami khususnya cahaya matahari
langsung. Cahaya matahari langsung yang masuk harus dibatasi karena akan
menimbulkan pemanasan dan penyilauan, kecuali sinar matahari pada pagi hari.
Sehingga yang perlu dimanfaatkan untuk penerangan adalah cahaya langit. Untuk
bangunan berlantai banyak, makin tinggi lantai bangunan makin kuat potensi cahaya
langit yang bisa dimanfaatkan. Cahaya langit yang sampai pada bidang kerja dapat
dibagi dalam 3 (tiga) komponen :
5
1. Komponen langit.
2. Komponen refleksi luar
3. Komponen refleksi dalam
Dari ketiga komponen tersebut komponen langit memberikan bagian terbesar
pada tingkat penerangan yang dihasilkan oleh suatu lubang cahaya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya tingkat penerangan pada bidang kerja tersebut adalah :
1. Luas dan posisi lubang cahaya.
2. Lebar teritis
3. Penghalang yang ada dimuka lubang cahaya
4. Faktor refleksi cahaya dari permukaan dalam dari ruangan.
5. Permukaan di luar bangunan di sekitar lubang cahaya.
Untuk bangunan berlantai banyak makin tinggi makin berkurang pula kemungkinan
adanya penghalang di muka lubang cahaya.
6
BAB III
TINJAUAN KHUSUS DATA GEREJA HKBP PALANGKARAYA
3.1 Data Gereja HKBP Palangkaraya
1. Orientasi bangunan
Orientasi bangunan Gereja HKBP Palangkaraya menghadap ke arah Barat.
2. Ventilasi
ventilasi di desain tertutup yang diterapkan pada Gereja HKBP Palangkaraya, elemen
bukaan dibuat agar bisa dibuka.
3. Kontrol terhadap radiasi matahari
Penggunaan atap metal pada Gereja HKBP Palangkaraya. Atap merupakan bagian
terpenting dalam usaha mengontrol radiasi matahari.
3. Vegetasi
Vegetasi pada lansekap halaman Gereja HKBP Palangkaraya sebenarnya tidak
memadai dan tidak memberikan pengaruh positif pada kenyamanan termal dalam
bangunan.
4. Lokasi
Lokasi Gereja HKBP Palangkaraya berada di JL. RTA Milono
5. Keramaian
Lokasi di JL. RTA Milono ramai di lalui kendaraan
6. Lingkungan
Lingkungan sekitar Gereja HKBP Palangkaraya ruko dan RS Muhammadiyah
Lokasi di JL. RTA Milono ramai di lalui kendaraan
7
7. Gambar Kerja
Tampak Belakang
8
Tampak Samping Kiri
Potongan
9
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Orientasi bangunan
Respon alami berupa ventilasi silang tidak diterapkan pada aula ini, kenyamanan termal
sepenuhnya dibebankan pada penggunaan AC dan kipas angin, sesuatu yang tidak lazim terjadi
bila penggunaan AC dibarengi dengan kipas angin karena cenderung pemborosan energi.
Unit AC LG kapasitas besar sebanyak 10 (sepuluh) unit dipasang di sisi kanan dan kiri
ruang. Menyebabkan tejadinnya pendinginan udara dalam ruang oleh AC kurang optimal
karena masih terasa panas. Bentang ruang yang besar (14 m) menyebabkan semburan udara
dingin AC kurang menjangkau ke bagian tengah ruang. Udara dingin bersinggungan dengan
obyek lain (udara panas, perabot dan manusia) sehingga meningkat suhunya. Beban AC
meningkat dan tidak pernah mencapai tingkat dingin yang dibutuhkan.
10
3. Tampak dalam Gereja HKBP Palangkaraya
Tampak dalam Gereja di buat dengan paduan warna coklat dan putih.
Material dalam Gereja
Material dalam gereja menggunakan kayu ulin yang bagus serta mengunakan kursi kursi yang
terbuat dari kayu juga agar lebih lebih alami.
Lantai gereja menggunakan kramik ukuran 30cm x 30 cm yang biasa di gunakan pada
bangunan gereja pada umumnya
11
4. Vegetasi
Vegetasi pada lansekap halaman gereja Palangkaraya sebenarnya tidak memadai dan
tidak memberikan pengaruh positif pada kenyamanan termal dalam bangunan. Disamping
memberikan suasana hijau yang asri dan sejuk, vegetasi terbukti mampu meredam radiasi
matahari langsung. Penempatan vegetasi cukup rapat dan teduh pada sisi bagian barat
merupakan langkah yang tepat untuk mengurangi radiasi maksimal pada siang sampai sore
hari. Vegetasi yang ada pada halaman tidak terlalu memberikan pembayangan dan keteduhan
khususnya pada perkerasan aspal yang cenderung dapat memantulkan panas ke bangunan.
Halaman sekeliling yang terbuka ditutup dengan rumput hijau cukup membantu mengurangi
efek pantulan radiasi pada halaman dasar.
Namun demikian vegetasi yang ada kurang memberikan kontribusi baik pada
kenyamanan termal di Gereja, mengingat bangunan berupaya mengisolasi diri dari potensi
lingkungan luar dengan sistemnya yang tertutup.
12
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jadi pengaruh iklim tropis lembab pada bangunan Gereja HKNP Palangkaraya tidak
ada karena bangunan Gereja ini menggunakan sifat yang mengisolasi diri dari iklim yang
merupakan sifat yang tidak baik bagi lingkugan atau keadaan di daerah Kalimantan Tengah
yang merupakan beriklim Tropis Lembab dan dapat menyebabkan Pengaruh buruk pada
lingkungan walaupun kecil.
13