Anda di halaman 1dari 19

TONSILITIS AKUT

Disusun Oleh :

PUTRI EKA UTARI : 1608320147


BUNGA : 160830112
LAILA NAZMI T : 1608320087
ELPA SYAHRONI NST : 1608320144
EKA MEILISYA : 1608320097

Pembimbing :
dr. Sari Soeleman Sp.THT

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


RSUD DELI SERDANG
LUBUK PAKAM
2017
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 3

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 3

1.2. Epidemiologi ....................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5

2.1 Anatomi Tonsil ..................................................................................... 5

2.2 Patogenesis Tonsilitis ............................................................................ 9

2.3 Etiologi Tonsilitis .................................................................................. 10

2.4 Manifestasi Klinis Tonsilitis ................................................................. 11

2.5 Pemeriksaan Fisik pada Tonsil ............................................................. 12

2.6 Pemeriksaan penunjang Tonsilitis ........................................................ 13

2.7 Diagnosa banding pada Tonsilitis ......................................................... 14

2.8 Penatalaksanaan pada Tonsilitis............................................................ 15

2.9 Komplikasi pada Tonsilitis ................................................................... 16

BAB 3 KESIMPULAN ............................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19


BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Tonsil atau yang lebih sering sering dikenal dengan amandel adalah massa

yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus

didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada

kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringeal

(adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual yang membentuk lingkaran dan

disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua

pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas ditempat ini.1,2

Tonsilitis adalah inflamasi pada tonsila palatina yang disebabkan oleh

infeksi virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk kedalam tubuh melalui

hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/penyaring menyelimuti

organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan

memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi yang

akan datang . tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau

virus tersebut maka akan timbul tonsilitis. Dalam beberapa kasus ditemukan tiga

macam tonsilitis, yaitu tonsiitis akut, tonsilitis membranosa, dan tonsilitis kronis.

Oleh karena itu, penting untuk mempelajari patogenesis, manifestasi klinis, dan

prosedur diagnostik yang komprehensif pada pasien tonsilitis.1,3

3
I.2. EPIDEMIOLOGI

Tonsilitis akut dapat terjadi pada usia berapapun tetapi paling sering terjadi

pada anak usia dibawah 9 tahun. Pada bayi dibawah usia 3 tahun dengan tonsilitis

akut, 15% dari kasus yang ditemukan disebabkan oleh bakteri streptococcus, dan

85% penyebabnya adalah virus. Pada anak-anak yang lebih tua, sampai dengan

50% dari kasus disebabkan streptococcus pyogenes. Tonsilitis akut juga dapat

terjadi pada laki-laki dan perempuan dengan jumlah insiden yang sama rata.3,4

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.I ANATOMI TONSIL

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler berbentuk pipa corong dengan

panjang 5 inchi yang menghubungkan hidung dan mulut menuju laring. Faring

adalah tempat dari tonsil dan adenoid. Dimana terdapat jaringan limfe yang

melawan infeksi dengan melepas sel darah putih (limfosit T dan B). Kantong ini

mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vertebra

servikal ke-6. Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi nasofaring, orofaring,

dan laringofaring.1

Ruang nasofaring yang relatif kecil terdiri dari atau mempunyai hubungan

yang erat dengan beberapa struktur yang secara klinis mempunyai arti penting.

1. Pada dinding posterior meluas kearah kubah adalah jaringan adenoid

2. Terdapat jaringan limfoid pada dinding faringeal lateral dan pada resesus

faringeus, yang dikenal sebagai fosa rossenmuller

3. Torus tubarius refleksi mukosa faringeal diatas bagian kartilago saluran

tuba eustachius yang berbentuk bulat tampak sebagai tonjolan seperti ibu jari

kedinding lateral nasofaring tepat diatas perlekatan pallatum molle

4. Koana posterior rongga hidung

5. Foramina kranial, yang terletak berdekatn dan dapat tertekan akibat perluasan

dari penyakit nasofaring, termasuk foramen jugularis yang dilalui oleh saraf

kranial glossofaringeal, vagus dan ascesorius spinalis. 4,5

5
Orofaring disebut juga mesofaring, dengan batas atas pallatum molle, batas

bawah adalah tepi atas epiglotis, kedepan adalah rongga mulut, sedangkan

kebelakang adalah vertebra servikalis. Struktur yang terdapat dirongga orofaring

adalah dinding posterior faring,tonsil palatina, fosa tonsil serta arkus faring

anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.

Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina dan

tonsil lingual yang ketiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin

Waldeyer. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi

kriptus . Kriptus kriptus ini lebih berlekuk lekuk pada kutub atas tonsila ,

menjadi mudah tersumbat oleh partikel makanan, mukus sel epitel yang terlepas,

leukosit, bakteri, dan tempat utama pertumbuhan bakteri patogen. Selama

peradangan akut, kripta dapat terisi dengan koagulum yang menyebabkan

gambaran folikular yang khas pada permukaan tonsila. Permukaan lateral tonsil

melekat pada fasia faring yang sering disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak

melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi pada

tonsilektomi.Tonsil mendapat darah dari A.palatina minor, A.palatina ascendens

dan A.lingualis dorsal.1,2,4,6

6
Batas- batas tonsila palatina:

Anterior : arcus palatoglossus

Posterior : arcus palatopharyngeus

Superior : palatum molle. Disini, tonsilla palatina dilanjutkan oleh

jaringan limfoid dibawah permukaan palatum molle

Inferior : sepertiga posterior lidah. Disini, tonsilla palatina

dilanjutkan oleh tonsilla lingualis

Medial : ruang oropharyng

Lateral : kapsula dipisahkan dari m. Constriktor pharyngis

superior. 1,2,6

Tonsil lingua terletak didasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum

glosoepiglotika. Pada garis tengah, disebelah anterior massa ini terdapat foramen

sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat

ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglossus dan secara klinik

7
merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual atau kista duktus

tiroglossus. 1

Anatomi mulut 8

Tonsil dan adenoid, bersama-sama dengan lingual tonsil dan folikel limfe

merupakan bagian dari cincin waldeyer, sebuah lingkaran yang berkesinambungan

dari jaringan limfoid yang mengelilingi saluran pernapasan dan saluran

pencernaan bagian atas. Fungsinya adalah untuk menghasilkan antibodi terhadap

sejumlah besar antigen dan patogen yang dihirup saat bernapas dan ditelan saat

makan setiap saat. Biasanya, jaringan limfoid mendapatkan episode peradangan

dan hipertrofi yang kita sebut sebagai tonsilitis.9

Anatomi tonsil 2

8
Aliran darah faring berasal dari beberapa cabang sistem karotis eksterna.

Beberapa anastomosis tidak hanya dari satu sisi tetapi dari pembuluh darah darah

sisi lainnya. Ujung cabang arteri maksilaris interna, cabang tonsilar arteri fasialis,

cabang lingual arteri lingualis bagian dorsal, cabang arteri tiroidea seperior, dan

arteri faringeal yang naik semuanya menambah jaringan anastomosis yang luas.

Persarafan sensorik nasofaring dan orofaring. Seperti dasar lidah, terutama

melalui pleksus faringeal dan saraf glossofaringeal. Padaa bagian bawah faring

terdapat persarafan sensorik yang berasal dari saraf vagus melalui saraf laringeus

superior. Aliran limfe faringeal meliputi rantai retrofaringeal dan faringeal lateral

dengan jalan selanjutnya masuk nodus servikalis profunda. Keganasan nasofaring

seringkali bermetastase ke rantai servikalis profunda.2

2.2. PATOGENESIS

Tonsilitis adalah peradangan pada tonsila palatina yang merupakan bagian

dari cincin waldeyer. Cincin waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang

terdapat didalam rongga mulut, yaitu tonsil faringeal, tonsil palatina, dan tonsil

lingual.

Penyebaran infeksi melalui udara (air bone droplets), tangan, dan ciuman.

Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dengan masa inkubasi 2-4

hari. 1

Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan

limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan

infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada kriptus

tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan

9
kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan epitel yang terlepas, suatu tonsilitis

akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak

detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis

lakunaris. 1,4,8

Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk semacam membran

semu (pseudomembran) yang menutupi tonsil. Sedangkan pada tonsilitis kronik

terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid

terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan

parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar

(kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus

kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris.

Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.
1,4,8,9

2.3. ETIOLOGI 1,3

Penyebab utamanya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus.

Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya

sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi.

Penyebab tonsilitis akut antara lain:

Viral:

A. Epstein barr virus

B. Hemofilus influenza

C. Coxschakie virus

10
Bakterial:

D. Streptococcus grup A B hemoliticus

E. Pneumococcus

F. Streptococcus viridans

G. Streptococcus pyogenes

2.4. MANIFESTASI KLINIS 1,3

Gejala dan tanda tonsilitis akut adalah:

1. Nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan

2. Demam

3. Malaise, nyeri sendi, tidak nafsu makan

4. Otalgia, karena nyeri alih melalui n. Glossofaringeus (n.IX)

5. Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis, dan terdapat detritus

berbentuk folikel, lakuna atau tertutup pseudomembran. Kelenjar submandibula

membengkak dan nyeri tekan.

11
2.5. PEMERIKSAAN FISIK TONSIL

Teknik pemeriksaan adalah pasien diminta untuk membuka mulutnya dan

kemudian pemeriksa menggunkan spatel menekan lidah ke bawah dan kemudian

daerah faring dan tonsil dapat dievaluasi.

12
Interpretasi pembesaran tonsil :

(T0) Tonsil sudah diangkat (Post-tonsilektomi)

(T1 ) Bila tonsil masih berada di dalam fossa tonsilaris

dan belum melewati arkus anterior

(T2) Bila tonsil telah keluar dari arkus anterior tetapi

belum melewati garis tengah antara arkus anterior dan uvula

(T3) Bila tonsil yang membesar lewati garis tengah

antara arkus anterior dan uvula

(T4) Bila tonsil yang membesar melewati uvula 1

2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG 9

a. Inflammatory parameter : pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dan

erythrocyte sedimentation rate (ESR) dan C-reactive protein (CRP) meningkat.

b. Pemeriksaan bakteri : sebuah kultur bakteri jarang diambil dari apus tenggorok

karena biasanya membutuhkan 2-3 hari untuk mendapatkan hasil yang definitif,

dimana waktu pengobatan sudah harus dimulai sebaiknya dilakukan sebuah rapid

13
immunoassay yang dapat mengidentifikasi organisme penyebab seperti

Streptococcus grup A hanya dalam waktu 10 menit.

2.7. Diagnosa Banding 3

1. Difteri

Difteri memiliki onset yang berbahaya dan ditandai dengan membran

abu-abu (susah dihilangkan) di tonsil, tenggorokan dan uvula. Diagnosis difteri

melalui pemeriksaan dan kultur swab.

Tonsilitis
Akut Difteri
(ulseratif)
Riwayat Tonsilitis Telah terpapar difteri
berulang
Temperatur Tinggi Rendah atau normal
Takikardi Sebanding Tidak sebanding
dengan demam dengan demam, nadi lemah
Toxaemia Tidak ada Bisa ada
Nyeri/sakit Berat Sedang atau tidak ada
Albuminuria Tidak ada Selalu ada
Tabel perbandingan antara difteri dan tonsilitis akut4

2. Scarlett fever

Scarlett fever dapat menyerupai tonsilitis akut. Scarlett fever disebabkan

oleh infeksi streptococcus dan menyebabkan ruam eritematosa berwarna abu-abu.

Pasien didapatkan tanda berupa strawberry tounge.

14
3. Abses peritonsil

Abses peritonsil adalah sekumpulan pus yang terletak diantara kapsul

tonsil dan muskulus konstriktor faringeal superior. Gejala yang paling sering

adalah sulit menelan , mengelurkan air liur, trismus dan demam. Asimetris

peritonsiler dapat terjadi dan disertai uvula.

2.8. PENATALAKSANAAN

1. Istirahat dan minum air yang cukup

2. Antibiotic spectrum luas ; penisilin, eritromicin, sefalosporin

3. Pemberian terapi supportif:

15
- Steroids

Pemberian steroid oral atau intramuscular pada anak dan dewasa menunjukkan

hasil perbaikan gejala yang signifikan dengan efek samping minimal. Dapat

diberikan dexamethasone (10mg), bethametasone (8mg), atau prednisolone

(60mg)

- Analgetik

Dapat diberikan ibuprofen, paracetamole, atau acetylsalicylic acid (tidak boleh

diberikan pada anak dibawah 12 tahun karena dapat menyebabkan reye syndrome)

- Obat kumur yang mengandung desinfektan

2.9. KOMPLIKASI 10

Komplikasi dari tonsillitis akut dapat menyebabkan:

1. Otitis Media Akut (OMA). Infeksi dapat menyebar ketelinga tengah

melalui tuba eustachius dan dapat mengakibatkan otitis media akut yang dapa

mengarah pada rupture spontan membrane timpani. Rupture spontan membrane

timpani lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid

2. Sinusitis

3. Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernapas melalui mulut,

tidur mendengkur, gangguan tidur karena terjadinya Obstructive sleep apnea

syndrome (OSAS)

4. Abses peritonsil

5. Abses parafaring

6. Glomerulonefritis akut

16
7. Demam rematik yang dapat berkembang menjadi kardiomiopati dan

penyakit jantung rematik

17
BAB III

KESIMPULAN

1. Tonsilitis adalah inflamasi pada tonsila palatina yang disebabkan oleh


infeksi virus atau bakteri.
2. Tonsilitis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus beta
haemolitikus grup A.
3. Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita
menelan) dan juga nyeri alih yang sering kali dirasakan ditelinga(karena
tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama).
4. Pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan tanda-tanda infeksi, abses dan
sumbatan jalan nafas.
5. Penatalaksanaan tonsilitis jika penyebabnya bakteri diberi antibiotik
dengan komplikasi berupa abses peritonsilitis, otitis media akut, dan
OSAS.

18
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi A, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R. 2007. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. FKUI:
Jakarta. Hal. 221-223
2. Adams GL, Boies LR, Higler PA. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi 6. EGC: Jakarta. Hal: 320-322, 330,339-340,342
3. Stelter K. Tonsilitis and Sore Throat in Children. GMS Current Topics in
Otorhinolaryngology-Head an Neck Surgery, Vol 13. 2014.
4. Bhargava KB, Bhargava SK, Shah TM. 2005. A Short Textbook of ENT
for studens and practitionars. Seventh edition. Usha: Mumbai. P. 226 ,
243-244, 249-250,252.
5. Snell RS, et al. 2005. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. ECG:
jakarta. Hal. 796, 798.
6. Snow JB.2002. Ballengers Manual of Otorhinolaryngology Head and
Neck Surgery. Decker: London. P. 369-370.
7. Probst R, Grevers G, Iro H. 2006. Basic Otorhinolaryngology Thieme :
Stuttgart. P. 113-115.
8. Borgstein J. The Basic Ear Nose Throat. London. P.149-153.
9. Graham JM, Scadding GK, Bull PD. 2007. Pediatric ENT. Springer : New
York. P. 131-136.
10. Shenoy PK. 2012. Acute Tonsilitis-if Left Untreated Could Cause
Severe Fatal Complications.In : Journal of Current Clinical Care, Volume
2, Issue 4.

19

Anda mungkin juga menyukai