JAWABAN :
Masalah stunting pada balita merupakan gambaran masalah gizi kronis yang dipengaruhi
dari kondisi ibu/calon ibu, masa janin, dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita
pada masa balita .Seperti masalah gizi lainnya, tidak hanya terkait masalah kesehatan, namun
juga dipengaruhi berbagai kondisi lain yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan
balita. Dampak buruk pada balita mengalami masalah gizi dalam jangka pendek yaitu
terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan dan gangguan
metabolisme dalam tubuh. Sedangkan jangka panjang yaitu menurunnya kemampuan kognitif
dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk
munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, dan
stroke pada usia tua, serta rendahnya produktivitas kerja.
Gambar Kerangka Konseptual Stunting (World Bank, Nutrition Failure in Ecuador, 2007)
MENTARI INDAH SAPUTRI
Banyak multifaktorial etiologi yang menyebabkan anak stunting. Penyebab anak stunting
bisa dilihat menurut world bank (2007) dan fenske (2013). Dari kedua sumber tersebut
menjelaskan penyebab stunting yang paling utama karrna asupan energi dan gizi yang kurang
pada anak namun hal ini juga didukung oleh faktor lainnya. Terdapat 3 faktor penyebab dasar
yaitu kekurangan asupan energi dan gizi, restriksi pertumbuhan intrauterine dan kurang
penyerapan energi dan gizi. Kekurangan terus menerus pada anak memberikan dampak pada
anak yaitu kekurangan gizi. Kekurangan gizi bisa dikarenakan kuantitas makanan kurang,
kualitas makanan yang buruk, pemberian ASI tidak lakukan secara eksklusif, praktik hygene,
pemberian makan tambahan dan sanitasi air yang buruk. Penyerapan energi dan gizi kurang ini
bisa terjadi pada ibu dan anak dikarenakan gangguan metabolisme tubuh. Ganguan metabolisme
tubuh terjadi bisa dikarenakan riwayat penyakit infeksi atau penyakit kronik. Jika energi dan gizi
tidak terserap dengan baik, maka akan memberikan dampak pada Pertumbuhan janin terhambat
juga akan beresiko anak stunting. Dari penyebab tersebut terdapat faktor pendukung lainnya
yaitu karakteristik sasaran. Umur, status kesehatan, status gizi, kesehatan fisik pada anak; status
ekonomi, pendidikan orang tua, jumlah keluarga, peran pengambilan keputusan pada rumah
tangga dan produksi pangan, distribusi pangan, pertumbuhan penduduk pada masyarakat yang
dapat berisiko menyebabkan anak stunting. Worldbank menjelaskan faktor penyebab tidak
terjadi karena anak dan ibu melainkan juga masyarakat. Faktor penyebab yang terjadi pada anak
MENTARI INDAH SAPUTRI
Dari kerangka konseptual tersebut dapat dilihat intervensi yang paling menentukan untuk dapat
mengurangi prevalensi dan menanggulagi kejadian stunting perlu dilakukan pada ibu dan anak
yaitu 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). 1000 HPK merupakan hari pertama dimulai sejak
janin di dalam kandungan hingga seorang anak berusia dua tahun, merupakan periode kritis,
terpenting, dan perlu mendapatkan perhatian terbesar terhadap pola asuh dan asih terhadap anak.
Intervensi ini sedang dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2012 oleh pemerintah yang disebut
dengan "Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan". Gerakan 1000 HPK dilakukan dengan 2
intervensi yaitu spesifik dan sensitif yang ditunjukan untuk sasaran ibu/calon ibu, ibu hamil, ibu
menyusui, bayi dan balita. Intervensi gizi spesifik dilakukan melalui upaya-upaya dalam
menanggulangi gangguan secara langsung seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT),
monitoring tumbuh kembang balita di posyandu dan imunisasi. Selain itu, intervensi Gizi
sensitive dilakukan melalui upaya tidak langsung seperti penyediaan air bersih dan
penanggulangan kemiskinan. Intervensi ini dilakukan sebagai upaya perbaikan gizi untuk
memperbaiki kehidupan anak-anak Indonesia di masa mendatang. Namun, intervensi pada
wanita usia subur sangat penting terutama pada remaja karena banyak remaja yang
menikah/ingin menikah dengan status gizinya kurang dan pengetahuan tentang gizi dan
kesehatan juga masih kurang. Hal tersebut disaat remaja tersebut hamil maka akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin trehambat dan meningkatkan resiko
melahirkan bayi BBLR dan resiko anak balita stunting.
Peran zat gizi dalam mencegah stunting atau mengembalikan (reversing) efek dari
stunting tergantung dari sasaran sebagai berikut;
WUS , Ibu, calon Ibu terdapat penelitian menjelaskan bahwa peran zat besi pada remaja putri
atau WUS yang dikombinasikan dengan zat gizi mikro antara lain vitamin A, vitamin C, vitamin
B12, asam folat, seng dan tembaga dapat memperbaiki status gizi besi (kadar hemoglobin,
hematokrit dan serum ferritin darah) dan menurunkan prevalensi serta mencegah terjadi anemia.
Salah satu penyebab tidak langsung anak stunting yaitu anemia pada ibu hamil.
Ibu hamil terdapat penelitian menjelaskan bahwa peran zat gizi vitamin A,B, C dan mineral
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan janin diantaranya yaitu;
1. Vitamin A : berperan penting dalam membantu pertumbuhan tulang dan gigi, melindungi
tubuh dari kanker, dan mencegah kematian pada bayi . Selain itu, peran vitamin A antara
MENTARI INDAH SAPUTRI
Referensi :
Ayumi, Irma. 2014. Perbedaan Tingkat Asupan Energi, Protein Dan Zat Gizi Mikro (Besi,
Vitamin A, Seng) Antara Anak Sd Stunting Dan Non Stunting Di Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo. http://eprints.ums.ac.id/30971/14/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
diakses pada tanggal 20 september 2017
Bappenas. 2013. Buletin 1000 HPK https://www.bappenas.go.id/files/3213/8848/0645/Buletin-
1IND_1000HPK_2013-10-03.pdf diakses pada tanggal 20 september 2017
MENTARI INDAH SAPUTRI