BAHASA INDONESIA
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
OLEH
KELOMPOK 4 :
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah menjadikan manusia sebagai
makhluk yang sempurna yang dilengkapi dengan akal pikiran, supaya manusia mampu memanfaatkannya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan segala upaya akal pikiran ini manusia dapat berikhtiar
untuk mencapai hubungan baik sesamanya. Kemudian shalawat dan beserta salam penulis sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW selaku utusan Allah SWT yang terakhir diturunkan ke bumi untuk
menyampaikan risalahnya sebagai petunjuk dan peringatan untuk manusia.
Penulisan makalah ini menjadi suatu tugas bagi penulis untuk menyelesaikan tugas MAKALAH
BAHASA INDONESIA TENTANG EJAAN YANG DISEMPURNAKAN, maka penulis telah berusaha
semaksimal mungkin sesuai dengan ilmu pengetahuan dan kemampuan penulis menulis makalah ini. Pada
kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih dan rasa penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada berbagai pihak terutama orang tua yang telah memberikan dukungan dan semangat
kepada penulis. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang ikut membantu dalam
penyelesaian makalah ini terutama kepada:
1. Dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia.
2. Serta pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam proses penulisan makalah ini yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga bimbingan dan bantuan yang serta dorongan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan
dan diridhai oleh Allah SWT. Akhir kata, penulis memohon ampunan kepada Allah SWT dan maaf yang
sedalam-dalamnya atas segala kekhilafan yang telah penulis perbuat.
Semoga Allah SWT selalu memberikan kekuatan dan memberkahi semua amal baik yang telah
kita perbuat. Amin-amin ya rabbal alamin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul. i
Kata pengantar ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah.. 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian.. 2
B. Penulisan Huruf. 2
1. bunyi ejaan. 2
C. Pelafalan 6
A. Kesimpulan 8
B. Saran.. 8
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dasar yang paling baik untuk melambangkan bunyi ujaran atau bahasa
adalah satu bunyi ujaran yang membedakan arti dilambangkan dengan satu
lambang tertentu. Lambang yang dipakai untuk mewujudkan bunyi ujaran itu
biasa disebut huruf. Dengan huruf-huruf itulah manusia dapat menuliskan gagasan
yang semula hanya disampaikan secara lisan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
2. Dapat mengetahui bagaimana penulisan huruf yang tepat sesuai kaidah EYD
3. Dapat mengetahui bagaimana pelafalan yang baik dan benar sesuai kaidah EYD
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan
penulisan huruf kapital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD di sini diartikan
sebagai tata bahasa yang disempurnakan.
Singkatnya, EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.
B. PENULISAN HURUF
1. Bunyi Ejaan
Ejaan huruf dari masa ke masa terus mengalami perubahan yang mulanya pada tahun
1901 menggunakan ejaan Van Ophuisjen yang memiliki penulisan beberapa huruf yang
khas, yaitu :
(1) Huruf oe
(3) Huruf j
Untuk menuliskan kata-kata jang, sajang, bajangan, saja (aku), dan sebagainya.
Periode salanjutnya ialah ejaan Soewandi yang diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947
memiliki beberapa penulisan huruf yang khas, yaitu:
(1) Huruf u digunakan untuk menggantikan huruf oe dalam ejaan Van Ophuisjen.
Huruf u digunakan dalam kata-kata sayu, rayu, kayu, kamu, dan sebagainya.
(2) Huruf k digunakan untuk menggantikan (tanda baca petik satu) dalam ejaan
Van Ophuisjen. Huruf k digunakan dalam menulis kata-kata rakyat, tak, takzim, dan
sebagainya.
(3) Perangkaian penulisan awalan di dengan kata benda yang mengikutinya, seperti dikampus,
dimasjid, dan dikelas.
(a) Penulisan awalan di yang sebelumnya dirangkai dengan kata benda yang
mengikutinya, kemudian dipisahkan, contoh: di rumah, di perpustakaan, dan di kebun.
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu:
(1) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya :
- Dia menulis surat di kamar.
- Tugas bahasa Indonesia sudah dikerjakan.
(2) Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya :
- Ayah bertanya, Apakah mahasiswa sudah libur?.
- Kemarin engkau terlambat, kata ketua tingkat.
(3) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci. Misalnya :
(5) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat. Misalnya :
(7) Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
Misalnya :
- bangsa Indonesia
- suku Sunda
Tetapi apabila nama negara, bangsa, dan suku tersebut menjadi nama suatu
benda, maka ditulis dengan huruf kecil. Contoh :
(8) Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,dan
peristiwa sejarah. Misalnya :
(10) Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah, ketatanegaraan, kecuali terdapat kata penghubung. Misalnya :
- Republik Indonesia
- Majelis Permusyawaratan Rakyat
- Gedung Pemuda dan Olahraga
(11) Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.
Misalnya:
- Surat Saudara sudah saya terima.
- Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.
(12) Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya :
- Surat Anda telah saya balas
- Sudahkah Anda sholat?
(13) Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan
sapaan. Misalnya :
(14) Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan. Misalnya:
- Perserikatan Bangsa-Bangsa
- Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
(15) Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul majalah, surat
kabar, dan karangan ilmiah lainnya. Kata-kata penghubung (di, ke, dari, yang, dan,
dan untuk) yang terdapat dalam judul, kecuali yang berada di awal kalimat, ditulis
dengan huruf kecil. Misalnya:
(1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
- Buku Negara Kertagama karangan Prapanca.
- Majalah Suara Hidayatullah sedang dibaca.
(2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata.
Misalnya :
(3) Penulisan istilah ilmiah atau istilah-istilah asing yang belum diadopsi atau diadaptasi
oleh Bahasa Indonesia. Contoh :
- Para ulama menentukan awal Ramadan dan Idul Fitri dengan hisab dan rukyah.
- Nama latin dari bunga bangkai adalah Rafflesia sp.
C. PELAFALAN
Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi bahasa lain,
terutama bahasa asing. Dalam bahasa tersebut, satu bunyi yang dilambangkan dengan satu huruf,
misalnya a atau g, dapat diucapkan dengan berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi
atau fonem yang ada di sekitarnya. Lain halnya dengan bahasa Indonesia, bunyi-bunyi dalam
bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal dalam bahasa
Indonesia disesuaikan dengan tulisan.
Contoh :
Teknik
Lafal yang salah : tehnik
Lafal yang benar : teknik
Tegel
Lafal yang salah : tehel
Lafal yang benar : tegel
Energi
Lafal yang salah : enerhi, enersi, enerji
Lafal yang benar : energi
Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah mengenai singkatan kata dengan
huruf.
Contoh :
TV
Lafal yang salah : tivi
Lafal yang benar : te ve
MTQ
Lafal yang salah : emtekyu, emtekui
Lafal yang benar : em te ki
Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan pelafalan nama diri, yaitu
nama orang, badan hukum, lembaga, jalan, kota, sungai, gunung, dan sebagainya
disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku, kecuali jika ada pertimbangan lain,
dengan kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan
yang Disempurnakan. Jadi, pelafalan nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai
dengan yang tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut.
Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau nama
obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama tersebut. Jadi, pemakai
bahasa dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis, tergantung
pakar atau pembuatnya.
Contoh:
Coca Cola
Lafal yang benar : Koka Kola
HCL
Lafal yang benar : Ha Se El
Adapun kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi h.
Pelafalan bunyi h ada aturannya dalam bahasa Indonesia.
Bunyi h yang terletak di antara dua vokal yang sama harus dilafalkan dengan jelas,
seperti pada kata mahal, pohon, luhur, leher, sihir.
Bunyi h yang terletak di antara dua vokal yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau
hampir tidak kedengaran, seperti pada kata tahun, lihat, pahit. Bunyi h pada kata seperti
itu umumnya dilafalkan dengan bunyi luncur w atau y, sehingga kedengarannya
tawun, liyat, payit.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hal yang perlu mendapat perhatian ialah mengenai pemakaian dan pelafalan huruf pada
penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan
pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan hukum, lembaga, jalan, kota, sungai, gunung, dan
sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku, kecuali kalau ada pertimbangan lain.
Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Huruf vokal itu dapat didahului
atau diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada
penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir setiap baris tulisan.
B. SARAN
Pengguna bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain,
misalnya mencari kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk
memudahkan pengetikan.
Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia sekarang menganut sistem ejaan fonemis,
yaitu satu bunyi dilambangkan dengan satu tanda (huruf). Akan tetapi, kenyataannya masih
terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada adanya fonem (bunyi) yang masih
dilambangkan dengan dua tanda, yaitu /ng/, /ny/, /kh/, dan /sy/. Sebaliknya, ada dua fonem yang
dilambangkan dengan satu tanda saja, yaitu /e/ pepet dan /e/ taling. Hal ini dapat menimbulkan
hambatan dalam penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Parmin, Jack. dkk. 2011. Menulis Ilmiah: Buku Ajar MPK Bahasa
Indonesia. Surabaya: Unesa University Press.
Arifin, Zainal dan Tasai, Amran, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk
Perguruan Tinggi, Jakarta: Akademika Pressindo, 2003, hlm
.170.
Rumaningsih, Endang, Mahir Berbahasa Indonesia, Semarang: Rasail,
2006, hlm. 77
Sumber: http:// istiqomahqoe.multiply.com/journal/item/8