Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No.

3 [Desember 2014] 159-164


Pengaruh Lama Ekstraksi dan Konsentrasi Pelarut Ekstraksi Antioksidan [Diantika dkk.]

PENGARUH LAMA EKSTRAKSI DAN KONSENTRASI PELARUT


ETANOL TERHADAP EKSTRAKSI ANTIOKSIDAN BIJI KAKAO
(Theobroma cacao L.)

Effect of Long Extraction and Concentration and Concentration of Ethanol


Solvent Extraction Antioxidant Cocoa Beans (Theobroma cacao L.)

Fitrah Diantika*, Sandra Malin Sutan, Rini Yulianingsih

Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian


Universitas Brawijaya Malang, Jl. Veteran, Malang 65145
*Penulis Korespondensi: email FDiantika@gmail.com

ABSTRAK

Antioksidan adalah suatu zat yang dapat menghambat atau memperlambat proses oksidasi
dan mampu menangkal dampak negatif oksidan dalam tubuh yang sangat bermanfaat untuk
kesehatan. Antioksidan dapat ditemukan di sayur-sayuran, buah-buahan, teh dan coklat. Zat
antioksidan dapat diperoleh dengan cara ekstraksi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji
pengaruh lama ekstraksi dan konsentrasi pelarut etanol terhadap hasil rendemen ekstraksi,
aktivitas antioksidan dan menghitung kesetimbangan massa proses. Bahan yang digunakan
adalah biji kakao (Theobroma Cacao L.). Penelitian disusun menggunakan metode Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor yaitu lama proses ekstraksi secara maserasi yaitu (8, 12,
16, 20, dan 24 jam) serta konsentrasi pelarut etanol sebesar 70 dan 80%. Hasil penelitian adalah
perlakuan terbaik diperoleh dari lama ekstraksi 20 jam dan konsentrasi pelarut etanol 80% untuk
aktivitas antioksidan IC50 sebesar 82 ppm dan rendemen 8.63%.

Kata Kunci: Antioksidan, ekstraksi, etanol, kakao, lama ekstraksi

ABSTRACT

Antioxidant is a substance that can inhibit or slow down the oxidation process and is able to coun-
teract the negative effects of oxidants in the body that are beneficial to health. Antioxidants can be found in
vegetables, fruits, tea and chocolate. Antioxidants can be obtained by extraction. The purpose of this study
was to assess the effect of long extraction and ethanol concentration on the extraction yield results, anti-
oxidant activity and calculate the mass balance process. The materials used are cocoa (Theobroma cacao L).
Research compiled using Randomized Block Design (RBD) with two factors: the long process of extraction
by maceration namely (8, 12, 16, 20, and 24 hours) and ethanol concentration of 70 and 80%. The results
showed that the best treatment was obtained from the 20-hour long extraction and ethanol concentration of
80% for the antioxidant activity IC50 of 82 ppm and a yield of 8.63%.

Keywords: Antioxidants, extraction, ethanol, cocoa, extraction duration

PENDAHULUAN sehingga aktivitas senyawa oksidan


tersebut bisa dihambat (Winarsi, 2011).
Senyawa antioksidan adalah Biji kakao segar mengandung polifenol 12-
senyawa pemberi elektron (electron donors). 18% berat kering dan sekitar 35% dari total
Secara biologis, pengertian antioksidan polifenol adalah berupa senyawa flavonoid
adalah senyawa yang mampu menangkal katekin tergantung varietas, budaya dan
atau meredam dampak negatif oksidan daerah asal tanam (Kim and Keeney, 1983)
dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan kandungan senyawa antioksidan katekin
cara mendonorkan satu elektronnya dari cokelat gelap atau dark chocolate
kepada senyawa yang bersifat oksidan (535 mg/g) adalah 4 kalinya daripada

159
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 159-164
Pengaruh Lama Ekstraksi dan Konsentrasi Pelarut Ekstraksi Antioksidan [Diantika dkk.]

kandungan teh yang hanya mencapai 139 Keamanan Pangan,Jurusan Teknologi Hasil
mg/g (Osakabe et al., 2002). Ekstrak kakao Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian
diperkaya dengan senyawa prosianidin, Universitas Brawijaya Malang pada bulan
dapat menyebabkan hingga mencapai 70% Oktober 2014 Januari 2015.
dalam penghambatan pertumbuhan sel Penelitian disusun menggunakan
kanker dengan cara memblokade aliran metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
sel pada fase pertumbuhan kedua atau dengan 2 faktor yaitu lama ekstraksi (8,
G2 (Kelishadi, 2005). Metode ekstraksi 12, 16, 20, dan 24 jam) dan konsentrasi
yang sering dilakukan adalah ekstraksi pelarut etanol 70 dan 80%. Masing-masing
menggunakan pelarut. Proses ekstraksinya perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga
adalah setelah bahan yang akan diekstraksi diperoleh 30 satuan percobaan. Data
kontak dengan pelarut, pelarut akan dianalisis dengan menggunakan metode
menembus kapiler-kapiler dalam bahan analisis ragam (ANOVA) yang dilanjutkan
padat dan melarutkan ekstrak (Putri dan dengan uji lanjut BNT dengan selang
Febrianto, 2006). Dalam metode ekstraksi kepercayaan 1%.
bahan alam, dikenal suatu metode
maserasi. Penekanan utama pada maserasi Pelaksanaan Penelitian
adalah tersedianya waktu kontak yang Buah kakao yang diperoleh dari
cukup antara pelarut dan jaringan yang dari PTPN XII Afdeling Penataran Blitar
diekstraksi (Guenther, 1987). Maserasi dipisah antara kulit dan biji kakao basah,
merupakan cara ekstraksi yang sederhana. kemudian biji kakao basah dicuci dengan
Maserasi dilakukan dengan cara merendam air sampai bersih untuk proses selanjutnya.
serbuk simplisa dalam pelarut. Pelarut Biji kakao basah dikeringkan dengan
akan menembus dinding sel dan masuk dioven selama 2 hari pada suhu 60 C
kedalam rongga sel yang mengandung zat untuk pengurangan kadar air biji kakao.
aktif sehingga zat aktif akan larut (Lathifa, Selanjutnya setelah biji kakao kering,
2008). Sehingga penggunaan ekstraksi dipisahkan antara kulit biji dan nib (biji
menggunakan pelarut cocok untuk kakao), kakao dioven 15 menit pada suhu 60
mengekstrak antioksidan kakao. C kemudian dipres dengan menggunakan
compression machine sampai tekanan 208 kN
BAHAN DAN METODE untuk menghilangkan lemaknya, sehingga
didapati kakao rendah lemak. Kakao rendah
Alat dan Bahan lemak dihaluskan dengan menggunakan
Alat yang digunakan dalam penelitian blender untuk mendapatkan bubuk kakao,
ini adalah Oven, Blender, Timbangan yang mana setiap kali perlakuan dengan
Analitik, Ayakan 40 Mesh, Erlenmeyer, massa kakao sebesar 50 g,dengan waktu 3
Cawan Alumunium, Compression machine, menit.
Rotary Vacuum Evaporator dan Kain Sampel bubuk kakao rendah lemak
saring halus. Bahan yang digunakan dalam diekstraksi untuk dipisahkan lemaknya
penelitian ini adalah kakao (Theobroma Cacao (deffating) yaitu direndam dengan pelarut
L) varietas farastero yang didapat dari dari petroleum eter pada suhu 50 C selama
PTPN XII Afdeling Penataran Blitar, Jawa 2 jam, setelah itu bubuk kakao difiltrat
Timur, Petroleum Eter, Etanol 70% dan 80% menggunakan kain saring halus dan di oven
dan Akuades. selama 2 jam dengan suhu 60 C sehingga
didapati bubuk kakao bebas lemak yang
Metodologi akan dijadikan sebagai bahan baku untuk
Penelitian ini dilakukan di ekstraksi.
Laboratorium Sentral Ilmu Hayati, Setelah proses pembuatan bubuk
Laboratorium Teknologi Pengolahan kakao bebas lemak, dilakukan perlakuan
Pangan dan Hasil Pertanian, Jurusan ekstraksi secara maserasi sesuai dengan
Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi rancangan percobaan dengan rasio
Pertanian, Laboratorium Struktur dan perbandingan bahan dan pelarut 1:3.
Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Kemudian bahan disaring dengan kain
Fakultas Teknik dan untuk uji analisa saring dan filter agar larutan ekstrak
kadar aktivitas antioksidan dilakukan terpisah dari rafinat (endapan) bahan,
di Laboratorium Pengujian Mutu dan lalu untuk pemisahan larutan dari pelarut

160
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 159-164
Pengaruh Lama Ekstraksi dan Konsentrasi Pelarut Ekstraksi Antioksidan [Diantika dkk.]

sehingga dihasilkan ekstrak antioksidan


yang diinginkan atau proses evaporasi Kadar Air Ekstrak Biji Kakao
digunakan rotary vacuum evaporator pada Hasil analisis rerata kadar air ekstrak
suhu 70 C dengan kecepatan 50 rpm biji kakao dengan metode maserasi akibat
45 menit. Selanjutnya dilakukan proses perlakuan lama ekstraksi dan konsentrasi
pengeringan dengan menggunakan oven pelarut etanol dapat dilihat pada Gambar 1.
pada suhu 60 C selama 24 jam sehingga Perlakuan dan faktor dari konsentrasi pelarut
dihasilkan ekstrak antioksidan, antioksidan etanol memberikan interaksi pengaruh nyata
ini kemudian dianalisis. dan sangat nyata berdasarkan analisis ragam
(ANNOVA) dan diuji lanjut dengan uji BNT
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan taraf 1%, terhadap nilai kadar air
ekstrak biji kakao.
Karakteristik Bahan Baku Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa
Data analisis karakteristik kadar air dengan pelarut etanol 70% lebih
bahan baku biji kakao dan bubuk kakao besar dibandingkan pelarut etanol 80%.
ditunjukkan dalam Tabel 1. Dapat diamati Hal ini diduga karena kekuatan etanol 70%
dari data Tabel 1 bahwa kadar air biji untuk menembus kapiler-kapiler bubuk
kakao pada penelitian ini sangat tinggi, kakao lebih rendah dari pada etanol 80%.
penurunan kadar air dari bahan awal Sehingga hasil ekstrak masih mengandung
sampai pada bubuk kakao sebesar 27% air dan komponenkomponen lainnnya
dilakukan dengan beberapa tahap anatara lebih besar dari pada etanol 80% karena
lain pengovenan, pengepresan dan proses pada proses pengeringan sisa kandungan
perendaman dengan pelarut petroleum eter. etanol 80% pada bahan akan mudah
Nilai aktivitas antioksidan IC50 pada bubuk menguap dibandingkan dengan etanol 70%.
termasuk tingkatan kekuatan antioksidan Air berfungsi sebagai bahan yang dapat
lemah, hal ini diduga karena masih mendispersikan senyawa yang ada dalam
belum mendapatkan perlakuan maserasi bahan. Kadar air dapat mempengaruhi
oleh pelarut etanol sehingga nilai aktivitas sifat-sifat fisik (kekerasan dan kekeringan)
antioksidan masih lemah. dan sifat-sifat fisio-kimia, perubahan

Tabel 1 Data Karakteristik Biji dan Bubuk Kakao


Sampel Parameter Hasil Analisis
Biji Kakao Kadar Air (%) 68.29
Bubuk Kakao Kadar Air (%) 27
Rendemen (%) 20.22
Aktivitas Antioksidan IC50 (ppm) 310.30

Gambar 1. Pengaruh Lama Ekstraksi Terhadap Kadar Air Ekstrak Biji Kakao

161
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 159-164
Pengaruh Lama Ekstraksi dan Konsentrasi Pelarut Ekstraksi Antioksidan [Diantika dkk.]

perubahan kimia (pencoklatan enzimatis, gambar diatas terlihat pada konsentrasi


kerusakan mikrobiologis, dan perubahan pelarut etanol 70% mengalami peningkatan
enzimatis) (Winarno, 2002). Pada faktor pada lama ekstraksi 12 jam, namun
lama ekstraksi terlihat untuk etanol 70% mengalami penurunan pada lama ekstraksi
mengalami kenaikan pada lama ekstraksi 16 jam dan mengalami peningkatan lagi
12 jam dan mengalami penurun pada lama pada lama ekstrasi 24 jam. Sedangkan
ekstraksi 16 jam namun mengalami kenaikan pada konsentrasi etanol 80% mengalami
lagi pada lama ekstraksi 24 jam. Sedangkan penurunan pada pada lama ekstraksi 12
untuk 80% mengalami kenaikan pada lama jam, namun mengalami peningkatan pada
ekstraksi 12 jam dan mengalami penurunan lama ekstraksi 16 jam. Hal ini kurang
pada lama ekstraksi 20 jam. Hal ini diduga sesuai dengan literatur yang menjelaskan
volume filtrat yang didapatkan pada saat semakin lama ekstraksi maka hasil yang
proses maserasi dan filtrat pekat dari proses terekstrak juga semakin meningkat. Hal ini
rotary vacuum evaporator berbeda-beda tiap diduga pelarut petroleum eter yang masih
perlakuan namun pada proses pengeringan tersisa dalam bubuk kakao, meskipun
waktu yang digunakan sama sehingga juga proses pengeringannya dalam waktu yang
berpengaruh terhadap tingkat kekeringan sama yaitu selama 2 jam dengan suhu
masing-masing perlakuan. 60 C, namun perlakuan tersebut tidak
berpengaruh secara signifikan, diduga kadar
Rendemen (Ekstrak Antioksidan Kasar) air belum mencapai titik optimal dimana
Hasil analisis rerata rendemen ekstrak petroleum eter sudah menguap semua dari
biji kakao dengan metode maserasi akibat bahan karena belum ditemukan pustaka
perlakuan lama ekstraksi dan konsentrasi yang menyebutkan kadar air terbaik untuk
pelarut etanol dapat dilihat pada Gambar proses pengeringan bubuk kakao bebas
2. Perlakuan lama ekstraksi dan konsentrasi lemak. Sehingga mempengaruhi kandungan
pelarut etanol memberikan pengaruh bahan yang akan digunakan dalam proses
tidak nyata, berdasarkan analisis ragam maserasi. Selain itu, alat pengepres kakao
(ANNOVA) dan diuji lanjut dengan uji yaitu compression kurang maksimal dalam
BNT dengan taraf 1%, terhadap rendemen mengekstrak minyak kakao sehingga
ekstrak biji kakao. ekstrak lemak yang dihasilkan juga kurang
Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa maksimal.
rendemen yang dihasilkan terjadi sedikit
fluktuasi pada jam ke 12 tetapi sampai jam Aktivitas Antioksidan
ke 24 terjadi kecenderungan naik. Semakin Hasil analisis rerata aktivitas
lama waktu ekstraksi, kuantitas bahan yang antioksidan IC50 ekstrak biji kakao dengan
terekstrak juga akan semakin meningkat metode maserasi akibat perlakuan lama
dikarenakan kesempatan untuk bersentuhan ekstraksi dan konsentrasi pelarut etanol
anatara bahan dengan pelarut makin besar dapat dilihat pada Gambar 3. Perlakuan
sehingga hasilnya akan bertambah sampai lama ekstraksi dan konsentrasi pelarut
titik jenuh larutan (Mandal, 2007). Pada etanol memberikan pengaruh tidak nyata

Gambar 2. Pengaruh Lama Ekstraksi Terhadap Rendemen Ekstrak Biji Kakao

162
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 159-164
Pengaruh Lama Ekstraksi dan Konsentrasi Pelarut Ekstraksi Antioksidan [Diantika dkk.]

Gambar 3. Pengaruh Lama Ekstraksi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Kakao

berdasarkan analisis ragam (ANNOVA) dan menyebabkan peningkatan terjadinya rantai


diuji lanjut dengan uji BNT dengan taraf 1%, inisiasi dan propagasi dari reaksi oksidasi
terhadap aktivitas antioksidan IC50. akan menurunkan aktivitas antioksidan yang
Pada Gambar 3 menunjukkan ditambahkan dalam bahan (Medikasari,
bahwa nilai aktivitas antioksidan dengan 2000). Faktor yang mempengaruhi stabilitas
konsentrasi pelarut etanol 80% tingkat aktivitas antioksdian adalah pH, suhu, sinar
kekuatan antioksidannya sebagian besar dan oksigen, serta faktor lainnya seperti ion
aktif untuk setiap lama ekstraksi. Hal ini logam (Abbas, 2003).
diduga semakin besar konsentrasi pelarut Selain itu diduga pada ekstrak biji
etanol maka nilai aktivitas antioksidannnya kakao ini masih dalam ekstrak yang tidak
juga besar, karena senyawa antioksidan murni. senyawa flavonoid dalam bentuk
dari biji kakao bersifat polar sehingga ekstrak yang tidak murni kemungkinan
semakin besar konsentrasi pelarut etanol masih berikatan dengan gugus glikosida
berpengaruh semakin besar pula kepolaran karena gugus glikosida yang berikatan
pelarut tersebut yang akan memudahkan dengan flavonoid dapat menurunkan
kontak antara pelarut dengan bahan aktivitas antioksidan (Ery, 2013). Selain itu
ekstrak.Pada faktor lama ekstraksi terlihat pada ekstrak biji kakao ini diduga pula masih
bahwa untuk pelarut etanol 70% yang terdapat senyawa pengganggu lainnya yang
paling optimal hasilnya pada lama ekstraksi menghalangi proses penangkapan radikal
20 jam dan minimum pada lama ekstraksi bebas. Adanya senyawa protein dan lemak
16 jam, yang mana pada etanol 70% ini pada ekstrak dapat mengganggu proses
mengalami penurunan pada lama ekstraksi penangkapan radikal bebas oleh senyawa
12 jam, dan mengalami peningkatan pada fenolik atau flavonoid (Elsha, 2012). Bubuk
lama ekstraksi 20 jam namun pada lama kakao per 100 g memiliki komposisi kimia
ekstraksi 24 jam mengalami penurunan lagi. yaitu protein sebesar 19.59 g dan lemak
Sedangkan untuk etanol 80% yang paling sebesar 13.50 g (Wahyudi dan Pangabean,
optimal hasilnya pada lama ekstraksi 20 jam 2008). Pada sampel kontrol terlihat nilai
dan minimum pada lama ekstraksi 8 jam, aktivitas antioksidannya sangat rendah
yang mana pada etanol 80% ini mengalami karena belum ada perlakuan ekstraksi
peningkatan pada lama ekstraksi 12 jam maserasi dan juga diduga kandungan lemak
namun mengalami penurunan pada lama masih tersisa pada proses perendaman
ekstraksi 24 jam. Hal ini diduga karena dengan petroleum eter.
selama masa penyimpanana sebelum proses
rotary vacuum evaporator terdapat beberapa SIMPULAN
faktor yang membuat nilai dari aktivitas
antioksidan mengalami penurunan, sesuai Rendemen terbaik diperoleh akibat
literatur yang menyebutkan bahwa faktor perlakuan lama ekstraksi 12 jam dengan
yang mempengaruhi aktivitas antioksidan etanol 70% sedangkan aktivitas antioksidan
yaitu salah satunya faktor fisik yaitu tekanan tertinggi diperoleh akibat perlakuan
oksigen yang tinggi, luas kontak dengan lama ekstraksi 20 jam dengan etanol
oksigen, pemanasan ataupun iradiasi 80%. Kesetimbangan massa pembuatan

163
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 159-164
Pengaruh Lama Ekstraksi dan Konsentrasi Pelarut Ekstraksi Antioksidan [Diantika dkk.]

bubuk kakao bebas lemak dipengaruhi Penerbit Fakultas Teknologi Pertanian.


oleh kehilangan uap air akibat proses Universitas Brawijaya. Malang
pengovenan.serta kehilangan massa pada Guenther E. 1987. Minyak Atsiri Jilid I
proses pemisahan kulit, pengepresan, (Diterjemahkan Oleh Ketaren S.).
pemblenderan, pengayakan, dan peren- Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.
daman. Rendemen yang didapatkan dari Lathifa QA. 2008. Uji Efektivitas Ekstrak
bubuk kakao bebas lemak sebesar 20.22% Kasar Senyawa Antibakteri Pada Buah
bk. Sedangkan kesetimbangan massa selama Belimbing (Averrhoa Bilimbi L.) Dengan
proses ekstraksi antioksidan biji kakao Variasi Pelarut. Fakultas Sains dan
dengan konsentrasi etanol 70% dan 80% Teknologi Universitas Islam Negeri
dipengaruhi oleh kehilangan uap saat proses (UIN) Malik Ibrahim. Malng.
maserasi dan pengovenan,serta kehilangan Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi.
massa pada proses penyaringan dan rotary Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
vacumm evaporator. Rendemen ekstrak Mandal V. 2007. Microwave Assisted Extraction
antioksidan biji kakao dengan konsentrasi An Innovation and Promising Extraction
70% sebesar 8.6% bk. Sedangkan rendemen Tool For Medical Plant Research.
ekstrak antioksidan biji kakao dengan Pharmacognosy Reviews. Vol. 1, Issue 1.
konsentrasi 80% sebesar 7.1% bk. Medikasari. 2000. Bahan Tambahan Makanan:
Fungsi dan Penggunaannya Dalam
DAFTAR PUSTAKA Makanan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Winarsi H. 2011. Antioksidan Alami dan Radikal Abbas A. 2003. Identifikasi Dan Pengujian
Bebas. Yogyakarta: Kasinius. Stabilitas Pigmen Antosianin Bunga Kana
Kim H and Keeney PG. 1983. Method of (Cana Coccinea Mill) Serta Aplikasinya
Analysis for (-)-Epicatechin in Cacao Pada Produk Pangan. Undergarduated
Beans by High Performance Liquid Theses. JIPTUMM. Malang.
Chromatography. Journal of Food Ery A. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan
Science 48(2): 548-551. Ekstrak Metanol Buah Lakum
Osakabe N, Yasuda A, Natsume M, (Cayratia trifolia) dengan DPPH
Takizawa T, Terao J, and Kondo K. (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil). Fakultas
2002. Catechins and their foligomers Kedokteran Universitas Airlangga.
linked by C4-->C8 bonds are major Surabaya.
cacao polyphenols and protect low Elsha U. 2012. Aktivitas Antioksidan, Kadar
density lipoprotein from oxidation in Fenolik, dan Flavonoid Total Tumbuhan
vitro. Exp Biol Med (Maywood). 2002 Suruhan (Ppeperomia peluucida L.
Jan;227(1): 51-56. Kunth). Fakultas Matematika dan Ilmu
Kelishadi RMD. 2005. Cacao to Cocoa to Pengetahuan Alam. Institut Pertanian
Chocolate: Healthy Food? ARYA Bogor.
Journal 1(1): 2834. Wahyudi T dan Pangabean TR. 2008. Kakao
Putri WDR dan Febrianto K. 2006. Rempah Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga
rempah (Fungsi dan Pemanfaatannnya). Hilir. Swadaya. Jakarta.

164

Anda mungkin juga menyukai