BAB I
KONSEP DASAR
1 PENGERTIAN
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan
demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic
Fever ( DHF ).
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet
positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,
ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi
Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt )
tekanan nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan darah menurun, (120/80 120/100 120/110
90/70 80/70 80/0 0/0 )
Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba
dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
2 PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena
viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi
ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada
DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF
ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan
serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal
ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan
terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan
diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system
koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan
perdarahan hebat.
3 KLASIFIKASI DHF
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet
positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,
ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt )
tekanan nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan darah menurun, (120/80 120/100 120/110
90/70 80/70 80/0 0/0 )
Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba
dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda dangejala lain
adalah :
Asites
Trombositopeni ( 100.000/mm3)
Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila
sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin
serum.
6 PENATALAKSANAAN
Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau kejang-kejang.
Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif / negatif, kesan sakit
keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.
Grade I dan II :
Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau
50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air
buah atau susu secukupnya.
Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebnyak-banyaknya dan
sesering mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan
sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai
berikut :
Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15
cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Dengan Renjatan ;
Grade III
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan
frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10
mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung
berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk
dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ).
Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut :
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih terukur
kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh
plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam
dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum
membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang
sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi
menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka
penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya)
sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu
24 jam.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I.1 Pengkajian
1.Biodata
a. Identitas Pasien
Nama : An.N
Umur : 4 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/ Bangsa : Bali
Agama : Hindu
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :Perancak
Ruang :Rawat Inap
Masuk Tanggal : 15 September 2016, jam 15.00 WITA
Diagnosa : DHF
b. Identitas Penanggung
Nama :Tn.A
Umur : 38 th
Jenis Kelamin : Laki laki
Suku/ Bangsa : Bali
Agama : Hindu
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung
Alamat :Perancak
Pada saat dilakukan pengkajian keluarga pasien mengeluh demam, Sakit kepala, panas dan tidak
nafsu makan. dan pasien lemah sejak 6 hari yang lalu.
3. Riwayat Kesehatan
Genogram keluarga
4. Keadaan Umum
Puls : 98 x/m
Respirasi : 24 x/m
Bera
5. Pemeriksaan Fisik
Kulit
Warna Kulit : Sawo Matang
Tekstur Kulit : Turgor Jelek
Kuku
Keadaan kuku :Normaldan bersih
Warna : Merah muda
Kepala
Bentuk : Simetris dan Oval
Keadaan rambut :Bersih, warna rambut hitam + putih menyebar
Kulit kepala : Bersih
Mata
Sklera : Anikterik
Konjungntifa : Ananemis
Reflek cahaya : Baik, di tandai dengan bereaksi apabila disoroti dengan cahaya.
Pupil : Baik
Hidung
Fungsi penciuman : baik, terbukti pasien dapat mencium bau obat.
Bentuk : terlihat simetris
Kelainan : tidak ada
Serumen : tidak ada
Telinga
Fungsi pendengaran : baik, pasien bisa berkomunikasi dengan ibunya
Bentuk : Simetris
Keadaan : bersih
Kelainan : tidak ada
Serumen : tidak ada
Mulut
Fungi pengecapan : baik, terbukti dengan pasien dapat membedakan rasa asin (garam),
manis (gula)
Kebersihan gigi dan : Bersih dan lembab
Mulut
6. DATA PENUNJANG
Pemeriksaan Labolatorium
NoTanggal Jenis Hasil Hasil normal
Pemeriksaan
1 6 Haemoglobi 14,0 12-16 gr
Februari n gr%5.400/mm3%4000-
2011 Leukosit 31,2 10000/mm3
Haemotokrit 37-47 %
Thrombosit 130.000
150000-
450000/mm3
Program Terapy
No. Tanggal Jenis Terapy Ukuran
1 6 Februari Antrainsanmol 2 x amp2 x
2011 Infus RL oral
20 ggt/menit
Suhu tubuh
38C pada saat
di palpasi panas
pasien terlihat
lemas
makan yang
di berikan tidak
habis
DO :
pasien
nampak gelisah
I. 3 Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan
rasa nyaman
berhubungan
dengan
peningkatan
suhu tubuh di
tandai dengan
:
DS:
DO:
Suhu tubuh 38C pada saat di palpasi panasTU : Suhu tubuh kembali normal
P : Terapi lanjut
2. Kurangnya
cairan
elektrolit/
dehidrasi di
tandai dengan
:
DS:
DO:
TK :
P : Terapi lanjut
3. Perubahan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan di
tandai dengan
:
DS:
DO:
TK :
P : Terapi lanjut
4. Gangguan
istirahat tidur
di tandai
dengan :
DS:
DO:
TK :
P : Terapi lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Akper, Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, Akper Pemda Tolitoli, 2012
Judith M, Buku saku diagnosis keperawatan NIC dan kriteria hasil NOC, ed.
7 jakarta EGC,2007
Mansyoer Arif. Dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, 1999, edisi 2 Jilid 1 2.