Rekomendasi
Rekomendasi
1. PENDAHULUAN
DAFTAR ISI 1
2. PENDAHULUAN 2
3. PENGORGANISASIAN 3
5. TABEL (RL6) 5
9. PEMBATASAN PENGUNJUNG 10
2. PENGORGANISASIAN
PPIRS berbentuk Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit,
terdiri dari berbagai unit terkait yang bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit
Gusti Hasan Aman. Kemudian untuk operasional, ada Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit yang terdiri dari unsur perawat dan perawat gigi
(IPCN =Infection prevention control nurse dan IPCLN= Infection prevention control link
nurse).
Berdasarkan SK Direktur RSGM Gusti Hasan Aman No:.
Tentang Pembentukan Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Gusti HAsan Aman tanggal .
1 Januari 1.24%
2 Februari 3.14%
3 Maret 1.94%
4 April 2.72%
5 Mei 2.06%
6 Juni 5.67%
7 Rata-rata 2.71%
Bila kita lihat satu persatu dari data yang terkumpul , phlebitis adalah angka yang paling
tinggi yaitu 2.9% sehingga memicu peningkatan angka infeksi.
Kemungkinan penyebabnya adalah ;
1. Disinfeksi yang tidak adequat.
2. Prosedur yang tidak dijalankan dengan baik saat pemasangan IV Catheter.
3. Lingkungan terkontaminasi kuman.
4. Kepatuhan cuci tangan petugas saat sebelum melaksanakan tindakan a septic masih
sangat rendah, meskipun belum ada data untuk kepatuhan cuci tangan.
5. Perawatan luka / puncture site yang tidak adequate
6. Penggunaan IV line 1 minggu di satu tempat.
Infeksi luka operasi (ILO) sebesar 0.6% berarti jika terdapat 1000 pasien maka akan
terjadi infeksi sebanyak 6 orang atau 6/mil.
Pneumonia menunjukan angka 0.8% berarti turun dari angka tahun yang lau yang
mencapai 1,34% angka ini muncul dengan pembanding tirah baring lama sedangkan
pasca pemasangan ventilator di ICU kemudian terjadi pneumonia.
Decubitus juga menjadi indikator yang sangat penting, disadari atau tidak keperdulian
kita terhadap pasien bisa dinyatakan dengan angka ini dalam 6 bulan terdapat 7 orang
yang decubitus terjadi dirumah sakit dari 1493 orang pasien yang berpotensi jadi
sebesar 0.5% atau 4.7/mil.
infeksi akibat pemasangan catheter urin 0,4 % ini menunjukan penurunan dibandingan
dengan tahun lalu, perlu diingatkan kembali bahwa prosedur pemasangan dan
prosedur cuci tangan harus sudah terbiasa.
3. KEGIATAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN
1. Kampanye Cuci tangan (hand Hygiene campain)
Adalah masih menjadi sasaran awal untuk pengendalian infeksi pada tanggal 17 dan 21
Mei 2013 telah dilaksanakan kegitan pelatihan cuci tangan yang diikuti oleh seluruh
unsur karyawan mulai dari direktur utama, direktur dan stafnya, para dokter, farmasi,
laboratorium, perawat, radiolagi, bag umum, securiti, dan tidak terkecuali cleaning
servise.
Meskipun pada akhirnya peserta yang mengikuti pelatihan dunyatakan lulus namun
pada proses observasi dilapangan terdapat
i. 86,7 % sudah mengikuti pelatihan
ii. 94.4 % mencuci tangan dengan benar
iii. 1.9 % mencuci tangan salah
iv. 2.36 % mencuci tangan dengan tahapan yang terlewat
v. 1.4 % mencuci tangan dengan tahapan yang melompat
vi. Dan ada 13.3 % (64) orang belum mengikuti pelatihan,
akan disusulkan pelatihannya.
2. Kegiatan sosialisasi dan orientasi PPIRS bagi karyawan baru
1. Pada 5 April 2013 melaksanakan kegiatan orientasi pada karyawan baru
2. Pada 22 April 2013 kami melakukan kegitan sosialisasi kepada teman-teman perawat
di ruang tanjung
3. Evaluasi Program Dari Kegiatan Pokok Program
Program kepada pasien dan pengunjung rumah sakit:
Program pendidikan dan pelatihan kepada pasein dan penunggunya belum
dilaksanakan secara berkesinambungan. Sosialisasi tentang pengendalian infeksi
masih sangat minim dilakukan, memberikan informasi tentang pengendalian infeksi
kepada pengunjung menjadi bagian yang cukup penting untuk bisa terkendalinya infeksi
nosokomial (HAIs)
Program pendidikan kepada petugas sedikit demi sedikit sudah berjalan, orientasi
petugas/karyawan baru siswa perawat, sudah dilaksanakan meskipun belum
sepenuhnya. Untuk tahap awal program sudah dilaksanakan kegiatan pelatihan cuci
tangan.
Program immunisasi belum dapat dilaksanakan pada bulan ini karena terbentur dengan
anggaran, demikian juga dengan immunisasi bagi petugas/karyawan yang rencananya
akan dilakukan immunisasi Hep.B
Beberapa pelatihan tindakan invasif, penanganan pasien infeksius dan pelatihan
sterilisasi bagi petugas CSSD belum diperlukan karena petugas yang ada baru 2 tahun
yang lalu sudah mengikuti pelatihan CSSD.
Untuk Survey dapat terlaksana secara rutin untuk melihat mutu pelayanan ditinjau dari
beberapa angka infeksi yang antara lain ISK, ILO, pneumania, tusukan jarum infus,
sepsis, decubitus dan angka infeksi pada pemasangan WSD.
Terkait dengan program penyehatan lingkungan dirasakan masih perlu banyak koreksi