Anda di halaman 1dari 12

A.

Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Umur Ibu

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu

dengan pre eklamsi ada yang berusia kurang dari 20 tahun sebesar 6.3%

dan yang berusia lebih dari 35 tahun sebesar 27.9%, dengan rata-rata usia

ibu adalah 30.99 tahun. Usia termuda ibu dengan pre eklamsi 15 tahun

dan usia tertua 45 tahun. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih

dari 35 tahun merupakan factor risiko pada ibu hamil. Umur ibu

kurang dari 15 tahun atau lebih dari 34 tahun termasuk dalam kategori

risiko tinggi dalam kehamilan. Usia ibu hamil kurang dari 20 tahun

atau lebih dari 35 tahun berkaitan erat denga berbagai komplikasi

yang terjadi selama kehamilan, persalinan, nifas dan juga kesehatan

bayi ketika masih dalam kandungan maupun setelah lahir. Usia

dibawah 20 tahun merujuk pada kelompok ibu hamil terlalu muda.

Sedangkan usia diatas 35 tahun merujuk pada kelompok ibu hamil

terlalu tua sedangkan usia ideal adalah 20 35 tahun (Raharja, 2012).

Pernyataan diatas didukung oleh hasil penelitian yang

dilakukan oleh Pitriawati (2014), hasil penelitian menunjukkan bahwa

dari hasil uji statistik menggunakan chi-square didapatkan hasil p-

value = 0,020 < 0,05, yang berarti ada hubungan antara umur ibu

dengan preeklamsia dan tingkat keeratan hubungannya terkategorikan


hubungan yang moderat dengan nilai koefisien kontingensi 0.322,

sehingga H0 ditolak.

b. Paritas

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau

sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati.

Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu

24 minggu (Siswosudarmo, 2008). Menurut Wiknjosastro (2005),

paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kasus

kematian ibu. Paritas pertama berhubungan dengan kuranganya

pengalaman dan pengetahuan ibu dalam perawatan kehamilan. Paritas

2-3 merupakan paritas paling aman. Paritas satu dan paritas tinggi

(lebih dari tiga) merupakan paritas beresiko terjadinya preeklampsia.

Ibu dengan paritas tinggi (lebih dari 4) sudah mengalami penurunan

fungsi sistem reproduksi, selain itu biasanya ibu terlalu sibuk

mengurus rumah tangga sehingga sering mengalami kelelahan dan

kurang memperhatikan pemenuhan gizinya (Henderson, 2006).

Pada primigravida sering mengalami stress dalam menghadapi

persalinan. Stress emosi yang terjadi pada primigravida menyebabkan

peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh

hipothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol.

Efek kortisol adalah mempersiapkan tubuh untuk berespons terhadap

semua stressor dengan meningkatkan respons simpatis, Semua wanita

memiliki risiko preeklampsia selama hamil, bersalin, dan nifas.


Preeklampsia tidak hanya terjadi pada primigravida/ primipara, pada

grandemultipara juga memiliki risiko untuk mengalami eklampsia.

Misalnya pada ibu hamil dan bersalin lebih dari tiga kali. Peregangan

rahim yang berlebihan menyebabkan iskemia berlebihan yang dapat

menyebabkan preeclampsia. Paritas ibu < 2 atau 4 kali berisiko

terjadi preeklampsia dan paritas antara 2-3 kali tidak berisiko

terjadinya preeclampsia (Suwanti, dkk. 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2015)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara paritas dengan

kejadian preeclampsia pada ibu hamil di RSUD Wonosari.

c. Usia Kehamilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia kehamilan ibu

dengan pre eklamsi dengan usia kehamilan aterm (37-42 minggu)

sebesar 40%. Pre eklampsi paling sering didapatkan setelah umur

kehamilan 20 minggu, dimana semakin bertambahnya usia kehamilan

maka semakin besar pula kemungkinan untuk terjadi pre eklampsi.

Semakin tua umur kehamilan, maka akan semakin tinggi frekuensi

terjadinya pre eklampsi. Pada kehamilan normal, arteria spiralis yang

terdapat pada desidua mengalami pergantian sel dengan trofoblas

endovaskuler yang akan menjamin lumennya tetap terbuka untuk

memberikan aliran darah tetap, nutrisi cukup dan O2 seimbang.

Dekstruksi pergantian ini seharusnya pada trimester pertama,

yaitu minggu ke-16 dengan perkiraan pembentukan plasenta telah


berakhir. Invasi endovaskuler trofoblas terus berlangsung pada

trimester kedua dan masuk ke dalam arteria miometrium. Hal ini

menyebabkan pelebaran dan tetap terbukanya arteri sehingga

kelangsungan aliran darah, nutrisi, dan O2 tetap terjamin. Hal tersebut

dibutuhkan janin dalam rahim. Invasi trimester kedua pada pre

eklampsi dan eklampsi tidak terjadi sehingga terjadi hambatan pada

saat memerlukan tambahan aliran darah untuk memberikan nutrisi dan

O2 dan menimbulkan situasi iskemia regio uteroplasenter pada

sekitar minggu ke-20. Keadaan ini dapat menerangkan bahwa pre

eklampsi baru akan terjadi mulai minggu ke-20 kehamilan (Manuaba,

2007).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohaya dan Suprida

(2010), yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara usia kehamilan dengan kejadian pre eklampsi pada ibu bersalin

terbukti secara statistik.

d. Riwayat Persalinan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar ibu dengan pre eklamsi dengan riwayat persalinan sectio

caesarea sebesar 58.9%. Persalinan adalah proses fisiologis dimana

uterus mengeluarkan atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta

setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih dapat hidup di luar

kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau

tanpa bantuan (Saifuddin, 2009). Bentuk persalinan meliputi:


persalinan spontan, persalinan buatan (ekstraksi vacum, forseps, dan

sectio cesarea), dan persalinan anjuran (Rukiyah, 2012)

e. Berat Bayi Lahir (BBL)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat bayi lahir kurang

dari 1500 pada ibu dengan pre eklamsi sebesar 30.5%. Pada ibu dengan

preeklampsia terjadi perubahan fisiologi patologi diantarnya

perubahan pada plasenta dan uterus yaitu menurunnya aliran darah ke

plasenta yang mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada

hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin terganggu. Pada

hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin sampai mati

janin karena kekurangan oksigen. Sedangkan tonus uterus dan

kepekaan terhadap rangsangan pada preeklampsia dan eklamsi mudah

terjadi partus prematurus (Prawirohardjo, 2009). Pernyataan tersebut

didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Ika (2012), hasil

penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pre eklamsia

dengan bayi berat lahir rendah (BBLR).

f. Pre-eklamsi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu

dengan preeklamsi masuk kedalam kategori preeklamsi berat sebesar

88.4%. Preeklampsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,

edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Saifuddin,

2009). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian preeklampsi,

yaitu : paritas, riwayat kesehatan, genetik, pendidikan, sosial ekonomi,


dan suku atau etnik. Selain itu, ada beberapa penyakit ibu yang dapat

meningkatkan risiko terjadinya preeklampsi yaitu riwayat preeklampsi,

hipertensi kronis, diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis, dan

hiperplasentosis meliputi mola hidatidosa, kehamilan kembar dan bayi

kembar (Saifuddin, 2009).

Faktor-faktor lain yang dapat mengakibatkan kejadian

preeklampsi-eklampsia yaitu adanya anamnesis yang kurang

mendalam pada riwayat kesehatan, pasien tidak mengingat jika pernah

menderita suatu penyakit, ketidaksempurnaan dokumentasi, data yang

terdahulu hilang (Saifuddin, 2009).

g. Asfiksia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi

dengan ibu preeklamsi mengalami asfiksia kategori sedang (4-6) sebesar

43.7%. Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi baru lahir yang

tidak segera menangis, sehingga tidak dapat bernafas spontan dan

teratur maka menyebabkan oksigenasi terganggu ke organ vital yakni

otak yang dapat berdampak buruk dalam kehidupan lanjut (Manuaba,

2010). Asfiksia paling sering terjadi pada periode segera setelah lahir

dan menimbulkan sebuah kebutuhan resusitasi dan intervensi segera

untuk meminimalkan mortalitas dan morbiditas (Maryunani, 2009).

Asfiksia merupakan kegagalan bernafas yang terjadi secara

spontan dan teratur disebabkan hipoksia janin dalam uterus dan

hipoksia ini berhubungan dengan kehamilan, persalinan, atau segera

setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila


penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang

akan dikerjakan bertujuan unruk mempertahankan kelangsungan hidup

dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul

(Manuaba,2010).

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Umur Ibu Pre Eklamsi dengan Asfiksia pada Bayi

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara umur

ibu pre eklamsi dengan asfiksia pada bayi di RSUP Dr. Kariadi

Semarang, dengan nilai p sebesar 0.003 < (0,05). Penelitian tersebut

didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Junita Caroline

Gerungan (2013) di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,

menyebutkan ada hubungan umur ibu dengan kejadian asfiksia. Selain

itu penelitian yang dilakukan Ekasari (2015) juga menunjukkan

terdapat pengaruh antara umur ibu terhadap asfiksia pada ibu dengan

preeklampsi berat, akan tetapi kurang bermakna.

b. Hubungan Paritas Ibu Pre Eklamsi dengan Asfiksia pada Bayi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

paritas ibu pre eklamsi dengan asfiksia pada bayi di RSUP Dr. Kariadi

Semarang, dengan nilai p sebesar 0.000 < (0,05). Paritas yang tinggi

memungkinkan terjadinya penyulit kehamilan dan persalinan yang

dapat menyebabkan terganggunya transportasi oksigen dari ibu ke

janin yang akan menyebabkan asfiksia yang dapat dilihat dari nilai

APGAR pada menit-menit pertama setelah lahir (Manuaba, 2010).


Selly (2010) menyebutkan ada hubungan yang signifikan paritas

dengan kejadian asfiksia.

c. Hubungan Usia Kehamilan Ibu Pre Eklamsi dengan Asfiksia pada

Bayi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

usia kehamilan ibu pre eklamsi dengan asfiksia pada bayi di RSUP Dr.

Kariadi Semarang dengan nilai p sebesar 0.000 < (0,05). Mulia

(2013) menyebutkan ada hubungan yang signifikan kehamilan

postterm dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir dengan risiko

3X lebih besar dibanding aterm. Sedangkan Setyo Sidik (2012)

mengemukakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

prematuritas dengan kejadian asfiksia di mana prematuritas

meningkatkan risiko dua kali lipat terjadinya asfiksia. Ekasari (2015)

menyebutkan semakin muda usia kehamilan (prematur atau usia

kehamilan <37 minggu) semakin tinggi risiko terjadinya asfiksia pada

ibu preeklampsi berat.

d. Hubungan Riwayat Persalinan Ibu Pre Eklamsi dengan Asfiksia pada

Bayi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

riwayat persalinan ibu pre eklamsi dengan asfiksia pada bayi di RSUP

Dr. Kariadi Semarang, dengan nilai p sebesar 0.027 < (0,05). Pada

kehamilan spontan dapat terjadi asfiksia karena ada penekanan saat

terjadi mekanisme persalinan berlangsung, meliputi: engagement,


penurunan kepala, fleksi, rotasi dalam, ekstensi, rotasi luar dan

ekspulsi (Sumarah, 2009). Asfiksia pada persalinan spontan

disebabkan karena adanya dari factor maternal (hipotensi, syok

maternal, malnutrisi), factor uterus (kontraksi memanjang, gangguan

vaskuler), factor tali pusat (prolapsus dan penumbungan tali pusat),

dan factor plasenta (degenerasi vaskuler, solusio plasenta) (JNPK-KR,

2008). Penyebab terjadinya asfiksia karena adanya persalinan dengan

tindakan, dimana digunakan alat dan adanya penggunaan obat bius

dalam operasi. Salah satu factor penyebab terjadinya asfiksia adalah

perdarahan intracranial yang menyebabkan terganggunya proses

sirkulasi oksigen ke otak (Prawirohardjo, 2009).

Pada kondisi yang sangat ekstrim, anestesi umum dapat

dilakukan jauh lebih cepat dari pada anestesi spinal dan juga

mempunyai efek yang menguntungkan apabila ibu mengalami syok.

Pada kondisi dimana anestesi tidak perlu diberikan secara tergesa-gesa

(waktu untuk melahirkan bayi 30 menit), dapat dilakukan anestesi

spinal oleh tenaga anaesthetis yang kompeten untuk meminimalisasi

resiko pada ibu dan bayi (JNPK KR PONEK, 2008). Menurut

peneliti, jenis persalinan berpengaruh besar terhadap angka kejadian

asfiksia neonatorum karena pada persalinan spontan memungkinkan

adanya prolapsus tali pusat, kompresi tali pusat juga adanya partus

lama yang menyebabkan terjadinya hipoksia pada janin yang

menyebabkan tidak ada saluran udara yang akhirnya menyebabkan


asfiksia neonatorum. Sedangkan pada persalinan buatan,

memungkinkan adanya penggunaan alat-alat medis yang dapat

menyebabkan trauma dan perdarahan intra cranial pada bayi dan

menghambat sirkulasi oksigen, sesuai dengan teori yang sebelumnya.

Pernyataan diatas didukung oleh penelitian yang dilakukan Mulastin

(2014), hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

jenis persalinan dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSIA Kumala

Siwi Pecangaan Jepara.

e. Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Asfiksia pada Bayi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

berat bayi lahir (BBL) dengan asfiksia pada bayi di RSUP Dr. Kariadi

Semarang, dengan nilai p sebesar 0.000 < (0,05). Bayi dengan berat

lahir rendah sangat rentan. Menurut Prawirohardjo (2012) salah satu

akibat dari berat badan lahir rendah adalah terjadinya asfiksia

neonatorum. Asfiksia atau gagal nafas secara spontan saat lahir atau

beberapa menit setelah lahir sering menimbulkan penyakit berat pada

BBLR. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan (ratio lesitin

atau sfingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan perkembangan yang

belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga

yang mudah melengkung.

Penelitian Saputro (2015) didapatkan hasil bahwa bayi berat

lahir rendah memiliki risiko terjadi asfiksia empat kali dibandingkan

bayi dengan berat lahir normal. Begitu pula dengan Agustini (2015)
mengemukakan ada hubungan yang bermakna antara BBLR dengan

kejadian asfiksia, di mana besar risiko BBLR sepuluh kali lebih

banyak dibandingkan berat lahir normal.

f. Hubungan Pre Eklamsi pada Ibu dengan Asfiksia pada Bayi

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pre

eklamsi ibu dengan asfiksia pada bayi di RSUP Dr. Kariadi Semarang,

dengan nilai p sebesar 0.000 < (0,05). Janin yang dikandung ibu

hamil dengan preeklampsi akan hidup dalam rahim dengan nutrisi dan

oksigen di bawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena pembuluh

darah ke plasenta menyempit. Karena buruknya nutrisi, pertumbuhan

janin akan terhambat, sehingga sering terjadi bayi dengan berat lahir

rendah. Bisa juga janin dilahirkan kurang bulan (prematur) apabila

pemberian antihipertensi pada ibu tidak memberikan hasil yang

signifikan terhadap tekanan darah ibu. Sedangkan komplikasi lanjutan

dari prematuritas antara lain, keterlambatan belajar, cerebralpalsy,

masalah pada pendengaran dan penglihatan, asfiksia (Rukiyah, 2012)

Sedangkan menurut Rukiyah (2012) komplikasi preeklampsi

dibagi menjadi 2, yaitu :

1) Maternal

Di mana beberapa komplikasi maternal antara lain gagal ginjal

akibat tubuler nekrosis, acute kortikal nekrosis, gagal jantung,

edema paru, trombositopenia, DIC, dan cerebrovaskuler accident

2) Neonatal
Di mana komplikasi yang terjadi pada neonatal yaitu persalinan

premature, pertumbuhan janin terhambat terjadi sekitar 30-40%

pada superimposed preeklampsi, perinatal asfiksia, dan kematian

perinatal.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen28 halaman
    Bab I
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Manuscript
    Manuscript
    Dokumen14 halaman
    Manuscript
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas
    Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas
    Dokumen5 halaman
    Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas
    Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas
    Dokumen5 halaman
    Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen26 halaman
    Bab Ii
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Ijin
    Ijin
    Dokumen3 halaman
    Ijin
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Ethical Clearance
    Ethical Clearance
    Dokumen5 halaman
    Ethical Clearance
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen26 halaman
    Bab Ii
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Ijin
    Ijin
    Dokumen3 halaman
    Ijin
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Ijin
    Ijin
    Dokumen3 halaman
    Ijin
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen2 halaman
    2
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Hubungan Perilaku Dan Lingkungan
    Hubungan Perilaku Dan Lingkungan
    Dokumen34 halaman
    Hubungan Perilaku Dan Lingkungan
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Proposal 5
    Proposal 5
    Dokumen68 halaman
    Proposal 5
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Ijin
    Ijin
    Dokumen3 halaman
    Ijin
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen2 halaman
    2
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Ethical Clearance
    Ethical Clearance
    Dokumen5 halaman
    Ethical Clearance
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Daftar Rotasi
    Daftar Rotasi
    Dokumen8 halaman
    Daftar Rotasi
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Pemba Has An
    Pemba Has An
    Dokumen12 halaman
    Pemba Has An
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Program Studi s1 Keperawata1
    Program Studi s1 Keperawata1
    Dokumen2 halaman
    Program Studi s1 Keperawata1
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka.2
    Daftar Pustaka.2
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka.2
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka.2
    Daftar Pustaka.2
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka.2
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Daftar Rotasi
    Daftar Rotasi
    Dokumen8 halaman
    Daftar Rotasi
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka.2
    Daftar Pustaka.2
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka.2
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen5 halaman
    Daftar Pustaka
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • KISI
    KISI
    Dokumen7 halaman
    KISI
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Iib Mutaqin
    Belum ada peringkat