Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH BAHASA IBU TERHADAP BAHASA INDONESIA PADA

ANAK

Name :SRI HANDAYANI

NPM : 14020230025

Class : B semester IV

EDUCATION AND TEACHER FACULTY

KADIRI ISLAMIC UNIVERSITY

2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sarana komunikasi yang paling penting dalam kehidupan dalam sehari-hari.

Bahasa ibu merupakan Bahasa yang pertama kalinya di pelajari oleh seorang anak yang di ajarkan

langsung oleh keluarga. Bahasa tersebut sangat penting untuk sarana komunikasi antar keluarga

atau lingkungan sekitar. Ketika mereka memasuki bangku sekolah maka anak-anak tersebut

mempelajari Bahasa ke dua yakni Bahasa Indonesia (dwibahasa). Menurut Grosjean terjadi dalam

semua kelas social dan semua kelompok umur hampir di seluruh dunia. Di mulai dari anak-anak

hingga orang tua penguasaan bahasa sangat penting terutama bahasa ibu sebagai bahasa daerah

dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Menurut Person, 2007 Anak-anak di seluruh dunia kebanyakan berbicara dua bahasa dan hanya

sekitar saja dari anak-anak yang memiliki akses untuk berinteraksi dengan lingkungan

dwibahasa yang tidak menjadi dwibahasa. Anak-anak di desa Kerawang berbicara dengan Bahasa

ibu dalam sehari-hari. Bagi mereka berbicara dalam Bahasa Indonesia adalah keanehan karena itu

bukanlah kebiasaan mereka. Bahasa ibu menjadi modal awal untuk belajar bahasa kedua.

Selama ini, penelitian-penelitian tentang anak-anak yang dwibahasa ini, terutama di Amerika

hanya terpusat pada pertanyaan-pertanyaan apakah dwibahasa ini memiliki pengaruh buruk atau

baik terhadap luaran linguistic dan kognitif anak (Hoff dan McCardle, 2006). Bagi anak-anak

dwibahasa seperti di desa kerawang, Lampung pertanyaan-pertanyaan yang relavan ialah yang

berhubungan dengan hakikat pengalaman belajar Bahasa anak-anak yang menguasai dua atau lebih

Bahasa.
penulis mengambil dari fenomena kedwibahasaan dimana seorang anak di desa Kerawang Baru,

Lampung awalnya tidak bisa berbahasa Indonesia hingga ia berusia 12 tahun. Padahal seharusnya

anak-anak seusianya sudah bisa berbahasa minimal Bahasa ibu dan Bahasa nasional.

Hal ini menarik bagi penulis untuk di kaji. Secara linguistic, Bahasa jawa dan Bahasa Indonesia

yang memiliki beberapa perbedaan apakah memungkinkan baginya untuk mudah mempelajari

Bahasa Indonesia atau sebaliknya.

1.2 Rumusan masalah

1. apa yang di maksud dengan dengan Bahasa ibu?

2. mengapa anak tidak dapat berbahasa Indonesia hingga umur 12 tahun?

3. bagaimana pemerolehan Bahasa pertama anak?

4. bagaimana pengaruh Bahasa ibu terhadap Bahasa Indonesia pada anak?

1.3 Tujuan penulisan

1. untuk mengetahui pengertian Bahasa ibu.

2. Untuk mengetahui mengapa anak tidak dapat berbahasa Indonesia hingga umur 12 tahun?

3. Unuk mengetahui bagaimana pemerolehan Bahasa pertama anak?

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Bahasa ibu terhadap Bahasa Indonesia pada anak
BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Bahasa Ibu

KBBI mendefinisikan Bahasa ibu sebagai Bahasa pertama yang diperoleh dan dikuasai seseorang.

Menurut para ahli, Bahasa ibu merupakan dasar cara berpikir seseorang. Menurut bloomfield,

1933, Bahasa yang pertama dipelajari seseorang dalam berbicara adalah Bahasa aslinya (native

language). Gass dan Selingker, 2001, menjelaskan bahwasanya native language adalah istilah yang

digunakan untuk Bahasa pertama yang dipelajari anak. Istilah ini juga dikenal sebagai Bahasa

utama(primary language), dan Bahasa pertama (first language). Bahasa ibu juga digunakan sebagai

acuan pahasa yang paling banyak atau paling sering digunakan seseorang. Istilah ini digunakan

untuk merujuk pada tingkat penguasaan terhadap Bahasa. Istilah Bahasa ibu juga digunakan

dirumah. berdasarkan pengertian tersebut, maka istilah Bahasa didefinisikan sebagai Bahasa yang

digunakan di rumah oleh anak-anak dengan orang tuanya dan diajarkan oleh orang tuanya ketika

dia masih kanak-kanak atau ketika dia sudah bisa berbicara.

2.2 Factor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan Bahasa kedua anak

Pada pemerolehan Bahasa Indonesia oleh Dicky dari desa Kerawang, Lampung sudah menguasai

Bahasa ibu dengan baik dan perkembangan Bahasa Indonesia tidak berjalan seperti anak-anak

pada umumnya. Hal ini karena pemerolehan Bahasa kedua dilakukan secara formal dan juga

intensitasnya sangat jarang. Bahasa Indonesia juga bukan Bahasa sehari-hari Dicky. Dia

menggunakan Bahasa jawa sebagai Bahasa sehari-harinya. Kedua orang tuanya juga kurang

mendukung pemerolehan Bahasa Indonesia tersebut.


Ada beberapa factor yang mempengaruhi pemerolehan Bahasa Indonesia bagi anak

1. Kemampuan Bahasa

Biasanya jika seseorang memutuskan untuk mempelajari Bahasa Indonesia secara formal, dia akan

melalui tes kemampuan Bahasa yang dilakukan oleh lembaga kursus untuk menilai bakat Bahasa

anak tersebut. Tes ini terbukti efektif untuk mengetahui bakat Bahasa siswa.

2. Usia

Sebagian besar masyarakat meyakini bahwa untuk mempelajari Bahasa Indonesia akan

lebih baik dilakukan ketika masih usia anak-anak seperti dalam pernyataan Gass dan Selingker

(2001: 5), anak dapat memperoleh dua bahasa secara simultan di masa kanak-kanak, dan walaupun

sulit menentukan dengan tepat titik awal dan titik akhir periode pemerolehan bahasa kedua anak,

diperkirakan masa itu berkisar antara usia 5 sampai 9 tahun, ketika bahasa utama atau pertama

sudah mantap (settled) dan sebelum adanya pengaruh apapun selama masa kritis pemerolehan

bahasa anak.

Pada buku yang lain, Selingker, Swain dan Dumas (1975) menekankan bahwa hipotesis

interlanguage (inter-bahasa) yang pada mulanya diformulasikan untuk pemerolehan bahasa kedua

orang dewasa dapat diperluas mencakup pemerolehan bahasa kedua yang bersifat nonsimultan

oleh anak-anak (Gass dan Selingker 2001). Selingker dan kawan-kawan membuktikan bahwa

strategi yang digunakan dalam transfer bahasa, penyederhaan dan kesimpulan yang berlebihan

terhadap aturan-aturan bahasa target mempengaruhi kemampuan bahasa kedua anak-anak yang

berusia antara 7 sampai 8 tahun.

3. Strategi yang diguanakan


Penggunaan strategi yang efektif sangat penting agar pembelajaran Bahasa Indonesia dapat

berhasil. Secara umum strategi pemerolehan Bahasa kedua di bagi menjadi dua yakni strategi

belajar dan strategi komunikasi. Strategi belajar adalah strategi yang digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia seperti menonton televisi untuk memahami Bahasa

Indonesia lewat siaran televisi. Sedangkan strategi berkomunikasi adalah strategi yang digunakan

anak dan penutur asli dalam berkomunikasi Bahasa Indonesia.

4. Faktor motivasi

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ada asumsi yang menyatakan bahwa seseorang yang dalam

dirinya ada keinginan, dorongan, atau tujuan yang ingin dicapai dalam Bahasa kedua cenderung

akan lebih berhasil dibanding seseorang yang belajar tanpa dilandasi motivasi. Motivasi memiliki

fungsi intregratif dan instrumental. Intregratif berfungsi jika motivasi itu di pelajari karena

keinginan komunikasi dengan masyarakat penutur Bahasa itu. Instrumental berfungsi jika motivasi

memiliki kemampuan untuk mempelajari Bahasa kedua karena tujuan yang bermanfaat.

5. Lingkungan

Lingkungan merupakan factor eksternal. Lingkungan formal ialah lingkungan belajar yang

memfokuskan aturan Bahasa secara sadar dalam Bahasa target. Terbagi menjadi dua: deduktif dan

induktif.

a. Guru

1. Guru

2. Metode

3. Sumber belajar

b. Lingkungan sekolah
Lingkungan informal ialah segala aktivitas berbahasa yang dilakukan tanpa memberi

penekanan pada penguasaan aturan Bahasa secara sadar.

a. Teman sebaya

b. Orang tua

c. Media

2.3 Proses pemerolehan Bahasa pertama

Perhatian terhadap bagaimana anak memperoleh bahasa dimulai pada aba d ke 7 Masehi ketika

Psammeticus, seorang Firoun (Pharaoh) Mesir, percaya bahwa bahasa dibawa anak dari lahir.

Sekitar 8 ratus tahun kemudian, yaitu pada abad ke 15 Masehi, pendapat ini pun diyakini

kebenarannya oleh raja Scotlandia, King James V, yang melakukan eksperimen seperti yang

dilakukan oleh Pemtiucus. Kata pertama yang diucapkan oleh anak yang dia pisahkan dari

pengaruh bahasa mana pun adalah bahasa Hebrew.

Ada tiga pendekatan teoritis utama yang digunakan para ahli bahasa dalam menjelaskan fenomena

pemerolehan bahasa anak seperti yang diuraikan oleh Fabiz (2002) dalam reviewnya tentang teori-

teori Krashen tentang pemerolehan (L2), yaitu 1) teori kognitif; 2) teori imitasi dan penguatan; 3)

teori alamiah (native)

a. Teori Kognitif

Pendekatan kognitif dikemukakan pertama kalinya oleh Jean Piaget (1896-1980) yang

mengatakan bahwa perkembangan kognitif anak mencakup perubahan dalam proses mental

(cognitive) dan kemampuan (ability). Pada awalnya seorang anak mulai menyadari adanya sebuah

konsep seperti ukuran benda yang berbeda-beda dan kemudian dia akan memperoleh kata-kata dan

pola-pola bahasa untuk menyampaikan konsep tersebut. Anak akan menyampaikan ide-ide yang
sederhana terlebih dulu sebelum ide-ide yang lebih komplek. Namun begitu, teori Peaget ini ada

kelemahannya karena tidak bisa menjelaskan kenapa anak belajar bahasa lebih awal dari belajar

hal-hal yang lainnya.

b. Teori Imitasi dan Penguatan yang positif (Imitation and Positive Reinforcement)

Pendapat ini merupakan pandangan para penganut teori tingkah laku (behaviourist) yang popular

pada tahun 40an sampai 50an. Menurut teori ini, anak-anak belajar bahasa dengan cara meniru

atau mencontoh dan apa yang mereka dengar dari orang dewasa. Penguatan dan perbaikan

terhadap kesalahan yang mereka buat dalam berbahasa juga memainkan peran yang penting dalam

proses pemerolehan bahasa mereka.

Teori ini kemudian dipertanyakan oleh para ahli bahasa lainnya. Menurut mereka adalah tidak

mungkin keseluruhan dari proses pemerolehan bahasa anak didapat melalui imitasi atau

mencontoh. Banyak kalimat yang diucapkan anak yang salah secara tata bahasa yang tidak dia

perdapat dari meniru dari orang dewasa

c. Teori Natif (Nativist Theory)

Teori natif ini bermula dari pendapat Noam Chomsky (dalam Baker 2001) yang mengatakan

bahwa manusia memiliki inbuilt cognitive readiness for language atau kesiapan kognitif

terhadap bahasa. Anak dilengkapi sejak lahir dengan language-acquisition devices (LAD) yaitu

komponen-komponen yang mengandung pengetahuan bawaan tentang aturan-aturan dalam

bahasa. Menurut Chomsky, LAD adalah komponen-komponen abstrak yang memfasilitasi atau

menghamabat anak memperoleh bahasa

Pendapat ini kemudian diperluas Chomsky menjadi sebuah teori yang dikenal dengan Universal

Grammar, yang menyatakan bahwa pada otak semua manusia telah ada sejak lahir seperangkat
prinsip (innate principles) dan parameter-parameter yang bisa disesuaikan (adjustable parameters)

yang memungkinkan anak-anak menangkap struktur bahasa ibunya (mother tongue) setelah

diperkenalkan pada bahasa itu, dan memungkinkan mereka bisa menguasai bahasa ibunya pada

usia 3 tahun.

Dalam proses pemerolehan bahasa dikenal suatu masa yang dinamakan critical period atau periode

kritis (Lenneberg, 1967). Masa kritis ini adalah masa dimana anak harus dikenalkan pada satu

bahasa yang diekspos kepadanya. Masa kritis ini berakhir kira-kira pada akhir masa kanak-kanak

yaitu usia 12 tahun atau mungkin juga masa puber. Lenneberg mengatakan bahwa jika sampai

pada usia ini anak tidak diperkenalkan pada satu bahasa pun, maka dia tidak akan pernah belajar

bahasa secara normal dan fungsional.

Banyak ahli, seperti Grimshaw (1998) yang berpendapat bahwa hipotesis ini sulit untuk

dibuktikan. Menurut mereka, ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses pemerolehan

bahasa anak dan orang dewasa secara berbeda. Mereka berpendapat bahwa anak-anak belajar

bahasa tanpa usaha; kecepatannya dalam memperoleh bahasa kemungkinan disebabkan oleh

karena lingkungannya yang disiapkan sedemikian rupa untuk memberinya kesempatan sesering

dan seoptimal mungkin. Hal ini berbeda dengan orang dewasa yang belajar bahasa dimana pada

tahap awal belajar bahasa, orang dewasa memiliki kesempatan yang bagus untuk mempelajari

kosakata dan tata bahasa namun pengucapannya tidak akan pernah menyamai penutur asli

(Grimshaw, 1998).

2.4 Pengaruh Bahasa ibu terhadap Bahasa Indonesia pada anak

Pemerolehan Bahasa Indonesia merupakan suatu kebutuhan bagi seorang anak. Menurut Indrawati

dan Oktarina, 2005 pemerolehan Bahasa adalah proses pemahaman dan penghasilan Bahasa pada
diri anak melalui beberapa tahap mulai dari meraban sampai fasih berbicara. Penguasaan Bahasa

Indonesia oleh anak dimulai dengan perolehan Bahasa ibu yang baik. Dalam proses anak, yakni

Dicky yang tinggal didesa Kerawang Lampung menunjukkan peningkatan pemahaman yang lebih

baik terhadap Bahasa Indonesia walaupun dalam praktiknya ia masih berkomunikasi

menggunakan campuran Bahasa jawa dan Indonesia. Pada penguasaan Bahasa ibu, ia sudah

mempelajari Bahasa ibu dengan baik. Ketika belajar Bahasa Indonesia di sekolah dan

berkomunikasi dengan teman teman ia mendapat kemudahan dalam memahami Bahasa Indonesia.

Ia juga sering mendengarkan siaran televisi yang banyak menggunakan Bahasa Indonesia.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahasa ibu adalah Bahasa pertama kali yang dikuasai anak. Bahasa tersebut menjadi dasar cara

berpikir yang membantu proses pemahaman Bahasa kedua bagi anak. Ada 2 faktor yang

mempengaruhi pemerolehan Bahasa kedua bagi anak yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor

internal meliputi kemampuan Bahasa, usia, dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi

lingkungan. 3 pendekatan teoritis utama yakni teori kognitif, teori imitasi dan penguatan positif,

dan teori natif. Bahasa ibu yang baik dapat membantu meningkatkan pemahaman yang baik bagi

anak terhadap Bahasa Indonesia yang disertai oleh pembelajaran dengan strategi belajar dan

strategi komunikasi.

3.2 Saran
Seorang anak seharusnya dibekali Bahasa Indonesia sejak usia dini. Sebelum usia 9 tahun

seorang anak seharusnya dapat menguasai 2 bahasa agar ia lebih mudah berkomunikasi

dengan orang lain di lingkungan masyarakat. Pemerolehan Bahasa Indonesia bisa

dilakukan dengan strategi belajar atau strategi komunikasi oleh anak-anak dan penutur

Bahasa.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_ibu

www.artinya.id/2016/03/artinya-bahasa-ibu-berdasarkan-kbbi.html

semestaberpikir.blogspot.com/2011/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

https://tarmizi.wordpress.com/2009/02/04/dampak-bahasa-ibu-b1-dalam-pemerolehan--bahasa/

lieiseducation09.blogspot.com/2013/01/faktor-faktor-pemerolehan-bahasa.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai