Disusun oleh :
NIM : 1406030037
2016
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Motor dalam dunia kelistrikan ialah mesin yang digunakan untuk mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik. Salah satu motor listrik yang umum digunakan dalam
banyak aplikasi ialah motor induksi. Motor induksi merupakan salah satu mesin
asinkronous (asynchronous motor) karena mesin ini beroperasi pada kecepatan dibawah
kecepatan sinkron. Kecepatan sinkron sendiri ialah kecepatan rotasi medan magnetik
pada mesin. Kecepatan sinkron ini dipengaruhi oleh frekuensi mesin dan banyaknya
kutub pada mesin. Motor induksi selalu berputar dibawah kecepatan sinkron karena
medan magnet yang dibangkitkan stator akan menghasilkan fluks pada rotor sehingga
rotor tersebut dapat berputar. Namun fluks yang terbangkitkan oleh rotor mengalami
lagging dibandingkan fluks yang terbangkitkan pada stator sehingga kecepatan rotor tidak
akan secepat kecepatan putaran medan magnet. Berdasarkan suplai input yang digunakan,
motor induksi dibagi menjadi dua jenis, yaitu motor induksi satu fasa dan motor induksi
tiga fasa.
Sesuai dengan namanya motor induksi satu fasa dirancang untuk beroperasi
menggunakan suplai tegangan satu fasa. Motor induksi satu fasa sering digunakan sebagai
penggerak pada peralatan yang memerlukan daya rendah dan kecepatan yang relatif
konstan. Hal ini disebabkan karena motor induksi satu fasa memiliki beberapa kelebihan
yaitu konstruksi yang cukup sederhana, kecepatan putar yang hampir konstan terhadap
perubahan beban, dan umumnya digunakan pada sumber jala-jala satu fasa yang banyak
terdapat pada peralatan domestik. Walaupun demikian motor ini juga memiliki beberapa
kekurangan, yaitu kapasitas pembebanan yang relatif rendah, tidak dapat melakukan
pengasutan sendiri tanpa pertolongan alat bantu dan efisiensi yang rendah.
Sendangkan Motor induksi tiga fasa berputar pada kecepatan yang pada dasarnya
adalah konstan, mulai dari tidak berbeban sampai mencapai keadaan beban penuh.
Kecepatan putaran motor ini dipengaruhi oleh frekuensi, dengan demikian pengaturan
kecepatan tidak dapat dengan mudah dilakukan terhadap motor ini. Walaupun demikian,
motor induksi tiga fasa memiliki beberapa keuntungan, yaitu sederhana, konstruksinya
kokoh, harganya relatif murah, mudah dalam melakukan perawatan, dan dapat
diproduksi dengan karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan industry.
Yang membedakan dari kedua motor induksi ini ialah motor induksi satu fasa tidak dapat
berputar tanpa bantuan gaya dari luar sedangkan motor induksi tiga fasa dapat berputar
sendiri tanpa bantuan gaya dari luar.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui jenis jenis mesin induksi serta untuk mengetahui cara kerja dan
fungsi dari mesin induksi
BAB II
PEMBAHASAN
Misalkan kita memiliki sebuah motor induksi 1 fasa dimana motor ini disuplai
oleh sebuah sumber AC 1 fasa. Ketika sumber AC diberikan pada stator winding dari
motor, maka arus dapat mengalir pada stator winding. Fluks yang dihasilkan oleh
sumber AC pada stator winding tersebut disebut sebagai fluks utama. Karena
munculnya fluks utama ini maka fluks medan magnet dapat dihasilkan oleh stator.
Misalkan lagi rotor dari motor tersebut sudah diputar sedikit. Karena rotor
berputar maka dapat dikatakan bahwa konduktor pada rotor akan bergerak
melewati stator winding. Karena konduktor pada rotor bergerak relatif terhadap
fluks pada stator winding, akibatnya muncul tegangan ggl (gaya gerak listrik)
pada konduktor rotor sesuai dengan hukum faraday. Anggap lagi motor terhubung
dengan beban yang akan dioperasikan. Karena motor terhubung dengan beban
maka arus dapat mengalir pada kumparan rotor akibat adanya tegangan ggl pada
rotor dan terhubungnya rotor dengan beban. Arus yang mengalir pada rotor ini
disebut arus rotor. Arus rotor ini juga menghasilkan fluks yang dinamakan fluks
rotor. Interaksi antara kedua fluks inilah yang menyebabkan rotor didalam motor
dapat berputar sendiri. Perlu diingat bahwa pada kondisi awal diasumsikan rotor
sudah diberi gaya luar untuk menggerakkan konduktor pada rotor, karena jika
tidak maka rotor akan diam terhadap fluks pada kumparan stator sehingga tidak
terjadi tegangan ggl pada kumparan rotor, sesuai dengan hukum faraday.
`
Gambar putaran pada rotor akibat fluks. Dimisalkan Rotor
sudah berputar sedikit.
Motor induksi satu fasa ini memiliki 4 jenis berdasarkan bagaimana motor ini
diaktifkan sendiri (self-starting).
Motor induksi jenis ini mempunyai rotor dengan belitan kumparan tiga fasa sama
seperti kumparan stator. Kumparan stator dan rotor juga mempunyai jumlah kutub
yang sama. Penambahan tahanan luar sampai harga tertentu, dapat membuat kopel
mula mencapai harga kopel maksimumnya. Motor induksi dengan rotor
belitan memungkinkan penambahan (pengaturan) tahanan luar. Tahanan luar yang
dapat diatur ini dihubungkan ke rotor melalui cincin (gambar 3.3) selain untuk
menghasilkan kopel mula yang besar, tahanan luar tadi diperlukan untuk membatasi
atus mula yang besar pada saat start. Disamping itu dengan mengubah-ubah tahanan
luar, kecepatan motor dapat diatur.
Rotor Sangkar
Motor induksi jenis ini mempunyai motor dengan kumparan yang terdiri
atas beberapa batang konduktor yang disusun sedemikian rupa hingga mempunyai
sangkar tupai (lihat gambar 3.4) konstruksi rotor seperti ini sangat sederhana bila
dibandingkan dengan rotor mesin listrik lainnya. Dengan demikian harganya pun
murah, kama konstruksinya yang demikian, padanya tidak 'nankin diberikan
pengaturan tahana luar seperti pada motor induksi dengan motor belitan. Untuk
membatasi arus mula yang besar, tegangan sumber harus dikurangi dan biasanya
digunakan ototransformator atau saklar Y A. Tetapi berkurangnya arus akan
berakibat berkurangnya kopel
Rotor Sangkar
Garis-garis gaya fluks dari stator tersebut yang berputar akan memotong
panghantar-panghantar rotor sehingga pada penghantar rotor tersebut timbul Gaya
Gerak Listrik (GGL) atau tegangan induksi.
Berhubung kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup maka pada
kumparan tersebut mengalir arus. Arus yang mengalir pada penghantar rotor yang
berada dalam medan magnet berputar dari stator, maka pada penghantar rotor tersebut
timbul gaya-gaya yang berpasangan dan berlawanan arah, gaya tersebut
menimbulkan torsi yang cenderung memutar rotornya, rotor akan berputar dengan
kecepatan (Nr) mengikuti putaran medan putar stator (Ns).
BAB III
PENUTUP