I. TEORI DASAR
Ketidakrataan benang adalah suatu ukuran mutu benang yang menyatakan
besarnya penyimpangan masa pada panjang tertentu, yang keberadaanya tidak
mungkin dapat dihindari, ada tiga macam ukuran yang menyatakan ketidakrataan:
- Koefisien Variasi (CV) adalah akar rata-rata dari kuadrat selisih antara
kerapatan linier dan rata-ratanya, dinyatakan dalam persen terdapat rata-
ratanya kerapatan linier benang yang diuji.
- Persen simpangan rata-rata (U) adalah simpangan rata-rata kerapatan linier,
dinyatakan dalam persen terhadap linier yang diuji
Hubungan antara U % dengan CV adalah U = 1,25 CV
- Persen rentang ( R ) adalah rentang kerapatan linier yang didapat dari bagian-
bagian panjang benang yang sama, dinyatakan dalam persen terhadap rata-
rata kerapatan linier benang yang diuji.
Ketidakrataan benang dipengaruhi oleh
a. Panjang serat
Serat makin panjang maka ujung serat main sedikit sehingga benang akan
lebih rata.
b. Kerataan panjang serat (uniformity ratio/UR)
Serat makin rata panjangnya maka seting dimesin akan lebih mudah dan
proses akan lebih lancar sehingga benang yang dihasilkan akan lebih rata.
c. Kehalusan serat
Makin halus serat maka makin rata benangnya. Kehalusan serat kapas antara
2,5 6,0 micronaire
d. Cacat-cacat oleh mesin
Cacat karena kesalahan drafting , biasanya terjadi karena bahan baku.
Cacat karena kesalahan mekanik, seperti :
- Rol-rol tidak bulat
- Rol-rol yang eksentrik
- Belt yang kendor atau apron kendor
- Beban yang tidak sesuai
- Roda gigi yang aus
- Flyer yang bengkok
- Ring atau traveler yang aus
- Penyuapan bahan atau roving yang tidak tepat.
Alat uji ketidakrataan benang
Alat uji ketidakrataan benang menurut prinsip kerjanya dibagi dua jenis :
a. Uster berdasarkan kapasitansi (kapasitor, kemampuan pendeteksian
berdasarkan jumlah muatan listrik), Disini yang diukur adalah massa benang/
berat benang per unit panjang tertentu. Dasar pengukurannya berdasarkan
medan magnet. Alat system ini diproduksi oleh Uster. Alat dengan sistim ini
paling banyak berkembang sampai sekarang.
Panjang lempeng
Nomor Slot Nomor Benang Jenis Benang
(mm)
1 20 10 40 k tex Sliver
2 12 2 12 ktex Sliver
3 12 0,9 3,3 ktex Sliver
4 12 0,16 1,7 k tex Roving
5 8 66 160 tex Roving
6 8 21 66 tex Roving
7 8 8,7 21 tex Benang
8 8 4,0 8,7 tex Benang
b. Pd (panjang dalam)
Pd adalah panjang benang yang diuji. Pd dapat dihitung dengan
mengalikan waktu evaluasi dengan kecepatan bahan. Pd dapat dipilih
dengan memvariasikan antara waktu evaluasi dengan kecepatan bahan.
2. Pemilihan kecepatan benang dan diagram
a. Kecepatan benang
Pada prinsipnya kecepatan yang dipilih adalah kecepatan yang paling
tinggi untuk mendapatkan waktu evaluasi yang lebih cepat. Kecepatan
bahan dapat diatur dari mulai 4, 8, 25, 50, 100, dan 200 meter/menit.
Menurut pengalaman panjang gelombang yang terpendek dari berbagai
variasi penampang bahan akan tetap jelas apabila sesuai dengan
kelipatan panjang serat (e) dari bahan.
b. Kecepatan diagram (grafik)
Bila ketidakrataan dievaluasi dengan grafik, perbandingan kecepatan
benang dan kecepatan grafik harus cukup untuk menunjukan periode
fluktuasi yang terkecil, perbandingan yang diperkenankan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini. Kecapatan diagram dapat diatur dari mulai 2,5, 5,
10, 25, 50, atau 100 meter per menit.
Tabel 8.3 Perbandingan Maksimum yang Diperkenankan Antara
Kecepatan Benang dengan Kecepatan Grafik.
Pengukuran
Macam Benang
CV dan U R
Benang Stapel 0,6 p 3p
Benang Filamen 20 100
p : panjang serat (mm)
3. Pemilihan range of scale
Ada 4 range of scale yang dapat dipilih, pemilihan range of scale ini
tergantung ketidakrataan bahan yang akan diuji. Yang penting adalah gerakan
jarum dapat menunjuk penuh pada kertas grafik dan pada waktu pengujian U
% dan CV % pada integrator jarum pada Uster Evenness Tester harus
menunjuk ditengah-tengah.
Berdasarkan pengalaman range of scale dapat dipilih sebagai berikut :
Benang : 100 %
Roving : 50 % kadang-kadang 25 %
Sliver : 25 % kadang-kadang 12,5 %
4. Pemilihan service normal atau inert
Service selector dapat digunakan Normal, dalam hal ini variasi dari
penampang bahan sesuai dengan variasi bahan yang panjangnya sama
dengan panjang slot yang dipakai, juga dapat digunakan inert test apabila
dikehendaki kurva dari variasi yang lebih panjang daripada menggunakan
Normal.
Pengaruh Ketidakrataan Benang terhadap Kenampakan Kain
Benang yang tidak rata cenderung akan menghasilkan kain tenun atau rajut
yang cacat berupa : cacat struktur, strip, bar, atau ketidakrataan hasil celupan
(belang). Cacat benang periodik biasanya disebabkan oleh adanya bagian-bagian
mesin pemintalan yang cacat.
Ketidakrataan benang yang mempunyai variasi masa tidak menentu,
cenderung akan menghasilkan kain cacat dengan kategori cacat struktur. Cacat
struktur kain adalah cacat yang tampak secara visual berupa perbedaan warna
tua dan muda, jarang padat yang tidak beraturan. Kejadian ini biasanya akan
tampak pada kain berwarna yang memiliki cover faktor rendah seperti kain rajut
pakan.
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan dari dilakukannya praktikum pengujian ketidakrataan
pada benang ini adalah :
1. Agar praktikan dapat memiliki kemampuan untuk menjelaskan pengertian
ketidakrataan benang, penyebab ketidakrataan benang serta hubungan
dengan proses selanjutnya.
2. Agar praktikan dapat memiliki kemampuan untuk menguji ketidakrataan
benang.
3. Agar praktikan dapat memiliki kemampuan untuk menganalisa hasil uji
ketidakrataan benang.
Range of Scale = + 50 % No U% (
)2
Average Value = 28,2 1 8,5 0,3136
Range of Scale = + 100 % 2 8 0,0036
Thin Place =3 3 7,7 0,0576
Thick Place =0 4 7,9 0,0016
VI. PERHITUNGAN
Standar Deviasi (S)
( )2 0,0984
S= = = 0,157
1 4
KESIMPULAN
Setelah melaksanakan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwasannya
ketidakrataan adalah suatu ukuran (diameter) benang per satuan panjang yang
berbeda-beda, hal ini tidak dapat dihindari/selalu saja ada, hal ini dikarenakan
oleh beberapa factor salah satunya terjadi sedikit kendala pada proses
pemintalan. Selain itu pengaruh ketidakrataan benang ini akan berdampak pada
proses selanjutnya seperti, pertenunan, perajutan, dan lain-lain. Berikut data-data
yang dihasilkan setelah praktikum ketidakrataan benang :
Standar deviasi = 0,157
Koefisien variasi = 1,97 %
Thick places =0
Thin places =3
Neps =0
VIII. LAMPIRAN
2
1
Keterangan gambar
1. Evenness Tester
2. Integrator
3. Imperpection Indicator
PENGUJIAN BULU BENANG (HAIRINESS)
I. TEORI DASAR
Hairness adalah jumlah helai total serat serat yang menonjol dalam
pengukuran benang nyata sepanjang 1 cm. Contohnya hairness 4,0 dari suatu
contoh berarti total jumlah panjang serat yang menonjol 4 helai setiap benang
yang panjangnya 1 cm. Jadi, hairness adalah perbandingan total panjang serat-
serat yang menonjol terhadap satuan panjang.
Bulu pada benang adalah serat-serat yang menonjol pada permukaan
benang. Banyaknya bulu pada benang dipengaruhi oleh :
1. Panjang Serat
Makin panjang seratnya tentunya ujung-ujung seratnya dalam penampang
yang sama makin sedikit sehingga bulu pada benangnya makin sedikit.
2. Kerataan panjang serat
Serat yang mempunyai variasi panjang serat yang tinggi akan mengakibatkan
setting pada mesin pemintalan susah dilakukan sehingga kemungkinan
menimbulkan bulu akan semakin tinggi.
3. Proses pemintalan
Adanya peralatan yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya makin
menambah kemungkinan meningkatnya bulu pada benang. Demikian juga
adanya penambahan peralatan pada pemintalan misalnya compact spinning
akan meningkatkan kualitas benang dengan sangat sedikitnya bulu benang.
Bulu benang yang tinggi akan menghambat proses selanjutnya misalnya
pada proses pertenunan sehingga untuk mengatasinya perlu dilakukan
penganjian yang intensif. Makin intensifnya proses penganjian tentunya akan
menigkatkan biaya produksi. Benang dengan bulu yang sedikit misalnya compact
yarn sangat menguntungkan karena proses penganjiannya hanya sedikit saja
sehingga akan menurunkan biaya produksi.
Pengujian bulu benang dilakukan untuk mengetahui jumlah bulu benang
setiap panjang tertentu. Pengujian dilakukan dengan alat Hairiness Tester.
Panjang bulu yang dapat dideteksi yaitu
- bulu benang yang panjangnya diatas 0,5 mm
- bulu benang yang panjangnya diatas 1,5 mm
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan dari dilakukannya praktikum pengujian bulu benang
(hairiness) ini adalah :
1. Agar praktikan dapat memiliki kemampuan untuk menjelaskan pengertian bulu
(hairiness) pada benang dan hubungan dengan proses selanjutnya.
2. Agar praktikan dapat memiliki kemampuan untuk memiliki kemampuan
menguji bulu benang (hairiness).
kali ikon seperti sehingga ditampilkan menu Utama seperti berikut ini:
Gambat 9.1 Tampilan Monitor Uji Hairiness Tester
Dalam tampilan ini, ada beberapa pilihan yang bisa dilakukan :
1. Pada toolbar akan aktif icon Run ( ), klik untuk memulai test.
Pada tampilan windows, tabel akan otomatis terisi apabila test
sudah selesai. Dan pada status bar akan muncul data sample yang
sedang di test. Seperti gambar di bawah ini :
2. Apabila test sudah selesai maka icon Preview akan aktif dan untuk
- Untuk print manual klik icon ( ) dan untuk keluar dari Preview klik
icon ( ).
- Untuk memberikan komentar klik ikon Add Note ( ) maka akan
tampil windows seperti gambar di bawah
Min 728 84
PERHITUNGAN
a) Waktu pengujian :
Masing-masing waktu lama pengujian 1 menit, total waktu yang dibutuhkan 5
menit.
b) Panjang benang yang diuji
- Bulu benang yang panjangnya di atas 0,5 mm
- Bulu benang yang panjangnya di atas 1,5 mm
c) Rata-rata ()
- Jumlah bulu di atas 0,5 mm = 761
- Jumlah bulu di atas 1,5 mm = 91
d) Standar deviasi (S)
No (
)2 0,5 (
)2 1,5
( )2 1720 1 529 49
e) S 0,5 = = = 20,74
1 4 2 49 16
3 49 4
( )2 134
f) S 1,5 = = = 5,788 4 1089 64
1 4
5 4 1
g) Koefisien Variasi (CV) 1720 134
20,74
CV0,5 = x 100 % = x 100 % = 0,027 %
761
5,788
CV1,5 = x 100 % = x 100 % = 6,36 %
91
h) Merubah ke meter
0,5 mm
1
= x 761 = 1014,16 meter
0,75
1,5 mm
1
= x 91 = 121,3 meter
0,75
KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini praktikum dapat menyimpulkan bahwa hairness adalah
jumlah helai total serat serat yang menonjol dalam pengukuran benang nyata
sepanjang 1 cm. Contohnya hairness 4,0 dari suatu contoh berarti total jumlah
panjang serat yang menonjol 4 helai setiap benang yang panjangnya 1 cm. Dan
hasil pengujian yang telah dilakukan sebagai berikut :
Jumlah bulu di atas 0,5 mm = 1015 bulu/meter
Jumlah bulu di atas 1,5 mm = 121 bulu/meter
Standar deviasi 0,5 = 20,74
Standar deviasi 1,5 = 5,788
Koefisien variasi 0,5 = 0,027 %
Koefisien variasi 1,5 = 6,36 %
VII. LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI TEKSTIL 2
PENGUJIAN CRIMP PADA BENANG FILAMEN TEKSTUR
I. TEORI DASAR
Suatu phase yang paling penting dalam menentukan baik tidaknya proses
pembuatan serat filament buatan adalah salah satunya evaluasi crimp yang akan
menentukan mutu dari benangnya. Faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap
friksi antara serat dan karenanya berpengaruh pada gaya drafting dan variasinya.
Tidak selamanya serat - serat yang sudah berbentuk sliver itu dapat didraft
dengan mudah dan dengan variasi gaya yang baik, karena diantara serat - serat
ada yang lengket ( stick ) dan ada yang slip.Penomena seperti ini biasa disebut
efek (stick slip) yang amat tergantung pada koefisien friksi antara permukaan
serat - serat, daya rekat antara permukaan serat - serat dan efektifitas hubungan
antara permukaan serat.
Pada serat atau benang filament buatan jumlah crimp yang terdapat pada
seratnya sudah tertentu, hal ini karena serat buatan tidak mempunyai crimp alam
sehingga crimpnya dapat ditentukan pada waktu pembuatan seratnya.
Benang tekstur dapat diartikan benang filament yang diproses dengan
cara sedemikian rupa sehingga sifat-sifat fisika dan permukaan (Physical and
Surface Properties) berubah. Perubahan itu tampak antara lain benang akan rua
disebabkan oleh adanya crimp pada benang dan juga tampak keras pada kain
yang dibuat dari benang tekstur.
Besarnya rua pada benang tekstur dapat diperoleh dengan variasi proses
misalnya:
- Kecepatan benang yang diproses atau lamanya proses berlangsung
- Besarnya false twist yang diberikan pada benang
- Besarnya tegangan yang diberikan selama proses
- Jumlah filament dalam benang
Crimp diberikan dalam panjang tertentu. Crimp diperlukan agar benang
dapat dipilin. Ada beberapa metode dipakai orang untuk menentukan crimp
benang tekstur, yaitu:
- Metode Heberbein
- Metode Acelance
- Metode Hatra
- Metode DIN 53 840
- Metode Tifico
Metode metode diatas berbeda prosedur perlakuan terhadap benang,
akan tetapi prinsipnya sama, yaitu menggunakan 2 macam beban penegang
yang berbeda untuk mengukur crimp.
Benang tekstur adalah benang filamen dari serat sintetis yang bersifat
thermoplastis yang telah diproses sedemikian rupa sehingga sifat fisik dan
permukaannya berubah. Misalnya menjadi rua (bulky), berjeratan (loops),
berbentuk spiral (coils) dan berbentuk crinkle. Benang yang digunakan filamen
poliamida dan filamen poliester.
Perubahan sifat yang terjadi pada benang akan memberikan sifat-sifat
tertentu pada kain, yaitu
a. Permukaan kain yang tidak rata
b. Memberikan regangan pada kain
c. Kain tidak mengkilap
d. Daya tembus udara mekin kecil
e. Pegangan/rabaan (lembut) pada kain
1. False Twist
2. Edge Crimp
3. Knit-deknit
4. Air Jet
5. Gear Crimp
6. Stuffer Box
40 4
30
20 2,5
Suhu Suhu
180 190 200 210 220 160 180 200 220 240
Grafik 10.1 Hubungan Crimp Dengan Suhu Gambar 10.2 Grafik Hubungan Antara
Tenacity Dengan Suhu
Perubahan panjang yang diukur terdiri dari beberapa prosedur yang hasilnya
dinyatakan dalam skein shrinkage (SS), crimp contraction (CC), bulk shrinkage (BS)
dan crimp recovery (CR).
Cara ini terbatas pada pengukuran crimp benang multifilamen tekstur dengan
jangkauan 1,7 888,9 tex ( 15 8000 denier).
PERHITUNGAN
Kontraksi Crimp
(LgLz) 47,829,5
Kc = x 100 % = x 100 % = 38 %
Lg 47,8
Modulus Crimp
(LgLf) 47,837,8
Mc = x 100 % = x 100 % = 21 %
Lg 47,8
Stabilitas Crimp
(LgLb) 47,832
Sc = x 100 % = x 100 % = 86 %
(LgLz) 47,829,5
VI. DISKUSI DAN KESIMPULAN
DISKUSI
Pada praktikum kali ini mengenai pengujian crimp pada benang filamen
tekstur adalah mengukur perubahan panjang pada benang filamen tekstur dalam
bentuk untaian karena tegangan yang ditunjukkan oleh crimp setelah perlakuan
panas basah atau panas kering. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus
dperhatikan dan hal-hal yang menjadi kendala selama praktikum dilaksanakan
yang berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan :
Sebelum melakukan pegujian benang terlebih dahulu di cari nomer
benangnya dengan cara yang telah diarahkan,
Pada saat meng oven benang usahakan suhu dan waktu yang digunakkan
sesuai dengan prosedur yang telah ditentukkan,
Lakukan pengukuran pertambahan panjang setelah di oven dan diberi
beban dengan teiliti dan hati-hati, dikarenakan terdapat beberapa benang
yang sangat sensitive saat diberi beban terutama beban terberat yang
sudah disiapkan.
KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini praktikan dapat menyimpulkan bahawa benang tekstur
adalah benang filamen dari serat sintetis yang bersifat thermoplastis yang telah
diproses sedemikian rupa sehingga sifat fisik dan permukaannya berubah.
Misalnya menjadi rua (bulky), berjeratan (loops), berbentuk spiral (coils) dan
berbentuk crinkle. Perubahan sifat yang terjadi pada benang akan memberikan
sifat-sifat tertentu pada kain, yaitu
- Permukaan kain yang tidak rata
- Memberikan regangan pada kain
- Kain tidak mengkilap
- Daya tembus udara mekin kecil
- Pegangan/rabaan (lembut) pada kain
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Kontraksi Crimp = 38 %
Modulus Crimp = 21 %
Stabilitas Crimp = 86 %
VII. LAMPIRAN
NPM : 15010087
Group : 2T4
Asisten Dosen :
2017