PENDAHULUAN
up Sedimentasi
A. PELAPUKAN FISIK
Pelapukan fisik adalah proses dimana batuan pecah menjadi kepingan
yang lebih kecil, tetapi tanpa mengalami perubahan komposisi kimia dan mineral
yang berarti. Pelapukan fisik ini dapat menghasilkan fragment/kristal kecil sampai
blok kekar (joint block) yang berukuran besar.
Jenis pelapukan fisik yaitu :
Stress release: batuan yang muncul ke permukaan bumi melepaskan
stress menghasilkan kekar atau retakan yang sejajar permukaan
topografi.
Frost action and hydro-fracturing: pembekuan air dalam batuan.
Proses ini tergantung:
1. Keberadaan pori dan retakan dalam batuan
2. Keberadaan air/cairan dalam pori
3. Temperatur yang turun naik dalam jangka waktu tertentu.
B. PELAPUKAN KIMIA
Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan
dapat berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian bereaksi
dengan udara (O2 atau CO2), menyebabkan sebagaian dari mineral itu menjadi
larutan. Selain itu, bagian unsur mineral yang lain dapat bergabung dengan unsur
setempat membentuk kristal mineral baru.
Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral dan
ukuran butir dari batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan berjalan
cepat pada daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di daerah kering atau
sangat dingin.
Jenis pelapukan kimia:
1. Hidrolisis adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan
mengandung ion H+) dimana memungkinkan pelarut mineral silikat
dan membebaskan kation logam dan silika. Mineral lempung seperti
kaolin, ilit dan smektit besar kemungkinan hasil dari proses pelapukan
kimia jenis ini (Boggs, 1995). Pelapukan jenis ini memegang peran
terpenting dalam pelapukan kimia.
5. Pelarutan mineral yang mudah larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum
oleh air hujan selama pelapukan akan cenderung terbentuk komposisi
yang baru.
6. Pergantian ion adalah proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan
seperti pergantian Na oleh Ca. Umumnya terjadi pada mineral lempung.
Lithifikasi
Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan
sediment yang kompak. Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi batupasir.
Seluruh proses yang menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendam
dan terlitifikasi disebut sebagai diagenesis. Diagenesis terjadi pada temperatur dan
tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi selama proses pelapukan, namun lebih
rendah daripada proses metamorfisme.
Proses diagenesis dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan proses
yang mengontrolnya, yaitu proses fisik, kimia, dan biologi.
Proses diagenesis sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter
akhir batuan sedimen yang dihasilkannya. Proses diagenesis akan menyebabkan
perubahan material sedimen. Perubahan yang terjadi adalah perubahan fisik,
mineralogi dan kimia.
1. Ripple Mark
Ripple mark merupakan salah satu struktur sedimen yang terbentuk akibat
aktivitas erosional. Pengertian ripple itu sendiri adalah suatu bentukan struktur
yang menunjukkan adanya undulasi berjarak teratur pada permukaan pasir atau
pada permukaan perlapisan batupasir. Perkembangan dari struktur ini adalah cross
lamination, yang merupakan pola struktur laminasi internal yang berkembang saat
migrasi dari struktur ripple.
Pembentukan struktur ripple ini berasal dari adanya suatu arus, misalnya
arus angin yang membawa material-material pasir sebagai material transport
kemudian dengan mekanisme pergerakan arus yang khas mengendapkan material
transport tadi pada front side-suatu-ripple. Intinya Ripple mark berbentuk
gelombang karena disebabkan oleh arus.
Ripple mark dapat dipergunakan dalam penentuan arah arus dan
penentuan top and bottom.
2. Cross Bedding
Dalam geologi, cross-bedding cenderung mengacu pada struktur sedimen
di unit horizontal batu. Struktur miring ini adalah merupakan deposito dari
bedforms seperti riak dan bukit pasir, dan mereka menunjukkan bahwa
lingkungan depositional berisi fluida yang mengalir (biasanya, air atau angin).
Singkatnya Cross Bedding (Current Bedding) dapat diartikan dengan
perlapisan/batuan saling potong memotong satu dengan yang lainnya.
Cross Bedding dapat dibagi 2 bentuk yaitu planar dan wavy cross bedding.
Planar cross bedding memiliki bentuk relative seperti garis, sedangkan wavy cross
bedding berbentuk seperti kurva.
3. Graded Bedding
Graded Bedding merupakan struktur sedimen yang terbentuk bila butiran
butiran dalam tubuh batuan sedimen berubah secara gradual, samakin menghalus
atau semakin mengkasar. Pettijohn (1957) menggambarkan dua tipe pokok
gradasi. Tipe pertama yaitu tidak terdapat butiran halus pada bagian bawah
gradasi . Sedangkan tipe kedua yaitu butiran-halus-terdapat-pada-seluruh-gradasi-.
(Pettijohn,1957 )
Struktur ini berguna dalam penentuan top and bottom suatu batuan dimana
pada umumnya pada gradasi normal, butiran yang berukuran lebih besar akan
terendapkan terlebih dulu, sehingga bagian bottom memiliki ukuran butiran yang
cenderung lebih besar.
Struktur graded bedding merupakan struktur yang khas sekali dimana
butiran makin ke atas makin halus. Secara genesa, graded bedding oleh arus turbid
juga terjadi oleh selain oleh kerja suspensi juga disebabkan oleh pengaruh arus
turbulensi.
4. Load Cast
Load Cast merupakan lekukan yang timbul pada permukaan lapisan akibat
beban yang ada diatasnya atau dapat diartikan sebuah ketidakteraturan di dasar
sebuah lapisan atasnya, biasanya batu pasir, sedang yang menjadi lapisan dasar
biasanya shale atau tanah liat.
5. Convolute Bedding
Merupakan liukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi. Struktur
ini merupakan struktur yang paling tidak terstruktur dikarenakan energi
gelombang yang bolak-balik dan tidak menentu sehingga menghasilkan alur
sedimentasi yang susah di prediksi.
Dari no.1-5 diatas merupakan contoh-contoh struktur sediment, sedangkan
no. 6-10 dibawah ini merupakan contoh batuan sedimen dan fungsinya.
6. Batubara (Coal)
Termasuk kedalam jenis batuan sedimen batubara. Batu bara merupakan
batuan sedimen nonklastik yang tersusun atas senyawa karbon, batu bara dibentuk
dari tumbuhan purba yang mengalami dekomposis dan terkubur dalam lapisan
sedimen selama jutaan tahun lamanya dalam periode carboniferous (260 350
juta tahun lalu) semakin banyak lapisan yang terbentuk, maka lapisan ini akan
tertimbun oleh lapisan diatasnya dan mengalami peningkatan suhu dan berat dan
bahan organic yang ada, setelah jutaan tahun, kondisi fisik ini menyebabkan batu
bara terbentuk dari karbon, hydrogen, oksigen, sulfur, nitrogen, dan mineral
anorganik lain dari tumbuhan. Batu bara yang terbentuk pada suatu lapisan
disebut seams. Untuk batubara dibedakan berdasarkan kandungan unsure
karbon,oksigen, air dan tingkat perkembangannya. Contohnya peat, lignit,
bituminous coal, anthracite.
Beberapa jenis batu bara :
Peat : Padat dan sebagian terdiri dari hasil penguraian material
organik. Mengandung 50 %
Lignite : Berwarna coklat atau abu-abu, rapuh dan kebanyakan
tidak murni, masih memperlihatkan potongan-potongan
tumbuhan/kayu. Mengandung 80% karbon
Bituminous : Hitam dengan beberapa kumpulan. Beberapa
kumpulan bersinar sedangkan yang lain tidak. Kumpulan-
kumpulan ini menunjukkan beberapa macam material tumbuhan
dalam proses yang berbeda-beda yang dapat dilihat dengan
mikroskop. Mengandung 90% karbon.
Anthracite : Fase tertinggi dalam batu bara. Mengandung 95%
karbon
10. Shale
Shale adalah batuan sedimen yang memiliki tekstur yang halus dengan
ukuran butir 1/16 hingga 1/256 milimeter. Komposisi mineralnya umumnya
tersusun dari mineral-mineral lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit, dan bijih
besi. Shale dibedakan menjadi dua tipe batuan, yaitu batu lanau dan batu lempung
atau serpih. Batu lanau memiliki butiran yang berukuran anara batu pasir dan batu
serpih, sedangkan batu lempung memiliki chiri khas mudah membelah dan bila
dipanasi menjadi plastis.
Shale digunakan dalam semen dan batu bata, beton, dan pembangunan
jalan, dan produk keramik.
Beberapa shale memiliki minyak di dalamnya dan dapat digunakan untuk
bahan bakar. Sekarang ini, terlalu banyak biaya untuk mendapatkan minyak
keluar dari serpih, sehingga tidak digunakan lagi cara seperti itu.