Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat telanjang (bare conductor) di udara bertegangan di atas35 kV
sampai dengan 245 kV, sesuai dengan standar dibidang ketenagalistrikan. SUTT
merupakan sistem penyalur tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik dalam skala
besar kegardu induk (GI) langsung ke gardu konsumen. Hampir semua orang
membutuhkan listrik. Di rumah, kita butuh listrik untuk menghidupkan lampu, TV, radio,
pompa air, sampai alat pendingin ruangan. Di kantor, listrik dibutuhkan untuk komputer,
perkakas listrik, mesin faks, sampai alat pendingin ruangan. Lampu-lampu penerangan
jalan dan lampu pengatur lalu-lintas tidak akan berfungsi tanpa adanya listrik.
FUNGSI SUTT
SUTT merupakan bagian dari sistem transmisi tenaga listrik yang berfungsi untuk
menyalurkan listrik berkapasitas besar (KHA 1000 A) dari pembangkit tenaga listrik ke
Gardu Induk. SUTT juga digunakan untuk menghubungkan satu Gardu Induk dengan
Gardu Induk lainnya. Tanpa SUTT atau jaringan transmisi lainnya, listrik tidak mungkin
menjangkau titik-titik penggunanya. Terkecuali tentunya jika pembangkit tenaga listrik
ada di dekat titik-titik penggunaan tersebut. Di Indonesia, SUTT dimanfaatkan untuk
menyalurkan listrik bertegangan 70 kV dan 150 kV.
Penyaluran tenaga listrik dengan kapasitas yang besar dan bertegangan tinggi,
memang lebih banyak digunakan dalam jaringan transmisi tenaga listrik. Apalagi kalau
daya listrik yang disalurkan mencapai ratusan megawatt dan jarak yang ditempuh
mencapai puluhan kilometer. Untuk daya yang sama, penyaluran tenaga listrik dengan
tegangan tinggi akan menurunkan angka rugi tegangan (voltage drop). Kawat
penghantar yang digunakan juga akan lebih kecil daripada kawat yang dibutuhkan jika
menggunakan tegangan menengah atau rendah. Dengan sendirinya penggunaan
tegangan tinggi untuk mentransmisikan listrik akan lebih ekonomis daripada
penggunaan tegangan rendah atau menengah. Untuk SUTT digunakan tegangan 70
kV dan 150 kV. Untuk jarak ratusan kilometer, Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET) lebih layak digunakan. SUTET bekerja pada tegangan diatas 245
kV sesuai dengan standar di bidang ketenagalistrikan.
JARINGAN TRANSMISI
Ada beberapa jenis jaringan transmisi yang dapat digunakan menyalurkan listrik
bertegangan tinggi. Ada yang menggunakan kabel bawah tanah (underground cable),
ada juga yang menggunakan kawat di udara. Saluran udara lebih banyak digunakan
daripada saluran kabel bawah-tanah. Tidak hanya di Indonesia, negara-negara maju
pun masih jarang menggunakan saluran kabel bawah-tanah. Alasan utamanya adalah
biaya pengembangan saluran kabel bawah-tanah yang jauh lebih mahal. Kompleksitas
pembangunannya juga lebih tinggi daripada pembangunan saluran udara.
1.1. Tiang.
Tiang manesman.
Tiang kayu.
Tiang kayu biasanya terbuat dari sejenis kayu ulin dan kayu
besi yang tidak perlu diawetkan, sedangkan jenis rasamala,
kruing dan damar laut, sebelum dipergunakan harus dilakukan
pengawetan dahulu agar umur tiang kayu tersebut dapat lebih
lama.
Tiang transposisi.
Kerangka tiang.
Travers.
Pondasi.
Pondasi terdiri dari adukan beton atau susunan batu kali yang
memperkuat dudukan tiang, volume pondasi direncanakan
sedemikian rupa dan harus kuat terhadap gaya yang bekerja
akibat dari tarikan kawat-kawat Saluran Udara Tegangan Tinggi,
gaya angin dan lain-lainnya.
Sekur.
2.2.5. Isolator.
Isolator piring.
Dipergunakan untuk isolator penegang dan isolator gantung,
dimana jumlah piringan isolator disesuaikan dengan tegangan
sistim pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) tersebut.
Tanduk busur.
2.2.6. Lain-lain.
Repair sleeve.
Perentang (spacer).
Pentanahan tiang terdiri dari kawat tembaga atau kawat baja yang
di klem pada pipa pentanahan yang ditanam didekat pondasi
tiang, atau dengan menanam plat allumunium/tembaga disekitar
pondasi tiang yang berfungsi untuk mengalirkan arus dari kawat
tanah akibat sambaran petir.
Lingkup studi tegangan tinggi sangat luas, antara lain meliputi fenomena tegangan tinggi, seperti
perhitungan medan elektrik, gejala tembus listrik dielektrik, metode pembangkitan dan pengukuran
tegangan tinggi, teknik isolasi, system isolasi, trafo pembangkit, jaringan SUTET, prosedur
pengujian dll, disitulah pentingnya kunjungan kami ke PLN Jawa-Bali, agar lebih memahami secara
nyata bukan hanya sekedar teori di dalam mata kuliah Gejala Medan Tinggi ini.
Tegangan yang dibangkitkan generator terbatas dalam belasan kilo-volt, sedangkan transmisi
membutuhkan tegangan dalam puluhan sampai ratusan kilo-volt, sehingga diantara pembangkit dan
transmisi dibutuhkan Trafo-Daya step-up, perlengkapan yang terpasang disisi sekunder trafo ini
harus mampu memikul tegangan tinggi, sehingga diantara transmisi dan konsumen
dibutuhkan Trafo-Daya step-down.
Semua perlengkapan yang terpasang disisi primer trafo ini juga harus mampu memikul tegangan
tinggi. Trafo-trafo daya ini bersama perlengkapan-perlengkapannya disebut Gardu Induk.
Adapun peralatan tegangan tinggi yang terdapat pada suatu gardu induk adalah :
Pembagi tegangan kapasitor (CC) dan trafo tegangan (PT)
Sistem distribusi daya listrik meliputi semua Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 KV dan semua
Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 380/220 Volt hingga ke meter-meter pelanggan. Pendistribusian
daya listrik dilakukan dengan menarik kawat kawat distribusi melalui penghantar udara .
Penghantar bawah tanah dari mulai gardu induk hingga ke pusat pusat beban. pada sistem di
ranting Galang ada terpasang jaringan bawah tanah karena keadaan kota atau daerahnya belum
memungkinkan untuk dibangun jaringan tersebut. jadi untuk daerah ini tetap disuplai melalui
hantaran udara 3 phasa 3 kawat . Setiap elemen jaringan distribusi pada lokasi tertentu dipasang
trafo-trafo distribusi, dimana tegangan distribusi 20 KV diturunkan ke level tegangan yang lebih
rendah menjadi 380/220 Volt. Dari trafo-trafo ini kemudian para pelanggan listrik dilayani dengan
menarik kabel-kabel tegangan rendah menjelajah ke sepanjang pusat-pusat pemukiman, baik itu
komersial maupun beberapa industri yang ada disini. Tenaga listrik yang lazim digunakan dalam
kehidupan sehari-hari untuk mengoperasikan peralatan-peralatan tersebut adalah listrik dengan
tegangan yang rendah (380/220 Volt). Sedangkan tenaga listrik yang bertegangan menengah
(sistem 20 KV) dan tegangan tinggi (sistem 150 KV) hanya dipergunakan sebagai sistem penyaluran
(distribusi dan transmisi) untuk jarak yang jauh. Hal ini bertujuan untuk kehandalan sistem karena
dapat memperkecil rugirugi daya dan memliki tingkat kehandalan penyaluran yang tinggi , disalurkan
melalui saluran transmisi ke berbagai wilayah menuju pusat-pusat pelanggan.
a] Medan Magnet ialah ruang disekitar magnet dimana tempat benda-benda tertentu mengalami gaya
magnet.
[b] Medan Listrik adalah efek yang ditimbulkan oleh keberadaan muatan listrik, seperti elektron, ion, atau
proton, dalam ruangan yang di sekitarnya. Medan listrik memiliki satuan N/C atau dibaca newton/coulomb.
[c] Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walau tidak ada medium.
Ruang Bebas :
Ruang yang dibatasi oleh bidang vertical dan horizontal disekeliling dan disepanjang konduktor SUTT atau
SUTET dimana tidak boleh ada benda didalamnya demi keselamatan manusia, makhluk hidup dan benda
Masyarakat Pekerja :
orang dewasa yang umumnya terpapar dan tak terlindung dari medan elektromagnet pada kondisi yang
diketahui, dan dilatih untuk peduli terhadap resiko potensial yang mungkin timbul serta mengambil tindakan
Masyarakat umum :
perorangan dari semua umur dan berbagai status kesehatan serta dapat mencakup kelompok atau perorangan
yang secara khusus terpapar dan tak terlindung dari medan electromagnet.
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) :
saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang (konduktor) di udara bertegangan
nominal di atas 35 kV sampai dengan 230 kV.
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) :
saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang (konduktor) di udara bertegangan
nominal di atas 230 kV atau mempunyai tegangan tertinggi untuk perlengkapan di atas 245
kV.
Sirkit yang mempunyai dua system fase tiga, yang masing-masing sirkit terdiri atas tiga buah konduktor atau
[b] bangunan
[d] perkebunan
Contoh metode-metode teknis yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak paparan medan listrik dan
medan magnet SUTET :
2. Menanam pepohonan sebanyak mungkin disekitar rumah pada lahan yang kosong.
3. Bagian atap rumah yang terbuat dari atap logam, seharusnya ditanahkan (digroundkan).
4. Penduduk disarankan tidak berada diluar rumah terutama pada malam hari, karena pada saat itu arus yang
mengalir pada kawat penghantar sutet lebih tinggi dari pada siang hari.
5. Disarankan tidak membuat jemuran yang atasnya bebas sama sekali dari pepohonan.
6. Disarankan membuat jemuran bukan berasal dari kawat dan tiang besi, lebih baik menggunakan kayu, bambu,
tali plastic.
7. Kalau terpaksa membuat jemuran yang menggunakan bahan konduktor maka harus ditanahkan;
8. Saluran intercom hendaknya jauh dari SUTET.
9. Bila atap bukan dari bahan logam (genting, asbes, sirap) maka usahakan atap tersebut tidak terdapat bahan
logam (misalnya antenna tv, talang seng).
10. Jangan memasang antenna tv atau radio (orari) diatap rumah.
11. Usahakan tidak terdapat bahan-bahan yang bersifat konduktor berada diteras rumah yang bertingkat dibawah
SUTET.
GEJALA MEDAN TINGGI
Lingkup studi tegangan tinggi sangat luas, antara lain meliputi fenomena
tegangan tinggi, seperti perhitungan medan elektrik, gejala tembus
listrik dielektrik, metode pembangkitan dan pengukuran tegangan
tinggi, teknik isolasi, system isolasi, trafo pembangkit, jaringan SUTET,
prosedur pengujian dll, disitulah pentingnya kunjungan kami ke PLN
Jawa-Bali, agar lebih memahami secara nyata bukan hanya sekedar teori
di dalam mata kuliah Gejala Medan Tinggi ini.
Semua perlengkapan yang terpasang disisi primer trafo ini juga harus
mampu memikul tegangan tinggi. Trafo-trafo daya ini bersama
perlengkapan-perlengkapannya disebut Gardu Induk.
Adapun peralatan tegangan tinggi yang terdapat pada suatu gardu induk
adalah :
Manusia dalam menjalani kehidupannya tidak bisa lepas dari yang namanya energi.
Manusia agar tetap dapat bertahan hidup memerlukan energi kimia berupa makanan
dimana energi tersebut akan diolah dalam bentuk metabolisme. Selain makanannya
manusia juga memerlukan bentuk energi lain agar dapat menjalani aktivitasnya seperti
energi panas yang digunakan untuk memasak, energi mekanik yang digunakan dalam
industri dan bentuk-bentuk energi yang lain
Dari sekian banyak bentuk energi yang ada, energi listrik lah yang paling banyak
dimanfaatkan oleh manusia, hal tersebut dikarenakan energi listrik sangat mudah
diubah menjadi bentuk energi yang lain, sehingga hanya dengan memanfaatkan energi
listrik maka kebutuhan energi yang lain akan dapat terpenuhi, selain itu energi listrik
juga dapat disimpan dan digunakan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan jadi akan lebih
hemat.
Mengingat kebutuhan masyarakat akan listrik yang begitu besar, maka sesuai dengan
UUD 1945 yang menyatakan bahwa aset yang menyangkut harkat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara pemerintah mengambil alih pengelolaan listrik yang ada di
Indonesia dalam sebuah Perusahaan Listrik Negara (PLN). PLN berkewajiban
menyuplai listrik untuk kemudian dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
masyarakat dan negara.
Untuk menghasilkan listrik PLN membuat beberapa pembangkit listrik yang tersebar di
berbagai daerah. Beberapa jenis pembangkit listrik milik PLN antara lain Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) serta beberapa
sumber pembangkit yang menggunakan energi alternatif lain seperti tenaga angin,
tenaga sinar matahari, bahkan kini dikembangkan agar sampah mampu diolah agar
mampu menghasilkan listrik dari gas metana yang dihasilkan.
Dalam upaya terlaksananya pembangunan yang merata maka PLN bertugas untuk
mendistribusikan listrik dari sumber pembangkit listrik ke daerah-daerah lain yang
membutuhkan. Mengingat luas negara Indonesia yang sangat luas sehingga jarak yang
dibutuhkan dari sumber pembangkit listrik ke daerah tujuan juga sangat jauh. Jika
ditinjau maka ini merupakan suatu masalah, karena apabila listrik ditransmisikan pada
jarak yang jauh melalui suatu konduktor, maka lama-kelamaan energi listrik tersebut
akan berkurang karena telah berubah menjadi energi panas pada kabel listrik. Untuk
menghindari hal tersebut maka salah satu cara yang dilakukan oleh PLN yaitu dengan
menaikkan tegangan listrik, hal tersebut sesuai dengan hukum fisika yaitu pada
tegangan yang sangat tinggi dan kuat arus yang rendah maka listrik tidak akan berubah
menjadi energi panas saat dilewatkan pada suatu konduktor. Maka dari itulah dalam
pendistribusian listrik dikenal istilah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Saluran tersebut merupakan kabel-
kabel yang dihubungkan pada menara yang sangat tinggi.
Pada awal-awal pembangunan SUTT maupun SUTET, tidak ada masyarakat yang
memprotes kehadirannya, namun sejak adanya kasus sengketa tanah pada areal yang
dilalui SUTET maka mulailah muncul isu bahwa SUTT dan SUTET adalah penyebab
dari berbagai penyakit dari masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Dalam perkembangannya muncullah berbagai tanggapan terhadap isu tersebut, baik
dari masyarakat awam sampai para ahli. Di antara mereka terbagi menjadi dua
kelompok, kelompok pertama mengatakan bahwa SUTET berdampak pada kesehatan
masyarakat yang tinggal di sekitarnya, sedangkan kelompok kedua mengatakan bahwa
penyakit yang dialami oleh masyarakat tersebut tidak ada hubungannya dengan
pembangunan SUTET di daerah tersebut, mereka menganggap bahwa isu tersebut
hanya untuk mencari sensasi agar pemerintah mau memberikan ganti rugi terhadap
penyakit yang mereka alami.
Ilmu mengenai kelistrikan mulai berkembang sejak sejak adanya teori mengenai
penyusun materi. Dari hasil penelitian maka ditemukan bahwa partikel penyusun zat
adalah atom. Perkembangan selanjutnya ditemukan bahwa atom sendiri tersusun inti
yang terdiri dari neutron, proton yang bermuatan positif, dimana inti tersebut
dikelilingi oleh elektron-elektron yang bermuatan negatif. Pada atom netral jumlah
proton sama dengan jumlah elektron sehingga dalam atom netral total muatannya
adalah nol.
Salah satu sifat dari elektron adalah mampu tereksistansi dan bergerak antara atom
satu ke atom yang lain. Suatu zat akan dikatakan bermuatan negatif apabila zat tersebut
kelebihan elektron, sebaliknya suatu zat akan dikatakan bermuatan positif apabila zat
tersebut kekurangan elektron.
Listrik adalah kondisi dari partikel subatomik tertentu baik itu proton maupun elektron
yang menyebabkan penarikan dan penolakan gaya diantaranya. Gaya listrik tersebut
timbul akibat adanya muatan listrik yang dikandung oleh proton maupun elektron.
Gaya tarik menarik akan timbul apabila dua benda memiliki muatan yang tidak sejenis,
sebaliknya gaya tolak menolak akan timbul apabila dua benda bermuatan sejenis.
Gaya antara dua buah partikel bermuatan yang dipisahkan oleh suatu jarak tertentu
tanpa kontak antar keduanya disebut action of distance. Konsep yang dapat
menjelaskan tentang gaya tersebut adalah konsep medan. Medan adalah ruang di
sekitar benda dimana setiap titik dalam ruang tersebut akan terpengaruh oleh gaya yang
ditimbulkan oleh benda. Medan yang timbul akibat adanya muatan listrik disebut
medan listrik.
Hans Cristian Oersted, seorang ilmuwan dari Denmark menemukan bahwa di sekitar
kawat berarus listrik terdapat medan magnet. Sedangkan Faraday menemukan bahwa
perubahan medan magnet dapat menimbulkan medan listrik berupa tegangan induksi,
yang dibuktikan dengan menggerakkan magnet dalam kumparan. Kemudian
berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut Maxwell menemukan bahwa perubahan
medan listrik dan medan magnet terjadi secara serentak saling tegak lurus dan yang
satu ditimbulkan oleh perubahan yang lainnya. Perubahan kedua medan tersebut
merambat dengan cepat rambat yang sama dengan cepat rambat cahaya.
Pengertian SUTET
SUTET atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi merupakan media pendistribusian
listrik oleh PLN berupa kabel dengan tegangan listriknya dinaikkan hingga mencapai
500kV yang ditunjukkan untuk menyalurkan listrik dari pusat pembangkit listrik
menuju pusat-pusat beban yang jaraknya sangat jauh.
Tujuan penaikan tegangan listrik tersebut adalah untuk mengurangi energi listrik yang
terbuang akibat diubah menjadi energi panas saat melewati kabel listrik sehingga energi
listrik bisa disalurkan secara efisien. Hal tersebut penting dilakukan mengingat keadaan
geografis dari Indonesia itu sendiri yang sangat luas dan terdiri atas pulau-pulau
dimana tidak semua pulau memiliki sumber daya alam yang mampu diolah menjadi
energi listrik sedangkan listrik merupakan kebutuhan pokok masyarakat dan industri
yang harus dibagi secara merata ke tiap-tiap daerah demi mewujudkan Keadilan Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
SUTET sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu SUTET pipa bawah tanah atau
bawah air, dan SUTET konstruksi udara. Indonesia sebagai negara yang berbentuk
kepulauan menggunakan kedua jenis SUTET ini, SUTET bawah air digunakan untuk
mendistribusikan listrik antar satu pulau dengan pulau lain, sedangkan SUTET
konstruksi udara digunakan untuk mendistribusikan listrik di darat.
Di negara-negara yang memiliki wilayah sangat luas seperti USA dan Rusia digunakan
tegangan yang lebih tinggi dari 500kV, dan diistilahkan dengan Saluran Udara
Tegangan Ultra Tinggi (SUTUT) yang besarnya berkisar 765kV sampai 1100kV dimana
jenis saluran yang digunakan adalah konstruksi udara karena biaya pembuatan serta
perawatannya lebih murah dan mudah.
Karena SUTET merupakan kawat yang berarus maka tentu saja SUTET menghasilkan
medan listrik dan medan magnet dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Berikut
adalah dampak-dampak yang ditimbulkan oleh medan listrik pada SUTET yang dapat
dirasakan secara kasat mata:
Bulu/rambut berdiri pada bagian badan yang terpajan akibat gaya tarik medan listrik
yang kecil,
Lampu neon dan tes-pen dapat menyala tetapi redup, akibat mudahnya gas neon di
Kejutan lemah pada sentuhan pertama terhadap benda-benda yang mudah menghantar
listrik (seperti atap seng, pagar besi, kawat jemuran dan badan mobil).
Atas alasan keamanan maka pemerintah melalui Peraturan Menteri Pertambangan dan
Energi No. 01.P/47/MPE/1992 mengatur tentang syarat pembangunan SUTET, yaitu
agar jarak minimum titik tertinggi bangunan (pohon) terhadap titik terendah kawat
penghantar SUTET 500 kV harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Jarak minimum titik tertinggi bangunan tahan api terhadap titik terendah kawat
2. Jarak minimum titik tertinggi jembatan besi titik terendah kawat penghantar SUTET
3. Jarak minimum jalan kereta api terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500
kV adalah 15 m
4. Jarak minimum lapangan terbuka terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500
kV adalah 11 m
5. Jarak minimum titik tertinggi bangunan tidak tahan api terhadap titik terendah kawat
6. Jarak minimum titik tertinggi bangunan tidak tahan api terhadap titik terendah kawat
7. Jarak minimum jalan raya terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV
adalah 15 m.
Dalam pembangunan SUTET juga dikenal istilah ruang bebas dan ruang aman. Ruang
bebas adalah ruang yang harus bebas dari benda-benda dan kegiatan lainnya. Ruang
bebas ditetapkan berbeda-beda dalam luas dan bentuk. Sementara ruang aman adalah
ruang yang berada di luar ruang bebas dimana pada ruang aman lahan atau tanahnya
yang masih dapat dimanfaatkan. Dalam ruang aman pengaruh kuat medan listrik dan
kuat medan magnet sudah dipertimbangkan dengan mengacu kepada peraturan yang
berlaku. Ruang bebas dan ruang aman dapat diatur besarnya sesuai kebutuhan pada
saat mempersiapkan rancang bangun.
Ruang aman dapat diperluas dengan cara meninggikan menara dan atau
memperpendek jarak antara menara, sehingga bila ada pemukiman yang akan dilintasi
SUTT / SUTET yang akan dibangun berada di dalam ruang yang aman.
Pada bulan Mei tahun 2000 terjadi kasus sengketa tanah antara warga yang tinggal di
kawasan SUTET dengan PLN, kasus tersebut berbuntut panjang hingga mulai muncul
isu bahwa masyarakat yang tinggal di bawah menara SUTET merasa dirugikan dari segi
kesehatan karena merasa berbagai penyakit yang mereka alami disebabkan oleh adanya
pengaruh medan listrik dan medan magnet yang ditimbulkan oleh SUTET. Kemudian
isu ini kembali mencuat pada awal tahun 2006, masyarakat yang tinggal di kawasan
SUTET melakukan aksi mogok makan menuntut dana kompensasi yang harus dibayar
oleh PLN akibat dampak negatif yang ditimbulkan medan listrik dan medan magnet
SUTET terhadap kesehatan mereka.
Walaupun PLN telah berkelit bahwa pembangunan SUTET telah sesuai dengan standar
pemerintah namun jika ditinjau ulang peraturan mengenai rancang bangun SUTET
ternyata hanya ditunjukkan untuk menanggulangi hal-hal yang bersifat teknis bukan
dari kesehatan. Sebagai contoh peraturan tentang jarak minimum SUTET terhadap
rumah penduduk ditunjukkan agar apabila terjadi gempa dan menara SUTET roboh
maka masyarakat yang tinggal di bawahnya tidak tersengat listrik, padahal SUTET juga
menghasilkan medan listrik dan medan magnet yang yang dampaknya terhadap
manusia masih kontroversial.
Medan listrik dan medan magnet termasuk kelompok radiasi non-pengion. Radiasi ini
relatif tidak berbahaya, berbeda sama sekali dengan radiasi jenis pengion seperti radiasi
nuklir atau radiasi sinar rontgen. Baik medan listrik dan medan magnet sebenarnya
sudah ada sejak bumi terbentuk. Awan yang mengandung potensial air, terdapat medan
listrik yang besarnya antara 3000 30.000 V/m. Demikian juga bumi secara alamiah
bermedan listrik (100 500 V/m) dan bermedan magnet (0,004 0,007 mT). Di dalam
rumah, di tempat kerja, di kantor atau di bengkel terdapat medan listrik dan medan
magnet buatan. Medan listrik dan medan magnet ini biasanya berasal dari instalasi dan
peralatan listrik. Pada sistem instalasi yang bertegangan dan berarus selalu timbul
medan listrik. Tetapi medan listrik ini sudah melemah karena jaraknya cukup jauh dari
sumber.
Di bawah SUTR dan SUTM kuat medan magnet bervariasi antara 0,13,5 mikrotesla. Di
dalam bangunan rumah, kantor, bengkel atau pabrik, medan magnet karena saluran
udara ini jauh lebih lemah lagi. Diusahakan dalam pemilihan jalur SUTET tidak
melintas daerah pemukiman, hutan lindung maupun cagar alam. Di beberapa daerah
pemukiman yang padat mungkin tidak bisa dihindari jalur SUTET untuk melintas,
tetapi baik medan listrik maupun medan magnet tidak boleh di atas ambang batas yang
diperbolehkan.
Kekhawatiran akan pengaruh buruk medan listrik dan medan magnet terhadap
kesehatan dipicu oleh publikasi hasil penelitian yang dilakukan oleh Wertheimer dan
Leeper pada tahun 1979 di Amerika. Penelitian tersebut menggambarkan adanya
hubungan kenaikan risiko kematian akibat kanker pada anak dengan jarak tempat
tinggal yang dekat jaringan transmisi listrik tegangan tinggi. Banyak ahli yang
meragukan hasil penelitian tersebut dengan menunjuk berbagai kelemahannya, antara
lain tidak adanya data hasil pengukuran kuat medan listrik dan medan magnet yang
mengenai kelompok anak-anak yang diteliti. Kemudian berbagai ahli mulai lebih
mendalami penelitian ini, namun hasil yang didapat justru beragam, bahkan sebagian
besar bersifat kontradiktif. Dilaporkan, studi Feyching dan Ahlboum pada tahun 1993,
meta analisisnya merupakan penelitian yang mendukung hasil Wertheimer,sedangkan
koreksi yang dilakukan oleh peneliti lainnya seperti yang dilakukan oleh Savitz dan
kawan-kawan serta temuan studi Fulton dan kawan-kawan, ternyata hubungan
tersebut tidak ada. Hasil penelitian dengan metode yang lebih disempurnakan pernah
dilakukan oleh Maria Linett dan kawan-kawan dari National Cancer Institute -Amerika
tahun 1997. Penelitian yang melibatkan lebih kurang 1200 anak ini melaporkan bahwa
tidak ada hubungan antara kejadian kanker pada anak yang terpajan medan listrik dan
medan magnet dengan anak-anak yang tidak terpajan. Hasil yang sama juga diperoleh
pada studi Kanada 1999, studi Inggris 1999-2000 dan studi Selandia Baru. Temuan
tersebut mengukuhkan penolakan terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wertheimer dan Leeper tersebut.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Dr. Gerald Draper dalam studi yang dilakukan
bersama dengan koleganya dari Chilhood Cancer Research Group di Oxford University
dan Dr. John Swanson, penasehat sains di National Grid Transco, menemukan bahwa
anak-anak yang tinggal kurang dari 200 meter dari jalur tegangan tinggi, saat
dilahirkan memiliki risiko menderita leukemia sebesar 70 persen daripada yang tinggal
dari jarak 600 meter atau lebih. Ditemukan lima kali lipat lebih besar kasus leukemia
pada bayi yang dilahirkan di daerah sekitar SUTET atau sebesar 400 dalam setahun
dari 1 persen jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Secara keseluruhan,
anak-anak yang hidupnya dalam radius 200 meter dari tiang tegangan tinggi sekitar 70
persen diantaranya terkena leukemia dan yang hidup antara 200-600 meter sekitar 20
persen dibandingkan dengan yang tinggal lebih dari 600 meter. Walaupun demikian,
peningkatan risiko leukemia masih ditemukan pada jarak dimana besar medan listrik
bernilai di bawah kondisi di dalam rumah, sehingga disimpulkan bahwa peningkatan
risiko leukemia tidak diakibatkan oleh medan listrik atau medan magnet yang
diakibatkan oleh SUTET. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Corrie Wawolumaya
dari Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
pernah melakukan penelitian terhadap pemukiman di sekitar SUTET. Hasilnya tidak
ditemukan hubungan antara kanker darah (leukemia) dan SUTET
Berdasarkan hasil penelitian Dr. Anies, M.Kes. PKK dari UNDIP, pada penduduk di
bawah SUTET 500 kV di Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, dan Kabupaten
Tegal (2004) menunjukkan bahwa besar risiko electrical sensitivity pada penduduk
yang bertempat tinggal di bawah SUTET 500 kV adalah 5,8 kali lebih besar
dibandingkan dengan penduduk yang tidak bertempat tinggal di bawah SUTET 500 kV.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pajanan medan elektromagnetik yang berasal
dari SUTET 500 kV berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada penduduk, yaitu
sekumpulan gejala hipersensitivitas yang dikenal dengan electrical sensitivity berupa
keluhan sakit kepala (headache), pening (dizziness), dan keletihan menahun (chronic
fatigue syndrome). Hasil penemuan Anies menyimpulkan bahwa ketiga gejala tersebut
dapat dialami sekaligus oleh seseorang, sehingga penemuan baru ini diwacanakan
sebagai Trias Anies.
Dalam tiga dekade terakhir ini telah dilakukan berbagai penelitian tentang dampak
medan elektromagnetik terhadap kesehatan manusia. Reiter (1997) melaporkan,
pemajanan medan elektromagnetik dapat mempengaruhi metabolisme hormon
melatonin (N-acetyl-5-metoksitriptamin) yang diproduksi oleh kelenjar pineal. Hormon
ini berfungsi menekan timbulnya kanker, terutama kanker payudara. Rendahnya
produksi hormon melatonin dapat menimbulkan risiko kanker payudara. Kenaikan
kadar hormon melatonin dapat menaikkan kadar prolaktin, menyebabkan pembesaran
payudara dan menurunkan kemampuan seksual. Di samping itu, hormon melatonin
mengatur irama sirkadian atau irama bangun dan tidur, sehingga rendahnya kadar
melatonin dapat mengakibatkan sukar tidur.
Para ahli telah sepakat bahwa medan listrik dan medan magnet yang berasal dari
jaringan listrik digolongkan sebagai frekuensi ekstrem rendah dengan konsekuensi
kemampuan memindahkan energi sangat kecil, sehingga tidak mampu mempengaruhi
ikatan kimia pembentuk sel-sel tubuh manusia. Di samping itu sel tubuh manusia
mempunyai kuat medan listrik sekitar 10 juta Volt/m yang jauh lebih kuat dari medan
listrik luar. Medan listrik dan medan magnet dengan frekuensi ekstrem rendah ini juga
tidak mungkin menimbulkan efek panas seperti yang dapat terjadi pada efek medan
elektromagnet gelombang mikro, frekuensi radio, dan frekuensi yang lebih tinggi seperti
pada telepon seluler. Adanya sementara orang yang tinggal dekat dengan jaringan
transmisi listrik melaporkan keluhan-keluhan seperti sakit kepala, pusing, berdebar dan
susah tidur serta kelemahan seksual adalah bersifat subyektif, karena persepsi mereka
yang kurang tepat.
Atas dasar penelitian akan dampak medan elektromagnetik yang masih kontroversial.
Maka demi alasan keamanan tentu saja batas-batas medan listrik dan medan magnet
pada manusia harus ditetapkan secara jelas. Kriteria yang dipakai dalam penentuan
batas pajanan menggunakan rapat arus yang diinduksi dalam tubuh. Karena arus-arus
induksi dalam tubuh tidak dapat dengan mudah diukur secara langsung maka
penentuan batas pajanan diturunkan dari nilai kriteria arus induksi dalam tubuh
berupa kuat medan listrik yang tidak terganggu dan rapat fluks magnetik (Berhardt,
1985 serta Kaune dan Forsythe, 1985).
Secara garis besar, energi total yang diserap dan distribusinya di dalam tubuh manusia
adalah tergantung beberapa hal:
Keadaan paparan radiasi, seperti adanya benda lain di sekitar sumber radiasi.
Sifat-sifat elektrik (listrik) tubuh (konstan dielektrik dan konduktivitas). Hal ini sangat
tergantung pada kadar air di dalam tubuh. Radiasi akan lebih banyak diserap pada
media dengan konstan dielektrik yang tinggi, seperti otak, otot, dan jaringan lainnya
UNEP, WHO dan IRPA pada tahun 1987 mengeluarkan suatu pernyataan mengenai
nilai rapat arus induksi terhadap efek-efek biologis yang ditimbulkan akibat pajanan
medan listrik dan medan magnet pada frekuensi 50-60HZ terhadap tubuh manusia
sebagai berikut:
Antara 10 dan 100 mA/m2 menimbulkan efek biologis yang terbukti termasuk efek pada
Antara 100 dan 1000 mA/m2 menimbulkan stimulasi pada jaringan-jaringan yang dapat
Di atas 1000 mA/m2 dapat menimbulkan ekstrasistole dan vibrasi ventrikular dari
Lingkungan Kerja
Lingkungan Umum
Standar medan listrik dan medan magnet 50-60 Hz di beberapa negara maju untuk
tingkat pajanan terus menerus pada kelompok masyarakat umum (MU) dan kelompok
pekerja (KP) adalah sebagai berikut:
Polandia 15
Di Indonesia, pengamanan terhadap pengaruh medan listrik dan medan magnet 50-60
Hz pada tegangan 115 V, diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pertambangan dan
Energi No. 01.P/47/MPE/ 1992, dengan ketentuan sebagai berikut:
Medan Listrik
Medan Magnet
Informasi data SAR untuk penduduk di negara-negara yang telah menganut ambang
batas SAR yang dianjurkan oleh badan International Commision on Non-Ionizing
Radiation Protection (ICNIRP) atau Komisi Perlindungan Radiasi Non-Ionik, yaitu
sebesar 2W/kg yang dirata-ratakan pada 10gram jaringan tubuh. Negara tersebut
antara lain negara-negara Uni Eropa, USA, Jepang, Brasil dan Selandia Baru.
Untuk mengetahui berapa kuat medan listrik dan medan magnet yang dihasilkan oleh
SUTET serta memastikan apakah SUTET berdampak pada kesehatan sesuai standar
yang ditetapkan oleh pemerintah dan WHO maka pengukuran terhadap kuat medan
listrik dan kuat medan magnet pada SUTET perlu dilakukan.
Ciledug mencapai angka maksimum 4 kV/m pada titik di bawah konduktor phasa
Menurut IRPA dan WHO, batasan pajanan kuat medan listrik yang diduga dapat
menimbulkan efek biologis untuk umum adalah 5 kV/m, sedang hasil pengukuran di
lapangan terbuka terhadap kuat medan listrik di bawah SUTET mencapai angka
maksimum 4.78 kV/m (di Ungaran) pada titik sejarak 15 m, kecuali di daerah Cirata
mencapai 17 kV/m tetapi ini merupakan tempat tebing dan curam yang tidak dilalui
penduduk.
Pengukuran kuat medan Listrik di dalam rumah juga dilakukan di 3 lokasi pada posisi
listrik hidup, dengan hasil pengukuran sebagai berikut:
Desa Marga Hurip, Kec. Banjaran, Kab. Bandung diperoleh angka maksimum 0.0255
kV/m
Desa Genuk RT. 01 Ungaran diperoleh angka maksimum 0.0124 kV/m; dan perumahan
Bhakti Pertiwi Gresik diperoleh angka maksimum 0.0175 kV/m. Dari data hasil
pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa medan listrik yang dihasilkan oleh SUTET
masih jauh jika dibandingkan dengan standar dari WHO atau pemerintah.
Pengukuran medan magnet juga dilakukan di 4 tempat yang sama dengan pengukuran
medan listrik. Berikut adalah data hasil pengukuran:
Pengukuran kuat medan untuk Ciledug mencapai angka maksimum 0,0021 miliTesla di
Menurut IRPA dan WHO, batasan pajanan kuat medan magnet yang diduga dapat
menimbulkan efek biologis untuk umum adalah 0,5 mili Tesla, sedang seperti diuraikan
di atas kuat medan magnet di bawah SUTET 500 kV di lapangan terbuka mencapai
harga maksimum 0,036 mili Tesla (di Cirata) pada titik 0 m sejajar tower. Jadi masih
sangat jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan.
Pengukuran kuat medan magnet pada areal perumahan juga dilakukan di tiga lokasi
pada posisi listrik nyala, dan diperoleh hasil sebagai berikut:
Desa Marga Hurip, Kec. Banjaran, Kab. Bandung diperoleh angka maksimum 0.0255
mili Tesla.
Desa Genuk RT. 01 Ungaran diperoleh angka maksimum 0.0124 mili Tesla.
Perum Bhakti Pertiwi Gresik diperoleh angka maksimum 0.0175 mili Tesla.
Pengukuran kuat medan magnet di dalam rumah dengan posisi listrik nyala
memperlihatkan harga yang kecil. Hal ini, sama seperti pada kasus pengukuran medan
listrik. Hasil pengukuran ini jauh di bawah batas pajanan yang diperbolehkan. Hal
tersebut berarti SUTET tidak berdampak terhadap kesehatan warga yang tinggal di
bawahnya sesuai dengan standar pemerintah dan WHO.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa menurut standar WHO dan pemerintah maka
SUTET dinyatakan aman. Namun hak tersebut masih sangat meragukan, berhubung
banyak kasus yang telah dialami warga yang tinggal di areal SUTET apalagi standar
akan batas minimal medan listrik dan medan magnetik belum dapat diketahui secara
pasti. Untuk itu upaya-upaya pencegahan serta penanggulangan akan dampak SUTET
terhadap kesehatan sangat disarankan.
Dari penelitian yang sudah dilakukan ditemukan kuat medan listrik di halaman/luar
rumah lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam rumah, hal tersebut disebabkan
karena pada halaman rumah media penghalang gelombang elektromagnetik lebih
sedikit jika dibandingkan dengan di dalam rumah. Dari sana dapat diketahui upaya-
upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam menanggulangi dampak medan listrik dan
medan magnetik yang dihasilkan oleh SUTET berikut diantaranya:
Menanam pepohonan sebanyak mungkin di sekitar rumah pada lahan yang kosong.
Bagian atap rumah yang terbuat dari atap logam sebaiknya ditanahkan (digroundkan).
Penduduk disarankan tidak berada di luar rumah terutama pada malam hari terutama
antara jam 17-22 karena pada saat itu arus yang mengalir pada kawat penghantar berada
Sesering mungkin melakukan pengukuran tegangan pada peralatan rumah yang terbuat
dari logam jika ternyata tegangannya cukup tinggi maka diusahakan peralatan tersebut
Penduduk disarankan untuk tidak memasuki daerah sekitar pertanahan kaki menara
Dalam penanaman pohon disarankan agar puncak pohon berjarak minimum 15 M dari
kabel SUTET terbawah. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari bersentuhnya
bagian pohon dengan kabel SUTET yang dapat berakibat putusnya kabel SUTET.
Walaupun demikian bahaya putusnya kawat SUTET belum pernah dijumpai, yang
dijumpai adalah pecahnya isolator, oleh sebab itu PLN mulai menggunakan isolator
ganda.
MAKALAH GEJALA MEDAN TINGGI DAMPAK GEJALA
MEDAN TINGGI AKIBAT LOAD SHEDDING (PELEPASAN
BEBAN) PADA GENERATOR
BAB I
PENDAHULUAN
GENERATOR AC (ALTERNATOR)
Hampir semua tenaga listrik yang dipergunakan saat ini bekerja pada sumber tegangan bolak
balik (ac), karenanya, generator ac adalah alat yang paling penting untuk menghasilkan tenaga
listrik. Generator ac, umumnya disebut alternator, bervariasi ukurannya sesuai dengan beban
yang akan disuplai. Sebagai contoh, alternator pada PLTD mempunyai ukuran yang sangat besar,
membangkitkan ribuan kilowatt pada tegangan yang sangat tinggi. Contoh lainnya adalah
alternator di mobil, yang sangat kecil sebagai perbandingannya. Beratnya hanya beberapa
kilogram dan menghasilkan daya sekitar 100 hingga 200 watt, biasanya pada tegangan 12 volt.
Berapapun ukurannya, semua generator listrik, baik ac maupun dc, bergantung kepada
prinsip induksi magnet. EMF diinduksikan dalam sebuah kumparan sebagai hasil dari (1)
kumparan yang memotong medan magnet, atau (2) medan magnet yang memotong sebuah
kumparan. Sepanjang ada gerak relative antara sebuah konduktor dan medan magnet, tegangan
akan diinduksikan dalam konduktor. Bagian generator yang mendapat induksi tegangan
adalah armature. Agar gerak relative terjadi antara konduktor dan medan magnet, semua
generator haruslah mempunyai dua bagian mekanis yaitu rotor dan stator.
ROTATING-ARMATURE ALTERNATOR
ROTATING-FIELD ALTERNATORS
Alternator medan berputar mempunyai belitan armature yang stasioner dan sebuah belitan
medan yang berputar. Keuntungan menggunakan system belitan armature stasioner adalah
bahwa tegangan yang dihasilkan dapat dihubungkan langsung ke beban.
Jenis armature berputar memerlukan slip ring dan sikat untuk menghantarkan arus dari
armature ke beban. Armature, sikat dan slip ring sangat sulit untuk diisolasi, dan percikan bunga
api dan hubung singkat dapat terjadi pada tegangan tinggi. Karenanya, alternator tegangan tinggi
biasanya menggunakan jenis medan berputar. Karena tegangan yang dikenakan pada medan
berputar adalah tegangan searah yang rendah, problem yang dijumpai pada tegangan tinggi tidak
terjadi.
Armature stasioner, atau stator, pada alternator jenis ini mempunyai belitan yang dipotong
oleh medan putar (rotating magnetic field). Tegangan yang dibangkitkan pada armature sebagai
hasil dari aksi potong ini adalah tegangan ac yang akan dikirimkan kepada beban.
Stator terdiri dari inti besi yang dilaminasi dengan belitan armature yang melekat pada inti
ini.
Semua generator, besar dan kecil, ac dan dc, membutuhkan sebuah sumber daya mekanik
untuk memutar rotornya. Sumber daya mekanis ini disebut prime mover. Prime mover dibagi
dalam dua kelompok yaitu untuk high-speed generator dan low-speed generator. Turbin gas dan
uap pada PLTG dan PLTU adalah penggerak utama berkecepatan tinggi sementara mesin
pembakaran dalam (internal combustion engine), air pada PLTA dan motor listrik dianggap
sebagai prime mover berkecepatan rendah.
Jenis prime mover memainkan peranan penting dalam desain alternator karena kecepatan
pada mana rotor diputar menentukan karakteristik operasi dan konstruksi alternator.
ROTOR ALTERNATOR
Ada dua jenis rotor yang digunakan untuk alternator medan berputar yaitu turbine-
driven dan salient-pole rotor. Jenis turbine-driven digunakan untuk kecepatan tinggi dan salient-
pole untuk kecepatan rendah. Belitan pada turbine-driven rotor disusun sedemikian rupa
sehingga membentuk dua atau empat kutub yang berbeda. Belitan-belitan tersebut dilekatkan
erat-erat di dalam slot agar tahan terhadap gaya sentrifugal pada kecepatan tinggi.
Salient-pole rotor seringkali terdiri dari beberapa kutub yang dibelit terpisah, dibautkan pada
kerangka rotor. Salient-pole rotor mempunyai diameter yang lebih besar dari turbine-driven
rotor. Pada putaran per menit yang sama, salient-pole memiliki gaya sentrifugal yang lebih besar.
Untuk menjaga keamanan dan keselatan sehingga belitannya tidak terlempar keluar mesin,
salient-pole hanya digunakan pada aplikasi keceparan rendah.
Alternator di-rating berdasarkan tegangan yang dihasilkannya dan arus maksimum yang
mampu diberikannya. Arus maksimum tergantung kepada rugi-rugi panas dalam armature. Rugi
panas ini (rugi daya I2R) akan memanaskan konduktor, dan jika berlebihan akan merusak isolasi.
Karenanya, alternator di-rating sesuai dengan arus ini dan tegangan keluarannya dalam volt-
ampere atau untuk skala besar dalam kilovolt-ampere.
Informasi mengenai kecepatan rotasinya, tegangan yang dihasilkan, batas arusnya dan
karakteristik lainnya biasanya ditempelkan pada badan mesin nameplate.
2.4. Frekuensi
Frekuensi keluaran dari tegangan alternator tergantung kepada kecepatan rotasi dari rotor dan
jumlah kutubnya. Semakin cepat, semakin tinggi pula frekuensinya. Semakin lambat, semakin
rendah pula frekuensinya. Semakin banyak kutub pada rotor, semakin tinggi pula frekuensinya
pada kecepatan tertentu.
Ketika rotor telah berotasi beberapa derajat sehingga dua kutub berdekatan (utara dan
selatan) telah melewati satu belitan, tegangan yang diinduksikan dalam belitan tersebut akan
bervariasi hingga selesai satu siklus. Untuk suatu frekuensi yang ditentukan, semakin banyak
jumlah kutub, semakin lambat kecepatan putaran. Prinsip ini dapat dijelaskan sebagai berikut,
misalkan; sebuah generator dua kutub harus berotasi dengan kecepatan empat kali lipat dari
kecepatan generator delapan kutub untuk menghasilkan frekuensi yang sama dari tegangan yang
dibangkitkan. Frekuensi pada semua generator ac dalam satuan hertz (Hz), yaitu banyaknya
siklus per detik, berkaitan dengan jumlah kutub dan kecepatan rotasi sesuai dengan persamaan
berikut:
dimana P adalah jumlah kutub, N adalah kecepatan rotasi dalam revolusi per menit (rpm) dan
120 adalah sebuah konstanta untuk konversi dari menit ke detik dan dari jumlah kutub ke jumlah
pasangan kutub. Sebagai contoh, sebuah alternator dua kutub, 3600 rpm mempunyai frekuensi
60 Hz, ditentukan sebagai berikut:
Sebuah generator empat kutub dengan kecepatan 1800 rpm juga bekerja pada frekuensi 60 Hz.
Pengaturan tegangan pada sebuah alternator adalah perubahan tegangan dari beban penuh ke
tanpa beban, dinyatakan sebagai persentase tegangan beban penuh, ketika kecepatan dan arus
medan dc tetap konstan.
Anggap bahwa tegangan tanpa beban generator adalah 250 volt dan tegangan beban penuh
adalah 220 volt. Persen regulasi adalah:
Untuk diingat, bahwa semakin kecil persentase regulasi, semakin baik pula regulasinya untuk
kebanyakan aplikasi.
2.6. Prinsip Pengaturan Tegangan AC
Di dalam sebuah alternator, tegangan bolak balik diinduksikan dalam belitan armature ketika
medan magnet melewati belitan ini. Besarnya tegangan yang diinduksikan ini tergantung kepada
tiga hal yaitu: (1) jumlah konduktor dengan hubungan seri pada setiap belitan, (2) kecepatan
(rpm generator) pada mana medan magnet memotong belitan, dan (3) kekuatan medan magnet.
Salah satu dari factor ini dapat digunakan untuk pengaturan tegangan yang diinduksikan dalam
belitan alternator.
Jumlah belitan, tentu saja tidak berubah tetap ketika alternator diproduksi. Juga, jika
frekuensi keluaran harus konstan, maka kecepatan medan putar haruslah konstan pula. Ini
mengakibatkan penggunaan rpm alternator untuk pengaturan tegangan keluaran menjadi tidak
diperbolehkan.
Sehingga, metode praktis untuk melakukan pengaturan tegangan adalah dengan mengatur
kekuatan medan putar. Kekuatan medan elektromagnetik ini dapat berubah seiring dengan
perubahan besarnya arus yang mengalir melalui kumparan medan. Ini dapat dicapai dengan
mengubah-ubah besarnya tegangan yang dikenakan pada kumparan medan.
Generator penguat pertama disebut pilot exciter dan generator penguat kedua disebut
main exciter (penguat utama). Main exciter adalah generator arus bolak-balik dengan kutub pada
statornya. Rotor menghasilkan arus bolak-balik disearahkan dengan dioda yang berputar pada
poros main exciter (satu poros dengan generator utama). Arus searah yang dihasilkan oleh dioda
berputar menjadi arus penguat generator utama. Pilot exciter pada generator arus bolak-balik
dengan rotor berupa kutub magnet permanen yang berputar menginduksi pada lilitan stator.
Tegangan bolak-balik disearahkan oleh penyearah dioda danmenghasilkan arus searah yang
dialirkan ke kutub-kutub magnet y ang ada pada stator main exciter. Besar arus searah yang
mengalir ke kutub main exciter diatur oleh pengatur tegangan otomatis (automatic voltage
regulator/AVR).
prinsip kerja dari AVR adalah mengatur arus penguatan ( excitacy)pada exciter.
Sistem pengoperasian Unit AVR (Automatic Voltage Regulator) berfungsi untuk menjaga agar
tegangan generator tetap konstan dengan kata lain generator akan tetap mengeluarkan tegangan
yang selalu stabil tidak terpengaruh pada perubahan beban yang selalu berubah-ubah,
dikarenakan beban sangat mempengaruhi tegangan output generator.
Prinsip kerja dari AVR adalah mengatur arus penguatan (excitacy) pada exciter. Apabila
tegangan output generator di bawah tegangan nominal tegangan generator, maka AVR akan
memperbesar arus penguatan (excitacy) pada exciter. Dan juga sebaliknya apabila tegangan
output Generator melebihi tegangan nominal generator maka AVR akan mengurangi arus
penguatan (excitacy) pada exciter. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tegangan output
Generator akan dapat distabilkan oleh AVR secara otomatis dikarenakan dilengkapi dengan
peralatan seperti alat yang digunakan untuk pembatasan penguat minimum ataupun maximum
yang bekerja secara otomatis.
Besarnya arus berpengaruh pada besarnya arus yang dihasilkan main exciter, maka
besarnya arus main exciter juga mempengaruhi besarnya tegangan yang dihasilkan oleh
generator utama.
Pada sistem Eksitasi tanpa sikat, permasalahan timbul jika terjadi hubung singkat atau
gangguan hubung tanah di rotor dan jika ada sekering lebur dari dioda berputar yang putus, hal
ini harus dapat dideteksi. Gangguan pada rotor yang berputar dapat menimbulkan distorsi medan
magnet pada generator utama dan dapat menimbulkan vibrasi (getaran) berlebihan pada unit
pembangkit.
2.8 Governor
Governor adalah suatu komponen pada generator/ engine yang berfungsi mengatur kecepatan
(speed) dengan tujuan mempertahankan putaran engine.
Ada beberapa model dari governor yang dipakai pada generator caterpillar yaitu sebagai
berikut:
I. Mechanical Governor :
Mechanical governor adalah governor yang bekerja secara mekanik dengan sistem sentrifugal
dan hydro mechanical, Oleh karena itu penurunan putaran (speed droop) engine yang
menggunakan governor ini dipakai pada generator type kecil atau generator model lama.
Komponen Governor.
Electric Governor yang dipakai pada generator Caterpillar ada 2 yaitu yang dipakai pada
engine mechanical unit injector (MUI) dan engine Electronic Unit Injector (EUI). Kedua jenis
tersebut mempunyai komponen dan cara kerja yang berlainan.
Berikut perbedaan antara MUI dan EUI :
Gambar 2.8.1. Mechanical unit injector
Alternator dapat dihubungkan secara parallel untuk (1) meningkatkan kapasitas keluaran dari
suatu system melebihi apa yang didapat dari satu unit, (2) berfungsi sebagai daya cadangan
tambahan untuk permintaan yang suatu ketika bertambah, atau (3) untuk pemadaman satu mesin
dan penyalaan mesin standby tanpa adanya pemutusan aliran daya.
Ketika alternator-alternator yang sedang beroperasi pada frekuensi dan tegangan terminal
yang berbeda, kerusakan parah dapat terjadi jika alternator-alternator tersebut secara mendadak
dihubungkan satu sama lain pada satu bus yang sama (satu titik hubung). Untuk menghindari ini,
mesin-mesin tersebut harus disinkronkan dahulu sebelum disambungkan bersama-sama. Ini
dapat dicapai dengan menghubungkan satu generator ke bus (bus generator), dan mensinkronkan
generator lainnya sebelum keduanya disambungkan. Generator dikatakan sinkron jika memenuhi
kondisi berikut:
1. Tegangan terminal yang sama. Diperoleh dengan menyetel kekuatan medan bagi generator yang
hendak masuk ke dalam rangkaian (disambungkan).
2. Frekuensi yang sama. Diperoleh dengan menyetel kecepatan prime mover dari generator yang
hendak disambungkan.
3. Urutan fasa tegangan yang sama.
BAB III
PEMBAHASAN
Load Sheeding merupakan suatu bentuk tindakan pelepasan beban yang terjadi secara otomatis
ataupun manual untuk pengamanan operasi dari Unit-unit pembangkit dari kemungkinan terjadinya
padam total (Black out). Pelepasan beban secara otomatis dilakukan karena jumlah pasokan daya
berkurang, Pelepasan beban secara otomatis dilakukan dengan cara mendeteksi frekuensi atau dengan
melihat kondisi sumber daya pembangkit yang beroperasi tidak mencukupi kebutuhannya (kemampuan
pembangkitan lebih kecil daripada jumlah beban).
Pembangkitan tenaga listrik pada suatu sitem tenaga seringkali mendapat gangguan yang tidak
dapat dihindari, misalnya dengan terjadinya pembebanan secara tiba-tiba karena ada beban melebihi
kapasitas dibebankan ke sistem atau dapat juga dengan terjadinya Trip satu unit pembangkit
(Generator). ketidakmampuan suatu pembangkit dalam mensuply energi listrik biasanya ditandai dengan
penurunan nilai frekuensi listrik.
Apabila terjadi keadaan dimana berkurangnya daya pembangkit hanya berkisar 10% s.d 15%
maka penurunan frekuensi akan terjadi secara perlahan karena Governor pembangkit-pembangkit masih
sempat bekerja dan daya cadangan panas yang ada (Spinning Reserve) sebesar 10% s.d 15 % dapat
digunakan dengan merubahnya menjadi daya listrik. Tetapi apabila berkurang nya jumlah pembangkitan
terlampau besar, maka turun nya frekuensi akan semakin cepat dan mencapai harga yang relatif rendah,
hanya dalam waktu yang singkat. Governor dan cadangan daya panas yang ada tidak banyak
membantu, untuk menjaga suatu sistem dari kegagalan atau kerusakan dan mengganggu operasi
produksi karena turunnya frekuensi, maka solusi yang diambil adalah melepaskan sebagian
beban,sehingga beban yang dipikul oleh sistem berkurang sehingga diharapkan frekuensi dapat kembali
normal sesegera mungkin.
Pelepasan beban secara manual hanya di gunakan dalam keadaan yang tidak begitu penting
atau pada saat control Load Shedding tidak bekerja sebagaimana mestinya (tidak dalam keaadaan
normal) . Bila ditinjau dari kekurangan cara ini yaitu harus mempekerjakan tenaga operator yng banyak ,
dilepaskannya beban yang kadang-kadang melebihi beban yang seharusnya dilepaskan, dan adanya
faktor keterlambatan dalam tindakan operator (Human Error).
3.4 Kriteria yang diinginkan dari setiap program Load Shedding adalah:
Program harus menahan Frekuensi system agar tidak melewati batas minimum tertentu untuk
kehilangan pembangkitan terberat yng diperkirakan ( Beban yang dilepas harus cukup).
Program harus sedemikian rupa sehingga tidak ada suatu kondisi kehilangan pembangkitan
tertentu yang hanya diikuti pelepasan beban yang tidak terlalu kecil, sehingga memungkinkan frekuensi
system terlalu lama pada daerah berbahaya.
Frekuensi pelepasan beban bukan untuk mengatur frekuensi. Maka pelepasan beban sebaiknya
hanya dilakukan pada saat dibutuhkan, jadi jika tingkat penurunan frekuensi system masih dalam batas
yang diizinkan sebaiknya pengaturan dilakukan melalui AVR (Atomatic Voltage Regulator) yang
mempunyai fungsi untuk mengatur output tegangan dari generator atau Governor (alat Bantu turbin yang
berfungsi mengontrol putaran turbin agar selalu tetap stabil).
UFR biasanya digunakan sebagai Load Shedding ( Pelepasan Beban ). Dan ada
tingkatan-tingkatannya untuk menentukan wilayah mana yang akan di "korbankan" terlebih
dahulu jika terjadi suatu masalah dari sistem pembangkit. Dan berurutan dan untuk wilayah yang
critical biasanya terakhir. UFR ini juga digunakan untuk mencegah terjadinya "Black Out".
Sistem apabila mendapat beban berlebih otomatis frekuensi sistem menurun. Dan ini sangat
mengganggu peralatan sistem. Untuk kembali ke frekuensi normal maka wilayah pembebanan
yang pertama akan dilepas. Sehingga beban berkurang, frekuensi kembali normal.
Bisa juga apabila salah satu pembangkit shut down. Maka pembangkit yang lain akan
menerima beban yang ditanggung pembangkit yang tadi. Apabila pembangkit yg lain tidak
sanggup menanggung beban tersebut maka frekuensi akan turun. Maka terjadilah Load
Shedding. Apabila masih rendah juga frekuensinya, maka UFR akan melepaskan wilayah
pembebanan berikutnya. Sampai frekuensi normal kembali.
Hal penting disini, frekuensi erat kaitannya dengan Daya ( P (kW)>> , maka f<<).
Intinya relay UFR ini sebagai perlindungan ketika frekuensi sistem tenaga listrik
menurun, penurunan frekuensi ini berarti ada sebab dan akibat.
*) akibat = adanya beban berlebih akibat pengalihan baban yang dipikul oleh generator yang
sehat (tidak tergangu, akibatya bisa terjadi sistem daya yang tidak stabil/ collapse, lebih parahnya
lagi bisa terjadi blackout. Daripada terjadi blackout, sebelum penurunan frekuensi benar benar
ekstrim, maka lebih baik diberlakukan pelepasan beban, agar perputaran generator stabil
(frekuensi), dan frekuensi kembali ke nilai nominal.
Governor digunakan sebagai interface antara turbin penggerak dan generator. Pengaturan
putaran turbin sejak turbin mulai bergerak sampai steady state dilakukan oleh governor, jadi bukan
diambil alih oleh governor. Fungsi utama pengaturan putaran ini adalah untuk menjaga kestabilan
sistem secara keseluruhan terhadap adanya variasi beban atau gangguan pada sistem.
Ada dua mode operasi governor, yaitu droop dan isochronous. Pada mode droop, governor
sudah memiliki setting point Pmech (daya mekanik) yang besarnya sesuai dengan rating generator atau
menurut kebutuhan. Dengan adanya fixed setting ini, output daya listrik generator nilainya tetap dan
adanya perubahan beban tidak akan mengakibatkan perubahan putaran turbin (daya berbanding lurus
dengan putaran).
Lain halnya dengan mode isochronous, set point putaran governor ditentukan berdasarkan
kebutuhan daya listrik sistem pada saat itu (real time). Kemudian melalui internal proses di dalam
governor (sesuai dengan kontrol logic dari manufaktur), governor akan menyesuaikan nilai output daya
mekanik turbin supaya sesuai dengan daya listrik yang dibutuhkan sistem. Pada saat terjadi perubahan
beban, governor akan menentukan setting point yang baru sesuai dengan aktual beban sehingga dengan
pengaturan putaran ini diharapkan frekuensi listrik generator tetap berada di dalam acceptable range
dan generator tidak mengalami out of synchronization.
Seperti halnya peralatan listrik yang lain, governor juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Parameter- parameter governor, seperti daya mekanik, gas producer, speed droop, dll umumnya
memiliki nilai batas atas dan batas bawah sesuai spesifikasi dari pabrik.
Stabilitas sistem tenaga dapat secara luas didefinisikan sebagai properti dari sistem
tenaga yang memungkinkan untuk tetap berada dalam keadaan seimbang dalam kondisi operasi
normal maupun abnormal, dan dapat kembali mencapai keadaan yang seimbang lagi setelah
mengalami gangguan.
Dalam keadaan operasi yang stabil dari sistem tenaga listrik, terdapat keseimbangan
antara daya input mekanis pada prime mover dengan daya outputlistrik (beban) pada sistem.
Dalam keadaan ini semua generator berputar pada kecepatan sinkron.
Namun sistem tidak selalu berjalan dengan stabil, dimana sistem selalu mengalami
gangguan ( kecil maupun besar). Gangguan kecil terjadi akibat perubahan beban secara kontinyu,
dan sistem selalu berusaha untuk bertahan pada kondisi tersebut. Sedangkan yang termasuk
gangguan besar adalah hubung singkat, hilangnya daya dari generator atau beban secara tibatiba
dengan kapasitas besar yang melebihi daya yang dihasilkan oleh generator.
Bila sistem tidak dapat mengatasi gangguan besar maka sistem akan kehilangan posisi
sinkronnya. Dan hal ini yang akan menyebabkan rotor dari generator berayun (tidak stabil)
karena adanya torsi yang mengakibatkan perlambatan pada rotor tersebut. Gangguan pada
generator secara umum dapat dibagi menjadi beberapa area diantaranya :
1) Gangguan mekanis
Jenis gangguan ini mencakup seluruh gangguan pada generator akibat bagian mekanisnya
ataupun panas yang terjadi pada perangkat generator.
2) Gangguan listrik
Jenis gangguan ini adalah gangguan yang timbul dan terjadi pada bagian listrik generator.
Contoh jenis gangguan ini adalah hubung singkat antar fasa (unbalance fault).
3) Gangguan Sistem
Gangguan ini terjadi akibat dari sistem tenaga listrik itu sendiri. Umumnya jenis gangguan ini
terjadi antara lain:
I) Rotor angle stability.
Adanya gangguan di sistem akibat perubahan beban secara mendadak, switching, hubung
singkat, dan peristiwa lainnya yang menyebabkan ketidakstabilan sistem. Apabila peristiwa ini
berlangsung cukup lama dan melampaui batas kestabilan generator, maka generator akan
kehilangan kondisi paralelnya. Keadaan ini menghasilkan arus puncak yang tinggi dan
penyimpangan frekuensi output sehingga terjadi stress pada belitan generator. Gaya punter yang
berfluktuasi dan resonansi akan merusak turbin generator.
II) Voltage stability and Voltage Collapse
Tingkat kestabilan tegangan yang dihasilkan sistem pembangkit tenaga listrik sangat dipengaruhi
oleh kecepatan putar generator. Tegangan yang berlebihan melampaui batas maksimum yang
diijinkan dapat berakibat tembusnya (breakdown) desain isolasi yang akhirnya akan
menimbulkan hubung singkat antar belitan. Tegangan lebih dapat terjadi saat generator berputar
melebihi kecepatan nominalnya (overspeed) atau jika terjadi kerusakan pada pengatur tegangan
otomatis (AVR)
Listrik seperti kita ketahui adalah bentuk energi sekunder yang paling praktis
penggunaannya oleh manusia, di mana listrik dihasilkan dari proses konversi energi sumber
energi primer seperti batu bara, minyak bumi, gas, panas bumi, potensial air dan energi angin.
Sistem pembangkitan listrik yang sudah umum digunakan adalah mesin generator tegangan AC,
di mana penggerak utamanya bisa berjenis mesin turbin, mesin diesel atau mesin baling-baling.
Dalam pengoperasian pembangkit listrik dengan generator, karena faktor keandalan dan
fluktuasi jumlah beban, maka disediakan dua atau lebih generator yang dioperasikan dengan
tugas terus-menerus, cadangan dan bergiliran untuk generator-generator tersebut. Penyediaan
generator tunggal untuk pengoperasian terus menerus adalah suatu hal yang riskan, kecuali bila
bergilir dengan sumber PLN atau peralatan UPS.
Untuk memenuhi peningkatan beban listrik maka generator-generator tersebut
dioperasikan secara paralel antar generator atau paralel generator dengan sumber pasokan lain
yang lebih besar misalnya dari PLN. Sehingga diperlukan pula alat pembagi beban listrik untuk
mencegah adanya sumber tenaga listrik terutama generator yang bekerja paralel mengalami
beban lebih mendahului yang lainnya.
Operasi Generator Secara Paralel Pasokan listrik ke beban dimulai dengan
menghidupkan satu generator, kemudian secara sedikit demi sedikit beban dimasukkan sampai
dengan kemampuan generator tersebut, selanjutnya menghidupkan lagi generator berikutnya dan
memparalelkan dengan generator pertama untuk memikul beban yang lebih besar lagi. Saat
generator kedua diparalelkan dengan generator pertama yang sudah memikul beban diharapkan
terjadinya pembagian beban yang semula ditanggung generator pertama, sehingga terjadi
kerjasama yang meringankan sebelum beban-beban selanjutnya dimasukkan.
Seberapa besar pembagian beban yang ditanggung oleh masing-masing generator yang
bekerja paralel akan tergantung jumlah masukan bahan bakar dan udara untuk pembakaran
mesin diesel, bila mesin penggerak utamanya diesel atau bila mesin-mesin penggeraknya lain
maka tergantung dari jumlah (debit) air ke turbin air, jumlah (entalpi) uap/gas ke turbin uap/gas
atau debit aliran udara ke mesin baling-baling.
Jumlah masukan bahan bakar/ udara, uap air/ gas atau aliran udara ini diatur oleh
peralatan atau katup yang digerakkan governor yang menerima sinyal dari perubahan frekuensi
listrik yang stabil pada 50Hz, yang ekivalen dengan perubahan putaran (rpm) mesin penggerak
utama generator listrik. Bila beban listrik naik maka frekuensi akan turun, sehingga governor
harus memperbesar masukan ( bahan bakar/udara, air, uap/gas atau aliran udara) ke mesin
penggerak utama untuk menaikkan frekuensinya sampai dengan frekuensi listrik kembali ke
normalnya.
Sebaliknya bila beban turun, governor mesin-mesin pembangkit harus mengurangi
masukan bahan bakar/udara, air, uap air/gas atau aliran udara ke mesin-mesin penggerak
sehingga putarannya turun sampai putaran normalnya atau frekuensinya kembali normal pada 50
Hz. Bila tidak ada governor maka mesin-mesin penggerak utama generator akan mengalami
overspeed bila beban turun mendadak atau akan mengalami overload bila beban listrik naik.
Governor bekerja secara hidrolik/mekanis, sedangkan sinyal masukan dari keluaran arus
generator berupa elektris, sehingga masukan ini perlu diubah ke mekanis dengan menggunakan
elektric actuator untuk menggerakkan motor listrik yang menghasilkan gerakan mekanis yang
diperlukan oleh governor.
Bila ukuran generator sama maka jumlah arus yang dideteksi oleh masing-masing alat
pembagi beban dibagi jumlah generator merupakan arus beban yang harus dihasilkan oleh
generator setelah governornya diubah oleh electric actuator yang menerima sinyal dari alat
pembagi beban sesaat setelah generator diparalelkan .
Dalam prakteknya alat pembagi beban generator dipasang dengan bantuan komponen-
komponen seperti berikut : trafo arus, trafo tegangan (sebagai pencatu daya), electric actuator,
potensiometer pengatur kecepatan dan saklar-saklar bantu. Lihat diagram pengkabelannya dalam
Gambar 3.5.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Load shedding adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk melepaskan beban secara otomatis
ketika jumlah pasokan daya berkurang. Pelepasan secara otomatis dilakukan dengan cara
menditeksi frekwensi atau dengan melihat kondisi sumber daya pembangkit yang beroperasi
tidak mencukupi kebutuhannya. Pelepasan didasarkan pada kondisi frekwensi. Pada saat
frekwensi turun pada level tertentu, akibat adanya pembangkit yang trip maka dilepasakan beban
yang tidak begitu penting (yang tidak menyebabkan operasi pengolahan teganggu).
2. Alat pembagi beban generator merupakan peralatan otomatis yang menyeragamkan operasi
governor dalam menaikkan atau menurunkan power mesin atau daya generator sesuai perubahan
bebannya, dan sangat diperlukan bila memiliki lebih dari dua generator dengan karakteristik
yang berbeda yang beroperasi secara paralel.
3. Dengan alat pembagi beban generator, maka setiap generator mempunyai faktor penggunaan
(beban maksimum dibagi kapasitas generator) yang sama dan kecil yang berarti bagus.
4. Perubahan beban akibat pemasukan atau pengeluaran generator dari sistem paralel generator-
generator akan dirasakan sama oleh setiap generator dalam sistem tsb , tanpa overload atau
overspeed.
5. Load Sharing Alat pembagi beban (Load Sharing) merupakan peralatan otomatis yang
menyeragamkan operasi governor dalam menaikkan atau menurunkan power mesin atau daya
generator pembangkit listrik sesuai dengan perubahan bebannya, dan sangat diperlukan bila
memiliki lebih dari dua generator dengan karakteristik yang berbeda yang beroperasi secara
paralel.
6. Alat pembagi beban generator hanya bisa diterapkan pada generator set-engine yang mempunyai
governor dan bisa dikembangkan untuk sistem kontrol yang lebih lanjut seperti kontrol dengan
distributed control system (DCS).
DAFTAR PUSTAKA