Anda di halaman 1dari 6

Nama Kelompok 5:

- Ana Alvia Dewi (151510501055)


- Tiara rizki (1515105010)
- Khoirotun N (151510501180)
- Mujiyati (151510501188)

Peningkatan Kualitas Dan Kuantitas Bahan Tanam Jagung Untuk Mengatasi


Permasalahan Pertumbuhan Jagung Pada Beberapa Musim Tidak Serempak Dan
Tanaman Rentan Terserang Penyakit Di Lahan

Budidaya tanaman jagung tidaklah mudah.Banyak sekali masalah-masalah yang


biasa dijumpai dalam budidaya tanaman ini, salah satunya adalah masalah bahan tanam,
yaitu benih.Benih merupakan faktor yang penting pada rangkaian budidaya tanaman,
termasuk budidaya tanaman jagung. Hal ini dikarenakan benih akan menjadi pendorong
utama dalam budidaya tanaman, sehingga untuk mendapatkan produksi yang tinggi perlu
digunakan benih yang bermutu tinggi pula. Benih bermutu tinggi ditentukan oleh faktor
genetik dan faktor fisik.Faktor genetik adalah varietas yang memiliki genotipe dan fenotipe
baik. Faktor fisik adalah benih yang persentase perkecambahannya tinggi, bebas dari
kotoran, dan kadar airnya rendah.
Banyak masalah-masalah yang berkaitan dengan bahan tanam, yaitu salah satunya
pertumbuhan tanaman jagung pada beberapa musim terkadang tidak serempak dan banyak
gangguan hama serta penyakit, sehingga hasil jagungnya tidak bisa maksimal. Hal ini bisa
diakibatkan oleh benih jagung yang digunakan sebagai bahan tanam berasal dari hasil
panen yang sebelumnya dan tidak dilakukan perlakuan benih sebelum benih di tanam, yang
mana hal ini akan berakibat pada benih kurang tahan terhadap hama dan penyakit.
Seharusnya sebelum benih ditanam, supaya dilakukan perlakuan benih seperti pengeringan,
pemipilan, pembersihan benih, pengemasan, penyimpanan dan pemberian treatment
dengan fungisida dan insektisida. Jadi dari permasalahan ini dapat disimpulkan bahwa
bahan tanam, yaitu benih merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan
dalam budidaya tanaman. Sehingga pada makalah ini akan membahas mengenai solusi yang
dapat dilakukan untuk menyelesaikan atau mengendalikan masalah ini, yaitu berupa
perbaikan bahan tanam atau perbaikan benih.
Upaya yang perlu dilakukan agar pertumbuhan tanaman dapat tumbuh maksimal
yaitu sebaiknya perlu dilakukan perlakuan benih sebelum benih ditanam sehingga benih
akan tumbuh secara maksimal. Adapun perlakuan benih sebelum tanam dapat dilakukan
antara lain dengan cara pengeringan jagung. Menurut Amin dan Subri (2016), setelah
dipanen, agar dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama maka perlu dilakukan
pengeringan. Pengeringan ini dapat kita lakukan dengan pada saat masih ada pada tongkol
dengan kulit, dengan tongkol dan bentuk biji.Pengeringan jagung dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dikeringkan secara alami dan dikeringkan secara buatan. Pengeringan jagung
secara alami dilakukan dengan menggunakan panas dari sinar matahari atau perapian
dapur. Penjemuran sampai jagung cukup kering untuk disimpan biasanya berlangsung
kurang lebih selama 60 jam pada cuaca cerah. Umumnya pengeringan jagung tongkol
dilaksanakan sampai kadar air mencapai 18-20%. Sedangkan pengeringan jagung pipil
dianjurkan dilakukan sampai kadar air mencapai 13-14%. Pengeringan jagung secara
buatan dilakukan dengan menggunakan mesin pengering atau grain dryer. Pengeringan
jagung pipil dengan mesin dilakukan pada suhu 38-430C sehingga kadar air jagung
turun menjadi 12-13%. Mesin pengering biji jagung dapat digunakan setiap saat dan
dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadarair biji jagung yang diinginkan.
Perlakuan benih yang lain yaitu melakukan pemipilan biji jagung. Pemipilan dilakukan
untuk mempermudah proses penanganan dan pengolahan jagung. Pemipilan jagung dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual dan menggunakan alat pemipil. Pemipilan
jagung secara manual adalah dengan menggunakan tangan, sedangkan dengan
menggunakan alat pemipil adalah memipil dengan menggunakan alat.Ada berbagai model
alat pemipil jagung. Sebaiknya pemilihan alat pemipil jagung disesuaikan dengan kapasitas
pipil yang diinginkan. Pemipilan jagung dengan tangan dapat dilakukan dengan baik apabila
kadar air jagung adalah antara 14-20%. Sedangkan pemipilan jagung dengan alat pemipil
atau mesin pemipil sebaiknya dilakukan pada kadar air jagung antara 18-20%.
Perlakuan selanjutnya yaitu pembersihan. Setelah pemipilan maka dilakukan
pembersihan benih jagung ini di maksudkan untuk membersihkan dari kotoran-kotoran,
potongan janggel,biji yang pecah, biji yang lapuk dan batu. Pembersihan jagung pipilan dari
kotoran dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan alat.Pembersihan jagung
pipilan secara manual dilakukan dengan menampi atau mengaduk-aduk biji jagung dan
menyapunya dengan sapu lidi.Pembersihan jagung pipil dengan menggunakan alat berupa
ayakan atau saringan. Pembersihan jagung pipil dengan menggunakan ayakan atau
saringan ini selain membersihkan juga dapat sekaligus untuk sortasi. Perlu dilakukan
pengendalian hama dan penyakit dengan penyemprotan pestisida dan pemupukan secara
teratur.
Cara selanjutnya yaitu melalui pengujian. Menurut Koes dan Arief (2010),
penanganan pascapanen jagung, penyimpanan termasuk kegiatan yang tidak kalah penting
artinya karena turut menentukan mutu biji dan mutu produk. Untuk mendapatkan standar
mutu jagung yang disyaratkan maka dilakukan beberapa pengujian, diantaranya penentuan
adanya hama dan penyakit, penentuan adanya rusak, butir warna lain, kotoran dan butir
peca, serta penentuan kadar air biji. Penentuan adanya hama dan penyakit baru dilakukan
dengan cara organoleptik kecuali adanya bahan dengan menggunakan indera penglihatan
dan penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperbolehkan. Penentuan
adanya rusak, butir warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukan dengan cara manual
dengan pinset dengan contoh uji 100 gram/ sampel. Persentase butir-butir warna lain, butir
rusak, butir pecah, kotoran ditetapkan berdasarkan berat masing-masing komponen
dibandingkan dengan berat contoh analisa x 100 %. Penentuan kadar air biji ditentukan
dengan moisturetester electronic atau Air Oven Methode (ISO/r939-1969E atau OACE 930.
15).
Untuk menghasilkan bahan tanam yang baik, maka perlu melakukan treatment.
Treatment ini berbeda-beda, yaitu dapat berupa penggunaan fungisida maupun insektisida.
Menurut Hoerussalam (2013), melalui seed treatment dapat meningkatkan status ketahanan
tanaman, hal ini akan sangat bermanfaat, sebab ketahanan yang dihasilkan melalui
mekanisme induksi ketahanan dapat berspektrum luas, baik terhadap cendawan, bakteri
maupun virus. Pada perlakuan ini, benih jagung yang akan ditanam, direndam dengan air
yang telah dicampur dengan fungisida, seperti Banlate. Proses perendaman dapat dilakukan
dengan media bak yang dapat menampung seluruh benih jagung yang akan ditanam.
Tujuan perendaman dalam satu bak untuk menyamakan pemberian fungisida dan hasil yang
didapat sama. Dosis fungisida yang dicampurkan 2-4 cc/lt air dengan waktu perendaman
selama 12-24 jam.Setelah selesei perendaman, benih jagung ditiriskan dan dikering
anginkan. Benih yang sudah kering selanjutnya dapat dilakukan proses penanaman. Tujuan
dari perendaman dengan campuran fungisida ini untuk mencegah serangan dari jamur.
Pada treatment insektisida digunakan untuk mencegah serangan dari ulat agrotis
dan lalat bibit yang sering menyerang benih jagung pada saat setelah tanam. Serangan itu
dengan cara memakan benih jagung yang berada dalam tanah. Hal tersebut mengakibatkan
benih tidak tumbuh.Oleh karena itu, treatment ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi
terhadap serangan tersebut. Pada poin 1 sampai 4, treatment dilakukan dengan cara
direndam dengan air yang sudah dicampur dengan suatu senyawa atau formula khusus.
Namun, dalam perlakuan ini berbeda, yaitu dilakukan pada saat penanaman.Benih
dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik seperti
Furadan 3 G. Dosis yang digunakan secukupnya.
Treatment ini dapat dikombinasikan dengan keempat treatment sebelumnya.Dengan
perlakuan seperti langkah-langkah di atas. Adanya kombinasi treatment ini diharapkan
menurunkan intensitas serangan OPT, baik dari jamur atau cendawan, dan hama seperti
lalat bibit dan ulat agrotis serta meningkatkan daya tahan benih terhadap penyakit. Di sisi
lain, dapat mengoptimalkan pertumbuhan benih sehingga tumbuhlah tanaman yang sehat,
kekar, kokoh dan seragam. Namun, kombinasi ini tidak diharuskan untuk terapkan, karena
biaya budidaya akan meningkat.
Bahan tanam yang baik juga harus dikemas dengan baik. Pengemasan jagung
bertujuan untuk jagung tetap bersih dari kotoran, mengurangi serangan jamur dan hama.
Pengemasan jagung disesuaikan dengan tujuan pasar jagung.Umumnya, kemasan yang
digunakan berupa karung dengan berat antara 25-50 kg, sedangkan eceran seberat 1-5
kg.Adapun kemasan jagung untuk dipasarkan di supermarket umumnya menggunakan
plastik wrapping seberat 1kg yang berisi sekitar 6 buah tongkol jagung.
Benih yang sudah dikemas, maka disimpan. Benih jagung menunjukkan bahwa
apabila penyimpanan benih dapat dilakukan pada kadar air yang rendah (dibawah 10%),
maka daya berkecambah benih masih cukup tinggi (lebih dari 90%)walaupun telah disimpan
selama 1 tahun pada suhu kamar. Penyimpanan jagung dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Cara penyimpanan jagung yang biasa dilakukan oleh para petani adalah dengan
menyimpan jagung kering yang masih ditongkol. Jagung tongkol kering ini diletakkan di
atas perapian atau disimpan di tempat yang kering, tidak terkena air hujan.Tempat
penyimpanan jagung juga sebaiknya tidak ada tikus.Selain menyimpan jagung yang masih
melekat di tongkol, jagung juga disimpan dalam bentuk pipilan kering.Jagung tongkol kering
lebih tahan disimpan dalam waktu lama dari pada jagung pipil kering.
Cara yang kedua yaitu dengan menyimpan digudang, dimana penyimpanan tersebut
terdapat dudalam ruang atau gudang yang memeiliki alat pengukur kelembaban dan suhu
udara. Dilakukanya kontroling untuk melihat jagung yang di simpan tersebut masih
berkualitas baik atau tidak (Rahayu dkk.,2013). Ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan apabila jagung akan disimpan dalam gudang yaitu kebersihan gudangdan
kelembaban. Kebersihan benih sebaiknya gudang dibersihkan dan disemprot dengan
insktisida yang aman untuk mencegah hama bubuk. Kelembaban gudang, dimana gudang
yang lembab akan mendukung tumbuhnya mikroorganisme. Alas agar kadar air pada biji
jagung terjaga, sebaiknya lantai gudang dialasi dengan denga papan.
Penyelesaian masalah pada tanaman yang rentan terserang penyakit dan benih yang
membawa penyakit (seed born) yang menular pada tanaman lainnya saat di tanam di lahan
dapat dilakukan dengan cara -erlakuan pengujian pada benih. Perlakuan pengujian pada
benih untuk mengetahui benih mempunyai vigor dan viabilitas yang tinggi. Benih dengan
vigor dan viabilitas yang tinggi akan lebih tahan terhadap serangan OPT baik hama maupun
penyakit. Pengujian untuk mengetahui vigor benih dilakukan dengan. Pengujian benih
jagung dilakukan dengan pengusangan dengan pemanasan pada suhu 42C,
kelembaban>90% selama 24 jam. Benih yang diusangkan jika dikecambahkan daya
kecambahnya masih baik maka vigor benih tinggi. Saat benih ditanam di lahan benih akan
lebih tahan terhadap serangan OPT (Rofiq dkk., 2013).
Disamping itu juga data dengan cara penyimpanan benih menggunakan desikan.
Bahan desikan sangat baik untuk menyimpan benih termasuk benih jagung sehingga kadar
air setelah penyimpanan berkurang dan kecepatan tumbuh benih lebih baik karena desikan
berperan dalam menyerap zat disekitar benih yang disimpan untuk menjaga supaya
kondisinya tidak lembab sehingga tidak ada hama dan penyakit yang menyerang maupun
terbawa benih saat benih ditanam. Desikan sangat baik digunakan untuk menyimpan benih
jagung sebelum tanam untuk mempertahankan vigor benih supaya tahan serangan OPT
saat di lapang (Lesilolo dkk., 2013).

KESIMPULAN
1. Penyediaan dan penggunaan bahan tanam (benih) jagung sangat penting diperhatikan
karena akan berpengaruh pada saat tanaman jagung dibudidayakan, penggunaan bahan
tanam yang kualitasnya baik dari segi genetis dan fisiologis akan menghasilkan
produktivitas yang optimum.
2. Permasalahan dari bahan tanam benih jagung salah satunya adalah ketidak serempakan
pertumbuhan tanaman dilapang serta adanya gangguan hama, dan penyakit tanaman
yang solusinya dapat diatasi dengan upaya-upaya seperti pengeringan benih, pemipilan
biji jagung, pembersihan, pengujian, tretment, pengemasan, dan penyimpanan.
3. Bahan tanam benih jagung sering rentan serangan OPT saat di lahan serta adanya
penyakit tular benih, solusinya yaitu menguji vigor dan viabilitas benih sebelum ditanam
serta menyimpan benih menggunakan desikan untuk menjaga vigor benih serta benih
terhindar dari serangan mikroorganisme dan penyakit terbawa benih.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M dan M. Subri. 2016. Penggunaan Alat Pengering Untuk Mensuplay Bahan Baku
Produksi Kripik Jagung Di Grobogan. Serealia, 1(1): 1-7.
Hoerussalam., A. Purwantoro dan A. Khaeruni. 2013. Induksi Ketahanan Tanaman Jagung
(Zea Mays L.) Terhadap Penyakit Bulai Melalui Seed Treatment Serta Pewarisannya
Pada Generasi S1. Ilmu Pertanian, 16(2): 42-59.

Koes, F dan R. Arief. 2010. Deteksi Dini Mutu dan Ketahanan Simpan Benih Jagung Hibrida
F1 Bima 5 Melalui Uji Pengusangan Cepat (AAT). Pekan Serealia Nasional, 1(2): 455-
463.

Lesilolo, M. K., J. Patty, dan N. Tetty. 2012. Penggunaan Desikan Abu dan Lama Simpan
terhadap Kualitas Benih Jagung (Zea mays L.) pada Penyimpanan Ruang Terbuka.
Agrologia, 1(1) : 51-59.

Rahayu, E. S., S. Raharjo dan A. A. Rahmianna. 2013. Cemaran aflatoksin pada produksi
jagung di daerah Jawa Timur.Teknologi dan industri pangan, 1(1): 1-16.

Rofiq, M., M. R. Suhartanto, T. K. Suharsi, dan A. Qadir. 2013. Optimasi Pengeringan Benih
Jagung dengan Perlakuan Prapengeringan dan Suhu Udara Pengeringan. Agron
Indonesia, 41 (3) : 196 - 201

Anda mungkin juga menyukai