Anda di halaman 1dari 7

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah salah satu objek yang menarik perhatian, hal ini dikarenakan lebih
dari 70% permukaan bumi tertutup air. Dengan demikian air merupakan salah satu sumber
daya alam yang sangat vital dan mampu mendukung kehidupan. Semua makhluk hidup
memerlukan air.
Pertumbuhan penduduk dan kenaikan tingkat ekonomi mengakibatkan masalah
pencemaran semakin meningkat termasuk pencemaran air. Hhal ini terjadi apabila dalam
lingkungan air tersebut masuk atau dimasukinya makhluk hidup, zat, energy dan atau
komponen lain atau proses alam sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang
mengakibatkan perairan tidak berfungsi sesuai semestinya.
Salah satu usaha yang sedang digalakkan pemerintah adalah dengan meningkatkan sekotr
industry baik yang berupa industry berat maupun ringan. Industry berat yang dimaksud adalah
industry yang memanfaatkan sumber daya alam dan energy yang digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan pokok rakyat banyak. Sedangkan industry ringan yang dimaksud adalah industry
dengan modal kecil dan tenaga yang sedikit dan menggunakan alat dengan teknologi
sedarhana.
Salah satu sektor industry yang ada di kota Jember adalah industry batik yang terletak di
Jl. Mawar No. 75. Tumbuhnya industry batik ini akan membawa permasalahan baru di
lingkungan sekitarnya, kerena limbah batik dapat mencemari air sungai. Oleh karena itu perlu
dipikirkan efek samping dari limbah yang dihasilkan sebelum industry batik tersebut mulai
beroperasi, misalnya perlu tidaknya disediakan bangunan pengelolaan air limbah serta teknik
yang digunakan dalam pengolahan. Perkembangan industry batik ini bisa membawa dampak
bagi kehidupan manusia dampak positif misalnya menambah tingkat ekonomi dan membuka
lapangankerja. Hal ini memang diterapkan oleh manusia dalam rangka meningkatkan kualitas
dan ketentraman hidup. Dampak negatifnya limbah batik dapat mencemari air sungai yang
dapat menurunkan kualitas air, sehingga harus dapat diatasi dengan baik.
Dalam proses prosuksinya, industry batik banyak menggunakan bahan-bahan kimia dan
air. Bahan kimia ini biasanya digunakan pada proses pewarnaan atau pencelupan. Pada
umumnya polutan yang terkandung dalam limbah insustri batik dapat berupa padatan
tersuspensi, atau zat organic.

1.2 Rumusan Masalah


1. Dampak apa yang disebabkan oleh limbah batik tersebut ?
2. Solusi apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir pencemaran limbah batik di Kota Jember
?
BAB 2. PEMBAHASAN

Indonesia merupakan negara yang sedang menggalakkan pembangunan di segala sektor,


salah satunya di sektor industri. Pembangunan di sektor industri memberikan dampak beragam.
Dampak tersebut dapat ditimbulkan oleh adanya limbah industri dan tingkat aktivitas manusia
yang semakin meningkat. Adanya limbah buangan ini akan mempengaruhi kondisi lingkungan
alam dimana limbah itu terakumulasi.
Perairan adalah tempat akhir dari semua pembuangan limbah, baik limbah yang berasal
dari rumah tangga maupun dari industri dan beberapa logam berat dalam konsentrasi yang
tinggi.
Limbah adalah konsekuensi logis dari setiap pendirian suatu industry (pabrik) walaupun
tidak semua industri menghasilkan limbah. Bila limbah yang mengandung senyawa kimia
tertentu dengan berbagai bahan berbahaya dan beracun tertentu dilepas ke lingkungan maka
hal tu akan mengakibatkan pencemaran, baik di sungai, tanah maupun udara.
Kota Jember merupakan salah satu kota pengrajin batik yang ada di Indonesia yang
bertempat di Jl. Mawar No. 75 Kreongan Jember. Industry ini tergolong industry kecil karana
produksi yang didapatkan masih sedikit hanya tergantung dari permintaan masyarakat begitu
pulla limbah yang dihasilkan juga sedikit. Tetapi limbah yang dihasilkan tergolong limbah
yang berbahaya, kegiatan tersebut menghasilkan limbah cair berasal dari obat pemutih dan obat
pewarna batik yang dapat meyebabkan pencemaran apabila langsung dibuang ke sungai tanpa
adanya pengolahan pada limbah tersebut.
Dalam pembuatan batik bahan utama yang digunakan antara lain adalah kain jadi
(polosan) hasil tenunan dari pabrik lain serta bahan pewarna. Zat pewarna yang digunakan
dalam pewarnaan batik antara lain : Fr (Foron Rubin RGDFL) warna violet, IMP (Imperor Rea
KG3R), CIB ( Cibacron Red) dan lain-lain. Bahan bahan senyawa zat yang digunakan
tersebut merupakan penyebab utama terhadap tingginya pencemran badan-badan perairan yang
digunakan sebagai tempat pembuangan limbah cair.
Limbah batik yang dihasilkan mengandung logam berat Cd dan Pb. Logam berat ini
dapat terakumulasi dalam tubuh melalui rantai makanan yang dikhawatirkan berbahaya bila
dikonsumsi oleh makhluk hidup yang memanfaatkan air sungai apabila air tersebut telah
terscemar oleh pembuangan limbah batik.
Zat yang banyak digunakan untuk proses pewarnaan batik pada umumnya adalah Nitro,
Nitroso dan ozo. Kelompok Nitro, Nitroso dan ozo penyusunnya adalah nitrogen. Nitrogen
dapat ditemukan hampir di setiap badan air dan bermacam-macam bentuk tergantung dari
tingkat oksidasinya. Senyawa organik hasil dari proses industri batik dapat bersifat racun
sehingga membahayakan kehidupan di air. Senyawa tersebut berasal dari zat pewarna dan zat-
zat pembantu pembuatan batik. Zat-zat pewarna yang digunakan antara lain nitro, nitroso, ozo,
karbonil dan karbon-nitrogen. Zat-zat pembantu dalam proses penyelesaian batik antara lain,
natrium hidroksida (soda kaustik), natrium karbonat (soda abu), kapur, tawas, minyak kacang,
asam sulfat. Dalam penelitian Murtinah dkk (1993) menyatakan bahwa proses pembuatan batik
yang dilaksanakan oleh para pengusaha kecil batik pada umumnya adalah sebagai berikut :
Proses pembuatan batik dimulai dengan pemotongan kain. Kain yang digunakan untuk
membuat batik adalah kain jadi atau polosan yang merupakan hasil tenunan atau hasil produksi.
Kain polos tersebut dipotong sesuai dengan keinginan. Pembuatan motif atau pengecatan di
atas kain dengan cara menggambar dan mengecap dengan berbagai macam motif yang ada di
cetakan. Pewarnaan batik ada dua yaitu zat warna procion M dengan cara dingin sedangkan
cara panas mengguakan zat warna remasol. Penghilangan lilin atau plorotan dengan cara lilin
dihilangkan dari kain batik supaya motif pada kain tersebut dapat terlihat dengan jelas.
Penjemuran atau pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari langsung, selain itu dengan
cara penguapan menggunakan mesin. Penjahitan dilakukan setelah kain batik jadi dan
disesuaikan dengan jenis produksi yang dihasilkan.
Prosesproses pengolahan batik seperti pada skema gambar (1) di atas membawa
pengaruh pencemaran yaitu menjadi sumber pencemaran air, khususnya air sungai karena
limbah dari proses pembuatan batik tersebut biasanya langsung dialirkan ke sungai tanpa
pengolahan limbah terlebih dahulu.
Pada home industry yang ada di kota Jember ini pengolahan limbah yang dilakukan
sangatlah sederhana karena alat yang digunakan masih sangat sederhana. Yang mana air limbah
yang dihasilkan dari pewarnaan dan pembilasan kain batik tersebut dilakukan dengan cara
pemberian tawas pada air limbah yang kemudian didiamkan selama 24 jam, kemudian setelah
air limbah cair hasil proses pewarnaan limbah dan pembilasan limbah tersebut jernih maka siap
untuk dibuang ke sungai sekitarnya.
Selain itu dapat digunakannya sebuah alat membuat pengolah limbah batik dengan
metode elektrolisis. Alat ini hanya terdiri atas rangkaian anoda dan katoda platinum (Pt).
Rangkaian ini dijalankan dengan sumber arus dari power supply DC berkekuatan maksimum
10 volt. Alat ini kemudian dimasukkan dalam penampungan limbah batik yang masih berwarna
pekat. Untuk mempercepat kerja, diperlukan pengaduk dalam penampung elektrolisis dan
garam dapur.
Dengan cara itu, terjadi reaksi oksidasi, sehingga cincin benzana terputus menjadi CO2
(karbondioksida) dan H2O (air). Sesuai sifatnya, CO2 kemudian menguap. Dengan
terputusnya cincin benzana yang merupakan senyawa paling stabil, maka limbah tidak lagi
berbahaya.
Berdasarkan analisa limbah batik yang berwarna hitam atau biru pekat, setelah proses
elektrolisis, akan berubah menjadi merah jernih. Hasil analisis komponen limbah kemudian
disesuaikan dengan baku mutu limbah cair berdasarkan PP Nomor 20/1990. Limbah hasil
elektrolisis ini menghasilkan larutan yang aman digunakan untuk berbagai keperluan rumah
tangga, pertanian, industri, bahkan untuk air minum.
Selain itu, dapat dilakukan juga melakukan upaya pengolahan dengan metode
fitoremediasi. Caranya dengan membuang limbah batik ke laut, namun di sekitar tempat
pembuangan ditanami bakau sebagai penyerap.
BAB 4. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Batik sekarang menjadi tren setelah UNESCO resmi mengakui batik sebagai warisan
budaya dunia pada 2009, tak lagi dianggap kuno. Jember menjadi salah satu kota pengrajin
batik. Batik yang dihasilkan masih tergolong kecil karena hanya menggunakan peralatan yang
sederhana.
Walaupun begitu pencemaran yang dihasilkan tetap berbahaya bagi masyarakat sekitar
Jember. Karena bisa menyebabkan penyakit yang berbahaya seperti kanker dan gangguan
pencernaan.
Pengolahan limbah yang dilakukan pada home industry ini dengan cara pemberian tawas
pada air bekas pewarnaan dan pembilasn kain batik.
DAFTAR PUSTAKA

Betty Sri, LJ, Winiati Pudji R., (1993), Penanganan Limbah Industri Pangan, PAU Pangan dan Gizi
IPB, Bogor.

Gintings, Perdana., (1992), Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.

Sugiharto, (1987), Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia (Ul Press), Jakarta.

Sumarno, Ir. MS, Indro Sumantri, Ir.Meng., (1999), Pengolahan Limbah CairIndustri Kecil Batik
dengan Bak Anaerobik Bersekat. Semarang : Seminar Nasional Rekayasa Kimia Dan Proses
1999

Widodo. 2004, Batik Seni Tradisiona. PT. Penebar Swadaya : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai