Anda di halaman 1dari 31

A.

Judul

Kajian Teknis Kerja Alat Gali Muat dan Alat Angkut Dalam Upaya

Optimalisasi Target Produksi Batukapur (Limestone) Pada Tambang Terbuka

di PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap.

B. Latar Belakang

PT. Holcim Indonesia Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam

bidang produksi semen. Bahan baku utama dalam pembuatan semen adalah

batukapur, untuk itu PT. Holcim Indonesia Tbk melakukan kegiatan

penambangan batukapur dengan memakai metode tambang terbuka di Kuari XI

Nusakambangan, dimana cara pembongkarannya dilakukan dengan pemboran

dan peledakan.

Pada kegiatan penambangan keberadaan alat mekanis memegang

peranan penting untuk menunjang keberhasilan kegiatan penambangan

tersebut. Dalam hal ini pengoperasian alat muat dan alat angkut yang digunakan

pada penambangan batukapur di Kuari XI Nusakambangan masih perlu

diperhatikan, agar target produksi sebesar 16.000 ton/hari dapat tercapai.

Pentingnya mengestimasi produksi dari alat muat dan alat angkut ini karena ada

kaitannya dengan target produksi yang ingin dicapai oleh perusahaan. Sehingga

penggunaannya pun harus diperhitungkan secara tepat agar tercapai hasil yang

optimal.

Berdasarkan kenyataan dilapangan masih terjadi ketidakserasian kerja

antara alat muat dan alat angkut, sehinnga produksi nyata dari alat alat

mekanis yang bekerja tidak sesuai dengan target produksi yang direncanakan.
Peningkatan waktu kerja efektif dan penggunaan efektif serta keserasian kerja

antara alat muat dan alat angkut sangat berpengaruh terhadap pencapaian target

produksi. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan kajian teknis

terhadap alat muat alat angkut dalam upaya memenuhi sasaran produksi

batukapur di Kuari XI Nusakambangan PT. Holcim Indonesia Tbk.

C. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang ada adalah belum tercapainya target produksi yang

diinginkan dari penambangan batukapur di Kuari XI Nusakambangan PT.

Holcim Indonesia Tbk sebesar 16.000 ton/hari. Hal ini dikarenakan penggunaan

waktu kerja yang belum efisien.

Banyaknya waktu hilang yang disebabkan oleh faktor alat, faktor

manusia maupun faktor alam. Faktor faktor tersebutlah yang menyebabkan

penurunan efisiensi kerja atau penggunaan efektifnya sangatlah rendah,

sehingga produktifitas dari peralatan mekanis tidak dapat memenuhi sasaran

produksi yang diinginkan perusahaan.

D. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya meninjau kegiatan penambangan di

Kuari XI Nusakambangan pada area I (front I) menuju dumping area yaitu

Limestone Crusher II (LSC II), dimana alat muat yang bekerja adalah Excavator

Hitachi EX 3500 sedangkan alat angkut yang digunakan adalah Dump Truck

Caterpilar 773 B. Untuk kegiatan pembongkaran dengan peledakan tidak

dibahas.
E. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dianalisis, yaitu :

1. Bagaimana kemampuan produksi dari alat muat dan alat angkut yang

digunakan pada penambangan batukapur di Kuari Nusakambangan XI ?

2. Bagaimana keserasian kerja antara alat muat alat angkut yang bekerja pada

penambangan batukapur di Kuari Nusakambangan XI ?

3. Apa saja faktor faktor serta hambatan yang menjadi penyebab tidak

tercapainya target produksi pada penambangan Kuari Nusakambangan XI ?

4. Bagaimana solusi untuk mencapai target produksi pada penambangan Kuari

Nusakambangan XI ?

F. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian di PT. Holcim Indonesia Tbk adalah :

1. Mengetahui kemampuan produksi dari alat muat dan alat angkut yang

digunakan pada penambangan batukapur di Kuari Nusakambangan XI.

2. Mengetahui keserasian kerja antara alat muat alat angkut yang bekerja

pada penambangan batukapur di Kuari Nusakambangan XI.

3. Mengetahui faktor faktor serta hambatan yang menjadi penyebab tidak

tercapainya target produksi pada penambangan Kuari Nusakambangan XI.

4. Melakukan upaya peningkatan produksi dengan memperbaiki waktu kerja

efektif dari alat mekanis, sehingga penggunaan efektif dapat ditingkatkan

serta mencari kombinasi antara jumlah alat muat dengan alat angkut pada

penambangan batukapur di Kuari Nusakambangan XI.


G. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian terhadap kajian teknis alat muat dan alat angkut di

PT. Holcim Indonesia Tbk adalah :

1. Memberikan masukan atau saran mengenai usaha yang dapat dilakukan

dalam upaya pencapaian sasaran produksi dari alat muat dan alat angkut

yang sekarang beroperasi.

2. Dapat digunakan sebagai bahan kajian di loakasi penambangan lain dalam

usaha peningkatan produksi alat muat dan alat angkut.

H. Landasan Teori

1. Alat Gali Muat dan Alat Angkut

Dalam penelitian ini penulis membatasi pada penggunaan alat

mekanis yang ada di lokasi penambangan. Adapun alat alat mekanis yang

digunakan adalah :

1.1 Excavator Backhoe

Backhoe adalah alat penggali yang cocok umtuk menggali

parit atau saluran saluran. Gerakan bucket atau dipper dari

backhoe pada saat menggali arahnya adalah kea rah badan

(body) backhoe itu sendiri. Backhoe dikhususkan untuk

pekerjaan penggalian yang letaknya dibawah kedudukan

backhoe itu sendiri.

a. Macam macam backhoe berdasarkan penggerak

dipper-nya terdiri atas :

1). Hydraulically operated Hoe terdiri dari :


a). Crawler mounted hydraulically operated hoe

Gambar 1. Crawler mounted hydraulically operated hoe

b). Wheel mounted hydraulically operated hoe

2). Cable Operated Hoe

b. Cara kerja backhoe

Backhoe melakukan penggalian (cutting) dengan

menempatkan dirinya diatas jenjang (bench). Setelah

dipper terisi penuh, boom diangkat kemudian memutar

(swing) ke arah dump truck yang menempatkan dirinya

pada posisi untuk dimuati dan dipper menumpahkan

galiannya pada bak dump truck.

c. Pola pemuatan

Secara umum pola pemuatan ada empat kelompok besar

yaitu :

1). Berdasarkan dari jumlah penempatan posisi dump

truck untuk dimuati terhadap posisi backhoe (biasa


disebut pola gali muat), maka ada tiga pola pemuatan

yaitu :

a). Single Back Up

Dump truck memposisikan diri untuk dimuati pada satu

tempat

b). Double Back Up

Dump truck memposisikan diri untuk dimuati pada dua

tempat

c). Triple Back Up

Dump truck memposisikan diri untuk dimuati pada tiga

tempat

Gambar 2. Pola Gali Muat Single Back Up dan Double Back Up


Gambar 3. Pola Gali Muat Triple Back Up

d. Berdasarkan dari posisi dump truck untuk dimuati hasil

galian backhoe (pola gali muat), maka ada dua pola

pemuatan yaitu :

a). Top Loading

Posisi dimana backhoe berada di atas jenjang dan

dump truck berada di bawah jenjang.

b). Bottom Loading

Posisi dimana backhoe dan dump truck berada pada

satu level (sama sama di atas jenjang).

Gambar 4. Pola Gali Muat Top Loading dan Bottom Loading


e. Berdasarkan manuver nya pola muat dapat dibedakan

menjadi dua pola pemuatan yaitu :

a). Frontal Cut

Backhoe berhadapan dengan muka jenjang atau front

penggalian. Pada pola ini alat muat memuat pertama kali

pada dump truck sebelah kiri sampai penuh, kemudian

dilanjutkan pemuatan pada dump truck sebelah kanan.

Sudut putar backhoe antara 10- 110.

b). Parallel Cut With Drive By

Backhoe bergerak melintang dan sejajar dengan front

penggalian. Pola ini diterapkan apabila lokasi pemuatan

memiliki dua akses dan berdekatan dengan lokasi

penimbunan. Memiliki efisiensi tinggi untuk alat muat

dan alat angkutnya walaupun rata rata sudut putar alat

muat lebih besar dibandingkan frontal cut.

Gambar 5. A. Pola Gali Muat Frontal Cut dan B. Parallel Cut With Drive By
1.2 Dump truck

Dump truck dipakai untuk menangani atau mengangkut

tanah, bongkahan (aggregate), batuan (rock), bijih (ore),

batubara (coal) dan material material lain. Alat angkut ini

dibuat untuk mengangkut material dengan keuntungan yaitu :

a. Kapasitas yang cukup besar

b. Kecepatan yang cukup tinggi

c. Ongkos angkut rendah

d. Memiliki fleksibilitas yang baik (high degree of

flexibility)

Hampir semua jenis dump truck membutuhkan kondisi

jalan yang firm dan smooth dengan tanjakan (grade)

yang tidak terlalu curam agar dapat beroperasi dengan

baik.

Gambar 6. Dump truck


Beberapa jenis dump truck dengan ukuran sedemikian rupa

sehingga tidak boleh berjalan pada jalan raya (off highway dump

truck).

1). Macam macam dump truck dan spesifikasinya

Klasifikasi atau macam macam dump truck

didasarkan pada :

a). Ukuran dan tipe mesinnya : gasoline, diesel, butane,

propane

b). Jumlah gear yang dimiliki

c). Jumlah roda yang langsung digerakkan oleh mesin

(kind of drive) : two wheel drive, four whell drive, six

wheel drive

d). Jumlah susunan sumbu dan roda penggeraknya :

single axle dan dual wheel

e). Metode penumpahan muatan : rear dump, side dump,

bottom dump truck

f). Macam material yang diangkut : earth, rock, coal, ore

g). Kapasitas dump truck (dinyatakan dalam ton atau cu

yard)

h). Sumber tenaga gerak (macam mekanisme) untuk

penumpahan muatan pada rear / side / bottom dump

truck : hydraulic cable.

2). Kapasitas dump truck


Kapasitas dump truck dinyatakan dalam :

a). Tonage

b). Struck volume dalam cu yard

Struck capacity adalah kapasitas volume dump truck

yang diisikan peres dengan bagian teratas dari bak

c). Heaped volume dan cu yard

Heaped capacity adalah kapasitas volume dump truck

yang diisikan secara menunjang. Keuntungan tergantung

pada jenis material yang dimuatkan.

Untuk menentukan berapa kapasitas munjung (heaped

volume) dari suatu dump truck maka terlebih dahulu harus

diketahui kapasitas peres (struck capacity), panjang dan lebar

bak dump truck, sudut kemiringan material (angle of repose) dan

keadaan jalan lintasnya.

2. Faktor faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Gali Muat dan

Alat Angkut

Produksi alat gali dan alat muat dapat dilihat dari kemampuan alat

tersebut dalam penggunaannya di lapangan. Adapun faktor faktor yang

mempengaruhi produksi alat muat dan alat angkut adalah :

2.1 Waktu Edar

Waktu edar adalah waktu yang diperlukan oleh alat mekanis

untuk menyelesaikan sekali putaran kerja atau melakukan suatu

siklus kegiatan, semakin kecil waktu edar alat mekanis, maka


semakin tinggi produksi dari alat mekanis tersebut. Besarnya

waktu edar dari alat alat mekanis akan berbeda antara material

yang satu dengan yang lainnya, hal ini tergantung dari jenis alat

dan sifat dari material yang ditangani.

a. Waktu Edar Alat Muat

Merupakan penjumlahan dari waktu menggali

material (digging), waktu ayunan bermuatan (swing isi),

waktu menumpahkan material (dumping) dan waktu

ayunan kosong (swing kosong) atau dalam keadaan tidak

bermuatan.

CtL = tL1 + tL2 + tL3 + tL4 .................................. (1.1)

Keterangan :

CtL = Waktu edar alat muat, detik

tL1 = Waktu menggali, detik

tL2 = Waktu ayunan bermuatan, detik

tL3 = Waktu menumpahkan material, detik

tL4 = waktu ayunan kosong, detik

b. Waktu Edar Alat Angkut

Merupakan penjumlahan dari waktu mengatur posisi

dalam keadaan belum bermuatan (manuver kosong),

waktu memuat material (loading), waktu angkut material

(hauling), mengatur posisi akan menumpahkan material

(dumping), waktu mengatur posisi untuk menumpahkan


material (manuver dumping), waktu kembali kosong

(return) dan waktu tunggu kosong untuk dimuati

kembali.

CtT = tT1 + tT2 + tT3 tT4 + tT5 + tT6 + tT7 ........ (1.2)

Keterangan :

CtT = Waktu edar alat angkut, detik

tT1 = Waktu manuver kosong, detik

tT2 = Waktu memuat, detik

tT3 = Waktu angkut, detik

tT4 = Waktu manuver tumpah, detik

tT5 = Waktu tumpah, detik

tT6 = Waktu kembali kosong, detik

tT7 = Waktu tunggu kosong, detik

c. Faktor Faktor yang mempengaruhi waktu edar alat

alat mekanis adalah sebagai berikut :

1). Keterampilan dan pengalaman operator, semakin baik

maka akan semakin memperkecil waktu edar.

2). Kondisi tempat kerja

Tempat kerja yang luas akan memperkecil waktu edar

alat karena ada cukup ruang gerak untuk berbagai

pengambilan posisi, seperti untuk berputar, mengambil

posisi sebelum diisi muatan dan untuk kegiatan

pemuatan. Dengan demikian alat tidak perlu maju


mundur untuk mengambil posisi karena ruang gerak

cukup luas, sehingga akan mengingatkan efisiensi dan

produktifitas kerja alat mekanis.

3). Kondisi jalan angkut

Kemiringan (grade) dan lebar jalan angkut baik pada

jalan lurus maupun pada tikungan sangat berpengaruh

terhadap lalu lintas jalan angkut. Apabila kondisi jalan

sudah memenuhi syarat, maka akan memperlancar

jalannya lalu lintas alat angkut sehingga akan

memperkecil waktu edar alat angkut.

2.2 Faktor Isian Mangkuk (Bucket Fill Factor)

Faktor isian mangkuk (bucket fill factor) merupakan

perbandingan antara kapasitas nyata material yang masuk

kedalam mangkuk (bucket) excavator dengan kapasitas teoritis

dari alat muat tersebut yang dinyatakan dalam persen.

Faktor isian mangkuk ini menunjukkan bahwa semakin

nesar factor isian maka semakin besar produktifitas alat muat

tersebut. Faktor pengisian dipengaruhi oleh kapasitas mangkuk,

jenis dan sifat material.

Untuk menghitung faktor isian mangkuk (bucket fill factor)

digunaan persamaan sebagai berikut :

()
Fill Factor (FF) = () x 100 % ............ (1.3)

Keterangan :
FF = Faktor pengisian (fill factor)

Vn = Volume nyata, (m3)

Vt = Volume teoritis mangkuk (bucket) alat gali muat,

(m3)

2.3 Pengembangan (swell)

Swell merupakan pengembangan volume suatu material

setelah digali dari tempatnya, dengan kata lain pengembangan

(swell) terjadi apabila material digali dari tempat aslinya.

Pengembangan volume suatu material perlu diketahui,

karena yang diperhitungkan pada penggalian selalu didasarkan

pada kondisi material sebelum digali (bank), sedangkan material

yang ditangani (dimuat untuk diangkut) selalu material yang

telah mengembang (loose). Untuk menyatakan besarnya

pengembangan volume dikenal dua istilah yaitu :

1). Faktor pengembangan (swell factor)

2). Persen pengembangan (percent of swell), %

Untuk menghitung swell factor dan percent swell

berdasarkan volume dapat menggunakan persamaan :


SF = .................................................... (1.4)


% swell = x 100 % ......... (1.5)

Sedangkan untuk menghitung swell factor dan percent of

swell berdasarkan kerapatan (density) menggunakan

persamaan :

SF = .................................................... (1.6)


% swell = x 100 % ......... (1.7)

2.4 Kesediaan Alat Gali Muat dan Alat Angkut

Salah satu hal yang mempengaruhi produksi dari kebutuhan

alat gali muat dan alat angkut yang diinginkan dalam operasi

penambangan adalah masalah kesediaan (availability) alat.

Kesediaan alat merupakan faktor yang menunjukkan kondisi

alat alat mekanis yang digunakan dalam melakukan pekerjaan

dengan memperhatikan kehilangan waktu selama waktu kerja

dari alat yang tersedia.

Perhitungan untuk mengetahui kesediaan alat gali muat

dan alat angkut adalah sebagai berikut :

a. Kesediaan Mekanik (Mechanical Availability)

Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi

mekanis yang sesungguhnya dari alat yang sedang

dipergunakan. Persamaan untuk kesediaan mekanik

(mechanical availability) sebagai berikut :



MA = x 100 % .......................................... (1.8)
+

Dengan data kesediaan mekanis dari catatan waktu

kerja dan waktu perbaikan alat maka didapatkan data

yang terpercaya tentang kemampuan alat dalam

menghadapi kondisi tertentu dalam setiap operasi


kerjanya. Dengan data tersebut, daya guna alat di waktu

yang akan datang juga dapat diperkirakan dengan

ketepatan yang beralasan.

b. Kesediaan Fisik (Physical Availability)

Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat

yang sedang dipergunakan. Persamaan untuk kesediaan

fisik (physical availability) sebagai berikut :


+
PA = ++ x 100 % ............................................. (1.9)

Kesdiaan fisik pada dasarnya merupakan data yang

menunjukkan seberapa besar alat pernah digunakan

sebelumnya. Data tentang kesediaan fisik juga

merupakan suatu yang berguna untuk penafsiran secara

umum dari daya guna mekanis alat dan juga sebagai

indicator dari efisiensi penjadwalan alat.

c. Pemakaian Kesediaan (Use of Availability)

Menunjukan berapa persen waktu yang diperlukan

oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut

dapat dipergunakan (available). Persamaan untuk

pemakaian kesediaan (use of availability) sebagai berikut

:

UA = + x 100 % .............................................. (1.10)

Angka ini dapat memperlihatkan seberapa efektif

suatu alat yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan,


sehingga dapat dijadikan ukuran seberapa baik

pengelolaan alat yang digunakan.

d. Penggunaan Efektif (Effective Utilization)

Menunjukan berapa persen dari seluruh waktu kerja

yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif.

Effective utilization sebenarnya sama dengan pengertian

efisiensi kerja. Persamaan untuk penggunaan efektif

(effective utilization) sebagai berikut :



EU = ++ x 100 % .................................... (1.11)

Penggunaan efektif berguna untuk mengetahui

seberapa efektif waktu kerja yang digunakan untuk

berproduksi dan berpengaruh pada hasil produksi kerja.

Sehingga dapat untuk mengetahui kemampuan

produktifitas alat yang bekerja.

Keterangan :

MA = Kesediaan mekanik (mechanical

availability), %

PA = Kesediaan fisik (physical availability), %

UA = Pemakaian kesediaan (use of availability),

EU = Penggunaan Efektif (effective utilization), %

W = Waktu kerja efektif perhari


R = Rata rata waktu perhari untuk perbaikan

alat

= Waktu yang hilang karena menunggu

perbaikan termasuk juga waktu untuk

penyediaan suku cadang (spare part) dan

waktu untuk perawatan.

= Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari

(operating delay)

S = Rata rata waktu perhari alat tidak bekerja

padahal alat tidak rusak.

= Waktu yang dibebankan kepada seorang

operator alat, dimana alat dapat dioperasikan

artinya tidak rusak.

= Waktu hambatan yang dapat dihindari

(operating standby)

T =W+R+S

= Jumlah seluruh jam kerja dimana alat

dijadwalkan untuk beroperasi.

2.5 Geometri Jalan Tambang

Geometri jalan tambang yang memenuhi syarat adalah

bentuk dan ukurannya sesuai dengan tipe (bentuk, ukuran dan

spesifikasi) alat angkut yang digunakan dan kondisi medan yang


ada sehingga dapat menjamin serta menunjang dari segi

keamanan dan keselamatan proses pengangkutan.

Adapun faktor faktor yang mempengaruhi kondisi jalan

angkut adalah :

a. R (jari jari truck membelok) atau radius putar untuk

bermanuver

Dalam penerapannya jari jari lingkaran yang

dijalani oleh roda belakang dan roda depan adalah

perpanjangan dari sumbu as roda belakang yang

berpotongan dengan jari jari truck membelok (R) dan

mempunyai sudut yang sama terhadap penyimpangan

roda.

Perhitungan matematis berdasarkan jari jari

tikungan adalah :

1 = 2 = , karena perpotongan sumbu R di titik A

adalah tegak lurus. Maka nilai dari sin = Wb/R, sin x

R = Wb Maka, R = Wb/Sin .............................. (1.12)

Keterangan :

R = Radius atau jari jari truck membelok,

meter

Wb = Jarak poros antara roda depan dan belakang

= Sudut simpangan roda depan,


b. R (radius tikungan) pada jalan menikung atau

superelevasi

Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada

tikungan yang terbentuk oleh batas antara tepi jalan

terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaan

ketinggian.

Gaya N mempunyai komponen vertical yang

besarnya N cos dan komponen horizontal yang

besarnya N sin yang mengarah ke pusat sebagai gaya

sentripetal. Jika V merupakan kecepatan dan R jari jari

tikungan, maka sudut miring sebagai superelevasi

dapat dihitung sebagai berikut :

mV2
N sin = Karena tidak ada percepatan vertikal

maka N cos = W, sehingga dari kedua persamaan

tersebut besarnya superelevasi adalah :


2
Tan = , m/m atau mm/m ........................ (1.13)

Keterangan :

Tan = e = Superelevasi

V = Kecepatan rencana, (km/jam)

g = Gravitasi bumi, (9,8 m/det2)

R = Radius tikungan, (m)


c. Lebar jalan angkut minimum pada jalan lurus

Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan

lurus didasarkan pada rule of thumb yang

dikemukakan AASHHO (American Association of

State Highway Officials) Manual Rural Highway

Design, adalah :

Lmin = n . Wt + ( n + 1) ( . Wt ) ..................... (1.14)

Keterangan :

Lmin = Lebar jalan angkut minimum, meter

Wt = Lebar alat angkut, meter

n = Jumlah alur

Gambar 7. Geometri Jalan Angkut Pada Jalan Lurus

d. Lebar jalan angkut minimum pada tikungan

Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar

daripada lebar pada jalan lurus. Untuk jalur ganda, lebar

minimum pada tikungan dihitung dengan mendasar pada

:
1). Lebar jejak ban

2). Lebar juntai/julur (overhang) alat angkut bagian

depan dan belakang pada saat membelok

3). Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan

4). Jarak (spasi) alat angkut terhadap tepi jalan

5). Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada

tikungan atau belokan dapat menggunakan rumus

sebagai berikut :

Wmin = n ( U + Fa + Fb + Z ............................... (1.15)

C = Z = 0,5 ( U + Fa + Fb ) ................................. (1.16)

Fa = Ad x Sin ................................................... (1.17)

Fb = Ab x Sin ................................................... (1.18)

Keterangan :

Wmin = Lebar jalan angkut minimum pada

tikungan, meter

Ad = Lebar juntai belakang, meter.

(Jarak as roda depan truck dengan bagian

depan truck).

Ab = Lebar juntai belakang, meter.

(Jarak as roda belakang truck dengan bagian

belakang truck)

Fa = Lebar juntai depan (Ad) x sudut

penyimpangan ()
(dikoreksi dengan sinus sudut belok roda

depan)

Fb = Lebar juntai belakang (Ab) x sudut

penyimpangan ()

(dikoreksi dengan sinus sudut belok roda

belakang)

= Sudut penyimpangan

U = Lebar antara jejak ban alat angkut, meter

C = Jarak antara dua alat angkut yang

bersimpangan, meter

Z = Jarak alat angkut dengan tepi jalan, meter

Gambar 8. Geometri Jalan Angkut Pada Tikungan

e. Kemiringan Jalan (Grade)

Secara umum kemiringan jalan maksimum yang

dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut besarnya

berkisar antara 8 % - 10 %. Akan tetapi untuk jalan naik

maupun turun pada bukit, lebih aman kemiringan jalan


maksimum sebesar 8 % atau 4,5. Kemiringan (grade)

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :


Grade () =

Dimana : h = beda tinggi antara dua titik yang

diukur

x = jarak antara dua titik yang diukur

3. Kemampuan Produksi Alat

Kemampuan produksi alat dapat digunakan untuk menilai kinerja

dari alat gali muat dan alat angkut. Semakin baik tingkat penggunaan alat

maka semakin besar produksi yang dihasilkan alat tersebut. Dalam operasi

pemuatan dan pengangkutan batu gamping ini tidak menggunakan faktor

pengembang (swell factor) karena batuan pada saat diambil sudah dalam

keadaan lepas (loose). Untuk perolehan produksi alat gali muat digunakan

specific weight loose dari batu gamping sebagai koreksi perhitungan.

Kemampuan produksi alat gali muat dan angkut dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

a. Produksi alat muat

60
Prod L = nL x ( ) x FF x EU............................. (1.19)

Keterangan :

Prod L = Produksi alat muat, lcm/jam

nL = Jumlah alat muat, unit

Ctl = Waktu edar (cycle time) alat muat, menit


KB = Kapasitas bucket alat gali muat, m3

FF = Faktor pengisian (fill factor), %

EU = Penggunaan efektif (effective utilization), %

b. Produksi alat angkut

60
Prod T = NT x ( ) x FF x EU ............................ (1.20)

Keterangan :

Prod T = Produksi alat angkut, lcm/jam

NT = Jumlah truck, unit

CtT = Waktu edar (cycle time) truck, menit

KT = Kapasitas bak truck, ton

FF = Faktor pengisian (fill factor), %

EU = Penggunaan efektif (effective utilization), %

4. Keserasian Kerja Alat

Agar terdapat hubungan kerja yang serasi antara alat muat dan alat

angkut maka produksi alat muat harus sesuai dengan produksi alat angkut.

Faktor keserasian ini dinyatakan dalam match factor (MF). Sejumlah alat

angkut (truck) bekerja melayani sejumlah alat muat, serasi apabila :

Produksi alat muat = Produksi truck


1 =

60 60
1 = ( ) : ( )
(1 )

60 1 (1 ) 1
1 = ( ) x ( )
60


CtL = (1 )
1 (1 )
1 = ( ) x ( )

1 (1 )
1 = () x ( )

1
1 = () x ( )


MF = .................................................................... (1.21)

Adapun penilaiannya terhadap nilai match factor adalah sebagai

berikut :

a. MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100 % sedang alat

angkut bekerja 100 %, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat

muat.

Waktu tunggu alat muat (WtL) adalah :



MF = 1=

NT x Ctl > nL x CtT

nL x CtT < NT x CtL



CtL >


CtL + WtL =


WtL = CtL ........................................................ (1.22)

Keterangan :

WtL = Waktu tunggu alat muat

b. MF = 1, artinya alat muat dan alat angkut bekerja 100 %


MF =


=

1 =

nL x CtT = NT x Ctl = 1

c. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100 % sedang alat angkut

bekerja kurang dari 100 %, sehingga terdapat waktu tunggu bagi

alat angkut.

Waktu tunggu alat angkut (WtT) adalah :



MF = 1 =

NT x CtL > nL x CtT

nL x CtT < NT x CtL



CtT <


CtT + WtT =


WtT = CtT ....................................................... (1.23)

Keterangan :

WtT = Waktu tunggu truck

I. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan jenisnya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis

penelitian kuantitatif dimana sumber data yang digunakan adalah

data berupa angka yang selanjutnya diolah dan dianalisis secara

matematik dan kinematik. Penelitian digolongkan ke dalam beberapa

tahapan sebagai berikut:


a. Tahapan Pendahuluan

Tahap ini meliputi persiapan penelitian sebelum kegiatan

lapangan yang meliputi:

1) Persiapan administrasi dan pengurusan surat-surat izin di

kampus dan perusahaan.

2) Konsultasi dengan pembimbing.

3) Persiapan materi berupa pengumpulan studi literatur serta

aspek- aspek pendukung lainnya.

b. Tahapan Studi Literatur

Tahap ini dilakukan studi mengenai buku-buku teks, jurnal

dan laporan-laporan yang relevan mengenai kegiatan pemboran

dan peledakan serta formula perancangan untuk desain geometri

pemboran tambang . Kegiatan ini berlangsung hingga kegiatan

penelitian berakhir.

1) Tahapan Observasi Lapangan

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahapan

observasi ini adalah sebagai berikut:

a) Orientasi Lapangan

Kegiatan orientasi lapangan bertujuan untuk

mengetahui kondisi lapangan secara langsung.

Tahap ini juga bertujuan untuk mengetahui

permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan

sehingga didapatkan gambaran dan pengambilan data


yang akan dilakukan.

b) Pengambilan Data Lapangan

Tahap ini bertujuan untuk mengumpulkan data-

data yang dibutuhkan dalam penelitian. Adapun data

tersebut adalah:

(1) Data primer yang diperoleh dari pengamatan

langsung di lapangan. Data primer tersebut

diantaranya adalah rencana peledakan yang

diterapkan dilapangan, penggunaan bahan

peledak, peralatan dan perlengkapan peledakan,

data lubang bor, foto hasil peledakan dan volume

batuan yang diledakan.

(2) Data sekunder yang terdiri dari data peta geologi,

peta lokasi penelitian, data pemboran g, data

curah hujan, data Bahan peledak.

c) Tahapan Pengolahan Data

Analisis Fragmentasi dengan menggunakan

metode kuzram dan software split dekstop

d) Tahapan Evaluasi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi hasil analisis

data untuk mendapatkan rekomendasi geometri

peledakan yang bisa diterapkan untuk menghasilkan

frgamentasi dan meningkatkan produksi.


e) Tahapan Penyusunan Laporan

Tahap ini dilakukan penyusunan draft laporan

dari keseluruhan hasil kegiatan penelitian yang

dilakukan. Draft tersebut dibuat sesuai dengan format

dan kaidah penulisan yang telah ditetapkan oleh

Program Studi S1 Teknik Pertambangan, Fakultas

Teknik, Universitas Negeri Padang.

f) Seminar dan Penyerahan Laporan

Hasil akhir dari penelitian ini akan

dipresentasikan dalam seminar Program Studi Teknik

Pertambangan Universitas Negeri Padang, setelah

melalui penyempurnaan berdasarkan masukan-

masukan yang diperoleh dari para dosen penguji.

Draft Tugas Akhir kemudian diserahkan ke Ketua

Program Studi Teknik Pertambangan Universitas

Negeri Padang.

J. Tempat Penelitian

Tempat penelitian tugas akhir ini diusulkan di PT Holcim Indonesia,

kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

K. Waktu Pelaksanaan

Penelitian tugas akhir ini direncanakan akan dilaksanakan pada

tanggal 07 Agustus 07 Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai