Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
D. Metode penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Kesehatan


B. Batasan dan Lingkup Hukum Keperawatan
C. Landasan dari Hukum Kesehatan
D. Materi Muatan Peraturan Perundang - undangan dalam Keperawatan
E. Undang - Undang Prakterk Keperawatan
F. Hukum Keperawatan di Masa Mendatang

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era reformasi saat ini, hukum memegang peran penting dalam berbagai segi

kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

bagi setiap orang, yang merupakan bagian integral dari kesejahteraan, diperlukan dukungan

hukum bagi penyelenggaraan berbagai kegiatan di bidang kesehatan.

Perubahan konsep pemikiran penyelenggaraan pembangunan kesehatan tidak dapat

dielakkan. Pada awalnya pembangunan kesehatan bertumpu pada upaya pengobatan penyakit

dan pemulihan kesehatan, bergeser pada penyelenggaraan upaya kesehatan yang menyeluruh

dengan penekanan pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Paradigma ini

dikenal dalam kalangan kesehatan sebagai paradigma sehat.

Sebagai konsekuensi logis dari diterimanya paradigma sehat maka segala kegiatan

apapun harus berorientasi pada wawasan kesehatan, tetap dilakukannya pemeliharaan dan

peningkatan kualitas individu, keluarga dan masyarakat serta lingkungan dan secara terus

menerus memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan

terjangkau serta mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

Secara ringkas untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang maka

harus secara terus menerus dilakukan perhatian yang sungguh-sungguh bagi penyelenggaraan

pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan, adanya jaminan atas pemeliharaan

kesehatan, ditingkatkannya profesionalisme dan dilakukannya desentralisasi bidang kesehatan.

Kegiatan-kegiatan tersebut sudah barang tentu memerlukan perangkat hukum kesehatan yang

memadai. Perangkat hukum kesehatan yang memadai dimaksudkan agar adanya kepastian
hukum dan perlindungan yang menyeluruh baik bagi penyelenggara upaya kesehatan maupun

masyarakat penerima pelayanan kesehatan.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah yang dimaksud dengan hukum

kesehatan, apa yang menjadi landasan hukum kesehatan, materi muatan peraturan perundang-

undangan bidang kesehatan, dan hukum kesehatan di masa mendatang.

Diharapkan jawaban atas pertanyaan tersebut dapat memberikan sumbangan pemikiran,

baik secara teoritikal maupun praktikal terhadap keberadaan hukum kesehatan. Untuk itu

dilakukan kajian normatif, kajian yang mengacu pada hukum sebagai norma dengan pembatasan

pada masalah kesehatan secara umum melalui tradisi keilmuan hukum.

Dalam hubungan ini hukum kesehatan yang dikaji dibagi dalam 3 (tiga) kelompok sesuai

dengan tiga lapisan ilmu hukum yaitu dogmatik hukum, teori hukum, dan filsafat hukum.

Selanjutnya untuk memecahkan isu hukum, pertanyaan hukum yang timbul maka digunakan

pendekatan konseptual, statuta, historis, dogmatik, dan komparatif. Namun adanya keterbatasan

waktu maka kajian ini dibatasi hanya melihat peraturan perundang-undangan bidang kesehatan.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian hukum kesehatan ?

2. Bagaimana batasan dan lingkup hukum keperawatan ?

3. Landasan dari hukum kesehatan ?

4. Bagaimana peraturan perundang - undangan dalam keperawatan ?

5. Bagaimana undang - undang praktek keperawatan

6. Bagaiamana hukum keperawatan di masa yang akan datang ?


C. Tujuan

Tujuan umum

Tujuan umum dalam pembuatan makalah ini adalah untuk meningkatkan dan menambah

ilmu pengetahuan dan wawasan kita dalam mengenal dan memahami tentang hukum

keperawatan.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam pembuatan makalah ini adalah agar kita semua khususnya

mahasiswa keperawatan lebih memahami lebih dalam mengenai hukum keperawatan

agar dalam menjalankan praktek keperawatan kita akan lebih mudah dalam

melaksanakan tugas profesi keperawatan.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan yang saya gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan

menggunakan metode kepustakaan dan online.Dimana data-data yang saya peroleh berasal

dari buku dan internet.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Kesehatan

Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan, adalah

mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat.

Hukum kesehatan berdasarkan ruang lingkup adalah mencakup semua aturan hukum

yang secara langsung berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan yang terganggu dan tercemar

,dan penerapan aturan aturan hukum perdata serta hukum pidana selama aturan itu mengatur

hubungan hukum dan pemeliharaan kesehatan.

Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia

(PERHUKI) adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan

pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya.).

B. Batasan dan Lingkup Hukum Keperawatan

Secara umum dari lingkup hukum kesehatan tersebut, materi muatan yang dikandung

didalamnya pada asasnya adalah memberikan perlindungan kepada individu, masyarakat, dan

memfasilitasi penyelenggaraan upaya kesehatan agar tujuan kesehatan dapat tercapai. Jayasuriya

bertolak dari materi muatan yang mengatur masalah kesehatan menyatakan ada 5 (lima) fungsi

yang mendasar, yaitu pemberian hak, penyediaan perlindungan, peningkatan kesehatan,

pembiayaan kesehatan, dan penilaian terhadap kuantitas dan kualitas dalam pemeliharaan

kesehatan.

Dalam perjalanannya diingatkan oleh Pinet bahwa untuk mewujudkan kesehatan untuk

semua, diidentifikasikan faktor determinan yang mempengaruhi sekurang-kurangnya mencakup,

biological, behavioral, environmental, health system, socio economic, socio cultural, aging the
population, science and technology, information and communication, gender, equity and social

justice and human rights.

C. Landasan dari Hukum Kesehatan

Hermien Hadiati Koeswadji menyatakan pada asasnya hukum kesehatan bertumpu pada hak

atas pemeliharaan kesehatan sebagai hak dasar social (the right to health care) yang ditopang

oleh 2 (dua) hak dasar individual yang terdiri dari hak atas informasi (the right to information)

dan hak untuk menentukan nasib sendiri (the right of self determination).

Sejalan dengan hal tersebut Roscam Abing mentautkan hukum kesehatan dengan hak untuk

sehat dengan menyatakan bahwa hak atas pemeliharaan kesehatan mencakup berbagai aspek

yang merefleksikan pemberian perlindungan dan pemberian fasilitas dalam pelaksanaannya.

Untuk merealisasikan hak atas pemeliharaan bisa juga mengandung pelaksanaan hak untuk

hidup, hak atas privasi, dan hak untuk memperoleh informasi.

Demikian juga Leenen secara khusus, menguraikan secara rinci tentang segala hak dasar

manusia yang merupakan dasar bagi hukum kesehatan.

D. Materi Muatan Peraturan perundang undangan dalam Keperawatan

Segala sesuatu yang berkaitan dengan kesehatan seringkali dikatakan sebagian masyarakat

kesehatan dengan ucapan saratnya peraturan. Peraturan dimaksud dapat berupa peraturan

perundang-undangan yang berlaku umum dan berbagai ketentuan internal bagi profesi dan

asosiasi kesehatan. Agar diperoleh gambaran yang lebih menyeluruh maka digunakan susunan 3

(tiga) komponen dalam suatu sistem hukum seperti yang dikemukakan Schuyt. Ketiga komponen

dimaksud adalah keseluruhan peraturan, norma dan ketetapan yang dilukiskan sebagai sistem

pengertian, betekenissysteem, keseluruhan organisasi dan lembaga yang mengemban fungsi

dalam melakukan tugasnya, organisaties instellingen dan keseluruhan ketetapan dan penanganan
secara konkret telah diambil dan dilakukan oleh subjek dalam komponen kedua, beslisingen en

handelingen.

Dalam komponen pertama yang dimaksudkan adalah seluruh peraturan, norma dan prinsip

yang ada dalam penyelenggaraan kegiatan di bidang kesehatan. Bertolak dari hal tersebut dapat

diklasifikasikan ada 2 (dua) bentuk, yaitu ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh penguasa dan

ketentuan yang dibuat oleh organisasi profesi dan asosiasi kesehatan. Hubungan antara keduanya

adalah ketentuan yang dibuat oleh organisasi profesi dan asosiasi kesehatan serta sarana

kesehatan hanya mengikat ke dalam dan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang dibuat

oleh penguasa. Menurut inventarisasi yang dilakukan terhadap ketentuan yang dikeluarkan

penguasa dalam bentuk peraturan perundang-undangan terdapat 2 (dua) kategori, yaitu yang

bersifat menetapkan dan yang bersifat mengatur.

Dari sudut pandang materi muatan yang ada dapat dikatakan mengandung 4 (empat) obyek,

yaitu:

1. Pengaturan yang berkaitan dengan upaya kesehatan;

2. Pengaturan yang berkaitan dengan tenaga kesehatan;

3. Pengaturan yang berkaitan dengan sarana kesehatan;

4. Pengaturan yang berkaitan dengan komoditi kesehatan.

Apabila diperhatikan dari ketentuan tersebut terkandung prinsip perikemanusiaan

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan

merata, perikehidupan dalam keseimbangan dan kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan

sendiri.

Selanjutnya dari ketentuan yang ada dalam keputusan dan peraturan yang dibuat oleh

organisasi profesi dan asosiasi bidang kesehatan serta sarana kesehatan adalah mencakup kode
etik profesi, kode etik usaha dan berbagai standar yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan

upaya kesehatan.

Apabila diperhatikan prinsip-prinsip yang dikandung dalam ketentuan ini mencakup 4

(empat) prinsip dasar, yaitu autonomy, beneficence, non maleficence dan justice.

Sebelum memasuki komponen kedua, perlu dibahas terlebih dahulu komponen ketiga mengenai

intervensi yang berupa penanganan yang dilakukan berdasarkan ketentuan yang diatur.

Komponen ini merupakan aktualisasi terhadap komponen ideal yang ada dalam komponen

pertama. Bila diperhatikan isi ketentuan yang ada dimana diperlukan penanganan terdapat 4

(empat) sifat, yaitu:

1. Perintah (gebod) yang merupakan kewajiban umum untuk melakukan sesuatu;

2. Larangan (verbod) yang merupakan kewajiban umum untuk tidak melakukan sesuatu;

3. Pembebasan (vrijstelling, dispensatie) berupa pembolehan khusus untuk tidak melakukan

sesuatu yang secara umum di haruskan;

4. Izin (toesteming, permissie) berupa pembolehan khusus untuk melakukan sesuatu yang

secara umum di larang.

Tindakan penanganan yang dilakukan apakah sudah benar atau tidak, kiranya dapat diukur

dengan tatanan hukum seperti yang dikemukakan oleh Nonet dan Selznick, yaitu apakah masih

bersifat represif, otonomous atau responsive.

Selanjutnya dengan komponen kedua tentang organisasi yang ada dalam penyelenggaraan

upaya kesehatan dapat dibagi dalam 2 (dua) bagian besar yaitu organisasi pemerintah dan

organisasi / badan swasta.


Pada organisasi pemerintah mencakup aparatur pusat dan daerah serta departemen dan

lembaga pemerintah non departemen. Pada sektor swasta terdapat berbagai organisasi profesi,

asosiasi dan sarana kesehatan yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang kesehatan.

Dari susunan dalam 3 (tiga) komponen tersebut secara global menurut Schuyt bahwa tujuan

yang ingin didapat adalah :

1. Penyelenggaraan ketertiban sosial;

2. Pencegahan dari konflik yang tidak menyenangkan;

3. Jaminan pertumbuhan dan kemandirian penduduk secara individual;

4. Penyelenggaraan pembagian tugas dari berbagai peristiwa yang baik dalam masyarakat;

5. Kanalisasi perubahan sosial.

E. Undang - Undang Praktek Keperawatan

1. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

a. Bab I ketentuan Umum, pasal 1 ayat 3

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

b. Pasal 1 ayat 4

Sarana kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk menyelenggarakan

upaya kesehatan.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:1239/MENKES/SK/XI/2001
tentang Registrasi dan Praktek Perawat (sebagai revisi dari SK No.647/MENKES/SK/
IV/2000)

a. Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 :

Dalam ketentuan menteri ini yang dimaksud dengan : Perawat adalah orang yang

telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Surat ijin perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis pemberian

kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh Indonesia.

Surat ijin kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk

menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah Indonesia.

b. Bab III perizinan

Pasal 8, ayat 1, 2, & 3 :

Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan

kesehatan, praktek perorangan atau kelompok. perawat yang melaksanakan praktek

keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan harus memiliki SIK.Perawat yang

melakukan praktek perorangan/berkelompok harus memiliki SIPP .

Pasal 9, ayat 1

SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh dengan mengajukan

permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

Pasal 10

SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.


Pasal 12

SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh dengan mengajukan

permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan

ahli madya keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengan kompetensi yang

lebih tinggi.

Surat ijin praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti

tertulis yang diberikan perawat untuk menjalankan praktek perawat.

Pasal 13

Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan melalui penilaian

kemampuan keilmuan dan keterampilan bidang keperawatan, kepatuhan terhadap kode

etik profesi serta kesanggupan melakukan praktek keperawatan.

Pasal 15

Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang untuk :

Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosa

keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi

keperawatan.

Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i) meliputi: intervensi

keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan harus sesuai dengan standar asuhan

keperawatan yang ditetapkan organisasi profesi.

Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakuakn berdasarkan permintan tertulis dari

dokter.
Pengecualian pasal 15 adalah pasal 20 :

Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan, perawat

berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 15.Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud

dalam ayat 1 ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

Pasal 21

Perawat yang menjalankan praktek perorangan harus mencantum SIPP di ruang

prakteknya. Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak diperbolehkan

memasang papan praktek.

Pasal 31

Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :

Menjalankan praktek selain ketentuan yang tercantum dalam izin tersebut.

Melakukan perbuatan bertentangan dengan standar profesi.


Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan

tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, dikecualikan dari larangan

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir a.

F. Hukum Keperawatan di Masa Mendatang

Hermien Hadiati Koeswadji mencatat bahwa dari apa yang telah digariskan dalam peraturan

perundang-undangan yang ada perlu terus ditingkatkan untuk :

1. Membudayakan perilaku hidup sehat dan penggunaan pelayanan kesehatan secara wajar

untuk seluruh masyarakat;

2. Mengutamakan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit;


3. Mendorong kemandirian masyarakat dalam memilih dan membiayai pelayanan kesehatan

yang diperlukan;

4. Memberikan jaminan kepada setiap penduduk untuk mendapatkan pemeliharaan

kesehatan;

5. Mengendalikan biaya kesehatan;

6. Memelihara adanya hubungan yang baik antara masyarakat dengan penyedia pelayanan

kesehatan;

7. Meningkatkan kerjasama antara upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dan

masyarakat melalui suatu bentuk pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat yang secara

efisien, efektif dan bermutu serta terjangkau oleh masyarakat.

Untuk itu dukungan hukum tetap dan terus diperlukan melalui berbagai kegiatan untuk

menciptakan perangkat hukum baru, memperkuat terhadap tatanan hukum yang telah ada dan

memperjelas lingkup terhadap tatanan hukum yang telah ada.

Beberapa hal yang perlu dicatat disini adalah yang berkaitan dengan:

1. Eksistensi Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional yang telah ada harus diperkuat dan

harus merupakan organisasi yang independen sehingga dapat memberikan pertimbangan

lebih akurat;

2. Perlu dibangun keberadaan Konsil untuk tenaga keperawatan dimana lembaga tersebut

merupakan lembaga yang berwenang untuk melakukan pengaturan berbagai standar

yang harus dipenuhi oleh tenaga keperawatn dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.

3. Perlu dibangun lembaga registrasi tenaga kesehatan dalam upaya untuk menilai

kemampuan profesional yang dimiliki tenaga keperawatan untuk menyelenggarakan

upaya kesehatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Praktik keperawatan harus di lakukan secara benar dan tetap mengikuti perturan perundang

undangan yang sudah di tetapkan. Praktik keperawatan harus dilakukan dengan cara professional

mengingat bahwa perawat merupakan suatu profesi sangat erat hubungannya dengan kehidupan

manusia untuk itu di dalam melakukan praktik keperawatan wajib memiliki SIP, SIK dan SIPP

sesuai dengan ketentuan hukum keperawatan.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan olehnya itu saran dan

kritik yang bersifat membangun sangat saya butuhkan demi kelengkapan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://jombangan.com/tautan/makalah-etika-hukum-profesi-keperawatan

http://requestartikel.com/db/pengertian+etika+hukum+keperawatan

http://www.infokeperawatan.com/category/etika-hukum-keperawatan

http://www.scribd.com/doc/44035985/ETIKA-HUKUM-KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai