Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Batuan Sedimen adalah batuan yang paling banyak tersingkap di


permukaan bumi, kurang lebih 75 % dari luas permukaan bumi, sedangkan batuan
beku dan metamorf hanya tersingkap sekitar 25 % dari luas permukaan bumi.
Oleh karena itu, batuan sediment mempunyai arti yang sangat penting, karena
sebagian besar aktivitas manusia terdapat di permukaan bumi. Fosil dapat pula
dijumpai pada batua sediment dan mempunyai arti penting dalam menentukan
umur batuan dan lingkungan pengendapan.
Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagenesis
dari material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi ini
meliputi proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan
yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses erosi dan
transportasi dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi dapat terjadi jika
energi transport sudah tidak mampu mengangkut partikel tersebut.
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir
menjadi sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia
yang terjadi sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi
sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar
lautpun, sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut
dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersusfensi
kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi
reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar
laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap
di antara butiran mineral.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PROSES PEMBENTUKAN BATUAN SEDIMEN


Proses pembentukan batuan sediment disebut juga sedimentasi.
Sedimentasi diartikan dalam banyak arti dan dari banyak ilmuwan. Salah satunya
adalah Pettijohn. Ia mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan
sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material
pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan
pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai
laut dalam.

up Sedimentasi

Gambar : Siklus Batuan Yang Mencakup Sedimantasi.

Proses sedimentasi ini berlangsung dalam 4 tahap yaitu:


1. Pelapukan (Weathering)
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah
pada dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia
dan/atau biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan
sedimen dan tanah (soil). Kiranya penting untuk diketahui bahwa proses
pelapukan akan menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari
mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai
batuan sedimen klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh
dan membentuk mineral baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan
klastika mempunyai komposisi yang dapat sangat berbeda dengan batuan asalnya.
Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk (asal) nya, tetapi juga
dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis
pembentukan tanah itu sendiri (Boggs, 1995).

A. PELAPUKAN FISIK
Pelapukan fisik adalah proses dimana batuan pecah menjadi kepingan
yang lebih kecil, tetapi tanpa mengalami perubahan komposisi kimia dan mineral
yang berarti. Pelapukan fisik ini dapat menghasilkan fragment/kristal kecil sampai
blok kekar (joint block) yang berukuran besar.
Jenis pelapukan fisik yaitu :
Stress release: batuan yang muncul ke permukaan bumi melepaskan
stress menghasilkan kekar atau retakan yang sejajar permukaan
topografi.
Frost action and hydro-fracturing: pembekuan air dalam batuan.
Proses ini tergantung:
1. Keberadaan pori dan retakan dalam batuan
2. Keberadaan air/cairan dalam pori
3. Temperatur yang turun naik dalam jangka waktu tertentu.

B. PELAPUKAN KIMIA
Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan
dapat berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian bereaksi
dengan udara (O2 atau CO2), menyebabkan sebagaian dari mineral itu menjadi
larutan. Selain itu, bagian unsur mineral yang lain dapat bergabung dengan unsur
setempat membentuk kristal mineral baru.
Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral dan
ukuran butir dari batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan berjalan
cepat pada daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di daerah kering atau
sangat dingin.
Jenis pelapukan kimia:
1. Hidrolisis adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan
mengandung ion H+) dimana memungkinkan pelarut mineral silikat
dan membebaskan kation logam dan silika. Mineral lempung seperti
kaolin, ilit dan smektit besar kemungkinan hasil dari proses pelapukan
kimia jenis ini (Boggs, 1995). Pelapukan jenis ini memegang peran
terpenting dalam pelapukan kimia.

2. Hidrasi adalah proses penambahan air pada suatu mineral sehingga


membentuk mineral baru. Lawan dari hidrasi adalah dehidrasi, dimana
mineral kehilangan air sehingga berbentuk anhydrous. Proses terakhir
ini sangat jarang terjadi pada pelapukan, karena pada proses pelapukan
selalu ada air. Contoh yang umum dari proses ini adalah penambahan
air pada mineral hematit sehingga membentuk gutit.

3. Oksidasi berlangsung pada besi atau mangan yang pada umumnya


terbentuk pada mineral silikat seperti biotit dan piroksen. Elemen lain
yang mudah teroksidasi pada proses pelapukan adalah sulfur, contohnya
pada pirit (Fe2S).

4. Reduksi terjadi dimana kebutuhan oksigen (umumnya oleh jasad hidup)


lebih banyak dari pada oksigen yang tersedia. Kondisi seperti ini
membuat besi menambah elektron dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih
mudah larut sehingga lebih mobil, sedangkan Fe3+ mungkin hilang
pada sistem pelapukan dalam pelarutan.

5. Pelarutan mineral yang mudah larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum
oleh air hujan selama pelapukan akan cenderung terbentuk komposisi
yang baru.
6. Pergantian ion adalah proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan
seperti pergantian Na oleh Ca. Umumnya terjadi pada mineral lempung.

2. Erosi dan Transportasi


Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah
menjadi bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat.
Berpindahnya tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini
dapat terjadi melalui beberapa cara:
Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang
ada bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing
sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.
Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada
dapat mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah
satu contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam
mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan
batuan yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun.
Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada
di Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan yang ada.

3. Transportasi dan Deposisi


a) Transportasi dan deposisi partikel oleh fluida :
Pada transportasi oleh partikel fluida, partikel dan fluida akan bergerak
secara bersama-sama. Sifat fisik yang berpengaruh terutama adalah densitas dan
viskositas air lebih besar daripada angina sehingga air lebih mampu mengangkut
partikel yang mengangkut partikel lebih besar daripada yang dapat diangkut
angina. Viskositas adalah kemampuan fluida untuk mengalir. Jika viskositas
rendah maka kecepatan mengalirnya akan rendah dan sebaliknya. Viskositas yang
kecepatan mewngalirnyabesar merupakan viskositas yang tinngi.
b) Transportasi dan deposisi partikeloleh sediment gravity flow
Pada transportasi ini partikel sediment tertransport langsung oleh pengaruh
gravitasi, disini material akan bergerak lebih dulu baru kemudian medianya. Jadi
disini partikel bergerak tanpa batuan fluida, partikel sedimen akan bergerak
karena terjadi perubahan energi potensial gravitasi menjadi energi kinetik. Yang
termasuk dalam sediment gravity flow antara lain adalah debris flow, grain flow
dan arus turbid. Deposisi sediment oleh gravity flow akan menghasilkan produk
yang berbeda dengan deposisi sediment oleh fluida flow karena pada gravity flow
transportasi dan deposisi terjadi dengan cepat sekali akibat pengaruh gravitasi.
Batuan sedimen yang dihasilkan oleh proses ini umumnya akan mempunyai
sortasi yang buruk dan memperlihatkan struktur deformasi.
Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen dan penamaan
batuan sedimen telah ditemukan oleh para ahli, baik berdasarkan genetic maupun
deskrritif. Secara genetic dapat disimpulkan dua golongan (Pettijohn,1975 dan
W.T.Huang,1962).
Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim,
topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang
mengontrol pengangkutan sediment (transportasi) adalah air, angin, dan juga gaya
grafitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju.
Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama,
karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah
mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran
sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir.
Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi
(confined) seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar
di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer.
Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut
cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan
karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena
bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka
susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan
semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami
penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin
banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak
disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang
dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan.
Sedimen dapat diangkut dengan empat cara:
Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat
kecil ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh
aliran air atau angin yang ada.
Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir,
kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang
bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di
dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya
aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam.
Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser,
atau bahkan bisa mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.
Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat, umumnya terjadi
pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu
menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya
grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke
dasar.
Grafity flow : terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida
yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai
akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan
sedimen pasir tersebut ke dasar.
4. Deposisi / Pengendapan
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa
selamanya. Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang
tiupannya, dan juga glasier akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan
yang terbawa akan terendapkan. Proses ini yang sering disebut proses
pengendapan. Selama proses pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan
secara berlapis dimana pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu baru
kemudian diikuti pecahan yang lebih ringan dan seterusnya. Proses pengendapan
ini akan membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat di batuan
sedimen saat ini.

Lithifikasi
Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan
sediment yang kompak. Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi batupasir.
Seluruh proses yang menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendam
dan terlitifikasi disebut sebagai diagenesis. Diagenesis terjadi pada temperatur dan
tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi selama proses pelapukan, namun lebih
rendah daripada proses metamorfisme.
Proses diagenesis dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan proses
yang mengontrolnya, yaitu proses fisik, kimia, dan biologi.
Proses diagenesis sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter
akhir batuan sedimen yang dihasilkannya. Proses diagenesis akan menyebabkan
perubahan material sedimen. Perubahan yang terjadi adalah perubahan fisik,
mineralogi dan kimia.

Proses diagenesis terdiri dari 4 tahapan yaitu:


a. Kompaksi
Pada saat perlapisan di batuan sedimen terbentuk, tekanan yang ada di
perlapisan yang paling bawah akan bertambah akibat pertambahan beban di
atasnya. Akibat pertambahan tekanan ini, air yang ada dalam lapisan-lapisan
batuan akan tertekan sehingga keluar dari lapisan batuan yang ada. Proses ini
sering disebut kompaksi.
b. Sementasi
Pada saat yang bersamaan pula, partikel-partikel yang ada dalam lapisan
mulai bersatu. Adanya semen seperti lempung, silika, atau kalsit diantara partikel-
partikel yang ada membuat partikel tersebut menyatu membentuk batuan yang
lebih keras. Proses ini sering disebut sementasi.
Setelah proses kompaksi dan sementasi terjadi pada pecahan batuan yang
ada, perlapisan sedimen yang ada sebelumnya berganti menjadi batuan sedimen
yang berlapis-lapis. Batuan sedimen seperti batu pasir, batu lempung, dan batu
gamping dapat dibedakan dari batuan lainnya melalui adanya perlapisan, butiran-
butiran sedimen yang menjadi satu akibat adanya semen, dan juga adanya fosil
yang ikut terendapkan saat pecahan batuan dan fosil mengalami proses erosi,
kompaksi dan akhirnya tersementasikan bersama-sama.
c. Kristalisasi
Ketika air menguap, kumpulan bahan sediment ini akan menjadi kristal
yang solid dan akan mengeras menjadi batu.
d. Reaksi Kimia
Reaksi kimia berlangsung secara oksidasi maupun reduksi sehingga ada
perubahan biloks. Contohnya perubahan biloks pada oksidasi ion bikarbonat.

B. STRUKTUR SEDIMEN DAN BEBERAPA BATUAN SEDIMEN


Dari pembahasan mengenai batuan sediment, kita akan mendapat banyak
istilah, terutama tentang struktur sedimen diantaranya:

1. Ripple Mark
Ripple mark merupakan salah satu struktur sedimen yang terbentuk akibat
aktivitas erosional. Pengertian ripple itu sendiri adalah suatu bentukan struktur
yang menunjukkan adanya undulasi berjarak teratur pada permukaan pasir atau
pada permukaan perlapisan batupasir. Perkembangan dari struktur ini adalah cross
lamination, yang merupakan pola struktur laminasi internal yang berkembang saat
migrasi dari struktur ripple.
Pembentukan struktur ripple ini berasal dari adanya suatu arus, misalnya
arus angin yang membawa material-material pasir sebagai material transport
kemudian dengan mekanisme pergerakan arus yang khas mengendapkan material
transport tadi pada front side-suatu-ripple. Intinya Ripple mark berbentuk
gelombang karena disebabkan oleh arus.
Ripple mark dapat dipergunakan dalam penentuan arah arus dan
penentuan top and bottom.

2. Cross Bedding
Dalam geologi, cross-bedding cenderung mengacu pada struktur sedimen
di unit horizontal batu. Struktur miring ini adalah merupakan deposito dari
bedforms seperti riak dan bukit pasir, dan mereka menunjukkan bahwa
lingkungan depositional berisi fluida yang mengalir (biasanya, air atau angin).
Singkatnya Cross Bedding (Current Bedding) dapat diartikan dengan
perlapisan/batuan saling potong memotong satu dengan yang lainnya.
Cross Bedding dapat dibagi 2 bentuk yaitu planar dan wavy cross bedding.
Planar cross bedding memiliki bentuk relative seperti garis, sedangkan wavy cross
bedding berbentuk seperti kurva.

3. Graded Bedding
Graded Bedding merupakan struktur sedimen yang terbentuk bila butiran
butiran dalam tubuh batuan sedimen berubah secara gradual, samakin menghalus
atau semakin mengkasar. Pettijohn (1957) menggambarkan dua tipe pokok
gradasi. Tipe pertama yaitu tidak terdapat butiran halus pada bagian bawah
gradasi . Sedangkan tipe kedua yaitu butiran-halus-terdapat-pada-seluruh-gradasi-.
(Pettijohn,1957 )
Struktur ini berguna dalam penentuan top and bottom suatu batuan dimana
pada umumnya pada gradasi normal, butiran yang berukuran lebih besar akan
terendapkan terlebih dulu, sehingga bagian bottom memiliki ukuran butiran yang
cenderung lebih besar.
Struktur graded bedding merupakan struktur yang khas sekali dimana
butiran makin ke atas makin halus. Secara genesa, graded bedding oleh arus turbid
juga terjadi oleh selain oleh kerja suspensi juga disebabkan oleh pengaruh arus
turbulensi.

4. Load Cast
Load Cast merupakan lekukan yang timbul pada permukaan lapisan akibat
beban yang ada diatasnya atau dapat diartikan sebuah ketidakteraturan di dasar
sebuah lapisan atasnya, biasanya batu pasir, sedang yang menjadi lapisan dasar
biasanya shale atau tanah liat.
5. Convolute Bedding
Merupakan liukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi. Struktur
ini merupakan struktur yang paling tidak terstruktur dikarenakan energi
gelombang yang bolak-balik dan tidak menentu sehingga menghasilkan alur
sedimentasi yang susah di prediksi.
Dari no.1-5 diatas merupakan contoh-contoh struktur sediment, sedangkan
no. 6-10 dibawah ini merupakan contoh batuan sedimen dan fungsinya.

6. Batubara (Coal)
Termasuk kedalam jenis batuan sedimen batubara. Batu bara merupakan
batuan sedimen nonklastik yang tersusun atas senyawa karbon, batu bara dibentuk
dari tumbuhan purba yang mengalami dekomposis dan terkubur dalam lapisan
sedimen selama jutaan tahun lamanya dalam periode carboniferous (260 350
juta tahun lalu) semakin banyak lapisan yang terbentuk, maka lapisan ini akan
tertimbun oleh lapisan diatasnya dan mengalami peningkatan suhu dan berat dan
bahan organic yang ada, setelah jutaan tahun, kondisi fisik ini menyebabkan batu
bara terbentuk dari karbon, hydrogen, oksigen, sulfur, nitrogen, dan mineral
anorganik lain dari tumbuhan. Batu bara yang terbentuk pada suatu lapisan
disebut seams. Untuk batubara dibedakan berdasarkan kandungan unsure
karbon,oksigen, air dan tingkat perkembangannya. Contohnya peat, lignit,
bituminous coal, anthracite.
Beberapa jenis batu bara :
Peat : Padat dan sebagian terdiri dari hasil penguraian material
organik. Mengandung 50 %
Lignite : Berwarna coklat atau abu-abu, rapuh dan kebanyakan
tidak murni, masih memperlihatkan potongan-potongan
tumbuhan/kayu. Mengandung 80% karbon
Bituminous : Hitam dengan beberapa kumpulan. Beberapa
kumpulan bersinar sedangkan yang lain tidak. Kumpulan-
kumpulan ini menunjukkan beberapa macam material tumbuhan
dalam proses yang berbeda-beda yang dapat dilihat dengan
mikroskop. Mengandung 90% karbon.
Anthracite : Fase tertinggi dalam batu bara. Mengandung 95%
karbon

7. Batu Gamping (Limestone)


Batu gamping merupakan batuan sedimen karbonat yang terdapat di alam.
Umumnya terdiri dari kalsit, beberapa mempunyai imparities atau variasi bagus
bahkan keduanya dalam penampakkannya. Beberapa baugamping yang berbentuk
butiran halus mungkin terbentuk secara presipitasi kimia dengan batuan banyak
atu sedikit organisme kecil, beberapa sedimen pada dasar laut kemungkinan
tersingkap di lapisan awal pada formasi batugamping ukuran halus. Tampak luar
bahan tambang batu gamping berwarna putih, putih kekuningan, abu-abu hingga
hitam.
Berdasarkan determinasi bahan tambang batu gamping merupakan salah
satu bahan galian industri yang potensinya sangat besar. Cadangan batu gamping
di seluruh Indonesia diperkirakan lebih dari 28 milyar ton yang tersebar hampir
diseluruh wilayah Indonesia, salah satu lokasi depositnya yang cukup besar adalah
di Tasikmalaya bagian Selatan.

8. Batu Rijang (Flintstone)


Rjang atau batu api (Bahasa Inggris: flint atau flintstone) adalah batuan
endapan silikat kriptokristalin dengan permukaan licin (glassy). Disebut batu
api karena jika diadu dengan baja atau batu lain akan memercikkan bunga api
yang dapat membakar bahan kering.
Rjang biasanya berwarna kelabu tua, biru, hitam, atau coklat tua. Rijang
terutama ditemukan dalam bentuk nodul pada batuan endapan seperti kapur atau
gamping. Sejak Zaman Batu, rijang banyak dipergunakan untuk membuat senjata
dan peralatan seperti pedang, mata anak panah, pisau, kapak, dll.
Poses pembentukan rijang belum jelas atau disepakati, tapi secara umum
dianggap bahwa batuan ini terbentuk sebagai hasil perubahan kimiawi pada
pembentukan batuan endapan terkompresi, pada proses diagenesis. Ada teori yang
menyebutkan bahwa bahan serupa gelatin yang mengisi rongga pada sedimen,
misalnya lubang yang digali oleh mollusca, yang kemudian akan berubah menjadi
silikat. Teori ini dapat menjelaskan bentuk kompleks yang ditemukan pada rijang.

9. Batu Pasir (Sandstone)


Sandstone atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran
pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya
terakumulasi pada suatu tempat. Batu pasir termasuk dalam batuan sediment
klastik. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi
batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari
batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Batu pasir
umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu Quartz Sandstone, Arkose, dan
Graywacke.
Quartz Sandstone
Quartz sandstone adalah batu pasir yang 90% butirannya tersusun dari
kuarsa.Butiran kuarsa dalam batu pasir ini memiliki pemilahan yang baik dan
ukuran butiran yang bulat karena terangkut hingga jarak yang jauh. Sebagian
besar jenis batu pasir ini ditemukan pada pantai dan gumuk pasir.
Arkose
Arkose adalah batu pasir yang memiliki 25% atau lebih kandungan
feldspar. Sedimen yang menjadi asal mula dari Arkose ini biasanya hanya
mengalami sedikit perubahan secara kimia. Sebagian arkose juga memiliki sedikit
butiran-butiran yang bersifat coarse karena jarak pengangkutan yang relatif
pendek.
Graywacke
Graywacke adalah salah satu tipe dari batu pasir yang 15% atau lebih
komposisinya adalah matrix yang terbuat dari lempung, sehingga menghasilkan
sortasi yang jelek dan batuan menjadi berwarna abu-abu gelap atau kehijauan.
Manfaat batu pasir diantaranya ialah sebagi berikut:
Industri gelas kaca: Batu pasir kuarts mengandung senyawa silika yang
merupakan oksida pembentuk gelas.
Industri Semen: Sebagai pengontrol kandungan silika dalam semen yang
akan dihasilkan.
Industri Keramik: Bahan baku pembuatan tegel mosaik/ email.
Industri gerinda: Sebagai pengamplas.
Industri pengecatan logam: Bahan baku pasir cetak dan sebagai bahan
penghilang karat dalam industri logam.

10. Shale
Shale adalah batuan sedimen yang memiliki tekstur yang halus dengan
ukuran butir 1/16 hingga 1/256 milimeter. Komposisi mineralnya umumnya
tersusun dari mineral-mineral lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit, dan bijih
besi. Shale dibedakan menjadi dua tipe batuan, yaitu batu lanau dan batu lempung
atau serpih. Batu lanau memiliki butiran yang berukuran anara batu pasir dan batu
serpih, sedangkan batu lempung memiliki chiri khas mudah membelah dan bila
dipanasi menjadi plastis.
Shale digunakan dalam semen dan batu bata, beton, dan pembangunan
jalan, dan produk keramik.
Beberapa shale memiliki minyak di dalamnya dan dapat digunakan untuk
bahan bakar. Sekarang ini, terlalu banyak biaya untuk mendapatkan minyak
keluar dari serpih, sehingga tidak digunakan lagi cara seperti itu.

Anda mungkin juga menyukai