Penda Hulu An
Penda Hulu An
KARBOHIDRAT I
Kelompok 7
Ayu Septra Wulandari J3L112029
Yaya Nugraha J3L112089
Diana Agustini Raharja J3L112168
Gambar 1. Hasil uji Molisch pada larutan pati (a), maltosa (b), laktosa (c), sukrosa
(d), fruktosa (e), dan glukosa (f)
Hasil pada uji Molisch menunjukkan bahwa semua bahan uji merupakan
karbohidrat dengan terbentuknya cincin berwarna ungu sesuai dengan literatur
akan tetapi literatur menetapkan cincin berwarna ungu kemerahan sebagai reaksi
positif.
Prinsip uji Molisch ialah berdasarkan pembentukan furfural atau turunan-
turunan dari karbohidrat yang didehidrasi oleh asam anorganik pekat.
Karbohidrat oleh asam anorganik pekat (H2SO4) akan dihidrolisis menjadi
monosakarida. Dehidrasi monosakarida jenis pentosa oleh asam sulfat pekat
menjadi furfural dan golongan heksosa menghasilkan hidroksimetilfurfural (Yazid
2006).
Pereaksi Molisch terdiri atas larutan 5% -naftol dan alkohol 95%.
Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan yang mengandung karbohidrat
kemudian ditambahkan asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair.
Pada batas antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi
kondensasi antara furfural dengan -naftol. Walaupun reaksi ini tidak spesifik
untuk karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan dalam
analisis kuantitatif karbohidrat. Hasil negatif merupakan suatu bukti bahwa tidak
ada karbohidrat (Poedjiadi 1994).
Reaksi yang terjadi pada uji Molisch yaitu sebagai berikut.
CHO
H COH
O
H COH + H2SO 4
+ cincin ungu
H COH
O
CH2OH
OH
(pentosa) (furfural) (a-naftol)
CHO
H COH
O
H COH
H COH + H2SO 4
+ cincin ungu
HO O
H COH
CH2OH OH
Gambar 3 Hasil uji Barfoed pada larutan glukosa (a), frukstosa (b), sukrosa (c),
laktosa (d), maltosa (e), dan pati (f)
Hasil dari uji Barfoed seperti pada tabel kurang sesuai dengan literatur.
Menurut literatur semua monosakarida akan menunjukkan warna biru sebagai
reaksi positif dengan warna yang kepekatannya akan lebih pekat dibandingkan
disakarida maupun polisakarida. Hal ini karena hasil pengamatan dilakukan
dengan cara visualisasi secara langsung. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat dapat dilakukan analisis dengan alat spektrofotometer.
Prinsip uji Barfoed yaitu karbohidrat dalam larutan asam lemah akan
mengalami perubahan reaktifitas. Karbohidrat dengan reaktifitas rendah akan
hilang daya reduksinya sedangkan karbohidrat dengan reaktifitas tinggi akan tetap
dipertahankan.
Pereaksi Barfoed terdiri atas larutan kupri asetat dan asam asetat dalam air,
dan digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida.
Monosakarida dapat mereduksi lebih cepat daripada disakarida. Jadi, Cu2O
terbentuk lebih cepat oleh monosakarida daripada disakarida, dengan anggapan
bahwa konsentrasi monosakarida dan disakarida dalam larutan tidak berbeda
banyak. Tauber dan Kleiner membuat modifikasi atas pereaksi ini, yaitu dengan
jalan mengganti asam asetat dengan asam laktat dan ion Cu + yang direaksikan
dengan pereaksi warna fosfomolibdat hingga menghasilkan warna biru yang
menunjukkan adanya monosakarida. Disakarida dengan konsentrasi rendah tidak
memberikan hasil positif. Perbedaan antara pereaksi Barfoed dengan pereaksi
Fehling atau Benedict ialah bahwa pada pereaksi Barfoed digunakan suasana
asam (Poedjiadi 1994).
Reaksi yang terjadi pada uji Barfoed sebagai berikut.
O Cu-asetat O
R H kalor R OH + Cu2 O (s)
+ CH3 COOH
Gambar 4 Hasil uji fermentasi pada larutan glukosa (a), fruktosa (b), sukrosa (c),
dan pati (d)
Hasil uji fermentasi pada tabel kurang sesuai dengan literatur. Pada
literatur pembentukan CO2 yang diukur tingginya, semua monosakarida akan lebih
tinggi dibandingkan disakarida dan disakarida lebih tinggi dibandingkan
polisakarida.
Menurut Wirahadikusumah (1985), prinsip uji fermentasi yaitu
menguraikan karbohidrat menjadi etanol dan CO2 tanpa dilibatkannya oksigen
(anaerob) dengan bantuan ragi. Uji ini digunakan untuk menentukan kereaktifan,
karena monosakarida lebih reaktif daripada disakarida ataupun polisakarida dalam
pembentukan etanol dan gas CO2. Selain itu, pati dan disakarida lainnya
merupakan molekul yang relatif lebih besar dibandingkan dengan monosakarida
sehingga kemampuan ragi untuk mencerna dan mengubahnya menjadi produk
hasil lebih banyak memerlukan energi dan waktu yang lebih lama. Penambahan
NaOH pada uji ini adalah untuk membuktikan adanya gas CO2 yang terbentuk.
Jalur metabolisme fermentasi sama dengan glikolisis sampai dengan
terbentuknya asam piruvat. Dua tahap reaksi enzim berikutnya adalah reaksi
perubahan asam piruvat menjadi asetaldehida, dan reaksi reduksi asetaldehida
menjadi alkohol. Dalam reaksi pertama, piruvat didekarboksilasi diubah menjadi
asetaldehida dan CO2 oleh piruvat dekarboksilase. Dalam reaksi terakhir,
asetaldehida direduksi oleh NADH dengan enzim alkohol dehidrogenase,
menghasilkan etanol. Dengan demikian etanol dan CO 2 merupakan hasil akhir
fermentasi alkohol dan jumlah energi yang dihasilkan sama dengan glikolisis
anaerob, yaitu 2 ATP.
Reaksi yang terjadi pada uji fermentasi sebgai berikut.
ragi
C6H12O 6
anaerob
2C2H5OH + 2CO2 + 2ATP
Aplikasi beberapa uji karbohidrat salah satunya ialah uji Molisch digunakan
sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan karbohidrat
pada suatu produk sebelum menentukan uji kuantitatifnya. Menurut Poedjiadi
(1994), pereaksi Benedict lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan glukosa
dalam urin daripada pereaksi Fehling karena beberapa alasan. Apabila dalam urin
terdapat asam urat atau kreatinin, kedua senyawa ini dapat mereduksi pereaksi
Fehling, tetapi tidak dapat mereduksi pereaksi Benedict. Di samping itu pereaksi
Benedict lebih peka daripada pereaksi Fehling. Penggunaan pereaksi Benedict
juga lebih mudah karena hanya terdiri atas satu macam larutan, sedangkan
pereaksi Fehling terdiri atas dua macam larutan. Uji Barfoed digunakan untuk
mendeteksi karbohidrat yang tergolong monosakarida dalam suatu produk,
sedangkan uji fermentasi dapat digunakan dalam pembuatan produk makanan
seperti tapai ketan dan tapai singkong.
SIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa pada uji Molisch glukosa,
fruktosa, maltosa, laktosa, sukrosa, dan pati merupakan karbohidrat. Pada uji
Benedict glukosa, fruktosa, maltosa, dan laktosa adalah gula pereduksi sedangkan
sukrosa dan pati adalah gula nonpereduksi. Pada uji Barfoed glukosa dan fruktosa
merupakan monosakarida sedangkan maltosa, laktosa, dan sukrosa merupakan
disakarida dan pati merupakan polisakarida. Pada uji fermentasi monosakarida
lebih reaktif dari disakarida dan disakarida lebih reaktif dari polisakarida dalam
proses fermentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden RJ, JS Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jilid ke-2. Pudjaatmaka AH,
penerjemah; Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry. Ed.
Ke-3.
Hawab HM. 2003. Pengantar Biokimia. Malang (ID): Bayumedia.
Poedjiadi Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press.
Wirahadikusumah M. 1985. Biokomia: Metabolisme Energi, Karbohidrat, dan
Lipid. Bandung (ID): ITB Press.
Yazid Estien, Lisda Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk
Mahasiswa Analis. Yogyakarta (ID): Andi.