NATA DE COCO
Disusun oleh:
1. Prima Patria C. (512011039)
2. Kurniawati (522012012)
3. Herlintho B. Luturmas (432012009)
4. Shinta Khalistyawati (652012002)
5. Albertus Sindhu A.K. (652012018)
6. Miger Nomensen (652012027)
Judul.. i
Daftar Isi. ii
Daftar Gambar iii
Daftar Tabel iv
Daftar Lampiran... v
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah.1
B. Perumusan Masalah... 2
C. Tujuan Penulisan Makalah. 2
BAB II. PEMBAHASAN 3
A. Tentang Nata De Coco...3
B. Teknologi Produksi Nata De Coco 5
C. Bakteri Nata De Coco 7
D. Produksi Nata De Coco..8
E. Pengolahan Limbah Nata De Coco..12
F. Analisa Produksi Nata De Coco...15
BAB III. PENUTUP.. 19
A. Kesimpulan.. 19
B. Saran 20
Daftar Pustaka 21
Lampiran 22
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Nata de Coco (sari kelapa) merupakan bahan dasar pengolahan produk yang
biasa dibuat menjadi berbagai jenis produk makanan atau minuman dengan
berbagai bentuk, rasa, dan kemasan (pack), seperti: pencampur es krim, cocktail
buah, sirup, dan makanan ringan lainnya. Selain banyak diminati karena rasanya
yang enak dan kaya serat, pembuatan Nata de Coco pun tidak sulit dan biaya yang
dibutuhkan tidak banyak sehingga dapat sebagai alternatif usaha yang dapat
memberikan keuntungan.
B. Perumusan Masalah
1. Apa itu Nata de Coco?
2. Bagaimana proses pembuatan Nata de Coco?
3. Apa fungsi dari bakteri Acetobacter xylinum pada proses pembuatan Nata de
Coco?
4. Bagaimana cara pengolahan limbah Nata de Coco agar bisa menjadi
bermanfaat?
5. Apakah Nata de Coco ini bisa menjadi prospek bisnis yang menjanjikan
bagi masyarakat?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
meningkatkan daya saing produk kelapa melalui program pengembangan
diversifikasi produk dari air kelapa (Asian Pacific Coconut Community, dalam
Analisis Biaya dan Penetapan Harga Pokok Penjualan Nata de Coco Koktail
(Sun Coco) Kasus: PT. Tonsu Wahana Tirta, Kota Depok, Jawa Barat, 2006).
Menurut Woodrof (dalam Teknologi Pembuatan Nata de Coco, 1970), komposisi
kimia air kelapa adalah air, kalium, sejumlah kecil karbohidrat, lemak, protein dan
garam mineral. Selain itu, air kelapa memiliki specific grafity 1,02%, minyak
0,74%, protein 0,55%, dan senyawa khlorida 0,17%.
Sumber: Woodroof (1970); cit.: Khak (1999), Sutardi (2004), Sutarminingih (2004)
(dalam Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Industri Pengolahan Nata de Coco).
Sekarang air kelapa telah dikembangkan industri mulai dari skala industri
rumah tangga hingga industri besar sebagai produk minuman baru yaitu Nata de
Coco.
Nata de Coco adalah hidangan penutup (dessert) yang terlihat seperti jeli,
berwarna putih hingga bening dan bertekstur kenyal yang dihasilkan dari
fermentasi air kelapa oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata de Coco pertama
kali berasal dari Filipina. Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti "krim
kelapa", sedangkan bahasa Latin sebagai 'natare' yang berarti terapung-apung. Di
Indonesia, Nata de Coco sering disebut sari air kelapa atau sari kelapa.
4
Nata de Coco di Indonesia mulai dicoba pada tahun 1973 dan mulai
diperkenalkan pada tahun 1975, namun mulai dikenal luas di pasaran pada tahun
1981 (Sutarminingsih, dalam Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Industri
Pengolahan Nata de Coco,2004).
Produk Nata de Coco mengandung banyak serat sehingga mutunya baik
untuk kesehatan tubuh manusia. Nata de Coco dapat dipakai sebagai sumber
makan rendah energi untuk keperluan diet. Hal ini dikarenakan kandungan
utamanya adalah serat (dietary fiber) dan sangat dibutuhkan tubuh dalam proses
fisiologi. Konon, produk ini dapat membantu penderita diabetes dan
memperlancar proses pencernaan dalam tubuh.
5
10. Kain saring atau kertas koran sebagai penutup baki selama proses
fermentasi.
11. Tali karet untuk mengikat kain atau koran penutup baki.
12. Rak untuk fermentasi dan pengeringan alat.
13. Pisau dan talenan digunakan untuk mengiris Nata de Coco, yang semula
berbentuk lembaran agar menjadi bentuk kubus (111 cm). Pisau mesin
dapat digunakan untuk menjaga standarisasi bentuk kubus Nata de Coco.
14. Tong untuk menyimpan produk Nata de Coco tawar.
15. Timbangan untuk menimbang berat produk Nata de Coco.
16. Perlengkapan pekerja: sepatu plastik (boots), masker, dan sarung tangan.
6
3. Bahan pascapanen produksi.
Perebusan air kelapa menggunakan bahan bakar (kayu atau minyak), dan
bahan pengawet adalah sodium metabisulfat (Na2S2O5).
4. Bahan tambahan untuk Nata de Coco kemasan.
a. Gula atau sirup, pewarna, pewangi, pengawet.
b. Mesin pengemas, kemasan (gelas plastik, penutup, sendok plastik),
kardus, lakban.
7
Penambahan starter yang optimal adalah 10% dari media fermentasi. Sedangkan
umur optimal bibit adalah 3 hari.
8
kelapa dari material-material atau kotoran-kotoran seperti: sabut, pecahan
batok kelapa, daging buah kelapa dan lain-lain.
2. Pemasakan dan pencampuran bahan pembantu.
Air kelapa yang sudah disaring selanjutnya disterilkan agar bebas dari
bakteri, virus dan jamur dengan cara dimasukkan ke dalam panci atau
dandang perebus stainless steel untuk dimasak sampai mendidih selama
30 menit. Saat mendidih, air kelapa diberikan tambahan mineral sebagai
bahan pendukungnya seperti: gula pasir, pupuk ZA, garam inggris, dan
asam sitrat (zitrun zuur). Sebelum pendidihan selesai, ditambahkan asam
asetat glasial hingga mencapai pH 3,2-4 (Sutarminingsih, dalam Pola
Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Industri Pengolahan Nata de Coco,
2004). Pembuatan Nata de Coco sangat dipengaruhi oleh tingkat keasaman
air kelapa dan kadar gula serta penambahan zat-zat yang diperlukan untuk
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, namun tidak ada keterkaitan
antara citarasa dengan tingkat keasaman.
3. Penempatan dalam baki atau nampan plastik.
Semua peralatan harus bersih dan steril. Sterilisasi dapat dilakukan
dengan cara dicelup dalam air mendidih, dijemur, dan dibasahi dengan
spiritus atau alkohol 70%. Media fermentasi (air kelapa dan bahan tambahan
masak) yang hangat dituangkan dalam nampan dan segera ditutup rapat
dengan koran dan diikat dengan karet. Volume media fermentasi untuk
setiap nampan tergantung ukurannya dan sebaiknya setiap nampan berisi
volume air kelapa masak yang sama sehingga tercipta volume dan ketebalan
produk yang sama.
4. Pendinginan.
Nampan berisi air kelapa masak disusun rapi dalam rak penyimpanan
dan didinginkan dalam ruangan penyimpanan dengan suhu ruangan 28C-
30C sampai hangat-hangat kuku selama 24 jam. Penyusunan nampan yang
rapi akan memudahkan aktivitas pembuatan Nata de Coco.
9
5. Inokulasi bibit (starter).
Bibit diperoleh dari perkembangbiakan bakteri Acetobacter xylinum
dalam media air kelapa. Inokulasi atau penanaman bibit dilakukan dengan
menggunakan bibit yang masih baikdan air kelapa dalam nampan yang telah
didiamkan 1 hari sehingga dapat menghasilkan Nata de Coco dengan
kualitas yang baik. Setiap nampan ditambah bibit (starter) sebanyak 10% air
kelapa ( 13 ml per 100 cc) (Sutardi, dalam Pola Pembiayaan Usaha Kecil
(PPUK) Industri Pengolahan Nata de Coco, 2004). Inokulasi bibit
dilakukan dengan membuka sedikit tutup kain atau koran, kemudian
ditambah bibit tanpa mengaduk bibit dalam air kelapa agar tidak terjadi
kontaminasi, dan segera ditutup kembali dengan koran dan diikat dengan
tali secara rapat.
6. Fermentasi.
Media fermentasi yang sudah ditambahkan bibit selanjutnya diperam
pada suhu ruang 27-31oC selama 6-7 hari. Proses fermentasi sangat
dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat menentukan tingkat produk,
diantaranya suhu, kualitas air kelapa, kondisi bibit, sterilisasi ruang dan
peralatan. Kebersihan tempat pemeraman sangat mutlak diperlukan untuk
menghindari kontaminasi dengan mikroba lain atau serangga yang dapat
menggagalkan proses fermentasi (Sutardi, dalam Pola Pembiayaan Usaha
Kecil (PPUK) Industri Pengolahan Nata de Coco, 2004). Keberhasilan
proses fermentasi ini dapat dilihat dari ada tidaknya lapisan tipis pada
permukaan media fermentasi setelah 2 hari dan akan bertambah tebal dari
hari ke hari.
7. Panen dan pencucian akhir.
Setelah pemeraman 6-7 hari, lapisan Nata de Cocoakan memiliki
ketebalan 0,8-1,5 cm berbentuk lembaran-lembaran (slab) yang asam dalam
bau, cita rasa dan pH. Pemanenan produk dilakukan setelah air kelapa
menjadi Nata de Coco dalam bentuk lembaran.
Setelah dipanen, lembaran Nata de Cocodicuci dengan menggunakan
air bersih sebanyak 3 kali untuk membuang lendir guna menghindari
10
kontaminasi, serta dilakukan pengepresan untuk mengurangi bau asam.
Untuk produk yang gagal harus dibuang ke tempat penampungan limbah.
8. Pascapanen.
Dilakukan dengan cara memasukkan lembaran-lembaran atau
potongan kecil-kecil (111cm3) Nata de Coco ke dalam tong plastik yang
telah berisi air dan sodium metabisulfat selama 2-3 hari. Air tersebut
digunakan untuk menjaga keadaan fisik produk agar tetap baik, sedangkan
sodium metabisulfat untuk pengawetan warna produk agar tetap putih dan
bersih sampai tujuan pemasaran. Air rendaman ini diganti setiap hari supaya
bau dan rasa asam hilang.
Selanjutnya, Nata de Coco dicuci kembali dan direbus hingga Nata de
Coco menjadi tawar, untuk menyempurnakan proses penghilangan bau dan
rasa asam dan sekaligus mengawetkan. Penyimpanan Nata de Coco tawar
dilakukan dengan merendamnya dalam air tawar yang harus diganti secara
rutin ( 3 hari sekali).
Resiko kegagalan dalam tiap produksi adalah 20%. Hal ini dikarenakan
alat yang tidak steril, air kelapa yang tidak murni, bibit yang sudah rusak, dan
terjadi kontaminasi. Secara umum produk Nata de Coco yang terdapat di pasaran
terdiri dari produk Nata de Coco tawar dalam bentuk lembaran atau kubus kecil-
kecil dan dalam bentuk kemasan siap konsumsi. Produk Nata de Coco tawar
biasanya diminta oleh produsen lain sebagai bahan baku proses produksi Nata de
Coco kemasan siap konsumsi.
Produksi Nata de Coco dalam bentuk kemasan sirup harus melalui beberapa
proses yaitu, pembuatan sirup, pencampuran Nata de Coco dan bahan lain,
pengemasan dan pengepakan (Bank Indonesia, dalam Pola Pembiayaan Usaha
Kecil (PPUK) Industri Pengolahan Nata de Coco, 2004).
Pembuatan Nata de Coco dalam bentuk kemasan adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan syrup.
Nata de Coco tersebut direbus kembali dengan air bersih hingga mendidih.
Kemudian dilakukan perebusan air gula sampai mendidih dan disaring
beberapa kali sampai jernih. Tingkat kemanisan disesuaikan dengan selera.
11
Komposisi umum untuk 3 kg Nata de Coco dibutuhkan 2 kg gula pasir dan
4,5 liter air.
2. Pencampuran.
Nata de Coco dalam bentuk kubus kecil-kecil tawar dicampur dalam larutan
syrup dan dididihkan selama 15 menit. Bisa ditambahkan garam, cita rasa
atau flavor (misal: vanili, frambosen, coco-pandan, rose, mangga) dan
essence. Kemudian, Nata de Coco dibiarkan selama setengah hari dengan
tujuan terjadi proses penyerapan gula dan cita rasa. Nata de Coco direbus
kembali dalam larutan tersebut dan ditambahkan natrium benzoat 0,1%
(NaC7H5O2) ke dalam larutan untuk mengawetkannya.
3. Pengemasan dan pengepakan.
Dalam keadaan panas, Nata de Coco dimasukkan ke dalam kemasan
kantong atau gelas plastik, ditutup rapat dan direbus dalam air mendidih
selama 30 menit. Selanjutnya, kantong atau gelas plastik diangkat dan
disimpan dalam suhu kamar dalam posisi terbalik. Pengepakan dilakukan
dan siap untuk dipasarkan.
12
Agroindustri Nata de Coco umumnya menghasilkan limbah padat dan
limbah cair yang belum dikelola dengan baik. Limbah cair dihasilkan dari
kebutuhan air yang cukup banyak untuk proses pemasakan, pencucian,
perendaman, penyimpanan serta kegagalan dari proses awal pembentukan produk.
Pengolahan limbah cair dilakukan dengan proses yang sederhana, diantaranya
dengan membuat bak penampungan limbah cair di dalam tanah (lubang sumur
tertutup), penyedotan, dan digunakan untuk menyiram tanaman kelapa di
perkebunan.
Limbah padat diperoleh dari pengupasan lapisan luar produk dan produk
gagal karena bentuk yang tidak sempurna dan terkontaminasi. Biasanya limbah
dibuang ke lubang atau bak tertutup dalam tanah (septic tank). Dapat digunakan
sebagai pupuk padi, di mana limbah padat ditampung dalam ember selama 2
minggu, setelah membusuk diletakkan pada tempat pemasukan air sawah. Selain
itu limbah padat dapat diolah dengan menggunakan proses pencernaan anaerobik.
Pencernaan anaerobik merupakan proses biodegradasi tanpa oksigen yang
meliputi interaksi-interaksi metabolik yang kompleks untuk mengubah padatan
organik yang terdapat dalam limbah menjadi gas bio. Proses ini melibatkan 3 grup
bakteri:
1. bakteri fermentasi, menghidrolisis polimer-polimer substrat (karbohidrat,
lemak dan protein) menjadi bentuk yang lebih sederhana.
2. bakteri asetogenik obligat, yang memproduksi H2 untuk mengoksidasi
propionat, butirat dan asam-asam lemak rantai panjang menjadi CH3COO-,
CO2 dan H2,
3. bakteri metanogen, memanfaatkan CH3COO- dan H2 untuk memproduksi
CH4.
Salah satu bahan baku pembuatan Nata de Coco adalah asam cuka
(CH3COOH), merupakan substrat metanobakter yang dikonversi menjadi CH4 dan
CO2. Reaksi yang terjadi:
1. pembentukan asam asetat
C6H10O5 + H20 3CH3COOH
13
2. pembentukan bahan antara
CH3COOH + NH4OH CH3COONH4 + H2O
CH3COOH + 2H2O 2CO2 + 4H2
3. pembentukan metana
CH3COONH4 + H20 CH4 + CO2 + NH4OH
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O
CH4 merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan
global daripada CO2. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari
atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer
tidak akan menambah jumlah karbon di atmosfer bila dibandingkan dengan
pembakaran bahan bakar fosil.
Manfaat penerapan teknologi tepat guna percernaan anaerobik:
1. Mengurangi efek negatif.
a) mencegah suburnya bibit penyakit dengan pengurangan kandungan
patogen.
b) mencegah terganggunya keseimbangan lingkungan dan mengurangi
pencemaran lingkungan dengan pengurangan volume limbah.
c) mengurangi pemanasan global dengan pengurangan emisi gas CH4.
2. Keperluan rumah tangga.
a) energi alternatif pengganti LPG terbaharukan yang ramah lingkungan.
b) pemulihan energi untuk penerangan.
3. Meningkatkan produksi pertanian (campuran pupuk), peternakan dan
perikanan (campuran pakan).
Produk dari proses pengolahan limbah metode pencernaan anaerobik:
1. Gas bio.
Gas bio terdiri dari berbagai campuran gas CH4, CO2, H2S dan NO2.
Bahan baku pembuatan gas bio adalah campuran limbah padat Nata de
Coco dan kotoran sapi yang diproses dalam pencernaan anaerobik selama 30
hari. Faktor keberhasilan proses produksi gas bio: jenis proses (anaerobik),
suhu (35-40oC), pH (6,0-8,0), kandungan bahan kering dan organik, nutrisi
tambahan, serta kadar air bahan. Proses fermentasi anaerobik menyimpan
14
99% kandungan N2 dalam limbah gas bio dan hanya 1% hilang dalam
bentuk gas. Gas bio kaya CH4 dengan nilai kalor 50% - 70% dari gas alam
yang dapat digunakan untuk menghasilkan panas atau listrik.
2. Pupuk Organik Cair.
Limbah gas bio adalah keluaran dari instalasi gas bio yang merupakan
hasil samping dari sistem pencernaan anaerobik yang bebas bakteri patogen.
Limbah dari gas bio dapat menghasilkan pupuk organik cair alami untuk
menjaga kesuburan tanah, meningkatkan pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan produksi tanaman secara teratur dan berkelanjutan. Pupuk ini
aman bagi manusia dan lingkungan karena kandungan zat hara yang
berlebih dan organisme patogen di dalam limbah telah dikurangi melalui
proses pencernaan anaerobik, di mana terjadi pengenceran bentuk limbah
dari padatan menjadi cair.
Dari percobaan yang telah dilakukan, dengan massa kotoran sapi dan massa
limbah padat masing-masing 1 kg dapat menghasilkan 0,7 L hasil fermentasi.
Hasil fermentasi tersebut terdiri dari gas bio sebanyak 83 % ( 0,6 L) dan limbah
cair sebanyak 17 % ( 0,1 L).Dalam penggunaannya sebagai bahan bakar dalam
pemasakan 1 L air selama 20 menit, dibutuhkan gas bio sebanyak 30 L gas
bio.Pengolahan limbah metode pencernaan anaerobik ini dilakukan secara
kontinyu guna memperoleh hasil yang kontinyu pula.
15
estimasi tingkat keberhasilan mencapai 80%. Dari 10 liter air kelapa dapat
menghasilkan 100 loyang (100 ml air kelapa per loyang). Dengan demikian
diharapkan 80 loyang dapat menghasilkan produk Nata de Coco berkualitas.
16
Keterangan: Pengolahan limbah menghasilkan 0,7 L tiap satu kali
pengolahan dengan rincian hasil gas bio 0,6 L dan hasil limbah cair 0,1 L.
17
Perhitungan nilai ratio awal:
116.497,72
= = 1,4
84.502,28
Perhitungan nilai ratio (pemangkasan biaya produksi Rp 10.000,00):
116.497,72
= = 1,6
74.502,28
Dengan demikian usaha produksi Nata de Coco memiliki prospek
bisnis yang baik karena mencapai nilai ratio, yaitu 1,4 1,6.
18
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Nata de Coco adalah hidangan penutup (dessert) yang terlihat seperti jeli,
berwarna putih hingga bening dan bertekstur kenyal yang dihasilkan dari
fermentasi air kelapa oleh bakteri Acetobacter xylinum.
2. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi Nata de Coco adalah
teknologi sederhana dan tepat guna. Bahan-bahan yang diperlukan dalam
proses produksi Nata de Coco adalah bahan baku, bahan pendukung, bahan
pascapanen produksi, dan bahan tambahan untuk produk kemasan.
3. Bakteri pembentuk nata adalah Acetobacter xylinum. Beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan bakteri Acetobacter xylinum adalah tingkat
keasaman, suhu ruang, sumber karbon dan nitrogen, konsentrasi bibit
(starter), dan lama fermentasi.
4. Proses pembuatan Nata de Coco terdiri dari delapan tahap, yaitu
penyaringan, pemasakan dan pencampuran bahan pembantu, penempatan
dalam nampan, pendinginan, inokulasi (penanaman) bibit (starter),
pemeraman (fermentasi), panen dan pencucian akhir, serta pasca panen
(pengolahan lanjut sampai setengah jadi atau siap konsumsi).
5. Limbah produksi Nata de Coco berupa limbah cair dan limbah padat.
Pengolahan limbah cair dilakukan dengan proses yang sederhana,
sedangkan limbah padat diolah dengan menggunakan proses pencernaan
anaerobik menghasilkan gas bio dan pupuk organik cair.
6. Analisa usaha bertujuan untuk mengetahui efesiensi usaha yang akan
dilaksanakan dengan perhitungan nilai ratio. Produksi Nata de Cocoyang
tidak sulit dan memerlukan biaya yang cukup merupakan alternatif usaha
yang dapat memberikan keuntungan yang tinggi.
19
B. SARAN
1. Bagi pemerintah: mensosialisasikan usahaNata de Coco kepada masyarakat
dan mendukungnya karena merupakan prospek kerja yang baik.
2. Bagi produsen: meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi sehingga
aman dikonsumsi dan memperoleh nilai jual yang tinggi.
3. Bagi pekerja: memperhatikan dan melaksanakan Good Manufacturing
Practice (GMP) supaya hasil produksi baik dan aman dikonsumsi.
4. Bagi konsumen: tidak perlu khawatir akan Nata de Coco karena makanan
tersebut merupakan makanan yang berserat tinggi dan aman dikonsumsi.
5. Bagi masyarakat: tidak perlu khawatir untuk permasalahan lingkungan
karena usaha Nata de Coco berbasis industry-ecology telah menjadikan
industri lebih efisien dan mengurangi dampak polusi lingkungan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
22
Lampiran 3. Proses Pembuatan Nata de Coco.
23
Lampiran 4. Pengolahan Limbah Nata de Coco.
Keterangan:
1. Pencerna anaerobik
2. Penampung gas
3. Kran untuk mengatur pH
4. Pipa untuk memasukkan
bahan baku
5. Pipa untuk mengeluarkan
gas bio
6. Pengaduk
7. Kran pengeluaran gas
24