Anda di halaman 1dari 14

Hukum Internasional

PENGERTIAN HUKUM INTERNASIONAL


Luasnya substansi hukum internasional tersebut dapat dibuktikan pada bukti-bukti
sebagai berikut:
1) Macam subyek-subyek hukum internasional itu tidak lagi terbatas oleh negara, tetapi
sudah jauh lebih banyak.
2) Sebagai konsekuensi dari semakin bertambahnya macam dan jumlah subyek-subyek
hukum internasional, maka semakin bertambah juga macam dan jumlah dari hubungan-
hubungan (hukum) internasional yang tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu.
3) Masalah-masalah yang timbul yang juga menjadi obyek pengaturan hukum
internasional juga semakin bertambah banyak.
Apabila dibandingkan dengan ruang lingkup dan substansi hukum internasional pada
masa lampau, terutama pada masa abad ke 19 dan awal abad ke 20, dimana hukum
internasional hanya merupakan sekumpulan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum
yang mengatur hubungan antar negara, tampaklah bahwa hukum internasional dewasa
ini sudah sedemikian jauh perubahan dan perkembangannya. Hukum internasional
dengan ruang lingkup dan substansi seperti yang dikemukakan di atas inilah yang lebih
dikenal dengan sebutan hukum internasional modern.

Di samping itu perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan hukum
internasional privat.
Hukum internasional publik : mengatur hubungan antar negara dan subjek-subjek
hukum lainnya.
Hukum internasional privat : mengatur hubungan antara individu-individu atau badan-
badan hukum dari negara-negara yang berbeda.
Mengingat bahwa yang membuat hukum internasional adalah negara-negara, baik
melalui hukum kebiasaan maupun melalui hukum tertulis dan karena negara-negara itu
pula yang merupakan pelaku dan sekaligus pengawas dari pelaksanaan hukum tersebut
tentu saja hukum internasional tidak mungkin dapat sekuat hukum nasional.

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL


1. Hukum internasional pada zaman kuno
Pada zaman yunani kuno dibagi menjadi 2 yaitu:
Pada zaman yunani kuno
Sudah lahir para ahli-ahli pikir seperti scorates, plato, dan aristoteles yang
mengemukakan gagasan-gagasan mengenai wilayah , masyarakat,individu. Walaupun
lebih dari dua ribu tahun yang lalu, city-states di Yunani didiami oleh bangsa dengan
bahasa yang sama, dan hubungan mereka lebih diatur oleh ketentuan-ketentuan yang
kemudian bernama hukum internasional.
Pada zaman romawi,
Berbeda dengan zaman yunani kuno, yaitu hubungan internasionalsudah ditandai
dengan adanya negara-negara dalam arti yang sebenarnya. Negara romawi membuat
bermacam-macam perjanjian seperti perjanjian-perjanjian persahabatan, persekutuan,
dan perdamaian. Pada abad ke-15 dan 16 city-states di Italiamengembangkan prektik
pengiriman duta-duta besar reside ke kota masing-masing yang berakibat dibuatnya
prinsip-prinsip hukum mengatur hubungan diplomatik antara mereka, terutama
kekebalan-kekebalan para duta besar dan stafnya.
Pada abad ke-16 dan 17baru berkembang setelah lahirnya negara-negara dengan sistem
modern di Eropa. Perkembangan hukum internasional pada waktu itu sangat banyak
dipemgaruhi oleh karya-karya tokoh-tokoh kenamaan di eropa yang dapat dibagi atas
dua aliran utama, yaitu :
Golongan Naturalis : Prinsip-prinsip hukum dalam semua sistem hukum bukan berasal
dari buatan manusia, tetapi berasal dari prinsip-prinsip yang berlaku secara universal,
sepanjang masa yang dapat ditemui dengan akal sehat. Golongan naturalis yang
merumuskan prinsip-prinsip atas dasar hukum alam bersumberkan pada ajaran tuhan.
Golongan positivis : Hukum yang mengatur hubungan antar negara dalah prinsip-
prinsip yang dibuat oleh negara-negara dan atas kemauan mereka sendiri. Dasar hukum
internasional adalah kesepakatan bersama antaranegara-negara yang diwujudkan dalam
perjanjian-perjanjian dan kebiasaan-kebiasaan internasional.
Pada abad ke-19, ada beberapa faktor hukum internasional berkembangan berkembang
dengan cepat:
Negara-negara Eropa sesudah Kongres Wina 1815 berjanji untuk selalu memakai
prinsip-prinsip hukum internasional dalam hubungannya satu sama lain,
Banyak dibuat perjanjian-perjanjian (law-making treaties) seperti bidang perang dan
netralitas, peradilan, dan arbitrasi,
Berkembangannya perundingan-perundingan multilateral yang sering melahirkan
ketentuan-ketentuan hukum yang baru.
Di paruh kedua abad ke-20, ada beberapa faktor-faktor penyebabnya hukum
internasional mengalami perkembangan yang sangat pesatantara lain sebagai berikut:
Banyaknya negara-negara baru yang lahir sebagai akibat dekolonisasi dan
meningkatnya hubungan antar negara,
Kemajuan pesat teknologi dan ilmu pengetahuan yang mengharuskan dibuatnya
ketentuan-ketentuan baru yang mengatur kerja sama antarnegara di berbagai bidang,
Banyaknya perjanjian-perjanjian internasional yang dibuat, baik bersifat bilateral,
regional maupun bersifat global,
Bermunculannya organisasi-organisasi internasional seperti PBB yang menyiapkan
ketentuan-ketentuan baru dala berbagai bidang.
Sudah merupakan ketentuan alam bahwa di saat individu-individu menagtur kehidupan
mereka dalam suatu masyarakat, mereka segera merasa perlu untuk membuat
ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungannya satu sama lain.

2. Hukum internasional pada zaman LBB (Liga Bangsa-bangsa)


Pada tahun 1919 tak lama setelah berakhirnya Perang Dunia I, sebagai organisasi
internasional yang bergerak dalam ruang lingkup dan tujuan global, yakni mewujudkan
ketertiban, keamanan, dan perdamaian dunia, secara tersimpul dapat pula dipandang
sbagai usaha-usaha untuk kembali mengatur masyarakat internasional berdasarkan
pada prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum internasional. Pada tahun 1921, sebagai
salah satu organ dari liga bangsa-bangsa serta badan penyelesaiansengketa lain yang
sudah ada sebelumnya, dapat diartikan bahwa masyarakat internasional masih percaya
dan hormat pada hukum internasional dalam mengatur hubungan-hubungan
internasional.
Pada hakekatnya, berdirinya organisasi-organisasi internasionaladalah sebagai
perwujudkan dari kerjasama internasional antara negara-negara untuk mencapai suatu
tujuan tertentu, dengan kata lain, organisasi internasional berfungsi sebagai sarana
kerjasama internasional yang dilembagakan. Perundingan-perudingan bilateral maupun
konperensi-konperensi internasional multilateral tetap merupakan jalur yang diandalkan
sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
Peristiwa lainnya yang juga patut dicatat dalam sejarah perkembangan hukum
internasional di Den Haag (Belanda) pada tahun 1930 yang diprakarsai oleh Liga
Bangsa-Bangsa. Sesuai dengan namanya, konperensi Den Haag 1930 ini berusaha untuk
mengkondifikasikan pelbagai bidang hukum internasional. Konperensi ini telah
menghasilkan beberapa konvensi internasional yang sangat bararti bagi pertumbuhan
dan perkembangan hukum internasional pada kurun waktu tersebut, seperti Konvensi
tentang Wesel, Cek, dan Aksep, Konvensi tentang Orang-Orang yang
berdwikewarganegaraan dan Tanpa Kewarganegaraan.
Stabilitas masyarakat internasional pada masa setelah Perang Dunia I atau pada masa
hidupnya Liga Bangsa-Bangsa ternyata tidak berumur panjang. Perang Dunia II yang
meletus pada tahun 1939 dan diperluas dengan Perang Asia Timur Raya yang meletus
ketika Jepang membom pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat, Pearl Harbour di
Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941, merupakan peristiwa yang kedua kalinya
memporak-porandakan struktur masyarakat internasional yang sebenarnya sudah mulai
mapan. Meletusnya Perang Dunia II pada sisi lain dapat dipandang sebagai kegagalan
dari Liga Bangsa-Bangsa dalam usahanya mewujudkan ketertiban, keamanan, dan
perdamaian dunia.

3. Hukum internasional pada zaman PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)


Belajar dari pengalaman sebelumnya, maka setelah berakhinya Perang Dunia II pada
tahun 1945, dibentuklah Perserikatan Bangsa-Bangsa (The United Nations) yang secara
resmi berdiri pada tanggal 24 oktober 1945 yang maksud dan tujuannya tidak jauh
berbeda dengan Liga Bangsa-Bangsa.

SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL


J.G.Starke menguraikan bahwa sumber-sumber materiil hukum internasional dapat
didefenisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan oleh para ahli hukum
internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi suatu peristiwa atau situasi
tertentu. Pada garis besarnya, bahan-bahan yang dapat dikatagorikan dalam lima
bentuk, yaitu:
1) Kebiasaan;
2) Traktat;
3) Keputusan pengadilan atau badan-badan arbitrasi;
4) Karya-karya hukum;
5) Keputusan atau ketetapan organ-organ/lembaga internasional.
Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan bahwa sumber hukum
internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili perkara-perkara adalah:
1) Perjanjian internasional (international conventions), baik yang bersifat umum maupun
khusus;
Konvensi-konvensi atau perjanjian-perjanjian internasional merupakan sumber hukum
internasional. Konvensi-konvensiitu dapat berbentuk bilateral bila yang menjadi pihak
hanya dua negara dan multiteral bila yang menjadi pihak lebih dari dua negara. Kadang-
kadang suatu konvensi disebut regional bila yang menjadi pihak hanya negara-negara
dari suatu kawasan. Konvensi multiteral dapat bersifat universal bila menyangkut
seluruh negara di dunia.
Konvensi-konvensi internasional yang merupakan sumber utama hukum internasional
adalah konvensi yang berbentuk law-making treaties yaitu perjanjian-perjanjian
internasional yang berisikan prinsip-prinsip dsn ketentuan-ketentuan yang berlaku
secara umum.
Contoh:
a) Konvensi-konvensi den haag 1899 dan 1907 mengenai Hukum Perang dan
Penyelesaian Sengketa Secara Damai.
b) Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1945.
Di samping itu terdapat sejumlah perjanjian mengenai kawasan bebas senjata nukril
yang bersifat regional yaitu:
a) Treaty of Tlatelolco yang meliputi wilayah Amerika Latin dan Karibia (1967).
b) Treaty of Rarotongan meliputi kawasan Pasifik Selatan (1986)

2) Kebiasaan internasional (international costum);


Hukum kebiasaan berasal dari praktek negara-negara melalui sikap dan tindakan yang
diambilnya terhadap suatu persoalan. Bila suatu negara mengambil suatu kebijaksanaan
dan kebijaksanaantersebut diikuti oleh negara-negara lain dan dilakukan berkali-kali
serta tanpa adanya protes atau tantangan dari pihak lain maka secara berangsura-
angsur terbentuklah suatu kebiasaan.
Hukum kebiasaan dapat berubah sesuai perkembangan kebutuhan internasional
sedangkan terhadap ketentuan-ketentuan hukum positif harus melalui prosedur yang
lama dan berbelit-belit.

3) Prinsip-prinsip umum hukum (general principles of law) yang diakui oleh negara-
negara beradab;
Sumber ketiga hukum internasional adalah prinsip-prinsip umum hukum yang berlaku
dalam seluruh atau sebagian besar hukum nasional negara-negara. Walaupun hukum
nasional berbedda dari satu negara ke negara lain namun prinsip-prinsip pokoknya tetap
sama. Prinsip-prinsip umum diambil dari sistem-sistem nasional dapat mengisi
kekosongan yang terjadi dalam hukum internasional.

4) Keputuasan pengadilan (judicial decisions) dan pendapat para ahli yang telah diakui
kepakarannya (teachings of the most highly qualified publicists) merupakan sumber
tambahan hukum internasional.
Keputusan-keputusan pengadilan memainkan peranan yang cukup penting dalam
membantu pembentukan norma-norma baru hukum internasional. Seperti keputusan-
keputusan mahkamah internasional. Dan mahkamah juga diperbolehkan untuk
memutuskan suatu perkara secara ex aequo et bono yaitu keputusan yang bukan atas
pelaksanaan hukum positif tetapi atas dasar prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran.

D. HUBUNGAN ANTARA HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL


Mengenai hubungan antara perangkat hukum ini terdapat 2 aliran yaitu:
1) Monisme:
Semua hukum merupakan satu sistem kesatuan hukum yang mengikat apakah terhadap
idividu-individu dalam suatu negara ataupun terhadap negara-negara masyarakat
internasional.
2) Dualisme:
Menganggap bahwa hukum internasional dan hukum nasionaladalah 2 sistem hukum
yang terpisah, berbeda satu sama lain.
Perbedaan sumber hukum
Hukum nasional bersumberkan pada hukum kebiasaan dan hukum tertulis suatu negara
sedangkan hukum internasional berdasarkan pada hukum kebiasaan dan hukum yang di
lahirkan atas kehendak bersama negara-negara dalam masyarakat internasional.
Perbedaan mengenai subjek
Subjek hukum nasional adalah individu-individu yang terdapat dalam suatu negara
sedangkan subjek hukum internasional adalah negara-negara anggota masyarakat
internasional.
Perbedaan mengenai kekuatan hukum

NEGARA SEBAGAI SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

A. NEGARA SEBAGAI SUBJEK UTAMA HUKUM INTERNASIONAL


UNSUR-UNSUR KONSTITUTIF
Bagi pembentukan suatu Negara yang berupakan subjek penuh hukum internasional
diperlukan unsure-unsur kenstitutif sebagai berikut:
1. Penduduk yang tetap
2. Wilayah tertentu
3. Pemerintah
4. Kedaulatan
1. PENDUDUK YANG TETAP
Penduduk merupakan kumpulan individu-individu yang terdiri dari dua kelamin tanpa
memandang suku,bahasa,agama,dan kebudayaan,yang hidup dalam suatu masyarakat
dan yang terikat dalam suatu Negara melalui hubungan yuridik dan politik yang
diwujudkan dalam bentuk kewarganegaraan.
Dalam unsur kependudukan ini harus ada unsur kediaman secara tetap.Penduduk yang
tidak mendiami suatu wilayah secara tetap dan selalu berkelana (nomad) tidak dapat
dinamakan penduduk sebagai unsure konstitutif pembentukan suatu Negara.
Pada umumnya ada tiga cara penetapan kewarganegaraan sesuai hukum nasional yaitu:
1. Jus Sanguinis
Ini adalah cara penetapan kewarganegaraan melalui keturunan.
Menurut cara ini,kewarganegaraan anak ditentukan oleh kewarganegaraan orang tua
mereka.
2. Jus Soli
Menurut system ini kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat kelahirannya
dan bukan kewarganegaraan orangtuanya
3. Naturalisasi
Suatu Negara memberikan kemungkinan bagi warga asing untuk memperoleh
kewarganegaraan setempat setelah memenuhi syarat-syarat tertentu,seperti setelah
mendiami Negara tersebut dalam waktu yang cukup lama ataupun melalui perkawinan

2. WILAYAH TERTENTU
Adanya suatu wilayah tertentu mutlak bagi bembentukan suatu Negara.Tidak mungkin
ada suatu Negara tanpa wilayah tempat bermukimnya penduduk Negara
tersebut.Disamping itu,suatu wilayah tidak perlu luas bagi didirikannya suatu Negara.
Sebagaimana disebutkan sebelum ini,hukum internasional tidak menentukan syarat
berapa harusnya luas suatu wilayah untuk dapat dianggap sebagai unsur konstitutif
suatu Negara.
Wilayah suatu Negara terdiri dari daratan,lautan,dan udara diatasnya.Konsferensi PBB
III mengenai hukum laut telah mengelompokkan sebagian besar Negara didunia atas
tiga kelompok,yaitu kelompok Negara-negara pantai (the coastal setates group),dan
Negara-negara secara geografis tidak menguntungkan (the geographically disa
devantaged states group).
3. PEMERINTAHAN
Sebagai suatu person yuridik,Negara memerlukan sejumlah organ untuk mewakili dan
menyalurkan kehendaknya.Sebagai titular dari kekuasaan,Negara hanya dapat
melaksanakan kekuasaan tersebut melalui organ-organ yang terdiri dari individu-
individu.Yang dimaksut dengan pemerintahan,biasanya badan eksekutif dalam suatu
Negara yang dibentuk melalui prosedur konstitusional untuk menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan yang ditugaskan rakyat kepadanya.Dalam hubungan antara
pemerintah dan rakyat ini yang diinginkan oleh hukum internasional ialah bahwa
pemerintah tersebut mempunyai kekuasaan yang efektif atas seluruh penduduk dan
wilayah negaranya.Yang dimaksut efektif pemerintah tersebut mempunyai kapasitas riil
untuk melaksanakan semua fungsi kenegaraan termasuk pemeliharaan keamanan dan
tata tertib didalam negeri dan pelaksanaan berbagai komitmen diluar negeri.

4. KEDAULATAN
Pasal 1 konvensi montevidieo 27 desember 1933 mengenai hak-hak dan kewajiban
Negara menyebutkan bahwa unsure kontitutif ke-4 bagi pembentuk Negara adalah
capacity to enter into relations with other states.Konfensi montevidieo ini merupakan
suatu kemajuan bila dibandingkan dengan konsepsi klasik pembentukan Negara yang
hanya mencakup tiga unsure konstitutif yaitu penduduk,wilayah dan pemerintah.Bagi
konvensi tersebut ketiga unsur itu belum cukup menjadikan suatu entitas sebagai
Negara yang merdeka dan berdaulat.
PENGERTIAN NEGATIF
Kedaulatan dapat berarti bahwa Negara tidak tunduk pada ketentuan- ketentuan hukum
internasional yang mempunyai status yang lebih tinggi
Kedaulatan berarti bahwa Negara tidak tunduk pada kekuasaan apapun dan dari
manapun datangnya tanpa persetujuan Negara yang bersangkutan.
PENGERTIAN POSITIF
Kedaulatan memberikan kepada titulernya yaitu Negara pimpinan tertinggi atas
warganegaranya.Ini yang dinamakan wewenang penuhdari suatu Negara.
Kedaulatan memberikan wewenang kepada Negara untuk mengeksploitasi sumber-
sumber alam wilayah nasional bagi kesejahteraan umum masyarakat banyak.

PERSOALAN PENGAKUAN DALAM HUKUM INTERNASIONAL

Pengakuan dalam hukum internasional merupakan persoalan yang cukup rumit karena
sekaligus melibatkan masalah hukum dan politik.
Arbittrasi,Konferensi Perdamain mengenai Yugoslavia,pengakuan merupakan suatu
perbuatan berhati-hati yang dapat dilakukan Negara disaat yang dikehendaki nya dan
dalam bentuk yang ditentukannya secara bebas.
PENGAKUAN NEGARA
Pengakuan adalah pernyataan dari suatu Negara yang mengakui suatu Negara lain
sebagai subjek hukum internasional.
Untuk mengakui suatu Negara baru pada umumnya Negara-negara memakai
kreteria,antara lain sebagai berikut:
.Keyakinan adanya stabilitas di Negara tersebut
.Dukungan umum dari penduduk,dan
.Kesanggupan dan kemaun untuk melaksanakan kewajiban kewajiban internasional.

BENTUK-BENTUK PENGAKUAN
1. PENGAKUAN SECARA TERANG-TERANGAN DAN INDIVIDUAL
Pengakuan seperti ini berasal dari pemerintah atau organ yang berwenang di bidang
hubungan luar negeri.Cara yang paling sering dilakukan ialah:
a.Nota Diplomatik,suatub pernyataan atau Telegram
Pengakuan individual ini mempunyai arti diplomatic tersendiri bila diberikan oleh suatu
Negara kepada Negara bekas jajahannya atau kepada Negara yang sebelumnya bagian
dari Negara yang memberikan pengakuan.
b.Suatu Perjanjian Internasional:
.Pengakuan Prancis terhadap Laos tanggal 19 juli 1949 dan Kamboja 18 november
1949.
Pengakuan Jepang terhadap Korea tanggal 8 september 1951 melalui pasal 12 Peace
Treaty.
Pengakuan timbal balik italia vantikan melalui pasal 26 Treaty Of Latran 14 pebruari
1929.

2. PENGAKUAN SECARA DIAM-DIAM


Pengakuan implicit ini terjadi bila suatu Negara mengadakan hubungan dengan
pemerintah atau Negara baru dengan mengirimkan seorang wakil
diplomatic,mengadakan pembicaraan dengan pejabat-pejabat resmi ataupun kepala
Negara setempat,membuat persetujuan dengan Negara tersebut .

1. PENGAKUAN SECARA KOLEKTIK


Pengakuan secara kolektik ini diwujudkan dalam suatu perjanjian internasonal atau
konferensi multilateral.

2. PENGAKUAN SECARA PREMATUR


Dalam pengakuan internasional terdapat pula contoh-contoh dimana suatu Negara
memberikan pengakuan kepada Negara yang baru tampa lengkapnya unsur-unsur
konstitutif yang harus dimiliki oleh entitas yang baru tersebut untuk menjadi suatu
Negara.
Kasus pengakuan prematur ini sering terjadi pada Negara yang memisahkan diri dari
Negara induk.
Dapatlah dikatakan bahwa pengakuan yang mendahului kelengkapan unsur-unsur
konstitutif ini merupakan suatu kecenderungan yang memberikan dorongan kepada
entitas yang baru untuk menjadi Negara merdeka.

PENGAKUAN PEMERINTAH
Pengakuan pemerintah ialah suatu pernyataan dari suatu Negara tersebut telah siap dan
bersedia berhubungan dengan pemerintahan yang baru diakui sebagai organ yang
bertindak untuk dan atas nama Negaranya.
Terhadap suatu Negara juga berakti pengakuan terhadap pemerintah Negara tersebut
karena tidak mungkin mengakui suatu entitas baru tampa mengakui lembaga
operasionalnya yaitu pemerintah.

Bantuan Internasional Kapankah harus diterima dan diminta ?

Hukum Internasional (Pendahuluan : Istilah, Pengertian, Perbedaan HI


dan HPI)
18 Juli 2011 oleh Rudi Natamihardja, S.H., DEA.

Hukum internasional (HI) merupakan norma atau aturan non nasional, yang mengatur hubungan
antara subyek hukum internasional[1]. Hukum internasional publik atau yang selanjutnya disebut
dengan hukum internasional ialah mata kuliah pada Fakultas Hukum, Universitas Lampung,
diajarkan kepada mahasiswa sarjana hukum (S1).

Pembahasan mata kuliah HI ini terdiri dari dua belas pokok bahasan utama : (1) Pendahuluan ;
(2) Masyarakat dan Hukum Internasional ; (3) Sejarah Hukum Internasional dan
Perkembangannya ; (4) Hakikat Dasar dan Berlakunya HI ; (5) Hubungan antara HI dan Hukum
Nasional ; (6) Subyek Hukum Internasional ; (7) Sumber Hukum Internasional ; (8) Wilayah
negara ; (9) Pengakuan Internasional ; (10) Yuridikasi negara dalam Hukum Internasional ; (11)
Pergantian Negara (Suksesi Negara) ; dan (12) Pertanggungjawaban negara.

Kedua belas pokok bahasan tersebut di atas akan dijelaskan kepada mahasiswa melalui kuliah
umum. Kuliah tersebut dibagi ke dalam dua bagian besar. Bagian pertama dari pembahasan
pertama sampai dengan pembahasan kedelapan (wilayah negara). Kemudian bagian kedua
dilanjutkan setelah ujian tengah semester dari pembahasan sembilan (pengakuan internasional)
sampai dengan selesai.

1. I. Pendahuluan

Pada bagian pertama, pendahuluan, terdiri dari tiga pokok bahasan dibagi ke dalam tiga bab :
Istilah, pengertian, perbedaan antara HI dengan hukum perdata internasional (Bab 1) ; bentuk
perwujudan khusus HI (Bab 2), terakhir masyarakat internasional dan strukturnya (Bab 3).

BAB I : ISTILAH, PENGERTIAN, PERBEDAAN HI DAN HPI

Tiga hal pembahasan secara singkat pada awal perkuliahan, yaitu mengenai : istilah, pengertian
hukum internasional, dan terakhir, perbedaan antara hukum intenasional (HI) dan hukum perdata
internasional (HPI).

1. A. Istilah dan Pengertian


Istilah atau dapat dimaknai dengan asal muasal munculnya gabungan kata hukum dan
intenasional. Hal ini perlu diperhatikan karena kata hukum internasional sendiri berasal dari
bahasa inggris International law, common law, law of nations, transnational law dan dalam bahasa
Perancis dikenal dengan droit international. Perbedaan terdapat pada kata
terjemahan law dan droit, yang memiliki makna identik hukum atau aturan. Dalam kamus bahasa
indonesia diterjemahkan menjadi hukum bangsa-bangsa, hukum antara negara, dan hukum
antara negara

Kata internasional menunjukan bahwasanya kajian hukum tidaklah bersifat lokal (internal) atau
nasional, melainkan hukum yang berlaku bagi negara-negara di dunia, baik sudah tergabung
maupun belum menjadi anggota PBB..

Oleh karena itu, mempelajari hukum internasional tidak terlepas dari badan organisasi
internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa, United Nations, serta piagam kesepakatan
internasional United Charter. Hal ini dikarenakan PBB merupakan badan internasional yang
mendukung terciptanya ketentuan-ketentuan intenasional dan keberlakuan yang mengikat
anggotanya. Pertanyaan selanjutnya adalah sejauh mana daya ikat tersebut dan bagaimanakah
efektifitas hukum internasional. Hal ini akan dibahas pada pembahasan lebih lanjut.

Hubungan antara subjek hukum tidak saja bersekala nasional, namun sudah sejak lama meluas
manjadi hubungan diluar wilayah kedaulatan suatu negara atau dikenal dengan hubungan
internasional. Untuk menciptakan suatu keteraturan dalam berhubungan antara subjek hukum
tersebut, terciptalah pengaturan transnasional, hukum antara negara, melewati batas dari satu
negara dengan negara lain. Istilah yang digunakan yaitu hukum internasional. Oleh karena itu, HI
dapat disimpulkan pula sebagai suatu hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala
internasional.

Selain itu, dapat dimaknai pulan bahwa HI merupakan keseluruhan kaedah dan asas yang
mengatur hubungan atau pesoalan yang melintasi batas Negara antara (a) Negara dengan Negara
(b) Negara dengan subjek hukum lainnya bukan Negara atau subjek hukum bukan Negara satu
sama lainnya.

Berdasarkan pendapat dari Hugo de Groot, hukum dan hubungan internasional di dasarkan pada
kemauan bebas atau hukum alam dan persetujuan beberapa atau semua negara. Hal ini
ditunjukkan demi kepentingan bersama dari mereka yang menyatakan diri di dalamnya.

Sedangkan Moukhtar Kusumaatmaja berpendapat HI adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-


asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara, antar negara
dengan negara, negara dengan subjek hukum internasional lainya yabg bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama mainnya.[2]
1. B. Sekilas Perbedaan HI dan HPI

Mengapa antara HI dan HPI harus dibedakan ? Karena sering kali terdapat keliru dalam memahami
kedua istilah tersebut. Tidak cukup disitu saja, bahkan terdapat pula kekeliruan dalam
mengidentifikasi mana peristiwa HI dan mana yang merupakan peristiwa HPI. Kata internasional
dalam kedua istilah tersebut sering kali disalahartikan, menganggap bahwa kedua bidang hukum
tersebut berada dalam satu pembahasan dan ruanglingkup yang sama, memiliki sumber hukum
dan subjek hukum yang identik. Oleh karena itu, perlu membedakan mana yang tergolong dalam
peristiwa HI dan mana yang tergolong dalam HPI. Hal ini merupakan dasar dalam memahami
ruang lingkup kajian hukum internasional.

Hukum internasional dapat dibagi ke dalam dua ketegori : hukum internasional publik dan hukum
internasional privat, yang mengatur mengenai hubungan antara individu yang memiliki
kewarganegaraan yang berbeda. Dalam konteks mata kuliah Hukum internasional yang akan
dipelajari HI merupakan hukum internasional publik. HPI akan dibahas pada mata kuliah
tersendiri.

Berbeda dalam definisi, HPI merupakan keseluruhan kaedah dan asas hukum yang mengatur
hubungan perdata yang melintasi batas Negara atau hukum yang mengatur hubungan hukum
perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata (nasional)
yang berlainan[3]. Sedangkan hukum internasional merupakan keseluruhan kaidah dan asas
hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan
internasional) yang bukan bersifat perdata.

Antara HI dan HPI terdapat titik taut, atau persamaan yaitu, keduanya mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas negara , yang biasa disebut dengan internasional , namun sifat
hukum atau persoalan yang diaturnya atau objeknya berbeda.

Perbedaan yang sangat menonjol antara HI dan HPI terletak pada sumber hukumnya. Sumber HI,
sesuai Pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional, yaitu Perjanjian Internasional (traktat),
Kebiasaan-kebiasaan intenasional, asas umum hukum yang diakui bangsa-bangsa beradab,
kuputusan hakim (yurisprudensi) dan doktrin (pendapat pada ahli hukum). Sedangkan HPI
menggunakan sumber hukum nasional Negara yang dipilih untuk menyelesaikan permasalahan.

BAB II : BENTUK PERWUJUDAN KHUSUS HUKUM INTERNASIONAL


Bentuk perwujudan khusus atau dalam kata lain, apa saja yg menjadi kekhususan pembahasan
hukum internasional. PBB memberikan ruang khusus terhadap hukum internasional[4]. Semua
ketentuan internasional dikeluarkan oleh PBB melalui suatu rapat Majelis Umum yang dihadiri oleh
Negara-negara anggota. Dari pertemuan tersebut, lahirah aturan-aturan formal internasional yang
dikenal dengan hukum internasional.

Perdamaian dan keamanan, batas wilayah, kegiatan kemanusiaan dan HAM merupakan pokok
pembahasan PBB. Dimana pembahasan tersebut diatas digolongkan ke delam nama atau
kelompok-kelompok hukum : Hukum humaniter, hukum udara, hukum angkasa, hukum
diplomatik, hukum lingkungan internasional, hukum laut internasional, hukum pengelesaian
sengketa, hukum pidana internasional, hukum ekonomi internasional. Kelompok hukum tersebut
diaajarkan pada bagian hukum internasional dengan tujuan agar, mahasiswa dapat mengerti dan
memahami mekanisme PBB dan hukum internasional itu sendiri.

Jika diperhatikan peristiwa setahun terakhir di dunia internasional berbagai peristiwa hukum
internasional setahun terakhir dapat memberikan gambaran mengenai bidang-bindang
kekhususan dari hukum internasional.

Peristiwa di Libya. Kekuatan rakyat yang hendak menggulingkan kekuasaan Khadafi, presiden
Libya yang sudah menjabat selama lebih dari 30 tahun. Melalui resolusi Dewan Keamanan, PBB
mengirimkan tentara keamanan internasional atau yg dikenal dengan casque bleu, yaitu tentara
gabungan dari berbagai Negara, yang bersifat netral, tidak memihak.

Demikian pula dengan peristiwa Kairo, Mesir, penggulingan Presiden Husni Mubarak. Apakah
peristiwa ini masuk ke dalam ranah hukum internasional ataukah masih menjaid peristiwa nasional
? Bagaimana hukum internasional memandangnya ? Demikian juga dengen peristiwa di Kairo,
Mesir ? Apakah merupakan peristiwa hukum internasional atau hanya pertikaian internal ?

Sengketa antara Palestina dan Israel yang tiada hentinya, merupakan persengketaan dua Negara
yang selanjutnya melibatkan banyak Negara. Bahkan sudah menyangkut kepentingan politik
Negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan. Sehingga objektifitas dari PBB terkadang
diragukan, sifattatique (condong terhadap kepentingan Negara tertentu) telah merusak dan akan
menghancurkan PBB.

Lalu bagaimanakah dengan kritik pedas dari media masa seperti wikileaks terhadap Presiden
Republik Indonesia. Apakah menjadi ranah HI ? dan terakhir, peristiwa mengenaskan, eksekusi
hukuman pancung terhadap tenaga kerja wanita Indonesia di Arab Saudi. Bagaimanakah posisi
hukum internasional ?

Terdapat suatu proses, berlakunya hukum internasional, pertama diawali dari peristiwa nasional
yang kemudian menjadi suatu peristiwa internasional dikarenakan faktor-faktor tertentu. Kedua,
peristiwa murni HI, yaitu suatu peristiwa hukum yang berawal dari permasalahan antara subjek
hukum internasional

BAB III : MASYARAKAT INTERNASIONAL DAN STRUKTURNYA

HI didasarkan atas suatu pemikiran bahwa adanya masyarakat internasional yang terdiri dari
sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka. Sehingga terdapat kesetaraan, koordinasi, antara
anggotanya.

Masyarakat Internasional merupakan landasan sosiologis HI. Adanya hubungan antara anggota MI,
berupa perniagaan, hubungan antara kebudayaan, ilmu pengetahuan, keagamaan, social dan oleh
raga mengakibatkan timbulnya kepentingan untuk memelihara dan mengatur hubungan bersama
dan hal ini menjadi suatu kepentingan bersama.

MI itu pada hakikatnya ialah hubungan kehidupan antar manusia, suatu kelompleks kehidupan
bersama yg terdiri dari aneka ragam masyarakat yang jalin-menjalin dengan erat.

Adanya Negara belum berarti adanya suatu masyarakat internasional apabila Negara itu masing-
masing hidup terpencil satu dari yang lainnya. Hubungan yang tetap dan terus menerus antara
Negara menunjukkan terdapat kepentingan yang tidak dapat dielakkan oleh masing-masing
Negara.

Lalu pertanyaan berikut ialah, mengapa Negara begitu mendominasi dalam HI ? Hal ini disebabkan
secara politis dan yuridis, Negara memiliki kekuatan mutlak dan tunggal dalam penggunaan
kekuasaan. Ia menjadi pelaku utama dalam masyarakat internasional. Hubungan antara pelaku
lainnya memerlukan ijin dari Negara.

Kekuatan mutlak dan tunggal biasa dikenal dengan Kedaulatan Negara. Dalam bahasa inggris
kedaulatan di kenal dengan souvereignity atau souveranitberasal dari kata latin superanus yg
memilik makna yang teratas . Negara diakatakan berdaulat kerana kedaulatan merupakan
suatu sifat atau ciri hakiki Negara. Negara dikatakan berdaulat, hal ini bermakna Negara
mempunyai kekuasaan tertinggi. Namun perlu dipahami lagi kata kekuasan tertinggi jika
berhadapan dengan hukum internasional.
Setiap negara memiliki derajat yang sama. Inilah yang harus tetap diperhatikan dalam pergaulan
internasional. Kesamaan derajat bermakna setiap Negara berkedudukan sama dengan tidak
memangdang kekuatan ekonomi atau kemampuan teknologi.

Bagaimanakah hubungan antara kedaulatan negara dengan hukum internasional ? sekilas Nampak
suatu hal yang berlawanan. Kedaulatan memberikan kewenangan penuh kepada Negara untuk
mengatur sepenuhnya urusan dalam negeri sedangkan hukum internasional memberikan batasan
kepada Negara dalam rangka menentukan kebijakan-kebijakan ke luar.

Dapat dikatakan bahwasanya kedaulatan negara merupakan filter bagi ketentuan asing yang akan
masuk mengatur menjadi suatu ketentuan nasional. Dengan kedaulatan Negara terdapat identitas
nasional dan ideologi yang tidak dapat tergantikan dan dibeli dengan apa pun.

Pancasila dapat disebut sebagai Identitas nasional, yang memiliki warna tersendiri, berbeda
dengan Negara lain. Pancasila menjadi sebagai penyaring masuknya budaya asing ke Indonesia.
Tidak hanya dalam bentuk budaya, namun ideologi yang bertentangan dengan Pancasila tidak
akan bisa masuk ke dalam tanah air.

Terdapat dua batasan dalam penggunaan kedaulatan Negara yaitu :

- Kekuasaan tersebut terbatas pada batas wilayah Negara yang memiliki kekuasan itu

- Kekuasan itu berakhir di mana kekuasan suatu Negara lain mulai.

[1] Subyek hukum internasional yaitu negara, organisasi internasional, tahta suci (Negara
vatikan), palang merah internasional, individu, pemberontak
[2] Hans Kelsen berpendapat bahwa Subyek HI hanya negara, namun melalui perkembangan
terjadi perubahan paradigm yang menjadikan perluasan dari subyek HI. Subjek HI berdasarkan
piagam PBB pasal 16 A
[3] Adalah suatu kesatuan aturan hukum yang mengatur permasalahan privat yang mengandung
unsur asing. Hukum yang diberlakukan merupakan hukum nasional dair Negara-negara yg
bersengketa.
[4] Ruang lain yaitu mengenai perdamaian dan keamanan, perkembangan, hak asasi manusia dan
kegiatan kemanusiaan

Anda mungkin juga menyukai