Anda di halaman 1dari 12

Fungsi Partisi pada Model Potts Planar dan Standart untuk

Kasus 1 Dimensi

Rahma, A.Y1., Stephanie, M.V., Rizkiyah, N.L., Nurhanivah, D., Winardhi, W.C.
10213036, 10213076, 20216307, 20216309, 20216310
Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10, Bandung, Indonesia

E-mail: rannisayulia@gmail.com

Abstract. Model Potts adalah sebuah model matematis yang dapat menjelaskan interaksi
dalam suatu sistem yang kompleks. Model ini sendiri terbukti menjadi alat yang berguna
dengan aplikasi yang cukup luas seperti pada bidang sosiologi, biologi, fisika, maupun kimia.
Model Potts merupakan hasil generalisasi dari model Ising untuk kasus interaksi antarspin
lebih dari 2. Pada tugas ini akan dididapatkan fungsi partisi pada dua kasus yaitu model standar
potts (Askhin-Teller Model Potts) dengan syarat batas periodik dan arah spin q=2 tanpa medan
magnet dan planar model Potts (clock model atau vector Potts model) dengan q=3 dan
dipengaruhi medan magnet. Metode Transfers matriks Krammers-Wanier digunakan untuk
membantu menghitung fungsi partisi (Qn). Aplikasi model Potts sendiri dapat diaplikasikan
dalam bidang fisika untuk meneliti kecepatan kritis gelembung besar dan kecil yang mengalir
pada busa, pada bidang biologi untuk meneliti pertumbuhan tumor yang direpresentasikan
sebagai kisi dan pada sosiologi yang menerapkan model Potts pada lingkungan hidup manusia
dan interaksi antara sesama. Pada tugas ini telah berhasil diturunkan fungsi partisi untuk Model
Potts standar dengan q=2 yang tidak dipengaruhi medan magnet yang bentuk yang mirip
dengan model Ising dan model Potts planar dengan q=3 yang dipengaruhi medan magnet
dengan sudut dan =0.

1. Pendahuluan
Model Potts dapat menjelaskan dan memprediksi sifat dari keadaan stokastik sistem kompleks. Hal ini
karena model ini dapat mengetahui bagaimana suatu elemen internal berinteraksi dengan sekitarnya
dalam sistem tergantung pada karakteristik yang dimiliki masing-masing elemen. Model Potts juga
terbukti dapat menjadi alat yang sangat berguna dengan aplikasi yang luas dalam bidang biologi,
sosiologi, fisika, maupun kimia (Beaudin L, 2017). Model Potts merupakan generalisasi dari model
Ising (Ising, 1925) untuk kasus lebih dari dua komponen yang berinteraksi, seperti interaksi spin
dalam kisi.
Model Potts juga dapat digunakan untuk menjelaskan sifat atau perubahan yang terjadi pada
feromagnetik, antiferomagnetik dan beberapa fenomena dalam fisika zat padat. Ketika interaksi yang
dipelajari hanya menggunakan 2 jenis spin, maka model itu termasuk dalam model Ising, sementara
jika menggunakan interaksi lebih dari 2 jenis spin, tapi masih berhingga, maka termasuk dalam model
Potts, sedangkan jika spin yang digunakan menuju tak berhingga maka termasuk dalam model XY.
Dengan demikian maka pada tugas ini akan dijelaskan tentang model Potts pada kasus satu dimensi
menggunakan dua jenis model, yaitu model planar dan model Potts standar (model Ashkin-Teller-
Potts). Model Standard Potts menggunakan syarat batas periodik dengan kasus keadaan arah spin(q) =
2 tanpa dipengaruhi oleh medan magnet sedangkan model planar yaitu sistem pada spin yang
menduduki keadaan satu, dua, atau tiga dimensi kisi tetapi arah spin terbatas hanya pada bidang,
banyaknya arah q (keadaaan q) dan semua arah yang memungkinkan punya aksial simetri(simetrinya
tidak berubah jika diputar sepanjang sumbu aksis).
Model Standar Potts
Dengan menggunakan syarat batas periodik pada kasus satu dimensi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Model Standar Potts untuk n=3, n=4, n=5 dengan menggunakan syarat batas periodik

Berbeda dengan model Ising, model Potts dapat menggunakan lebih dari 2 keadaan arah spin dengan
setiap spin mengarah pada suatu direksi dengan sudut yang spesifik.
2n
n , n 0,1,......., q 1 , (1)
q
dengan q adalah jumlah keadaan arah spin yang ada, ilustrasi arah yang terbentuk sesuai nilai q dapat
dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Ilustrasi vektor unit q.

Model Planar
Pada kasus model planar dengan q = 3 dan n = 0, 1, 2, diperoleh 1 0 , 2 120 , 3 240 o .
o o

Dalam bentuk yang paling general, interaksi yang terjadi hanya terjadi antara titik yang dihitung
dengan tetangga yang terdekat, bentuk Hamiltonian dari model Potts standar dapat dilihat pada
persamaan (2),
h J ij i j H i , (2)
ij

dengan J adalah interaksi antara spin i dan spin j, sementara i adalah variabel spin yang bergantung
n dan j adalah spin ke i+1 yang menandakan spin tetangga terdekat yang berinteraksi dengan i . H
adalah medan magnet luar.
Spin dapat memiliki arah pada simetrik q sehingga sudut-sudut antara dua arah berbeda adalah sama.
Apabila memperhitungkan vektor dalam hal ini adalah sudut antara q digunakan model planar, maka
kekuatan interaksi antara spin menjadi seperti persamaan (3),
J n i , ni1
J
q

1 q 1e n i e ni1 , (3)

dengan adalah vektor satuan yang mengarah pada simetri q dari hypertetrahedron.
Interaksi antara tetangga dengan state sama (0 ) dan berbeda state (1 ),

J n i , ni1 J 0 n i , ni1 J1 1 n i , ni1 . (4)
0
Jika secara khusus dipilih 1 = 2
pada 3-state model Potts standar, maka ini menjadi 3-state model

planar Potts. Jika secara khusus dipilih 1 = 30 pada 4-state model Potts standar, maka interaksi
menjadi,
,+1 = +1 cos ,+1 , (5)


J n i , ni1 J 0 n i , ni1 J1 1 n i , ni1 , (6)
atau secara sederhana dapat ditulis seperti pada persamaan (7).
J i ,i 1 J i j . (7)
Maka diperoleh Hamiltonian untuk model planar akibat pengaruh sudut spin seperti berikut ini,
h J cos( ni ni 1 ) H cos( ni ) (8)
i ni ni 1
Fungsi partisi kanonik untuk sistem ini adalah,
Qn e h (9)
ij

Setelah memperoleh fungsi partisi kanonik, dapat ditentukan pula parameter lain seperti energi bebas
(A), magnetisasi (M), suseptibilitas () dan kapasitas kalor (Cv), sebagai berikut,
A T ln max ,
A T max
M ,
H max H
M T max (10)
,
H H max H
2 A T max 1 max
C v T 2 T 2 .
T 2
max T T max T

2. Metode Penelitian
Mirip dengan model Ising, dalam menyelesaikan persamaan fungsi partisi pada model Potts digunakan
metode Transfer Matriks. Pada kasus model Potts standar, digunakan N atom dengan q keadaan
disusun dalam rantai 1 dimensi dan menggunakan asumsi tidak ada pengaruh medan magnet dari luar
(H=0), dengan syarat batas periodik. Atom pada keadaan ke-i berada pada stet ke dimana i=1, 2, ,
p. Dengan menggunakan Hamiltonian pada persamaan (2), maka fungsi partisi pada persamaan (9)
dilakukan transfer matriks menjadi,
q q q
Qn 1 | T | 2 2 | T | 3 N | T | 1 ,
1 1 2 1 n 1
(11)

q q
Qn
1 1
1 | T N | 2 Tr (T N ) Nj ,
i 1
(12)

e J 1 1
J

1 e 1 .
T
1 e J
(13)
1


Namun pada kasus kali ini dimana q=2, didapatkan bentuk matriks T,
e J 1
T , (14)
1 e J
nilai eigen yang akan dicari dapat dituliskan dalam persamaan berikut,
Ta a, (15)
dengan eigenvektor berisi vektor komponen ke-p yaitu 1 , 2 , , . Maka perumusan umum adalah,
e J

1 a j i 1 ai a j .
q
(16)
Maka, dalam menyelesaikan model standar Potts satu dimensi dengan q=2 diperoleh dua solusi, yaitu
untuk,
q
a
i 1
i
J
0 maka solusi nilai eigen kasus ini adalah e 1 dengan q-1 degenerasi.
q q
1
ai 0 maka solusi nilai eigen kasus ini adalah e J 1 aj
a
i 1
i .
i 1

Untuk menyederhanakan dipilih semua bernilai sama sehingga diperoleh,


e J 1 q , (17)
dimana ini merupakan nilai eigen terbesar dan tidak ada degenerasi. Sehingga, fungsi partisi untuk
kasus ini menjadi,
Qn kN (e J 1 q) (q 1)(e J 1) N .
N
(18)
k
Untuk kasus model Planar satu dimensi untuk q=3 (lihat Gambar 3) melibatkan pengaruh medan
magnet luar dengan sudut dan asumsi konstanta Boltzmann (k) = 1.

Gambar 3. Ilustrasi kasus medan sembarang yang membentuk sudut dengan q=3

Maka dari persamaan Hamiltonian (8) dilakukan transfer matriks Kramers-Wannier sebagai berikut,
J
H

i i 1 cos ni , ni 1 ni cos ni
Wni ,ni 1 ni | Wi ,i 1 | ni 1 e T T
, (19)
dan Fungsi Partisi yang baru menjadi,
N N

Qn Tr W N 1N 2N NN 1N 1 2N NN . (20)
1 1
Nilai eigen () didapatkan dengan mencari determinan dari persamaan berikut,
det | W E | 0 . (21)
Sementara untuk kasus medan magnet arah sembarang (dengan sudut ) pada model Potts dengan q=3,
transfer matriks W akan berbentuk,
J H J H J H
cos cos cos
T T 2T T 2T T
e e e
J H J H J H
(cos 3 sin ) (cos 3 sin ) (cos 3 sin )
(22)
W3 e 2T 2T
e T 2T
e 2T 2T
.
J H J H J H
(cos 3 sin ) (cos 3 sin ) (cos 3 sin )
2T 2T 2T 2T T 2T
e e e

3. Hasil dan Pembahasan


Diperoleh nilai eigen dari transfer matriks, sehingga dapat ditentukan persamaan fungsi partisi
menggunakan persamaan (9) menjadi,
Model Standar Potts, q=2, H=0
e J 1,

(23)
Q N N e J 1 .
N

Terlihat bahwa, untuk model Potts standar q=2 mirip dengan model Ising dan untuk kasus q=3 dapat
ditunjukkan melalui model Planar,

Model Planar, q=3


b a2 c ab a 3 c ab a 3 b a2 c ab a 3 c ab a 3
( ) 3 ( ) 3 ( ) 2 ( ) 3 ( ) 2 , (24)
3 9 2 6 27 2 6 27 3 9 2 6 27 2 6 27
dengan,
J H H
H 3 cos cos
a e (2e T
cosh( 2T
sin ) e T ),
2
2J J H H
cos H 3 cos
b (e e )( 2e
T T 2T
cosh( sin ) e T ), (25)
2
3J 3J

c 3 2e 2T
eT .
N
b a 2 3 c ab a 3 2 c ab a 3 b a 2 3 c ab a 3 2 c ab a 3
Q N 3 ( ) ( ) ( ) ( )
3 9 2 6 27 2 6 27 3 9 2 6 27 2 6 27 (26)

Untuk kasus = 0, didapatkan fungsi partisi sebagai berikut,


2
J T H TJ 2HT TJ 2HT
J T H TJ 2HT TJ 2HT J H

e e e e
e e 8e T 2T
(27)

QN (0) .
2
Pada kehidupan sehari-sehari, model Potts dapat diaplikasikan dalam beberapa bidang untuk meneliti
sistem yang kompleks. Misalnya pada bidang fisika, biologi dan sosiologi. Pada bidang Fisika,
merujuk pada sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Sanyal (2006) yang meneliti kecepatan aliran
pada busa menggunakan sebuah kisi seperti pada Gambar 4(a), hasilnya adalah pada gelembung yang
besar mengalir lebih cepat dibandingkan dengan gelembung yang kecil dan juga mampu menunjukkan
kecepatan kritis pada gelembung tersebut. Pada bidang biologi, khususnya tumor atau kanker. Dalam
eksperimennya, Sun La (2004), menentukan jumlah dan lokasi dari pertumbuhan tumor yang
direpresentasikan melalui sel pada kisi seperti pada Gambar 4(b), kemudian hasilnya dapat dilihat
pada Gambar 4(c), terlihat bahwa tumor tumbuh secara eksponensial terhadap pertambahan stadium
tumor. Sedangkan pada bidang sosiologi, model Potts mampu menjelaskan hubungan perilaku antar
manusia di dalam suatu kelompok tertentu seperti yang sudah diteliti oleh T.C Schelling.

(a) (b) (c)


Gambar 4. (a) Kisi yang digunakan dalam uji busa, (b) Kisi yang memrepresentasikan sel
manusia. (c) Hasil eksperimen pertumbuhan tumor.

4. Kesimpulan
Telah berhasil diturunkan fungsi partisi untuk model Potts standart dengan q=2 yang tidak dipengaruhi
medan magnet yang ternyata mirip dengan model Ising dan Model Potts planar dengan q=3 yang
dipengaruhi medan magnet dengan sudut .

5. Ucapan Terima Kasih


Terimakasih kepada Dr. Agoes Soehiani sebagai dosen pengampu matakuliah Mekanika Statistik
(FI5002) dan Dr. rer. nat. Berlinson Dominikus Napitu yang telah memberikan banyak masukkan
dalam penulisan laporan ini.

6. Daftar Pustaka
Beaudin. Laura. 2007. A Review of the Model Potts: Its Connection to the Tutte Polynomial and its
Aplication to Complex Experiments. Saint Michaels College.
Judkovky, Yair. Model Potts in One Dimension.
Kardar, Mehran. 2008. Problem and Solutions for Statistical Physics of Fields. Cambridge,
Massachusetts, USA. Massachusetts Institute of Technology. Departement of Physics.
Kassan-Ogly, F.A. 2006. One Dimensional 3-state and 4-state Standard Model Pottss in Magnetic
Field. Russia. Institute Of Metal Physics, Ural Division of Russian Academy of Sciences.
Sanyal, Soma. Glazier, James. 2006. Viscous Instabilities in Flowing Foams: A Cellular Potts Model
Approach. Journal of Statistical Mechanics.
Schelling, T.C. 1971. Dynamic Models of Segregation. Journal of Mathematical Sociology. Vol. 1, pp.
143-186
Statistical Physics; Applied PhysicsVol. 18 Issue 17-19, p2651-2657.
Sun, L. Chang, Y.F. Cai, X. 2004. Discrete Simulation of Tumor Growth Concerning Nutrient
Concentration. International Journal of Modern Physics B: Condensed Matter Physics;
Wipf, Andreas. 2012. An Introduction Statistical Approach to Quantum Field Theory. Jena, Germany.
University of Jena.Springer.
Wu, F. Y. 1982. The Model Potts. West German. Institut fur Festkorperforschung der
Kernforschungsanlage Julich.
Appendix

J H J H J H
cos cos cos
T T 2T T 2T T
e e e
J H J H J H
(cos 3 sin ) (cos 3 sin ) (cos 3 sin )
W3 e 2T 2T
e T 2T
e 2T 2T , (1)
J H J H J H
(cos 3 sin ) (cos 3 sin ) (cos 3 sin )
2T 2T 2T 2T T 2T
e e e
J H J H J H
cos cos cos
eT T
e 2T T
e 2T T
J H J H J H
(cos 3 sin ) (cos 3 sin ) (cos 3 sin )
e 2T 2T
e T 2T
e 2T 2T
0, (2)
J H J H J H
(cos 3 sin ) (cos 3 sin ) (cos 3 sin )
e 2T 2T
e 2T 2T
e T 2T

untuk mendapatkan nilai eigen ( ), dicari determinan dari matriks M = 0,

det( M ) 0
J H
cos TJ 2HT (cos 3 sin )
J H
(cos 3 sin )
J H
(cos 3 sin )
J H
(cos 3 sin )
I (e T T
) ( e )(e T 2T
) (e 2T 2T
)(e 2T 2T
)


J H
cos 2JT 2HT (cos 3 sin )
J H
(cos 3 sin )
J H
(cos 3 sin )
J H
(cos 3 sin )
II (e 2T T
) ( e )(e T 2T
) (e 2 T 2T
)(e 2T 2T
) , (3)


J H
cos J H (cos 3 sin )
J H
(cos 3 sin )
J H
(cos 3 sin )
J H
(cos 3 sin )
III (e 2T T
) ( e 2 T 2 T )(e 2T 2T
) (e T 2T
)(e 2T 2 T
)

0
lihat bagian I,
I:
J H J H J H J H J H
cos (cos 3 sin ) (cos 3 sin ) (cos 3 sin ) (cos 3 sin )
(e T T
){( e T 2T
)(e T 2T
) (e 2 T 2T
)(e 2 T 2T
)}
,
J H
cos
J H
(cos 3 sin )
J H
(cos 3 sin )
J H
(cos 3 sin )
J H
(cos 3 sin )
J H
cos (5)
(e T T
){( e T 2T
)(e T 2T
)} {( e T 2T
)( )} {( )(e T 2T
)} {( )( )} (e T T
)
J H 2J H J H J H J H
cos cos (cos 3 sin ) (cos 3 sin ) cos
(e T T
){( e T T
) ( e T 2T
) ( e T 2T
) ( ) (e
2 T T
)}
dengan mengingat,
e x e x
cosh( x)
2
persamaan (5) dapat diubah ke dalam bentuk cosh(x),
I:
J H 2J H J H J H
cos cos
H 3 cos cos
(e T T
){e T T
2e T (e sin )) (2 ) (e T T )}
2T
cosh(
2
3J 2J H 2J H J H J H J H
,
cos cos H 3 cos H 3 cos cos (6)
e T e T T e T (2e 2T cosh( sin )) 2 e T (e 2T
2
cosh( sin )) e T T
2
1 e T T
3

2 2
J H H 2J H H J H 3J
cos H 3 cos cos H 3 cos cos
3 2e T (2e 2T cosh( sin ) e T ) e T (2e 2T cosh( sin ) e T ) e T T e T 1
2 2

Lihat bagian II,


II :
J H J H J H J H J H
cos (cos 3 sin ) (cos 3 sin ) (cos 3 sin ) (cos ) 3 sin )
(e 2T T
){( e 2T 2T
)(e T 2T
) (e 2T 2T
)(e 2T 2T
)}
J H
cos
J H
cos
J H
(cos 3 sin )
J H
cos
, (7)
(e 2T T
){( e 2T T
e 2T 2T
) (e T T
)}
J H H 3 3J
cos sin
1 e T 2T T
e 2T
Lihat bagian III,
III :
J H J H J H J H J H
cos (cos 3 sin ) (cos 3 sin ) (cos 3 sin ) (cos 3 sin )
(e 2T T
){( e 2T 2 T
)(e 2T 2T
) (e T 2T
)(e 2T 2T
)}

J H
cos
J H
cos
J H
cos
J H
(cos 3 sin )
, (8)
(e 2T T
){( e T T
) (e 2T T
e 2T 2T
)}
3J J H H 3
cos sin
e 2T
1 e T 2T 2

Lalu gabungkan persamaan (6), (7), dan (8),


J H H 2J H H J H 3J J H H 3 3J
cos H 3 cos cos H 3 cos cos cos sin
3 2 e T (2e 2T
cosh( sin ) e T ) e T (2e 2T cosh( sin ) e T ) e T T e T 1 1 e T 2T T
e 2T
2 2
3J J H H 3
cos sin
e 2T
1 e T 2T 2
0
J H H 2J H H J H J H H 3 J H H 3
cos H 3 cos cos H 3 cos cos cos sin cos sin
3 2 e (2e T 2T
cosh( sin ) e T ) e T (2e 2T cosh( sin ) e T ) e T T e T 2T T
e T 2T 2
2 2
3J 3J

2e 2T
e T 3 0
J H H 2J H H J H H H 3 H 3
cos H 3 cos cos H 3 cos cos cos sin sin
3 2 e T (2e 2T
cosh( sin ) e T ) e T (2e 2T cosh( sin ) e T ) e T (e T e 2T (e T
e 2
)) (9)
2 2
3J 3J

2e 2T
e T 3 0
J H H 2J H H J H H
cos H 3 cos cos H 3 cos cos cos H 3
3 2 e T (2e 2T
cosh( sin ) e T ) e T (2e 2T cosh( sin ) e T ) e T (e T 2e 2T cosh( sin ))
2 2 2
3J 3J

2e 2T
e T 3 0
J H H 2J J H H 3J 3J
cos H 3 cos cos H 3 cos
3 2 e T (2e 2T
cosh( sin ) e T ) (e T e T )( 2e 2T cosh( sin ) e T ) 2e 2T e T 3 0 ,
2 2
Lalu persamaan (9) dikalikan dengan (-1) dan memisalkan,
J H H 2J J H H 3J 3J
cos H 3 cos cos H 3 cos
3 2 e T (2e 2T cosh( sin ) e T ) (e T e T )( 2e 2T cosh( sin ) e T ) 2e 2T e T 3 0
2 2
J H H
cos H 3 cos
a e T (2e 2T
sin ) e T
cosh( )
2 , (10)
2J J H H
cos H 3 cos
b (e T
e )( 2e
T 2T
cosh( sin ) e T )
2
3J 3J

c 3 2e 2T
e T

didapatkan bentuk yang lebih sederhana,


(11)
3 a2 b c 0 ,
dan nilai maksimum dari transformasi matriks M yang didapatkan (Kassan-Ology, 2006)

b a 2 3 c ab a 3 2 c ab a 3 b a 2 3 c ab a 3 2 c ab a 3
( ) 3 ( ) ( ) ( ) ( ) , (12)
3 9 2 6 27 2 6 27 3 9 2 6 27 2 6 27

Untuk kasus = 0

J H J H J H

eT T
e 2T T
e 2T T
J H J H J H

W3 ( 0) e 2T 2T
eT 2T
e 2T 2T
. (13)
J H J H J H

2T 2T 2T 2T T 2T
e e e

Cari det | W3 ( 0) E | 0

Misalkan
JH
x
T
J H
y
2T T
. (14)
J H
z
2T 2T
J H
w
T 2T

didapatkan bentuk matriks baru,


ex ey ey
ez ew ez 0 . (15)
ez ez ew

I.
e x

e w e 2
II .

e y e z e w e 2 . (16)

III .

e y e2z e z e w
dengan melakukan penyederhanaan, maka diperoleh persamaan kuadrat dari nilai eigen yaitu,

2 e x e w e z 2e w 0 . (17)

maka nilai eigen terbesar adalah

0
e x
ew ez e x

e w e z 8e w
. (18)
2
2 (27)
J T H TJ 2HT TJ 2HT J T H TJ 2HT TJ 2HT J H

e e e e e e 8e T 2T


QN (0) .
2

Anda mungkin juga menyukai