Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Transudat dan Eksudat

Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak
disebabkan proses peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari
1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada
wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.

Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes


keluar dari pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan,
tanpa radang

Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil cairan.


Cairan itu terdapat ump, dalam rongga pericardium, rongga pleura, rongga perut dan
berfungsi sebagai pelumas agar membrane-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak
tanpa geseran. Jumlah cairan itu dalam keadaan normal hamper tidak dapat diukur karena
sangat sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah pada beberapa keadaan dan akan berupa
transudat atau exudat.

Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan keseimbangan
cairan badan (tekanan osmotic koloid, statis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik,
kerusakan endotel, dsb), sedangkan exudat bertalian dengan salah satu proses peradangan.

Transudat terjadi apabila hubungan antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid
osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan
melebihi reabsorbsi oleh pleura lainnya. Penyakit-penyakit yang menyertai transudat seperti
pada tabel 2. Tingginya penyakit jantung sebagai penyebab efusi pleura dikarenakan
penyakit tersebut merupakan penyakit yang terbanyak dan penyebab kematian utama
di Indonesia..
Pemeriksaan cairan badan yang tersangka transudat atau exudat bermaksud untuk
menentukan jenisnya dan sedapat-dapatnya untuk mendapatkan keterangan tentang
causanya.

Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020)
dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan
emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan
protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik
intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit
leukosit yang menyebabkan emigrasinya.

Eksudat, merupakan substansi yang merembes melalui dinding vasa ke dalam


jaringan sekitarnya pada radang, berupa nanah. Jaditermasuk discharge yang patologis.

Eksudat terbentuk melalui membran kapiler yang permeabilitasnya abnormal.


Perubahan permeabilitas membran disebabkan adanya peradangan pada pleura seperti
infeksi atau keganasan. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi terbanyak di Indonesia dan
nomor 3 terbanyak didunia setelah India dan Cina.

Komplikasi yang terjadi seperti efusi pleura terjadi disebabkan keterlambatan


diagnosis, kepatuhan penderita dalam pengobatan, sarana pelayanan kesehatan, lingkungan
dan lain sebagainya sehingga insidennya masih cukup tinggi. Demikian juga dengan
keganasan, biasanya terdiagnosis pada stadium lanjut yang telah berkomplikasi pada organ
lainnya.

II.2. Ciri-ciri Transudat dan Eksudat

Ciri-ciri transudat spesifik, yaitu :

1. cairan jernih

2. encer

3. kuning muda

4. berat jenis mendekati 1010 atau setidak-tidaknya kurang dari 1018


5. tidak menyusun bekuan (tak ada fibrinogen)

6. kadar protein kurang dari 2,5gr/dl

7. kadar glukosa kira-kira sama seperti dalam plasma darah

8. jumlah sel kecil dan bersifat steril

Ciri-ciri exudat spesifik, yaitu :

1. keruh (mungkin berkeping-keping, purulent, mengandung darah, chyloid,


dsb)

2. lebih kental

3. warna bermacam-macam

4. berat jenis lebih dari 1018

5. sering ada bekuan (oleh fibrinogen)

6. kadar protein lebih dari 4,0gr/dl

7. kadar glukosa jauh kurang dari kadar dalam plasma

8. mengandung banyak sel dan seringa ada bakteri

II.3. Jenis-Jenis Eksudat

Jenis-jenis eksudat terbagi menjadi 3 macam, yaitu :

a. Eksudat non seluler,

Eksudat non seluler terbagi menjadi 2 macam, yaitu :

Eksudat serosa

Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat
yang terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling
sederhana adalah eksudat serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang
bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang
bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang
paling dikenal adalah cairan luka melepuh.

Eksudat fibrinosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat
yang terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling
sederhana adalah eksudat serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang
bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang
bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang
paling dikenal adalah cairan luka melepuh.

Eksudat musinosa (eksudat kataral)

Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana
terdapat sel-sel yang dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan
eksudat lain karena eksudat ini merupakan sekresi set bukan dari bahan yang
keluar dari aliran darah. Sekresi musin merupakan sifat normal membran mukosa
dan eksudat musin merupakan percepatan proses dasar fisiologis.Contoh eksudat
musin yang paling dikenal dan sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai
infeksi pemafasan bagian atas.

b. Eksudat Seluler

Eksudat seluler terdiri dari:

Eksudat netrofilik

Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama
terdiri dari neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak sehingga
bagian cairan dan protein kurang mendapat perhatian. Eksudat neutrofil
semacam ini disebut purulen. Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat
infeksi bakteri.lnfeksi bakteri sering menyebabkan konsentrasi neutrofil yang
luar biasa tingginya di dalam jaringan dan banyak dari sel-sel ini mati dan
membebaskan enzim-enzim hidrolisis yang kuat disekitarnya. Dalam keadaan ini
enzim-enzim hidrolisis neutrofil secara haraf ah mencernakan jaringan
dibawahnya dan mencairkannya. Kombinasi agregasi netrofil dan pencairan
jaringan-jaringan di bawahnya ini disebut suppuratif,atau lebih sering
disebut pus/nanah.

Jadi pus terdiri dari :

- neutrofil pmn. yang hidup dan yang mati neutrofil pmn. yang hancur

- hasil pencairan jaringan dasar (merupakan hasil pencernaan)


- eksudat cair dari proses radang

- bakteri-bakteri penyebab

- nekrosis liquefactiva.

c. Eksudat Campuran

Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini dinamakan
sesuai dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrinopurulen yang terdiri dari fibrin
dan neutrofil polimorfonuklear,eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan
neutrofil, eksudat serofibrinosa dan sebagainya.

Luka Bakar Mudah Terjadi Septikhemi.

Pada luka bakar saluran-saluran limfe tetap terbuka yaitu karena jaringan yang terbakar
tidak menimbulkan tromboplastin sehingga tidak terjadi kooagulasi eksudat. Jika aliran
cairan limfe tidak tersumbat akan memudahkan menyebarkan kuman-kuman sehingga
masuk dalam sirkulasi darah dan terjadi septikhemi.

Dalam praktek sering dijumpai cairan yang sifat-sifatnya sebagian sifat transudat dan
sebagian lagi sifat exudat, sehingga usaha membedakan antara transudat dan exudat
menjadi sukar.

II.4. Cara Memperoleh Bahan

Bahan (dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hydrocele, dsb) didapat
dengan mengadakan pungsi. Karena tidak dapat diketahui terlebih dahulu apakah cairan itu
berupa transudat atau exudat, haruslah pertama-tama syarat bekerja steril didindahkan dan
kedua untuk menyediakan antikoagulans. Sediakanlah pada waktu melakukan pungsi selain
penampung biasa juga penampung steril (untuk biakan) dan penampung yang berisi larutan
natrium citrate 20% atau heparinsteril.

II.5. Pemeriksaan transudat dan eksudat

Pemeriksaan untuk transudat dan eksudat terbagi menjadi 2 macam, yaitu :


a. pemeriksaan makroskopis

b. pemeriksaan mikroskopis

c. pemeriksaan kimia

d. pemeriksaan bakterioskopi

a. Pemeriksaan makroskopis

Jumlah

Ukurlah dan catatlah volume yang didapat dengan pungsi. Jika semua cairan
dikeluarkan jumlah itu memberi petunjuk tenteng luasnya kelainan.

Warna

Mungkin sangat berbeda-beda, agak kuning, kuning campur hijau, merah jambu,
merah, putih serupa susu, dll. Bilirubin memberi warna kuning pada transudat,
darah yang menjadikannya merah atau coklat, pus memberi warna putih-kuning,
chylus putih serupa susu, B. pyocyaneus biru-hijau. Warna transudat biasanya
kekuning-kuningan, sedangkan exudat dapat berbeda-beda warnanya dari putih
melalui kuning sampai merah darah sesuaidengan causa peradangan dan beratnya
radang. Warna exudat oleh proses radang ringan tidak banyak berbeda dari warna
transudat.

Kejernihan

Inipun mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh sampai sangat
keruh. Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan exudat biasanya ada
kekeruhan. Jika mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat exudat itu
dijelaskan lebih lanjtu sebagai umpamanya serofibrineus, seropurulent,
serosangineus, hemoragik, fibrineus, dll.

Kekeruhan terutama disebabkan oleh adanya dan banyaknya sel, leukosit dapat
menyebabkan kekeruhan sangat ringan sampai kekeruhan berat seperti bubur.
Eritrosit menyebabkan kekeruhan yang kemerah-merahan.
Bau

Biasanya baik transudat mupun exudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali
kalau terjadi pembusukan protein. Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E. coli
mungkin menimbulkan bau busuk, demikian adanya bau mengarahkan ke exudat.

Berat jenis

Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjainya bekuan. Penetapan ini


penting untuk menentukan jenis cairan. Kalau jumlah cairan yang tersedia cukup,
penetapan dapat dilakukan dengan urinometer, kalau hanya sedikit sebaiknya
memakai refraktometer. Seperti sudah diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut
memberi petunjuk apakah cairan mempunyai cirri-ciri transudat atau exudat.

Bekuan

Perhatikan terjadinya bekuan dan terangkan sifatnya (renggang, berkeping,


sanagat halus, dll) bekuan it tersusun dari fibrin dan hanya didapat pada exudat.
Kalau dikira cairan yang dipungsi bersifat exudat, campurlah tetap cair dan dapat
dipakai untuk pemeriksaan lain-lain.

b. Pemeriksaan Mikroskopis

Menghitung jumlah sel dalam cairan eksudat atau transudat tidak selalu
mendatangkan manfaat.

Jikalau diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan setelah pungsi dicampur
dengan antikoagulans, umpamanya larutan Na citrate 20% untuk tiap 1 ml cairan dipakai
0,01 ml larutan citrate itu.

Sel yang dihitung biasanya hanya leukosit (bersama sel-sel berinti lain seperti sel
mesotel, sel plasma, dbs) saja, menghitung jumlah eritrosit jarang sekali dilakukan karena
tidak bermakna.

1. Menghitung jumlah leukosit


Kalau cairan berupa purulent, tidak ada gunanya untuk menghitung jumlah
leukosit, tindakan ini baiklah hanya dilakukan dengan cairan yang jernih atau agak
keruh saja..

Pada cairan jernih pakailah pengenceran seperti dipakai untuk menghitung


jumlah leukosit dalam darah ataupun pengenceran seperti dipakai untuk menghitung
jumlah leukosit dalam cairan yang agak keruh, pilihlah pengenceran yang sesuai.

Bahan pengenceran sebaiknya larutan NaCl 0,9%, jangan larutan turk karena
larutan turk itu mungkin menyebabkan terjadinya bekuan dalam cairan.

Cairan yang berupa transudat biasanya mengandung kurang dari 500 sel/ul. Semakin
tinggi angka itu semakin besar kemungkinan cairan tersebut bersifat eksudat.

2. Menghitung jenis sel


Menghitung jenis sel biasanya membedakan dua golongan jenis sel, yaitu
golongan yang berinti satu yang digolongkan dengan nama limfosit dan golongan
sel polinuklear atau segment. Dalam golongan limfosit ikut trhitung limfosit, sel-
sel mesotel, sel plasma, dsb.

Perbandingan banyak sel dalam golongan-golongan itu memberi petunjuk kea


rah jenis radang yang menyebabkan atau menyertai eksudat itu.

Cara :

Sediaan apus dibuat dengan cara yang berlain-lain tergantung sifat cairan itu:

Jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel,


pusinglah 10-15 ml bahan, cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan
beberapa tetes serum penderita sendiri. Buatlah sediaan apus dari campuran
itu

Klalau cairan keruh sekali atau purulent, buatlah sediaan apus langsung
memakai bahan itu. Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang
dipakai untuk membuat sediaan tipis

Pulaslah sediaan itu dengan Giemsa atau Wright


Lakukanlah hitung jenis atas 100-300 sel, hitung jenis itu hanya membedakan
limfosit dari segment seperti yang telah diterangkan

Catatan :

Hasil hitung jenis dapat memberi keterangan tentang jenis radang yang menyertai
proses radang akut hamper semua sel beupa segment. Semakin tengan proes itu
semakin bertambah limfositnya, sedangkan radang dan rangsang menahun
menghasilkan hanya limfosit saja dalam hitung jenis.

Pemeriksaan sitologik terhadap adanya sel-sel abnormal, teristimewa sel-sel ganas


sangat penting. Sitodiagnostik semacam itu tidak dapat dilakukan dengan cara seperti
diatas, melainkan mewajibkan tehnik khusus menurut Papanicolaou. Meskipun tehnik
Papanicolaou tidak diterngkan disini, perlu diketahui bahwa bahan yang diperoleh
tidak noleh membeklu, proses pembekuajn hendaknya dicegah dengan menggunakan
EDTA atau heparin.

Pemeriksaan mikroskopis didapatkan sel leukosit jenis mononuklear lebih dominan


dibandingkan polimorponuklear baik pada jenis transudat maupun eksudat. Ini menunjukkan
proses perlangsungan penyakit bersifat kronis.

c. Pemeriksaan Kimia

Pemeriksaan kimia biasanya dibatasi saja kepada kadar glukosa dan protein dalam
cairan itu. Alasannya ialah cairan rongga dalam keadaan normal mempunyai susunan yag
praktis serupa dengan susunan plasma darah tanpa albumin dan globulin-globulin. Transudat
mempunyai kadar glukosa sama seperti plasma, sedangakan exudat itu megandung banyak
leukosit.

Protein dalam transudat dan exudat praktis hanya fibrinogen saja, dalam transudat
kadar fibrinogen rendah, yakni antara 300-400 mg/dl dan dalam exudat kadar protein itu 4-
6 gr/dl atau lebih tinggi lagi.
Percobaan Rivalta

Test yang sudah tua ini tetap masih berguna dalam upaya membedakan transudat
dari exudat dengan cara yang amat sederhana.

Cara:

ke dalam silinder 100 ml dimsukkan 100 ml aquadest.

tambahkan 1 tetes asam acetate glacial dan campurkanlah.

teteskan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran ini, dilepaskan


kira-kira 1 cm dari atas permukaan.

perhatikanlah tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang


mengandung asam acetat. Ada tiga kemungkinan, yaitu :

tetesan itu bercampur dengan larutan asam acetate tanpa


menimbulkan kekeruhan sama sekali, hasil test adalah
negative.

tetesan itu mengadakan kekeruhan yang sanagt ringan seripa


kabut halus,hasil test positif lemah.

tetesan itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal


ataudalam keadaan extreme satu presipitat yang putih, hasil
test positif.

Catatan :

Cara ini berdasarkan seronucin yang terdapat dalam exudat, tetapi tidak dalam
transudat. Percobaan ini hendaknya dilakukan beberapa kali untuk
mendapatkan hasil yang dapat diandalkan.

Hasil positif didapat pada cairan yang bersifat exudat, transudat biasanya
menjadikan test ini positif lemah. Kalau transudat sudah beberapa kali
dipungsi, maka transudat pun mungkin menghasilkan kekeruhan serupa dari
exudat juga. Cairan rongga badan normal, yaitu yang bukan transudat atau
exudat dalam arti kata klinik, menghasilkan test negative.

Kadar Protein

Menentukan kadar protein dalam cairan rongga tubuh dapat membantu klinik
dalam membedakan transudat dari exudat. Kadar protein dalam transudat biasanya
kurang dari 2,5 gr/dl sedangkan exudat berisi lebih dari 4gr/dl cairan. Penetapan
ini tidak memerlukan cara yang teliti.

Cara:

tetapkan lebih dahulu berat jenis cairan itu.

kalau berat jenis 1010 atau kurang, adakanlah pengenceran -10 kali, kalau
berat jenis lebih dari 1010 buatlah pengenceran 20 kali.

lakukanlah penetapan menurut Esbach dengan cairan yang telah diencerkan


itu, dalam memperhitungkan hasil terakhir ingatlah pengenceran yant tadi
dibuat.

Catatan :

Cara Esbach cukup teliti untuk dipakai dalam klinik. Pengenceran yang
diadakan itu bermaksud agar kadar protein dalam cairan yang diencerkan
mendekati nilai 4gr/liter, ialah kadar yang memberi hasil yang sebaik-baiknya
pada cara Esbach.

Dari berat jenis cairan bersangkutan juga sudah dapat didekati nilai protein
dengan memakai rumus :

(berat jenis 1,007) x 343 = gr protein /100 ml cairan

Perhitungan itu:
- b.d. 1,010 sesuai dengan 1 gr protein per 100 ml

- b.d. 1,015 sesuai dengan 2,5 gr protein per 100 ml

- b.d. 1,020 sesuai dengan 4,5 gr protein per 100 ml

- b.d. 1,025 sesuai dengan 26 gr protein per 100 ml

Dalam rumus dan perhitungan diatas berat jenis air sama dengan 1,000.

Zat Lemak

Transudat tidak mengandung zat lemak, kecuali kalau tercampur dengan chylus.
Dalam exudat mungkin didapat zat lemak disebabkan oleh karena dinding kapiler
dapat ditembus olehnya. Keadaan itu sering dipertlikan dengan proses
tuberculosis.

Kadang-kadang dilihat cairan yang putih serupa dengan susu. Dalam hal itu
mengetahui apakah putihnya cairan itu disebabkan chylus atau oleh zat lain.

Cara :

berilah larutan NaOH 0,1 N kepda cairan sehingga menjadi lindi.

lakukanlah extraksi dengan eter. Jika cairan itu menjadi jernih, putihnya
disebabkan oleh chylus.

jika tidak menjadi jernih, putihnya mungkin disebabkan oleh lecithin dalam
keadaan emulsi. Untuk menyatakan lecithin dilakukan test sbb, yaitu :

encerkanlah cairan itu 5x dengan etil alkohol 95%

panasilah berhati-hati dalam bejana air, kalau cairan itu menjadi


jernih, putihnya disebabkan oleh lecithin. Untuk lebih lanjut
membuktikannya teruskanlah percobaan

saringlah cairan yang telah menjadi jernih itu dalam keadaan


masih panas
filtratnya ditampung dan diuapkan di atas air panas sampai volume
menjadi besar semula (sebelum diberi etilalkohol) dan biarkan
menjadi dingin lagi

kalau menjadi keruh lagi, adanya lecithin terbukti, kekruhan itu


bertambah kalau diberi sedikit air

d. Pemeriksaan Bakterioskopi

Pakailah sediaan seperti dibuat untuk menghitung jenis sel dan pulaslah menurut
Gram dan menurut Zeihl-Neelsen.

Kalau akan mencari fungsi, letakkan satu tetes sediment atau bahan ke atas kaca
objek dan campurlah dengan sama banyak larutan KOH atau NaOH 10%. Tutup dengan kaca
penutup, biarkan selam 20 menit, kemudian periksalah dengan mikroskop.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :

Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak
disebabkan proses peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari
1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada
wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh. Transudat merupakan
discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar dari pembuluh-
pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa radang.

Ciri-ciri transudat spesifik, yaitu :

cairan jernih

encer

kuning muda
berat jenis mendekati 1010 atau setidak-tidaknya kurang dari 1018

tidak menyusun bekuan (tak ada fibrinogen)

kadar protein kurang dari 2,5gr/dl

kadar glukosa kira-kira sama seperti dalam plasma darah

jumlah sel kecil dan bersifat steril

Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020)
dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan
emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan
protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik
intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit
leukosit yang menyebabkan emigrasinya. Eksudat, merupakan substansi yang merembes
melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa nanah.
Jaditermasuk discharge yang patologis.

Ciri-ciri exudat spesifik, yaitu :

keruh (mungkin berkeping-keping, purulent, mengandung darah, chyloid, dsb)

lebih kental

warna bermacam-macam

berat jenis lebih dari 1018

sering ada bekuan (oleh fibrinogen)

kadar protein lebih dari 4,0gr/dl

kadar glukosa jauh kurang dari kadar dalam plasma

mengandung banyak sel dan sering ada bakteri


DAFTAR PUSTAKA

Soebrata, Prof. Dr. R. Ganda. 1968.Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Penerbit


Dian Rakyat.

file:///D:/kimia%20klinik/analisis-cairan-pleura-pada-penderita.html

file:///D:/kimia%20klinik/06_EfusiPleuraTuberkulosis.html

file:///D:/kimia%20klinik/efusi-pleura.html

www.akademik.unsri.ac.id/download/.../transudat%20&%20eksudat.pdf

caripddokmud.wordpress.com/2009/10/25/efusi-pleuraf.com/Eksudat+transudat.htm

Anda mungkin juga menyukai