Anda di halaman 1dari 87

STIKES NGUDI WALUYO

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN IBU BERSALIN

DENGAN LAMA PERSALINAN KALA II

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BERGAS

KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG

Oleh
ULIYA HULUL AZMI
NIM. 030112b080

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2014
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran
Program Studi D IV Kebidanan
Skripsi, Februari 2014
Uliya Hulul Azmi

Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin Dengan Lama


Persalinan Kala II di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Tahun 2014

ABSTRAK

Kecemasan dalam menghadapi persalinan merupakan salah satu faktor


yang sangat mempengaruhi lancar tidaknya proses persalinan. Kecemasan
merupakan suatu keadaan pada ibu bersalin yang mengalami perasaan sulit
(ketakutan) dan pengaktifan saraf otonom dalam responnya terhadap
ketidakjelasan serta ancaman yang tidak spesifik yang dapat mengakibatkan
ketegangan pada otot-otot jalan lahir sehingga persalinan menjadi lama/ kala II
memanjang.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat
kecemasan ibu bersalin dengan lama persalinan kala II di Wilayah Kerja
Puskesmas Bergas. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif
dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
bersalin dengan perkiraan besar populasi yaitu 28 ibu bersalin dan jumlah sampel
yaitu 28 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental
sampling berdasarkan quota jumlah yang dilakukan sampai jumlah responden
terpenuhi sesuai dengan kriteria peneliti. Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner dan lembar observasi yang mengacu pada skala TMAS.
Hasil penelitian pada tanggal 18 Januari-8 Februari 2014 didapatkan
sebagian besar ibu bersalin mengalami kecemasan sedang yaitu 71,4% dan 57,1%
responden mengalami kala II cepat. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value
(0,004) < (0,05), berarti Ho ditolak artinya ada hubungan antara tingkat
kecemasan ibu bersalin dengan lama persalinan kala II.
Kesimpulan dari peneliti ini adalah ada hubungan antara tingkat
kecemasan ibu dengan lama persalinan kala II. Di mana bidan sebagai tenaga
pelaksana harus bisa memberikan pengertian tentang perubahan psikologis yang
wajar terjadi pada ibu bersalin saat proses persalinan.

Kata kunci: Tingkat Kecemasan, Lama Kala II


Ngudi Waluyo School of Health Ungaran
Diploma IV Midwifery of Study Program
Final Assignment, February 2014
Uliya Hulul Azmi

The Correlation between Delivery Mother Anxiety Levels and Length of


Second Stage of Labor at Bergas Health Center Working Area 2014

(xvi + 66 Pages + 6 Tables + 5 Images + 12 Appendices)

ABSTRACT

Anxiety in labor is one of the factors that influence wether or not smooth
the process of delivery mother. Anxiety is a condition in which maternal
experience difficult feelings (afraid) and activation of the autonomic nerves in
respon to obscurity and specific threats which can lead to tension in the muscles
of the birth canal so that labor becomes longer or the second stage of labor have
much more time.
The purpose of this study is to find the correlation between delivery
mother anxiety levels and the length of second stage of labor at Bergas Health
Center Working Area. This study used descriptive corelation method with cross-
sectional approach. The populations in this study is the women who gave birth
with samples as many as 28 respondents. The data sampling used accidental
sampling based quota of amount which done until the number of respondents met
criteria according to the researcher. The data instrument used questionnaire and
observation sheets that refers to the TMAS scale.
The results of this study that conducted on 18th January - 8th Februari
2014 indicated majority of respondents that there are 71,4% of respondent
experience severe level of anxiety and as many as 57,1% respondents the length
of second stage of labor is faster. The chi square test results obtained p value
(0,004) < (0,05) which Ho is rejected, that means there is a correlation between
the maternal anxiety levels and the length of second stage of labor.
It is concluded that there is a correlation between maternal anxiety levels
and the length of second stage of labor. The labor assistant should be able to
provide an understanding of the physiological changes that occur in natural of
delivery mother.

Keywords : Anxiety level, Length of second stage


LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan siap dipertahankan di hadapan tim

penguji skripsi Program Studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.

Ungaran, 19 Februari 2014

Pembimbing I Pembimbing II

(Yuliaji Siswanto, SKM.,M.Kes (Epid) ) (Dwi Novitasari, S.Kep.,Ners.,M.Sc)

LEMBAR PENGESAHAN
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN

STIKES NGUDI WALUYO

Ungaran, 20 Februari 2014

Penguji I

(Farida Aini, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB )

Penguji II

(Yuliaji Siswanto,SKM.,M.Kes (Epid))

Penguji III

(Dwi Novitasari, S.Kep.,Ners.,M.Sc)


MOTTO

Kehidupan tidaklah ditentukan oleh apa yang kita alami dalam hidup

melainkan lebih ditentukan oleh sikap kita dalam kehidupan ini.

(Penulis)

Allah tidak akan merubah nasib umatNya, kecuali umatNya berusaha

merubahnya

( Surat An Anfaal: 53 )
PERSEMBAHAN

Aku Persembahkan skripsi ini untuk semua orang yang mencintaiku, yang

menyayangiku, dan terus menyemangatiku di setiap langkahku...

Keluargaku tercinta, Bapak & Ibu yang selalu mendoakan setiap perjalanan kehidupanku

serta selalu memberiku motivasi..

Kakakku tersayang yang selalu mensupportku serta keponaanku tersayang yang selalu

membangkitkan semangatku

Untuk almarhummah nenekku, cinta dan sayang selalu untukmu dan teriring doa

semoga enggkau bahagia di Surga..

Teman-teman DIV Kebidanan Angk. Th 2013-2014, teman-teman seperjuangan yang tak

bisa ku sebut satu persatu,

Berjuang dalam suka duka, saling bahu membahu, saling menyemangati dan tidak

terlupakan indahnya kebersamaan.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Uliya Hulul Azmi

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Narmada, 18 November 1990

Alamat :Merce Timur ,Desa Selat, Kecamatan Narmada, Lombok

Barat NTB (83371)

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan :

1. SDN 2 Batu Kumbung, Lulus tahun 2003

2. SMPN 2 Lingsar, Lulus Tahun 2006

3. SMAN 1 Narmada, Lulus Tahun 2009

4. D3 Kebidanan FIK UNW Mataram, Lulus Tahun 2012

5. Mahasiswa Prodi D4 Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo

Ungaran Tahun 2013 sampai sekarang


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis mengucapka puji syukur kehadirat allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi dengan judul Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu

Bersalin Dengan Lama Persalinan Kala II Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas

Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2014.

Penulis menyadari tersusunnya skripsi ini karena adanya bantuan,

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan penulis

menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang

terhormat :

1. Bapak Asaat Pitoyo, S.Kp.M. Kes selaku Ketua STIKES Ngudi Waluyo

2. dr. H. Adil Zulkarnain, Sp.OG (K) selaku ketua program studi DIV

Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo

3. Yuliaji Siswanto, S.KM., M.Kes (Epid) selaku pembimbing I yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan

mengarahkan peneliti untuk menyelesaikan skripsi penelitian ini

4. Dwi Novitasari, S.Kep., Ners., M.Sc selaku pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan

mengarahkan peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini

5. Seluruh dosen bidang studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo yang

senantiasa membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan.


6. Semua bidan-bidan desa di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas yang tidak

bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini

7. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan, memberi

dorongan, semangat, perhatian serta membantu peneliti baik secara moril,

spirituil dan materiil. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

8. Teman-teman seperjuangan Prodi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo.

Terimakasih atas dukungan baik dalam susah, senang dan sedih, serta semua

pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan

yang akan datang. Semoga proposal ini bermanfaat bagi kita semua, akhir kata

penulis mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat hal-hal yang

kurang berkenan.

Ungaran, 2014

Penulis

(Uliya Hulul Azmi)


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9

A. Konsep Kecemasan.................................................................... 9

B. Konsep Persalinan ..................................................................... 23

BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN ......................................... 33

A. Kerangka Teori .......................................................................... 33

B. Kerangka Konsep ...................................................................... 34

C. Variabel Penelitian .................................................................... 34


D. Hipotesis Penelitian ................................................................... 35

E. Definisi Operasional .................................................................. 36

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................. 37

A. Desain Penelitian ....................................................................... 37

B. Populasi dan Sampel.................................................................. 37

1. Populasi ............................................................................... 37

2. Sampel ................................................................................. 38

C. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 39

D. Pengumpulan Data ..................................................................... 40

E. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................... 42

F. Etika Penelitian .......................................................................... 44

G. Pengolahan Data ........................................................................ 45

H. Analisis Data ............................................................................. 46

1. Analisis Univariat ................................................................ 46

2. Analisis Bivariat .................................................................. 47

I. Jadwal Penelitian ....................................................................... 48

BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................... 49

A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Bergas .............. 49

B. Analisis Univariat ..................................................................... 50

C. Analisis Bivariat ....................................................................... 53

BAB VI PEMBAHASAN............................................................................. 56

A. Analisis Univariat ..................................................................... 56


B. Analisis Bivariat ....................................................................... 61

C. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 64

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 65

A. Kesimpulan ................................................................................ 66

B. Saran .......................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Kisi-Kisi Instrumen ................................................................. 42

Tabel 5.1 : Tabel Distribusi Frekuensi kecemasan Ibu bersalin ................. 50

Tabel 5.2 : Tabel Distribusi Frekuensi Kecemasan Ibu Primipara ............. 50

Tabel 5.3 : Tabel Distribusi Frekuensi Kecemasan Ibu Primipara ............. 51

Tabel 5.4 : Tabel Distribusi Frekuensi Lama Persalinan Kala II ................ 51

Tabel 5.5 : Tabel Distribusi Frekuensi Lama Persalinan Primipara ........... 52

Tabel 5.6 : Tabel Distribusi Frekuensi Lama Persalinan Multipara ........... 52

Tabel 5.7 : Tabel Tabulasi Silang (Paritas Tergabung) .............................. 53

Tabel 5.8 : Tabel Tabulasi Silang Ibu Primipara ........................................ 54

Tabel 5.9 : Tabel Tabulasi Silang Ibu Multipara ........................................ 55


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. : Rentan Respon Kecemasan ...................................................... 19

Gambar 2.2. : Dampak Kecemasan/Ketakutan Selama Persalinan ................ 22

Gambar 3.1. : Kerangka Teori ......................................................................... 34


Gambar 3.2. : Kerangka Konsep...................................................................... 35
Gambar 3.3 : Definisi Operasional ................................................................. 37
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsul

Lampiran 2 : Jadwal Penelitian

Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian Akademik

Lampiran 4 : Surat Ijin Penelitian KESBANGPOL

Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kab. Semarang

Lampiran 6 : Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 7 : Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 8 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 9 : Lembar Observasi Persalinan

Lampiran 10 : Tabel Tabulasi Data Penelitian

Lampiran 11 : Hasil Olah Data SPSS

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator pelayanan

obstetrik dan ginekologi dan merupakan indikator keberhasilan sistem

pelayanan kesehatan suatu negara. Sekitar 800 wanita meninggal setiap

harinya dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan dan

persalinan. Hampir seluruh kematian maternal terjadi di negara

berkembang dengan tingkat mortalitas yang lebih tinggi di area pedesaan

dan komunitas miskin dan berpendidikan rendah (WHO, 2012).

Meningkatkan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan

Millenium Development Goals (MDGs) yang diadopsi pada tahun 2000.

Negara-negara yang tergabung dalam MDGs berkomitmen untuk

mengurangi angka kematian ibu sampai tiga perempat dalam kurun waktu

1990 dan 2015, yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Sejak tahun 1990, kematian ibu di seluruh dunia telah turun 47%. Antara

tahun 1990 dan 2010, rasio kematian ibu sedunia menurun hanya 3,1% per

tahun, meskipun di Asia dan Afrika Utara telah membuat kemajuan yang

besar. Ini jauh dari penurunan tahunan 5,5% yang dibutuhkan untuk

mencapai MDGs (WHO, 2012).

Tingginya AKI yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan

ini bukan saja dipengaruhi oleh faktor kesehatan tetapi juga oleh faktor-

faktor diluar kesehatan. Penyebab kematian ibu digolongkan menjadi 2

yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab

langsung dari kematian ibu adalah perdarahan sebesar 37%,


preeklamsia/eklamsia sebesar 28%, KPD lebih dari 6 jam sebesar 14%,

partus lama sebesar 12%, Demam sebesar 7%, komplikasi kejang sebesar

2%. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu yaitu karena

kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial, ekonomi, dan budaya

(Dinkes, 2009).

Angka Kematian Ibu di Jawa Tengah pada tahun 2011 terdapat 668

kasus kematian pada ibu melahirkan dan 81% diantaranya meninggal saat

ditangani di Rumah Sakit (Zaenal, 2012). Jumlah AKI di Kabupaten

Semarang tahun 2012 mencapai 78,01/100.000 Kelahiran Hidup.

Penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan (30%),

preeklamsia/eklamsia (25%), infeksi (18%), partus lama sebanyak (12%) ,

abortus (9%) , lain-lain (6%) (DinKes Kab. Semarang, 2012).

Salah satu penyebab tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) adalah

partus lama atau persalinan lama yang disebabkan diantaranya karena

proses persalinan kala II yang memanjang (Prawirohardjo, 2008). Kala II

(kala pengeluaran) dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai lahir

bayi. Tanda dan gejala kala II persalinan adalah ibu merasa ingin

mengedan bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan ada

peningkatan tekanan rectum/vagina, perenium menonjol, vulva-vagina dan

spingter ani membuka, dan meningkatnya pengeluaran lendir darah.

Sedangkan tanda pasti persalinan kala II adalah pembukaan servik telah

lengkap dan kepala bayi sudah terlihat di introitus vagina dengan diameter

5-6 cm (Hidayat & Sujiyatini, 2010).


Lama proses persalinan normal untuk kala II pada primigravida

berlangsung 1,5 jam dan pada multigravida berlangsung 0,5 jam

(Wiknjosastro, 2008). Keadaan kala II lama dapat mengakibatkan fungsi

plasenta menurun yang turut mempengaruhi asupan oksigen. Resiko yang

dapat terjadi adalah bayi mengalami hipoksia (kekurangan oksigen dalam

tubuh) dan jika dibiarkan dapat menyebabkan gawat janin dan mengalami

asfiksia saat lahir. Kondisi hipoksia membuat tubuh bayi harus

menyelamatkan organ vital, otak, dan mengorbankan organ lainnya,

misalnya ginjal (Manuaba, 2009).

Proses persalinan kala II pada primipara akan berlangsung lebih

lama dibandingkan pada multipara, hal ini disebabkan karena ibu

primipara belum memiliki pengalaman melahirkan sehingga otot-otot jalan

lahir masih kaku dan belum dapat mengejan dengan baik sedangkan pada

multipara sudah memiliki pengalaman bersalin sehingga otot-otot jalan

lahir lebih fleksibel (Llewellyn, 2005).

Beberapa faktor yang mempengaruhi lama persalinan antara lain,

faktor power (kekuatan mengedan ibu), passage (jalan lahir), passanger

(bayi), psyche (kejiwaan ibu) dan provider (penolong). Faktor power

meliputi kekuatan ibu mengedan selama proses persalinan dan HIS

Persalinan, faktor passage meliputi jenis panggul, ukuran panggul,

Chepalo Pelvic Disproporsional (CPD), kelainan jalan lahir lunak, perut

gantung. Faktor passanger meliputi janin besar, berat badan janin,

kelainan letak, presentasi atau posisi janin. Faktor psikis meliputi


kecemasan, kelelahan, kehabisan tenaga, dan kekhawatiran. Faktor

provider meliputi analgesi epidural, posisi meneran (Jhonson & Taylor,

2005).

Faktor psikis atau psikologi dalam menghadapi persalinan

merupakan faktor yang sangat mempengaruhi lancar tidaknya proses

kelahiran. Apabila faktor psikis ini terganggu, maka dapat berpengaruh

terhadap faktor-faktor yang lain. Dampak dari faktor psikis ini dapat

dilihat dengan melemahnya his persalinan atau melemahnya kekuatan

mengedan ibu (power), sehingga dapat menghambat kemajuan persalinan

dan dapat menyebabkan terjadinya persalinan lama (Danuatmaja &

Meiliasari, 2004).

Faktor psikis atau psikologi dalam persalinan antara lain

kecemasan pada ibu yang melahirkan. Kecemasan adalah respon terhadap

suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui dan bersifat konfliktual.

Kecemasan pada ibu bersalin adalah suatu keadaan pada ibu bersalin yang

mengalami perasaan sulit (ketakutan) dan pengaktifan saraf otonom dalam

responnya terhadap ketidakjelasan, ancaman yang tidak spesifik.

Kecemasan timbul oleh tidak spesifiknya penyelesaian konsep diri

seseorang terhadap kesehatannya, nilai-nilai, pemenuhan kebutuhan,

pencapaian tujuan, hubungan interpersonal, dan rasa nyaman (Kartono,

2003).

Kecemasan pada ibu bersalin apabila tidak ditangani secara serius

akan membawa dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada
ibu dan janin. Ibu yang mengalami kecemasan atau stress, akan

mempengaruhi hipotalamus untuk merangsang kelenjar endokrin yang

mengatur kelenjar hipofise (Suliswati, 2005). Reaksi ini menyebabkan

peningkatan produksi hormon adrenalin yang mempengaruhi sebagian

besar organ tubuh, seperti jantung berdebar, denyut nadi dan nafas yang

cepat, keringat berlebihan (Hawari, 2006). Selain itu, juga akan

mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi yang menyebabkan gangguan

darah ke rahim, sehingga oksigen yang diterima janin akan berkurang atau

terganggu. Kejadian tersebut menyebabakan ketegangan pada otot-otot

jalan lahir sehingga persalinan menjadi lama/ kala II memanjang, selain itu

janin dapat mengalami kegawatan (fetal-distress) (Hawari, 2006).

Gangguan akibat kecemasan yang dialami ibu akan meningkat

menjadi kegawatdaruratan baik pada ibu sendiri maupun pada janin dalam

proses persalinannya, yang dapat menyebabkan lepasnya hormon stress

antara lain Adreno Cortico Tropin Hormon (ACTH), kortisol,

katekolamin, -Endorphin, Growth Hormon (GH), prolaktin dan

Lutenizing Hormon (LH) / Folicle Stimuating Hormon (FSH). Lepasnya

hormon-hormon stress tersebut mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi

sistemik, termasuk diantaranya konstriksi vasa utero plasenta yang

menyebabkan gangguan aliran darah ke rahim, sehingga penyampaian

oksigen ke dalam miometrium terganggu dan mengakibatkan lemahnya

kontraksi otot rahim. Selain itu, meningkatnya plasma kortisol, berakibat

menurunnya respon imun ibu dan janin. Kondisi tersebut bisa mengarah
pada kematian ibu dan janin. Jika kondisi ini dibiarkan maka angka

mortalitas dan morbiditas pada ibu bersalin akan semakin meningkat

(Suliswati, 2005).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Munir (2010) di BPS

Kabupaten Tuban pada bulan MeiJuni 2011 dari 30 responden, 14

responden mengalami tingkat kecemasan sedang dan dari 30 responden

tersebut, 26 responden diantaranya mengalami lama persalinan kala II

cepat, sehingga terdapat hubungan antara tingkat kecemasan ibu

primigravida dengan lama persalinan kala II di BPS Kabupaten Tuban.

Kecemasan pada ibu bersalin dapat menyebabkan rasa nyeri yang

hebat dan juga dapat menyebabkan turunnya kontraksi uterus sehingga

persalinan akan bertambah lama (Danuatmaja dan Meiliasari, 2004). Ibu

yang belum pernah melahirkan akan mengalami kecemasan pada saat

melahirkan dimana pengalaman tersebut merupakan pengalaman yang

tidak menyenangkan dalam hidupnya (Ardyanti, 2012).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti

pada bulan September di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan

Bergas Kabupaten Semarang didapatkan dari data Program KIA di UPTD

jumlah ibu bersalin pada bulan September yaitu 70 orang. Hasil observasi

yang didapatkan dari 10 orang responden yaitu ibu bersalin didapatkan

bahwa 4 orang ibu bersalin yang terdiri dari 1 orang primipara dan 3 orang

multipara mengalami kecemasan ringan dan mengalami kala II lama

(persalinan berlangsung >90 menit untuk primipara dan >30 menit untuk
multipara), 3 orang ibu bersalin multipara mengalami kecemasan sedang

dan mengalami kala II cepat (persalinan berlangsung < 30 menit), dan 3

orang ibu bersalin yang terdiri dari 2 orang primipara dan 1 orang

multipara mengalami kecemasan berat dan mengalami kala II cepat.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin

Dengan Lama Persalinan Kala II di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas

Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2013.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan data dari latar belakang diatas maka peneliti

merumuskan masalah penelitian Adakah hubungan tingkat kecemasan ibu

bersalin dengan lama persalinan kala II di Wilayah Kerja Puskesmas

Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2013?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat kecemasan ibu bersalin dengan

lama persalinan kala II di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas

Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan tingkat kecemasan ibu bersalin di Wilayah Kerja

Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.

b. Mengetahui gambaran lama persalinan kala II di Wilayah Kerja

Puskesmas Bergas Kecamatan bergas Kabupaten Semarang.


c. Mengetahui hubungan tingkat kecemasan ibu bersalin dengan

lama persalinan kala II di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas

Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Memberikan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian

sederhana secara ilmiah dalam rangka mengembangkan diri dalam

melaksanakan fungsi bidan sebagai peneliti.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi peneliti sendiri tentang hubungan tingkat

kecemasan ibu bersalin dengan lama persalinan kala II.

2. Bagi Bidan

Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan, dalam

memberikan asuhan kepada ibu bersalin khususnya pada proses

persalinan kala II sehingga diharapkan dapat memperkecil terjadinya

kasus-kasus obstetrik dan mempercepat proses pengeluaran bayi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Membuka informasi serta sebagai tambahan referensi di

perpustakaan Ngudi Waluyo

4. Bagi Masyarakat

Dapat mengetahui dan menambah wawasan khususnya terhadap

ibu bersalin tentang hubungan tingkat kecemasan dengan lama

persalinan kala II.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kecemasan

1. Pengertian
Cemas dalam bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman

angst kemudian menjadi anxiety yang berarti kecemasan,

merupakan suatu kata yang dipergunakan oleh Freud untuk

menggambarkan suatu efek negatif dan keterangsangan. Cemas

mengandung arti pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang

pernah dialami setiap orang dalam rangka memacu individu untuk

mengatasi masalah yang sedang dihadapi sebaik baiknya (Hawari,

2006).

Kecemasan adalah hasil dari proses psikologi dan proses

fisiologi dalam tubuh manusia. Kecemasan akan dirasakan oleh

semua orang, terutama jika ada tekanan jiwa yang amat sangat, yang

biasanya disebabkan oleh dua macam akibat yaitu kepanikan yang

amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara normal atau

menyesuaikan diri pada situasi atau gagal mengetahui lebih dahulu

bahanya dan mengambil tindakan pencegahan yang mencukupi

(Ramaiah, 2003).

Kecemasan menurun jika seseorang mengetahui saat kontraksi

akan terjadi dan berapa lama perasaan tersebut akan berakhir.


9
Lingkungan tidak di kenal, peristiwa yang dapat meningkatkan nyeri

misalnya pemisahan dari keluarga dan orang yang disayangi.

Antisipasi rasa tak nyaman dan pertanyaan tentang apakah dia dapat

menanggulangi kontraksi juga dapat meningkatkan kecemasan

(McKinney, 2004).
2. Faktor Predisposisi Kecemasan

Kecemasan yang dirasakan disebabkan oleh dua kelompok

faktor, yaitu (Az-Zaghul, I. A. 2003) :

a. Kelompok faktor-faktor penyebab yang dikenal atau dirasakan

oleh seseorang, Keadaan yang seperti ini disebut dengan

kecemasan substantif.

b. Kelompok faktor-faktor yang tidak diketahui atau yang tidak

dirasakan, tipe seperti ini terjadi bilamana seseorang merasakan

adanya bahaya yang mengancam sendi-sendi kepribadiannya

akan tetapi ia tidak dapat mengetahui secara pasti sumber bahaya

tersebut. Tipe ini disebut juga dengan kecemasan neurosis, tipe

ini dianggap sangat berbahaya dan perlu penanganan yang serius,

hal ini dikarenakan seseorang yang mengalaminya akan

merasakan nervous yang berat atau kecemasan yang luar biasa

dan merasakan penyakit atau gangguan fisik dan psikis yang

mengakibatkan kepada ketidakmampuannya dalam beradaptasi

dengan dirinya sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dalam persalinan

(Kartono, 2003) yaitu :

a. Takut mati

Takut mati baik atas dirinya maupun bayi yang akan

dilahirkan. Hal ini wajar, sebab dalam persalinan kerap kali disertai
pendarahan dan kesakitan-kesakitan hebat, bahkan risiko terburuk

yang dapat dialami adalah kematian.

b. Trauma kelahiran

Trauma kelahiran merupakan ketakutan akan berpisahnya

bayi dari rahimibunya dan seolah calon ibu menjadi tidak mampu

untuk menjaga keselamatan bayinya, setelah bayinya ada di luar

rahimnya.

c. Perasaan bersalah perasaan bersalah atau berdosa Perasaan ini erat

hubungannya dengan ketakutan akan mati saat individu tersebut

melahirkan bayinya.

d. Ketakutan riil Ketakutan-ketakutan lain yang dirasakan ibu saat

persalinan adalah:

1) Takut apabila bayi yang akan dilahirkan dalam kondisi yang

tidak normal atau cacat.

2) Takut apabila bayi yang dilahirkan akan bernasib buruk akibat

dosa ibu itusendiri di masa lalu.

3) Takut apabila beban hidupnya akan semakin berat akibat

keberadaan bayinya.

4) Muncul elemen ketakutan yang tidak disadari kalau ibu

tersebut berpisah dengan bayinya

5) Takut kehilangan bayinya.

3. Ciri-Ciri Kecemasan
Kecemasan pada umumnya berhubungan dengan adanya situasi

yang mengancam atau membahayakan. Seiring berjalannya waktu,

keadaan cemas tersebut biasanya akan dapat teratasi dengan

sendirinya. Namun ada kecemasan yang berkepanjangan, bahkan

tidak jelas lagi kaitannya dengan suatu faktor penyebab atau pencetus

tertentu. Keadaan cemas yang wajar merupakan respons pada adanya

konflik. Sedangkan cemas yang sakit (anxietas) merupakan respons

terhadap adanya bahaya yang lebih kompleks, tidak jelas sumber

penyebabnya dan lebih banyak melibatkan konflik jiwa yang ada

dalam diri individu (Ramaiah, 2003).

Secara umum Lewis dan Gary (2008) telah menentukan

karakteristik utama kecemasan yang tercermin sebagai berikut :

a. Reaksi emosional yang mencakup rasa panik, kecewa, takut.

b. Reaksi emosional yang mengiringi perasaan tak bahagia.

c. Tidak adanya ancaman yang riil atau yang tertentu atau diketahu

gejalanya, maka jika ini benar-benar terjadi maka secara pasti ia

tidak mengharuskan timbulnya tingkat kekhawatiran dan suatu

tindakan reaksional.

d. Reaksi kejiwaan terhadap masa depan, disebabkan adanya

korelasi antara reaksi kejiwaan dengan keadaan bahaya atau

ancaman yang mungkin terjadi.


e. Kecemasan selalu diiringi dengan gangguan-gangguan fisik

seperi capai, detakan jantung semakin cepat dan dada terasa sesak

dan lain sebagainya.

f. Kecemasan mengakibatkan kepada ketidakstabilan dan

perubahan-perubahan gerak-gerik, biologis dan fisiologis yang

nyata.

4. Aspek Kecemasan

Aspek-aspek kecemasan terbagi menjadi dua bentuk (Suliswati,

2005) yaitu :

a. Fisiologis

Bentuk reaksi fisiologis berupa detak jantung meningkat,

pencernaan tidak teratur, keringat yang berlebihan, ujung-ujung jari

terasa dingin, sering buang air kecil, tidur tidak nyenyak, kepala

pusing, nafsu makan hilang, dan sesak nafas.

b. Psikologis

Pada aspek psikologis, kecemasan dapat dibagi menjadi dua

bentuk:

1) Aspek kognitif

Termasuk dalam aspek ini adalah tidak mampu

memusatkan perhatian.

2) Aspek afektif
Termasuk dalam aspek ini antara lain, takut, merasa akan

ditimpa bahaya, kurang mampu memusatkan perhatian, merasa

tidak berdaya, tidak tentram, kurang percaya diri, ingin lari dari

kenyataan hidup.

Menurut Semium (2006) aspek-aspek kecemasan dibagi

menjadi 3 bentuk, yaitu:

a. Aspek fisik

Termasuk dari tanda-tanda fisik dari kecemasan adalah

getaran tangan, gerakan refleks yang berlebihan, telapak tangan

berkeringat, suara terdengar bergetar saat berbicara.

b. Aspek perilaku

Termasuk dalam aspek ini adalah perilaku menghindar,

tergantung, dan mudah terhasut.

c. Aspek kognitif

Termasuk dalam aspek kognitif adalah khawatir, takut akan

hal di masa mendatang, merasa terancam dengan seseorang atau

suatu kejadian yang tidak penting.

Beberapa ibu merasakan bahwa melahirkan merupakan

pengalaman yang paling traumatik pada kehidupannya. Rasa takut,

nyeri, kecemasan yang disebabkan lingkungan baru maupun

menghadapi orang di sekitarnya yang pada umumnya baru dikenal

dapat memicu pelepasan hormon catecholamine sehingga dapat

mengganggu kemajuan persalinan. Respons psikologis ibu dapat


mempengaruhi kemajuan partus dan kemungkinan melemahkan

kekuatan (Suliswati, 2005).

Rasa takut dan sakit juga menimbulkan stress yang

mengakibatkan pengeluaran adrenalin, hal ini mengakibatkan

penyempitan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah yang

membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi penurunan kontraksi

rahim yang akan menyebabkan memanjangnya waktu persalinan.

Hal ini kurang menguntungkan bagi ibu maupun janin yang berada

dalam rahim ibu. Pelepasan hormon stres menghambat kontraksi

uterus dan mengganggu aliran darah placenta. Menurut

Danuatmaja dan Meiliasari (2004) kecemasan ibu dapat

mempengaruhi lama dan karakteristik persalinan.

5. Gejala Kecemasan

Kecemasan dapat meningkatkan resiko dalam proses persalinan

yang akan berakibat buruk baik pada ibu maupun janinnya. Pada ibu

bersalin yang mengalami kecemasan dapat dilihat dari gejala yang

tampak akibat dari kecemasan. Menurut Conley (2004) bahwa gejala

kecemasan dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Gejala fisik

Berupa gejala darah tinggi, keringat dingin dan becucuran,

debaran jantung berdetak lebih kencang/cepat, sakit kepala, kaki

dan tangan terasa dingin, lambung terasa perih,perut kembung,

obstipasi (susah kebelakang), megap-megap tak dapat bernapas,


dan hidung tersumbat, kejang-kejang pada otot, gangguan pada

sendi (mirip gejala rematik), gemetar, pencernaan menjadi tidak

teratur, kesulian tidur, nafsu makan hilang, lelah, mudah capek.

b. Gejala psikologis

Berupa takut sekali akan menjadi gila dan takut mati, rasa

khawatir, gelisah, kebingungan, sulit memusatkan perhatian,

merasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri, merasa tidak

tentram, sensitif sekali, cepat marah, mudah sedih, kehilangan

motivasi dan minat, perasaan-perasaan yang tidak nyata, tidak bisa

membuat keputusan, sangat sensitif terhadap suara.

6. Tingkat Kecemasan

Klasifikasi tingkat kecemasan dibedakan menjadi empat

(Stuart, 2007), yaitu :

a. Tingkat kecemasan ringan, ditandai dengan :

1) Respon fisologis seperti ketegangan otot ringan.

2) Respon kognitif seperti lapang pandang meluas, memotivasi

untuk belajar, kesadaran yang pasif pada lingkungan.

3) Respon tingkah laku dan emosi seperti suara melemah, otot-

otot wajah relaksasi, maupun melakukan kemampuan /

keterampilan permainan secara otomatis, ada perasaan aman

dan nyaman.

b. Tingkat kecemasan sedang, ditandai dengan :


1) Respon fisiologis seperti peningkatan ketegangan dalam batas

toleransi, perhatian terfokus pada penglihatan dan pendengaran,

kewaspadaan meningkat.

2) Respon kognitif seperti lapang persepsi menyempit, mampu

memecahkan masalah, face yang baik untuk belajar, dapat

fokus pada hal-hal spesifik.

3) Respon tingkah laku dan emosi seperti perasaan tertantang dan

perlu utuk mengatasi situasi pada dirinya, mampu mempelajari

keterampilan baru.

c. Tingkat Kecemasan berat, ditandai dengan :

1) Respon fisiologis seperti aktivitas sistem saraf simpatik

(peningkatan epinefrin, tekanan darah, pernafasan, nadi,

vasokonstriksi, dan peningkatan suhu tubuh), diaphoresis,

mulut kering, ingin buang air kecil, hilang nafsu makan karena

penurunan aliran darah ke saluran pencernaan dan peningkatan

produk glukosa oleh hati, perubahan sensori seperti penurun

kemampuan mendengar, nyeri, pupil, dilatasi , ketengangan

otot dan kaku.

2) Respon kognitif seperti lapang persepsi sangat menyempit, sulit

memecahkan masalah, fokus pada satu hal.

3) Respon tingkah laku dan emosi seperti lapang personal meluas,

aktifitas fisik meningkat dengan penurunan mengontrol, contoh


meremas tangan, jalan bolak-balik. Perasaan mual dan

kecemasan mudah meningkat dengan stimulus baru seperti

suara. Bicara cepat dan mengalami blocking, menyangkal dan

depresi.

d. Tingkat panik, ditandai dengan :

1) Respon fisiologi seperti pucat, dapat terjadi hipotensi, berespon

terhadap nyeri, bising dan stimulus eksternal menurun.

Koordinasi motorik buruk. Penurunan aliran darah ke otot

skeletal.

2) Respon kognitif seperti tidak terkontrol, gangguan berfikir

secara logis, tidak mampu memecahkan masalah.

3) Respon tingkah laku dan emosi seperti perasaan marah, takut

dan segan. Tingkah laku menjadi tidak biasa seperti menangis

dan menggigit. Suara menjadi lebih tinggi, lebih keras, bicara

cepat dan blocking.


Respon Adaftif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan ( G.W. Stuart, 2007)

7. Pengukuran Kecemasan

Manifestasi dari kecemasan dapat berupa gejala fisiologis

maupun psikologis. Pengukuran gejala kecemasan terdiri dari

beberapa metode (Conley, 2004), yaitu:

a. Self report atau questionaire, merupakan sejumlah pertanyaan

pertanyaan yang harus dijawab oleh individu berupa test skala

kecemasan.

b. Overt behavioral, dengan melakukan observasi terhadap individu,

dapat terlihat dari ekspresi seperti gemetar, pucat, menggigit-gigit

kuku dan sebagainya.

c. Physiological, menggunakan alat-alat pengukur tertentu, seperti

pengukuran denyut jantung, pernafasan, keluarnya keringat,

aktivitas kelenjar adrenalin dan lain-lain (Kapplan dkk, 2004).

Pengukuran kecemasan menggunakan skala Taylor Manifest

Anxiety Scales (TMAS) yang terdiri dari 16 item pertanyaan yang

diadob secara murni. Pengukuran kecemasan dengan TMAS ini

mengacu pada aspek fisik dan psikologis dari kecemasan yang terdiri
dari gejala sakit kepala, keringat dingin dan bercucuran, debaran

jantung berdetak lebih kencang/cepat, kaki dan tangan terasa dingin,

gangguan pencernaan, nafsu makan menurun, rasa kesakitan luar

biasa, merasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri, rasa

khawatir, sangat sensitif, takut mati, tidak sabar, mudah marah dan

perasaan gelisah.

Penilaian pengukuran kecemasan menggunakan TMAS yaitu

Apabila jawaban Ya diberi skor 1 dan jawaban Tidak diberi skor

0, sehingga jumlah skor tertinggi yaitu 16 dan skor terendah yaitu 0

(Conley, 2004).

8. Akibat Kecemasan

Kecemasan dapat meningkatkan resiko dalam proses persalinan

yaitu mengenai keadaan jalan lahir dan bayi yang akan dilahirkan. Hal

ini tidak boleh dikemukakan berlebihan karena akan dapat merugikan

ibu hamil itu sendiri. Banyak wanita takut akan nyeri persalinan atau

kerusakan sebab mereka tidak mengetahui tentang anatomi dan proses

persalinan. Wanita mengekspresikan mengenai perilaku selama hamil

sampai proses persalinan dan bagaimana seseorang untuk menerima

dirinya dan berperilaku.

Akibat kecemasan yang dapat timbul selama kehamilan dan

persalinan (Wiknjosastro, 2008) antara lain:


a. Partus Prematurus
Ini dapat disebabkan oleh ketegangan psikis/tekanan

kehidupan modern dan diikutsertakan wanita dalam industri. Hal

ini dapat dibuktikan bahwa frekuensi prematuritas di antara para

wanita yang bekerja di kota-kota besar semakin meningkat dari

tahun ke tahun. Demikian pula yang tidak kawin sering

melahirkan sebelum waktunya sehingga kehamilan di luar

pernikahan dapat dianggap sebagai factor etiologi bagi

prematuritas.

b. Nyeri persalinan
Ketakutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa

sakit atau nyeri dalam persalinan

c. Partus
Partus lama disebabkan karena faktor-faktor yang

mengakibatkan his kurang baik dan pembukaan kurang lancar.

Akibat ketakutan dan kecemasan yang memanjang dapat

digambarkan menjadi skema sebagai berikut:

Takut

Stress

Peningkatan sekresi
adrenalin

Vasokontriksi Penurunan
kontraksi uterus
Gangguan sirkulasi uterus

Hipoksia janin

Gambar 2.2. Dampak Ketakutan/Kecemasan pada


Persalinan (Kartono, 2003)

B. Konsep Persalinan

1. Pengertian

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan

janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37

42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun janin (Hidayat dan Sujiyatini, 2010).

Persalinan dikatakan normal apabila janin dalam presentasi

belakang kepala, tidak ada komplikasi-komplikasi persalinan,

diselesaikan dengan tenaga ibu sendiri dan lama persalinan tidak boleh

lebih dari 24 jam (Oxorn, 2010).

Proses persalinan mencakup transisi anatomik dan fisiologik

yang memudahkan kemampuan wanita secara aktif dan aman untuk

melahirkan bayinya (Walsh, 2007). Menurut Jaringan Nasional


Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR, 2008) persalinan

merupakan salah satu fungsi dari seorang wanita. Fungsi ini berupa

produk hasil konsepsi (janin, air ketuban, plasenta, selaput ketuban)

yang dilepaskan dan dikeluarkan dari uterus melalui vagina ke dunia

luar.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan ada 5 yaitu

Power (kekuatan yang ada pada ibu), Passage (jalan lahir), Passanger

(janin dan plasenta), Psikhe (psikologis) dan Penolong. Proses

persalinan dapat berjalan dengan baik bila terdapat kerja sama yang

baik antara beberapa pihak yaitu ibu, bidan atau dokter, bayi dalam

kandungan dan dukungan keluarga/suami. Menurut Simkin (2005) dan

Manuaba (2010) persalinan ditentukan oleh 5 faktor utama, yaitu :

a. Tenaga atau Kekuatan (power) : his (kontraksi uterus), kontraksi

otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis, ketegangan,

kontraksi ligamentum rotundum, efektivitas kekuatan mendorong.

b. Janin (passanger) : letak janin, posisi janin, presentasi janin dan

letak plasenta

c. Jalan Lahir (passage) : ukuran dan tipe panggul, kemampuan

serviks untuk membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan

introitus vagina untuk memanjang.

d. Kejiwaan (psyche) : persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman

persalinan, dukungan orang terdekat dan intregitas emosional.


e. Penolong : kesiapan alat dan tenaga medis yang akan membantu

jalannya persalinan.

3. Tanda-Tanda Persalinan

a. Tanda Permulaan Persalinan

Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu

sebelumnya wanita memasuki bulannya atau minggunya atau

harinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor).

Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :

1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun

memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada

multipara tidak begitu terlihat, karena kepala janin baru masuk

pintu atas panggul menjelang persalinan.

2) Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun.

3) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena

kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

4) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-

kontraksi lemah dari uterus (false labor pains).

5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya

bertambah bisa bercampur darah (bloody show).

b. Tanda Inpartu

1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan

teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

3) Dapat disertai ketuban pecah dini.

4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi

pembukaan serviks.

4. Tahapan Persalinan

Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 tahapan (Sumarah, 2009)

adalah sebagai berikut :

a. Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks

membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya

serviks dibagi atas 2 fase :

1) Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi

sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

2) Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam

waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase

dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung

sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi

pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam

pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm. Kala I ini

selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada

primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada


multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam

dan multigravida 2 cm tiap jam.

b. Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan

kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini

berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada

multipara. Batasan persalinan kala II yaitu dimulai saat pembukaan

serviks lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya seluruh

tubuh janin. Kontraksi pada kala II ini biasanya sangat kuat

sehingga kemampuan ibu untuk menggunakan otot-otot abdomen

dan posisi presentasi mempengaruhi durasi kala II. Kala II

persalinan dirasakan oleh ibu bersalin sebagai hal yang lebih berat

beban penderitaannya dibandingkan dengan kala I. Transisi kala II

ini biasanya berlangsung singkat dan umumnya terjadi hanya

dalam tempo beberapa menit saja. Periode ini dapat menakutkan

karena onsetnya yang begitu cepat. Sehingga pada saat ini banyak

ibu akan kehilangan kendali atas dirinya dan akan merasa tertekan

sehingga pengendalian saat ini sangat penting bagi ibu.

c. Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan

dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.

d. Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1

jam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan

postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran


penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan

pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.

5. Proses Persalinan Kala II

Proses persalinan kala II dimulai dari gerakan mekanisme

persalinan meliputi masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul,

penurunan kepala, fleksi, putaran paksi dalam, ekstensi, putaran paksi

luar, ekspulsi. Kepala masuk pintu atas panggul berarti diameter

biparietalis pada letak belakang kepala masuk melalui pintu atas

panggul. Peristiwa ini dapat terjadi beberapa minggu sebelum mulai

persalinan. Penurunan kepala atau penurunan bagian presentasi melalui

panggul terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan cairan amnion,

tekanan akibat kontraksi fundus pada janin, kontraksi diafragma dan

otot-otot abdomen ibu pada kala II (Prawiroharjo, 2008)

Beberapa tanda bahwa ibu sudah masuk kala II adalah bloody

show (lendir bercampur darah) makin hebat, perasaan ingin muntah

disertai ingin mengejan, perasaan ingin buang air besar, anus terbuka,

kadang-kadang ketuban pecah spontan pada saat ini. Pada saat ini

terjadi penurunan kepala dan putaran paksi dalam. Fleksi terjadi karena

adanya rintangan kepala janin yang sedang turun. Putaran paksi dalam

terjadi ketika kepala mencapai spina ischiadica, bentuk pelvis

menyebabkan kepala berputar sehingga dapat melewati panggul yang

sangat sempit. Eksistensi merupakan akibat dan ada dua kekuatan yang

bekerja yaitu tenaga his yang arahnya kebawah dan tahanan yang
ditimbulkan dasar panggul. Gerakan ini terjadi setelah oksiput

mencapai tepi bawah simfisis pubis. Makin maju kepala, makin

menekan perineum, kemudian terjadi eksistensi sehingga akan lahir

bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu. Putaran paksi luar terjadi

sehingga bahu menempati posisi anterior-posterior. Ekspulsi terjadi

setelah putaran paksi luar, bahu depan kelihatan dibawah simfisis dan

perineum diregangkan bahu belakang. Dengan tarikan ringan kearah

posterior maka lahir bahu depan dan kearah anterior bahu belakang

lahir, disusul bagian tubuh janin yang lain (Varney, 2006).

Lama kala II pada primipara adalah 60 menit dan 30 menit pada

multipara, tetapi hal ini dapat bervariasi. Lama persalinan kala II

maksimal pada ibu primipara adalah 2 jam, dan pada ibu multipara

adalah 1 jam. Ibu yang mempunyai status paritas lebih tinggi dengan

vagina dan perineum yang lemas, hanya membutuhkan dua atau tiga

gaya dorong setelah pembukaan serviks lengkap. Ibu dengan panggul

sempit, janin besar, atau terdapat gangguan daya dorong akibat

anestesia regional atau sedasi kuat dan pada ibu yang mengalami

kecemasan atau ketakutan akan mengalami proses kala II yang sangat

lama (Llewellyn, 2005).

Ketika kala II ibu diminta mengejan hanya pada saat ada

kontraksi supaya efisien dan tidak melelahkan. Jika kepala janin sudah

membuka pintu, ibu perlu mengatur diri dengan pengarahan penolong

persalinan agar pengeluaran tidak terlalu cepat yang dapat


menyebabkan robekan perineum. Kadang-kadang pada saat ini

dilakukan episiotomi jika perineum kaku. Setelah kepala lahir akan

terjadi putaran paksi luar (Simkin, 2005).

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lama Persalinan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lama persalinan antara

lain:

a. Usia

Salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan kualitas

kehamilan atau berkaitan dengan kesiapan ibu dalam reproduksi.

Usia kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,

sehingga sering timbul komplikasi persalinan. Umur lebih dari 35

tahun berhubungan dengan mulainya terjadi regresi sel-sel tubuh

berhubungan terutama dalam hal ini adalah endometrium (Oxorn,

2010).

b. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Sampai dengan

paritas tiga rahim ibu bisa kembali seperti sebelum hamil. Setiap

kehamilan rahim mengalami pembesaran, terjadi peregangan otot-

otot rahim selama 9 bulan kehamilan. Akibat regangan tersebut

elastisitas otot-otot rahim tidak kembali seperti sebelum hamil

setelah persalinan (Prawirohardjo, 2008).

c. Ketakutan atau Kecemasan ibu dalam proses persalinan


Kecemasan dan ketakutan dapat mengakibatkan rasa nyeri yang

hebat dan juga dapat mnegakibatkan menurunya kontraksi uterus

sehingga persalinan akan bertambah lama (Danuatmaja dan

Meiliasari, 2004). Ibu yang pernah melahirkan akan mengalami

kecemasan pada saat melahirkan dimana pengalaman tersebut

merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dalam

kehidupannya (Kartono, 2003).

d. Besarnya janin dalam uterus.

Ukuran bayi terbesar yang dilahirkan per vaginam memastikan

keadekuatan panggul wanita untuk ukuran bayi saat ini. Informasi

ini juga menjadi dasar untuk mengantisipasi kemungkinan

komplikasi jika dibanding dengan perkiraan berat janin dan penting

untuk pengambilan keputusan berkenaan dengan rute pelahiran

pada presentasi bokong. Wanita yang mempunyai riwayat

melahirkan bayi kecil dari ayah yang sama cenderung memiliki

bayi yang kecil juga kali ini. Namun, hal ini dipengaruhi oleh gizi,

hipertensi atau diabetes (Varney, 2006).

e. Ukuran dan bentuk panggul ibu

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,

dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).

Meskipun jaringan lunak, khususnya bayi, tetapi panggul ibu jauh

lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh


karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum

persalinan dimulai (Saifuddin, 2008).

7. Diagnosis Persalinan Kala II

Diagnosis persalinan kala II dapat ditegakkan atas dasar hasil

pemeriksaan dalam yang menunjukkan pembukaan servik telah lengkap

dan terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina atau kepala janin

sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm (Hidayat dan Sujiyatini,

2010).

8. Tanda Bahaya Persalinan Kala II

Tanda bahaya persalinan kala II (Sumarah, 2009) adalah sebagai

berikut:

a. Tanda bahaya bagi janin

1) Takikardi

2) Bradikardi

3) Deselarasi

4) Miconium Staining

5) Hiperaktif

6) Asidosis

b. Tanda bahaya bagi Ibu

1) Perubahan tekanan darah

2) Abnormalitas nadi

3) Abnormalitas kontraksi

4) Cincin retraksi patologis


5) Abnormalitas kontur perut bawah
BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka Teori

Faktor-Faktor yang Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Persalinan mempengaruhi lama
: persalinan
Power
Usia
Usia
Passage
Paritas

Passanger Besarnya Janin

Psikologi Lama Proses Kecemasan atau ketakutan


Persalinan

Provider Ukuran dan bentuk


Kala II panggul ibu

Keterangan:

= Merupakan variabel yang diteliti

= Merupakan variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Teori

Sumber : (Oxorn, 2010), (Prawirohardjo, 2008), ( Danuatmaja dan Meiliasari,

2004), (Kartono, 2003), (Varney, 2006), (Saifuddin, 2008), (Stuart, 2007)


B. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat kecemasan ibu Lama persalinan kala II


bersalin

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013)

Pada penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:

1. Variabel bebas atau variabel resiko (Independent Variabel)

Adalah variabel penyebab atau variabel pengaruh (Notoadmojo,

2012). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan

ibu bersalin.

2. Variabel tergantung atau variabel terikat

Adalah variabel akibat atau variabel terpengaruh (Notoadmojo,

2012). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah lama persalinan

kala II.
D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2010).

Rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah:

Ha : Ada hubungan antara tingkat kecemasan ibu bersalin dengan

lama persalinan kala II di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas

Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2013.

E. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati (Saryono dan Setiawan, 2011). Adapun Definisi Operasional

dalam penelitian ini adalah :


Tabel 3.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Kecemasan Suatu keadaan Kuesioner yang Jumlah skor Ordinal
ibu bersalin patologis yang berisi 16 item yang tertinggi
dialami oleh ibu pertanyaan. 16 dan jumlah
bersalin ditandai Apabila jawaban skor yang
oleh perasaan Ya diberi skor 1 terendah 0.
ketakutan dan jawaban Kemudian
disertai tanda Tidak diberi skor dikategorikan:
somatik pertanda 0. 1. Tidak
sistem saraf cemas: 0
otonom yang 2. Ringan :1-3
hiperaktif dan 3. Sedang : 4-8
diukur sebelum 4. Berat : 9-12
ibu memasuki 5. Panik : 13-
tahap kala II 16
persalinan.

Lama Kategori Menggunakan 1. Persalinan Nominal


Persalinan persalinan yang jam/arloji untuk cepat bila < 90
Kala II diukur pada saat mengukur lama menit untuk
pembukaan persalinan primipara,
lengkap (10 cm) kemudian multipara < 30
sampai dengan dimasukkan menit.
lahirnya bayi. kedalam lembar 2. Persalinan
observasi lama bila
persalinan 90 menit
untuk
primipara,
multipara 30
menit.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif korelatif yaitu

penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan.

Hubungan yang ingin diketahui disini adalah tingkat kecemasan ibu bersalin

dengan lama persalinan Kala II. Pendekatan yang digunakan adalah cross

sectional yaitu suatu rancangan penelitian dengan mengukuran atau

pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara tingkat kecemasan ibu

bersalin dengan lama persalinan kala II (Notoatmodjo, 2012).

B. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Saryono & Setiawan, 2011). Populasi pada penelitian ini

adalah semua ibu bersalin yang perkiraan lahirnya pada tanggal 18

Januari-8 Februari tahun 2014 di semua Poskesdes (PKD) Wilayah Kerja

Puskesmas Bergas dengan perkiraan besar populasi sejumlah 33 ibu

bersalin.

37
2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik accidental sampling berdasarkan quata jumlah yaitu

diperoleh dari rata-rata jumlah persalinan pada tahun 2013 yaitu 28

responden.

Agar karakteristik penelitian tidak menyimpang dari populasi, maka

pengambilan sampel menggunakan kriteria inklusi maupun kriteria

eksklusi (Notoatmodjo, 2012). Kriteria inklusi dan eksklusi pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Kriteria Inklusi

Adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,

2012). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1) Ibu yang bersalin normal

2) Ibu bersalin yang melahirkan di Wilayah Kerja Puskesmas

Bergas

3) Ibu bersalin yang bersedia menjadi responden.

b) Kriteria Eksklusi

Adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil

sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria Eksklusi pada

penelitian ini adalah ;


1) Ibu yang bersalin yang memiliki penyakit seperti gangguan

jantung, pernafasan dan pencernaan.

2) Ibu bersalin yang dirujuk pada saat kala I dan kala II persalinan.

3) Ibu bersalin yang mengalami panggul sempit/ Cepallo Pelvico

Disproportion

4) Ibu bersalin yang memiliki riwayat persalinan Sectio Cesarea

5) Ibu bersalin yang mengalami komplikasi saat proses persalinan

C. Waktu dan tempat penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 Januari- 8 Februari tahun

2014.

2. Tempat penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Poskesdes Wilayah Kerja Puskesmas

Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.

D. Pengumpulan Data

1. Sumber data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Data primer penelitian ini didapat dengan cara melakukan pengamatan

terhadap kecemasan ibu bersalin dan lama persalinan kala II di Wilayah

Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.


Data sekunder pada penelitian ini adalah data tentang semua ibu

bersalin yang diperoleh melalui kantong persalinan dengan perkiraan

lahir tanggal 18 Januari s/d 8 Februari 2014.

2. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang

dilakukan untuk mengumpulkan data (Sugiyono, 2013). Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner

untuk mengukur tingkat kecemasan ibu bersalin dan observasi terhadap

lama persalinan kala II di Poskesdes Wilayah Kerja Puskesmas Bergas

Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.

3. Instrumen Pengumpulan data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

untuk mengukur tingkat kecemasan ibu bersalin dan lembar osbervasi

persalinan untuk mengukur lama persalinan kala II. Kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas, karena

kuesioner diambil secara murni dari penelitian sebelumnya yang dimana

peneliti tersebut sudah melakukan uji validitas dan karena skala

kecemasan yang digunakan sudah baku.

Kuesioner yang telah dibagikan kepada reponden adalah untuk

mengukur tingkat kecemasan ibu bersalin yang disusun berdasarkan skor

untuk kecemasan Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) yang terdiri

dari 16 item pertanyaan. Sedangkan untuk mengukur lama persalinan


kala II menggunakan Jam atau Arloji kemudian dicatat dilembar

observasi persalinan.

Tabel 4.1 : Kisi-Kisi Instrumen

No Variabel Indikator Jumlah Soal

1 Tingkat kecemasan Menggunakan skala TMAS


ibu bersalin sesuai perubahan gejala fisik
yang terdiri dari (Adobe Murni
dan sudah baku) :
a. Gejala sakit kepala 1
b. Keringat dingin dan 1
bercucuran
c. Debaran jantung berdetak 1
lebih kencang/cepat
d. Kaki dan tangan terasa 1
dingin
e. Gangguan pencernaan 1
f. Nafsu makan menurun 1

Perubahan gejala psikologis


yang terdiri dari :
a. Rasa kesakitan luar biasa 1
b. Merasa tidak berdaya 1

c. Hilangnya rasa percaya diri 1

d. Rasa khawatir 2

e. Sangat sensitif 1
1
f. Takut mati
1
g. Tidak sabar
h. Mudah marah 1
i. Perasaan gelisah. 1
Jumlah 16

E. Prosedur Pengumpulan Data

Adapun prosedur penelitian yang dilakukan melalui tahapan-tahapan

sebagai berikut :

1. Peneliti meminta surat permohonan ijin penelitian kepada pihak

Akademik untuk melakukan penelitian

2. Peneliti meminta rekomendasi dari kantor KESBANGPOL Kabupaten

Semarang untuk melakukan penelitian

3. Peneliti meminta permohonan ijin kepada pihak Dinas Kesehatan

Kabupaten Semarang untuk melakukan penelitian di Wilayah Kerja

Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang

4. Peneliti meminta persetujuan dari Pihak UPTD Puskesmas Bergas untuk

melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas dengan

melampirkan surat permohonan ijin penelitian dari pihak Akademik,

KESBANGPOL dan dari DinKes.

5. Setelah mendapatkan surat ijin, peneliti langsung mengirim surat ke

tempat tujuan penelitian.

6. Setelah mendapatkan ijin penelitian dari Puskemas Bergas peneliti

bertemu dengan masing-masing bidan dan menjelaskan tentang maksud

dan tujuan serta manfaat penelitian yang akan dilakukan.


7. Setelah mendapatkan ijin dari bidan di masing-masing Poskesdes, peneliti

meninggalkan beberapa kuesioner dan lembar observasi persalinan

sebagai antisipasi jika peneliti berhalangan hadir dan meminta bantuan

kepada asisten peneliti (bidan) yang sebelumnya sudah dilakukan

persamaan persepsi untuk melakukan observasi terhadap kecemasan dan

lama persalinan kala II, peneliti juga menjalin komunikasi dengan bidan

masing-masing desa atau kelurahan untuk menginformasikan kepada

peneliti jika ada ibu bersalin yang akan melahirkan.

8. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan terlebih dahulu

tentang maksud, tujuan dan manfaat yang berkaitan dengan penelitian

kepada responden.

9. Setelah itu peneliti bertanya kepada responden tentang kesediaannya

menjadi responden dan peneliti mengajukan surat permohonan responden

kepada calon responden.

10. Setelah responden menyetujui untuk dijadikan responden maka diberikan

surat persetujuan menjadi responden untuk ditandatangani.

11. Setelah peneliti mendapat surat persetujuan responden, peneliti

membagikan kuesioner untuk mengukur kecemasan ibu bersalin pada

tahap kala 1 persalinan.

12. Setelah itu peneliti melakukan observasi terhadap lama proses persalinan

kala II dan hasilnya dimasukkan kedalam lembar observasi persalinan

yang sudah dibuat oleh peneliti.


13. Setelah peneliti selesai melakukan observasi, peneliti mengumpulkan

semua kuesioner yang sudah diisi oleh responden dan mengecek

kelengkapan data yang telah diisi.

14. Hasil pengukuran tingkat kecemasan dan lama persalinan dari masing-

masing responden kemudian disusun dan dibuat rekapitulasi, selanjutnya

di uji dengan uji statistik untuk melihat apakah ada hubungan antara

tingkat kecemasan ibu bersalin dengan lama persalinan kala II.

F. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007) penelitian yang menggunakan manusia

sebagai subjek tidak boleh bertentangan dengan etik, maka peneliti harus

memehami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam

menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar

menjunjung tinggi kebebasan manusia.

Etika penelitian antara lain, yaitu :

1. Persetujuan penelitian (Informed Consent)

Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian.

Informed consent ini ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Pemberian informed consent ini bertujuan agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika

subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan

dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati

keputusan tersebut.
2. Tanpa nama (Anonimity)

Anonimity berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar

pengumpulan data. Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data tersebut.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden, dijamin

oleh peneliti dengan cara tidak menyebarluaskan jawaban responden

kepada pihak-ihak yang tidak berkepentingan.

G. Pengolahan data

1. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah

diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuannya adalah mengurangi

kesalahan atau kekurangan yang ada di daftar pertanyaan (Narcubo dan

Achmad ,2002 dalam Saryono, 2011).

2. Coding (pemberian kode)

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari para responden

ke dalam kategori (Saryono dan Setiawan, 2012).

Kategori :

a. Tingkat Kecemasan diolah dan dikategorikan menurut :

1) Tidak cemas (Kode 5)

2) Kecemasan Ringan (Kode 4)

3) Kecemasan Sedang (Kode 3)


4) Kecemasan Berat (Kode 2)

5) Kecemasan Sangat Berat/Panik (Kode 1)

b. Lama Persalinan Kala II diolah dan dikategorikan menurut :

1) Persalinan Lama (Kode 1)

2) Persalinan Cepat (Kode 2)

3. Entering (Memasukan data)

Entering adalah mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar

kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan

(Notoatmodjo, 2012).

4. Tabulating

Tabulating adalah membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012).

H. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang digunakan terhadap tiap

variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisa ini dilakukan

dengan uji statistik deskriptif untuk mengetahui distribusi frekuensi.

Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan

atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel

atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat

kesimpulan yang berlaku umum, cara penyajian datanya menggunakan

distribusi frekuensi (Sugiyono, 2013). Distribusi frekuensi adalah susunan


data dalam suatu table yang telah diklasifikasikan menurut kelas atau

kategori- kategori tertentu. Adapun variabel yang digambarkan dalam

bentuk distribusi frekuensi adalah tingkat kecemasan ibu bersalin dan lama

Persalinan kala II.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012).

Metode analisis statistik yang digunakan adalah Uji Chi Square. Uji Chi

Square digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel kategorik

dengan variabel kategorik dengan membandingkan frekuensi yang terjadi

(observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Adapun rumus Chi

Square yang dipergunakan dalam Uji hipotesis adalah seperti berikut

(Budiarto, 2008) :


2
r c O
ij Eij
2

i 1 j 1 Eij

Keterangan :

Oij = Nilai observasi pada baris ke i dan kolom ke j

Eij = Nilai harapan pada baris ke i kolom ke j


Hasil Uji Statistik :

Ho ditolak bila 2 hitung > 2 tabel dan atau p value < (0,05) artinya

ada hubungan antara tingkat kecemasan ibu bersalin dengan lama

persalinan kala II.

Ho diterima bila 2 hitung < 2 tabel dan atau p value > (0,05) artinya

tidak ada hubungan antara tingkat kecemasan ibu bersalin dengan lama

persalinan kala II.

I. Jadwal Penelitian

Terlampir
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Puskesmas Bergas

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas

Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, yang terdiri dari 13

Desa/Kelurahan. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Bergas seluas 4, 372

m2. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas pada tahun

2013 adalah 68.241 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak

31.720 jiwa dan perempuan sebanyak 36.521 jiwa.

Puskesmas Bergas mempunyai batasan-batasan wilayah yaitu sebagai

berikut :

1. Sebelah Utara : Puskesmas Ungaran Kecamatan Ungaran

2. Sebelah Timur : Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus

3. Sebelah Selatan : Puskesmas Bawen Kecamatan Bawen

4. Sebelah Barat : Puskesmas Jimbaran Kecamatan Bandungan

Puskesmas Bergas adalah Puskesmas rawat inap dan memiliki 3

poli untuk rawat jalan yaitu Poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Poli

Balai Pengobatan Umum, Poli Gigi serta 1 Apotek dan Laboratorium.

Wilayah Kerja Puskesmas Bergas memiliki 8 Poskesdes, 3 Bidan Praktek

Swasta dan 2 Klinik Dokter. Puskesmas Bergas saat ini memiliki 43 orang

tenaga kesehatan yang meliputi tenaga medis, perawat, bidan, farmasi, ahli

gizi serta sanitarian.


49
B. Hasil Analisis Univariat

1. Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin

Gambaran Umum tingkat kecemasan ibu bersalin di Wilayah

Kerja Puskesmas Bergas disajikan pada table 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat kecemasan Ibu Bersalin di


Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang Tahun 2014

Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)


Cemas Sedang 20 71,4
Cemas Berat 8 28,6
Jumlah 28 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa sebagian

besar ibu bersalin mengalami kecemasan sedang yaitu 20 reponden

(71,4%).

Sebagai perbandingan karena paritas sebagai variabel perancu,

berikut disajikan tabel distribusi frekuensi kecemasan berdasarkan

paritas yaitu primipara dan multipara :

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat kecemasan Ibu Bersalin


Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2014

Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)


Cemas Sedang 7 63,6
Cemas Berat 4 36,4
Jumlah 11 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa sebagian

besar ibu bersalin primipara mengalami kecemasan sedang yaitu 7

reponden (63,6%).
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat kecemasan Ibu Bersalin
Multipara di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2014

Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)


Cemas Sedang 13 76,5
Cemas Berat 4 23,5
Jumlah 17 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa sebagian

besar ibu bersalin multipara mengalami kecemasan sedang yaitu 13

reponden (76,5%).

2. Lama Persalinan Kala II

Gambaran lama persalinan kala II di Wilayah Kerja Puskesmas

Bergas disajikan pada tabel 5.4 berikut ini :

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Lama Persalinan Kala II di


Wilayah Kerja Puskemas Bergas Kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang Tahun 2014
Lama Persalinan Kala II Frekuensi Persentase (%)

Cepat 16 57,1
Lama 12 42,9
Jumlah 28 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar ibu

bersalin mengalami kala II cepat yaitu 16 responden (57,1%), dan

yang mengalami kala II lama yaitu 12 responden (42,9%).


Sebagai perbandingan karena paritas sebagai variabel perancu,

berikut disajikan tabel distribusi frekuensi lama persalinan Kala II

berdasarkan paritas yaitu primipara dan multipara :

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Lama Persalinan Kala II Ibu


Primipara di Wilayah Kerja Puskemas Bergas
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2014
Lama Persalinan Kala II Frekuensi Persentase (%)

Cepat 6 54,5
Lama 5 45,5
Jumlah 11 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa sebagian besar ibu

bersalin primipara mengalami kala II cepat yaitu 6 responden (54,5%),

dan yang mengalami kala II lama yaitu 5 responden (45,5%).

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Lama Persalinan Kala II Ibu


Multipara di Wilayah Kerja Puskemas Bergas
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2014
Lama Persalinan Kala II Frekuensi Persentase (%)

Cepat 10 58,8
Lama 7 41,2
Jumlah 17 100,0

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa sebagian besar ibu

bersalin multipara mengalami kala II cepat yaitu 10 responden

(58,8%), dan yang mengalami kala II lama yaitu 7 responden (41,2%).


C. Hasil Analisis Bivariat

1. Hubungan antara tingkat kecemasan ibu bersalin dengan lama

persalinan Kala II Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan

Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2014.

Tabel 5.7 Analisis Hubungan antara Kecemasan Ibu Bersalin


Dengan Lama Persalinan Kala II

Tingkat Kecemasan Lama Persalinan Kala II Total


Persalinan Persalinan
Lama Cepat
f % f % F %
Cemas Berat 7 87,5 1 12,5 8 100,0
Cemas Sedang 5 25,0 15 75,0 20 100,0
Total 12 42,9 16 57,1 28 100,0
p value = 0,004 Ratio Prevalensi (RP) : 3,50

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa persentase responden yang

mengalami persalinan lama dengan tingkat kecemasan berat (87,5%)

lebih besar dibandingkan dengan persentase responden yang

mengalami persalinan lama dengan tingkat kecemasan sedang (25,0%).

Persentase responden yang mengalami persalinan cepat dengan

tingkat kecemasan sedang (75,0%) lebih besar dibandingkan dengan

persentase responden yang mengalami persalinan cepat dengan tingkat

kecemasan berat (12,5%).

Hasil analisis statistik dengan mempergunakan uji Fisher Exact

diperoleh nilai p value (0,004) < (0,05), dapat disimpulkan ada

hubungan antara tingkat kecemasan ibu bersalin dengan lama

persalinan kala II. Analisis secara probabilitas dengan perhitungan

Ratio Prevalensi (RP) diperoleh nilai 3,50 artinya ibu yang mengalami
kecemasan berat memiliki resiko 3 kali akan mengalami persalinan

kala II lama.

Sebagai perbandingan karena paritas dianggap sebagai variabel

Confounding (Perancu), dibawah ini akan disajikan hubungan tingkat

kecemasan ibu bersalin berdasarkan paritas (Primipara dan Multipara)

Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten

Semarang Tahun 2014.

Tabel 5.8 Analisis antara Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin


Primipara Dengan Lama Persalinan Kala II
Tingkat Kecemasan Lama Persalinan Kala II Total
Persalinan Persalinan
Lama Cepat
f % F % F %
Cemas Berat 4 100,0 0 0 4 100,0
Cemas Sedang 1 14,3 6 85,7 7 100,0
Total 5 45,5 6 54,5 11 100,0
p value = 0,015 RP : 7,00

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa semua ibu primipara dengan

tingkat kecemasan berat mengalami kala II lama yaitu 4 responden

atau (100,0%). Hasil analisis statistik dengan mempergunakan uji Chi

Square diperoleh nilai p value (0,015) < (0,05), dapat disimpulkan

ada hubungan antara tingkat kecemasan ibu bersalin primipara dengan

lama persalinan kala II. Analisis secara probabilitas dengan

perhitungan Ratio Prevalensi (RP) diperoleh nilai 7,00 artinya ibu

primipara yang mengalami kecemasan berat memiliki resiko 7 kali

akan mengalami persalinan kala II lama.


Tabel 5.9 Analisis antara Tingkat Kecemasan Ibu Multipara
Dengan Lama Persalinan Kala II

Tingkat Kecemasan Lama Persalinan Kala II Total


Persalinan Persalinan
Lama Cepat
f % f % F %
Cemas Berat 3 75,0 1 25,5 4 100,0
Cemas Sedang 4 30,8 9 69,2 13 100,0
Total 7 41,2 10 58,8 17 100,0
p value = 0,250

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa persentase responden multipara

yang mengalami kecemasan sedang dan mengalami kala II cepat lebih

besar yaitu 69,2% dibandingkan dengan persentase ibu multipara yang

mengalami tingkat kecemasan berat dan mengalami kala II cepat yaitu

25,5%.

Persentase responden yang mengalami tingkat kecemasan berat

dan mengalami kala II lama juga lebih besar yaitu 75,0% dibandingkan

dengan pesentase responden yang mengalami kecemasan sedang dan

mengalami kala II lama yaitu 30,8%.

Hasil analisis statistik dengan mempergunakan uji Chi Square

diperoleh nilai p value (0,250) > (0,05), dapat disimpulkan tidak ada

hubungan antara tingkat kecemasan ibu multipara dengan lama

persalinan kala II.


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Tingkat Kecemasan Ibu bersalin

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar ibu bersalin

mengalami tingkat kecemasan sedang yaitu 20 responden (71,4%) dan

hanya sebagian kecil yang mengalami tingkat kecemasan berat yaitu

(28,6%). Kecemasan ini dapat terjadi karena sebagian besar responden

belum memiliki kesiapan mental atau kepercayaan diri yang masih

kurang dalam menghadapi persalinan dan takut merasa sakit saat

persalinan berlangsung sehingga cenderung tidak bisa mengontrol

emosinya. Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap

orang pada waktu tertentu di kehidupannya (Stuart, 2007). Kecemasan

merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan

kehidupan seseorang, dan karena itu berlangsung tidak lama. Penting

sekali untuk mengingat bahwa kecemasan bisa muncul sendiri atau

bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi

(Suliswati, 2005).

Kecemasan yang terjadi pada ibu bersalin dikatakan masih

dalam batas normal atau wajar jika kecemasan yang dialami masih

sebatas cemas ringan dan atau cemas sedang, sedangkan cemas yang

56
membutuhkan penanganan yang serius pada ibu bersalin yaitu jika ibu

bersalin mengalami kecemasan berat dan atau panik. Salah satu

komponen kecemasan yaitu dimana tanggapan tubuh terhadap rasa

takut berupa pengerasan diri untuk bertindak, baik tindakan itu

dikehendaki ataupun tidak. Pergerakan tersebut merupakan hasil kerja

dari system saraf otonom yang mengendalikan berbagai otot dan

kelenjar tubuh (Hawari, 2006).

Pada primipara kecemasan timbul karena tidak memiliki

bayangan mengenai apa yang akan terjadi saat bersalin dan ketakutan

karena sering mendengar cerita mengerikan dari kerabat tentang

pengalamannya saat melahirkan. Menurut Kartono (2003) persalinan

pada primigravida merupakan pengalaman pertama kali sehingga ibu

cenderung mengalami kecemasan, kegelisahan dan ketakutan pada

proses persalinan, sedangkan pada ibu multipara kecemasan tersebut

muncul berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang pernah

dialaminya (Astria, 2009).

Selain itu, diperkuat juga oleh pendapat Hawari (2006) jika

seseorang semakin besar mengetahui bahwa dirinya terancam bahaya

semakin tinggi tingkat kecemasan yang dirasakan. Pendapat tersebut

sejalan dengan Kaplan dan Sadock (2004) bahwa kecemasan dapat

terjadi pada pengalaman baru seperti kehamilan atau persalinan..

Jika ditinjau berdasarkan paritas, sebagian besar ibu primipara

mengalami kecemasan sedang yaitu 7 responden (63,7%) dan 13


responden (76,5%) pada multipara. Hal ini berarti kelompok ibu yang

melahirkan pertama kali (primipara) dan mengalami kecemasan lebih

tinggi itu merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi. Sedangkan pada

ibu multipara mengalami kecemasan ringan dan atau sedang juga

merupakan hal yang wajar.

Permasalahan yang sering muncul pada ibu primipara yaitu

sering mendengar cerita-cerita negatif tentang melahirkan, hal tersebut

yang sangat dicemaskan oleh ibu bersalin sehingga akan berpengaruh

pada psikologis ibu yang ditandai dengan ibu sukar berkonsentrasi

(Maimunah, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2007)

yang berjudul Gambaran tingkat kecemasan ibu bersalin primipara

dan multipara dalam menghadapi persalinan di RB dan Klinik 24 Jam

Pucang Anom Semarang. Hasil penelitian bahwa sebagian besar ibu

primipara mengalami kecemasan sedang yaitu 52,3% sedangkan ibu

multipara mayoritas mengalami kecemasan ringan yaitu 73,3%.

Penelitian ini diperkuat juga oleh pendapat Saifuddin (2006)

bahwa reaksi psikologis yang dialami oleh ibu bersalin berkaitan

dengan emosional dalam upaya mewaspadai segala sesuatu yang

mungkin terjadi dan harus dihadapi.

2. Lama Persalinan Kala II

Berdasarkan hasil penelitian sebagain besar ibu bersalin

mengalami kala II cepat yaitu 16 responden (57,1%) hanya sebagian


kecil yang mengalami kala II lama yaitu 12 responden (42,9%). Hal ini

dikarenakan adanya dukungan dari keluarga dan peran bidan yang

memberikan pertolongan persalinan sesuai dengan standar. Persalinan

merupakan rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil

konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan

sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan

diakhiri dengan kelahiran plasenta (Varney, 2007). Tanda-tanda

persalinan yaitu rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat,

sering dan teratur, keluar darah lendir yang banyak karena robekan-

robekan kecil pada serviks, terkadang ketuban pecah dengan

sendirinya, pada pemeriksaan dalam didapat serviks yang mendatar

dan pembukaan jalan sudah ada (Yeyeh, 2009).

Persalinan Kala II cepat jika lama proses persalinan pada ibu

primipara yaitu < 90 menit dan pada multipara < 30 menit, sedangkan

dikatakan kala II lama jika lama proses persalinan kala II pada ibu

primipara berlangsung 90 menit dan multipara 30 menit. Proses

dinamik dari persalinan meliputi lima komponen yang saling berkaitan

yang mempengaruhi baik mulainya dan kemajuan persalinan. Lima

komponen persalinan ini adalah Power (kontraksi uterus), Passage

(bentuk panggul), Passanger (bayi dan plasenta), Psikologi (kejiwaan

ibu) dan Provider (penolong persalinan). Ibu yang mempunyai status

paritas lebih tinggi dengan vagina dan perineum yang lemas, hanya

membutuhkan dua atau tiga gaya dorong setelah pembukaan serviks


lengkap. Ibu dengan panggul sempit, janin besar, atau terdapat

gangguan daya dorong akibat anestesia regional atau sedasi kuat, akan

mengalami proses kala II yang sangat lama (Cunningham, 2006).

Lama persalinan kala II pada primipara adalah 90 menit dan 30 menit

pada multipara, tetapi hal ini dapat bervariasi (Wiknjosastro, 2008).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2010) yang berjudul

Gambaran Lama Persalinan Kala II pada Primipara dan Multipara di

Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta , dari penelitian diperoleh

sebagian besar ibu multipara mengalami kala II cepat yaitu 76,9% dan

sebagian kecil ibu primipara mengalami persalinan cepat yaitu 43,7%.

Hal ini disebabkan karena ibu primipara belum memiliki pengalaman

melahirkan sehingga otot-otot jalan lahir masih kaku dan belum dapat

mengejan dengan baik sedangkan pada multipara sudah memiliki

pengalaman bersalin sehingga otot-otot jalan lahir lebih fleksibel.

Jika ditinjau berdasarkan paritas, sebagian besar ibu primipara

mengalami kala II cepat yaitu 6 responden (54,5%) dan 10 responden

(58,8%) pada multipara. Hal ini dapat terjadi karena adanya dukungan

yang diberikan oleh keluarga termasuk peran bidan dalam memberikan

asuhan atau pertolongan pada saat persalinan.

Menurut pendapat Gordon (2008) yaitu wanita primipara

berisiko terjadi komplikasi saat proses persalinannya. Ibu primipara

(wanita yang pertama melahirkan) belum memiliki pengalaman

melahirkan, hal tersebut berpengaruh terhadap kelancaran proses


persalinan dan dapat menyebabkan terjadinya kelainan atau komplikasi

cukup besar baik pada kekuatan his (power), jalan lahir (passage) dan

kondisi janin (passenger). Di samping itu, informasi yang kurang

tentang persalinan dapat pula mempengaruhi proses persalinan

(Manuaba, 2010). Sedangkan pada multipara (wanita yang hamil lebih

dari 2 kali) persalinan lama terjadi karena kesehatan reproduksi sudah

menurun, salah satunya otot-otot rahim lemah untuk berkontraksi yang

sangat berhubungan dengan kekuatan his (power) (Manuaba, 2010).

B. Analisis Bivariat

Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin dengan Lama Persalinan

Kala II

Berdasarkan hasil penelitian bahwa persentase responden ibu

bersalin dengan kecemasan berat dan mengalami kala II lama yaitu

(87,5%) lebih besar dibandingkan dengan persentase ibu bersalin yang

dengan kecemasan sedang dan mengalami kala II lama yaitu (25,0%).

Sedangkan persentase responden dengan tingkat kecemasan sedang dan

mengalami kala II cepat (75,0%) lebih besar dibandingkan dengan

persentase responden dengan tingkat kecemasan berat dan mengalami kala

II cepat (12,5%). Hasil analisis statistik dengan mempergunakan uji Chi

Square dengan program SPSS diperoleh hasil p value (0,004) < (0,05),

artinya ada hubungan antara tingkat kecemasan ibu bersalin dengan lama

persalinan kala II.


Kecemasan merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh

terhadap jalannya persalinan dan berakibat pembukaan kurang lancar.

Dampak dari kecemasan dapat menimbulkan rasa sakit pada persalinan

dan berakibat timbulnya kontraksi uterus dan dilatasi servik yang tidak

baik (Mochtar, 2004). Pada proses melahirkan bayi pengaruh-pengaruh

psikis bisa menghambat dan memperlambat proses kelahiran atau bisa juga

memperlancar kelahiran bayi, maka fungsi biologis dari reproduksi itu

sangat dipengaruhi oleh kehidupan psikis dan kehidupan emosional wanita

yang bersangkutan (Dahro, 2012).

Hasil Penelitian Aslichatin (2011) yang menyatakan bahwa ada

hubungan tingkat kecemasan dengan lama persalinan kala II. Dijelaskan

pula bahwa kecemasan dalam menghadapi persalinan merupakan faktor

yang sangat mempengaruhi lancar tidaknya proses persalinan, apabila ibu

merasakan cemas yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan kepala

pada bayi tidak sesuai sehingga lama kala II akan memanjang dan terjadi

partus lama. Sejalan dengan penelitian Alichatin, penelitian yang

dilakukan oleh Cut Rahmi (2013) yang berjudul Hubungan tingkat

kecemasan ibu primigravida dengan kelancaran proses persalinan di RS

Ibu dan Anak Banda Aceh diperoleh hasil P value = 0,00 (P<0,05),

artinya ada hubungan antara tingkat kecemasan ibu primigravida dengan

kelancaran proses persalinan.

Menurut Old et al (2003), adanya disfungsi kontraksi uterus sebagai

respon terhadap kecemasan sehingga menghambat aktivitas uterus. Respon


tersebut adalah bagian dari komponen psikologis sehingga dapat

dinyatakan bahwa faktor psikologis mempunyai pengaruh terhadap

terjadinya gangguan proses persalinan. Beberapa ibu merasakan bahwa

melahirkan merupakan pengalaman yang paling traumatik pada

kehidupannya. Rasa takut, nyeri, kecemasan yang disebabkan lingkungan

baru maupun menghadapi orang disekitar yang pada umumnya baru

dikenal dapat memicu pelepasan Catecholamine sehingga dapat

mengganggu kemajuan persalinan. Rasa takut dan sakit juga menimbulkan

stress yang dapat menyebabkan pengeluaran adrenalin, hal ini

mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah

yang membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi penurunan kontraksi

rahim yang akan menyebabkan memanjangnya waktu persalinan.

Jika ditinjau berdasarkan paritas, karena paritas disini sebagai

variabel perancu, kecemasan pada ibu primipara memiliki hubungan

dengan lama persalinan kala II, sedangkan kecemasan pada multipara

tidak memiliki hubungan dengan lama persalinan kala II. Hal ini

disebabkan karena pada ibu primipara belum memiliki pengalaman dalam

menghadapi proses persalinan dan kurangnya kepercayaan diri sehingga

berdampak terhadap perubahan psikologi atau kejiwaan dan

mempengaruhi lama proses persalinannya. Lain halnya dengan ibu

multipara tingkat kepercayaan dirinya meningkat sehubungan dengan

pengalaman persalinan yang lalu sehingga cenderung bisa mengontrol

emosional pada saat proses persalinan.


Persalinan merupakan proses alamiah yang dialami oleh seorang

wanita. Asalkan kondisi fisik memadai tidak banyak mengalami kesulitan,

namun tidak semua wanita akan selalu siap menghadapi persalinan karena

persalinan disertai rasa nyeri dan pengeluaran darah. Ketidaksiapan akan

menimbulkan rasa takut dan cemas pada ibu terutama pada ibu primipara

karena pada umumnya belum memiliki gambaran mengenai kejadian yang

akan dialami padaa saat persalinan. Sedangkan pada ibu multipara

kecemasan itu merupakan kecemasan akan bayangan rasa sakit yang

dideritanya. Apalagi pada ibu yang memiliki pengalaman persalinan yang

beresiko tinggi sehingga pengalaman traumatis terbukti dapat

mempengaruhi kecemasan pada ibu bersalin (Janiwarty & Pieter, 2012).

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan, hal ini

disebabkan karena setelah dilakukan uji dengan analisis stratifikasi dan

hasil Rasio Prevalensi dari masing-masing paritas yaitu primipara dan

multipara berbeda, sehingga paritas disini sebagai variabel confounding

atau variabel perancu. Keterbatasan peneliti disini adalah tidak

mengendalikan variabel perancu tersebut sehingga dapat menyebabkan

terjadinya bias.
BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di

Wilayah Kerja Puskesmas Bergas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin

Sebagian besar ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas

mengalami tingkat kecemasan sedang yaitu 20 responden (71,4%) dan

8 responden (28,6%%) mengalami kecemasan berat.

2. Lama Persalinan Kala II

Sebagian besar ibu bersalin mengalami persalinan kala II cepat

yaitu sejumlah 16 responden (57,1%) dan hanya sebagian kecil yang

mengalami persalinan Kala II lama yaitu 12 responden (42,9%).

3. Hubungan tingkat kecemasan ibu bersalin dengan lama

persalinan kala II

Hasil analisis statistik dengan mempergunakan uji Chi Square

diperoleh nilai p value (0,004) < (0,05), artinya Ho ditolak dan Ha

diterima dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan antara

tingkat kecemasan ibu bersalin dengan lama persalinan kala II.

Analisis secara probabilitas dengan perhitungan Ratio Prevalensi (RP)

diperoleh nilai 3,50 artinya ibu yang mengalami kecemasan berat

memiliki resiko 3 kali akan mengalami persalinan kala II lama.

65
B. Saran

1. Bagi Peneliti

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya jika ingin melakukan

penelitian tentang kecemasan ibu bersalin untuk bisa mengambil

paritas yang homogen yaitu primipara sebagai populasi penelitian

sehingga paritas tidak muncul sebagai variabel perancu.

2. Bagi Bidan

Diharapkan bidan sebagai tenaga pelaksana pemberi asuhan

kebidanan untuk bisa memberikan penjelasan kepada ibu bersalin

tentang perubahan psikologi saat persalinan salah satunya yaitu

kecemasan, sehingga memperkecil kemungkinan komplikasi yang

dapat terjadi pada saat persalinan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi

mahasiswa di institusi mengenai kecemasan ibu bersalin dan lama

persalinan kala II.

4. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat menambah wawasan atau pengetahuan

masyarakat khususnya tentang kecemasan yang dialami oleh ibu

bersalin sehingga bisa diantisipasi sejak awal untuk mencegah

komplikasi saat proses persalinan.


DAFTAR PUSTAKA

Aiken, L dan Gary, G (2008). Pengentasan dan Pemeriksaan Psikologi. Jakarta :


Indeks.

Arikunto, S (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Ardyanti, S (2012). Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida dalam


Menghadapi Persalinan. Skripsi (tidak diterbitkan). Ponorogo :
Universitas Muhamadiyah Ponorogo.

Astria Y. (2009). Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester III Dengan


Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan, diperoleh dari
(http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/YONNE%20ASTRIA.pdf). Di
akses tanggal 1 Februari 2014

Az-Zaghul, I. A (2003). Psikologi Militer. Jakarta : Khalifa.

Bobak, L.J (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

Conley, T. (2004). Breaking Free From The Anxiety Trap.


http://www.yakita.or.id/ kecemasan.htm+kecemasan di akses tanggal 29
November 2013 pukul 21.03 wib.

Cuningham,F.G (2006). Obstetri William. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Danuatmaja dan Meiliasari (2004). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Jakarta:
Puspa Swara.

Data Program KIA di UPTD Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten


Semarang.

Daradjat, Z (2003). Kesehatan Mental. Jakarta : Gunung Agung

DinKes Prov. Semarang (2009). Profil Kesehatan Provinsi Jateng/penyebab AKI


di Provinsi Jawa Tengah http//www.dinkes-provinsi-
jateng.ac.id//penyebab-kematian-ibu/ di akses tanggal 17 November
2013 pukul 15.30 wib.

DinKes Kab. Semarang (2012). Profil Kesehatan Kabupaten Semarang/penyebab


kematian ibu di Kabupaten Semarang http://dinkes-kabupaten-
semarang.ac.id /.

Davison dan Neale (2009). Abnormal Psychology. USA : Ellen Pettergell


Gordon D, Milberg J, Hickok D. 2008. Advance Maternal Age as a Risk Factors
for Cesarean Delivery. Am J Obstet Gynecol.

Hawari, D (2006). Managemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta : Gaya Baru.

Henderson, C (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC

Hidayat, A (2008). Pengantar Konsep Dasar keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika

Hidayat dan Sujiyatini (2010). Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta :Nuha


Medika.

Iis, R.S (2009). Perbedaan Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin Primipara dan
Multipara Dalam Menghadapi Persalinan. Skripsi (Tidak diterbitkan).
Medan

Janiwarty & Pieter (2012). Pendidikan Psikologi untuk Bidan Suatu Teori dan
Terapan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (2008). Buku Acuan


Persalinan Normal. Jakarta

Jhonson, R dan Taylor W (2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC

Kaplan, H.I & Sadock, B.J (2004). Sinopsis Pskiatri, Jilid 2, Alih Bahasa. Jakarta:
Binarupa Aksara

Kartini, K (2003). Patologi Sosial : Gangguan-Gangguan Kejiwaan. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.

Llywellyn, D (2005). Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipocrates

Maimunah (2011). Kecemasan Ibu Bersalin Menjelang Persalinan Pertama. Jurnal


psikologi. Universitas Muhamidyah Malang.

Manuaba, I.B.G (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana. Jakarta :Buku Kedokteran EGC .

Manuaba, I.B.G (2009). Buku Ajar patologi Obstetri untuk Mahasiswa


Kebidanan Cetakan I. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Maharani, T (2008). Hubungan antara dukungan sosial dan kecemasan dalam


menghadapi persalinan pada Ibu hamil trimester ketiga
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/
Artikel_10501281.pdf di akses tanggal 19 November 2013 pukul 09.40
wib.
McKinney, ES at al (2004). Maternal-Child Nursing. Philadelphia : WB Saunders

Mochtar, Rustam (2004). Sinopsis Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Munir, Miftahul (2010). Hubungan antara Tingkat Kecemasan Ibu dengan Lama
Proses Persalinan di Bidan Praktik Swasta Kabupaten
Tuban.http://www.kopertis7.go.id/jurnal_lengkap-Sainmed-3-2-
01%2012%202011 di akses tanggal 20 November 2013 pukul 20.00 wib

Notoatmodjo, S (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan Cetakan ke-2. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Oxorn, H dan W (2010). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan.


Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.

Prima (2009). Hubungan Antara Dukungan Emosional Suami dengan Kecemasan


Istri dalam Menghadapi Kelahiran Anak Pertama. Skripsi
(tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro.

Prawirohardjo, S (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Ramaiah, S (2003). Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta :


Pustaka Populer Obor

Reeder, dkk (2003). Keperawatan Maternitas. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Saryono dan Setiawan (2011). Metodologi penelitian Kebidanan untuk DIII, DIV,
S1 dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika.

Semium, Y (2006). Kesehatan Mental. Yogyakarta : Kanisius.

Simkin (2005). Buku Saku Persalinan Cetakan I. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Stuart, G.W (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi ke-5. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Sugiyono (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan Cetakan ke-16. Bandung :


Alfabeta.

Saifuddin, A. B (2006). Buku Acuan Pelayanan Nasional Maternal dan Neonatal.


Jakarta : PT Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sari, N (2010). Hubungan Dukungan Suami dengan Lama Persalinan Kala II di
BPS ANNISA. http://eprints.uns.ac.id/9081/1/149661708201011091.pdf
di akses tanggal 25 Oktober 2013 pukul 22.00 wib.

Setyaningrum, R (2013). Hubungan Usia Ibu Primigravida Dan Tingkat


Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan Di Pustu Kandangan
Bawen. Stikes NWU Prodi DIV kebidanan. Ungaran.

Sumarah, dkk (2009). Perawatan Ibu Bersalin.Yogyakarta : Fitramaya.

Suliswati, dkk (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :


EGC.

Sunaryo (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Umi, L & Arina, M. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien


dalam tindakan kemoterapi di rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta.
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/509/4g.pdf

Varney, H (2007). Buku Saku Kebidanan. Jakarta : EGC

Walsh (2009). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

WHO. (2012). World Health Statistics. http://


books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=eOqLGLIg3OcC&oi=fnd&pg
=PA7&dq=maternal+mortality+from+WHO+in+2012&ots=bXN4HoVq
UZ di akses tanggal 13 Oktober 2013 pukul 11.12 wib.

WHO (2012). A Systematic Analysis of Progress Toward Millenium Development


Goals./http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S014067361060
5181 di akses tanggal 12 Oktober 2013 pukul 12.01 wib.

Wiknjosastro, H (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Yeyeh Ai, R (2009). Asuhan Kebidanan II Persalinan. Jakarta : Buku Kedokteran


EGC.

Anda mungkin juga menyukai