Penyakit difteri awalnya menjangkiti empat warga Blok Puhun, Desa Sampih,
Kecamatan Susukan Lebak, Kabupaten Cirebon, pada akhir Desember 2015. Dari
empat warga itu, tiga di antaranya meninggal dunia setelah sempat menjalani
perawatan di RSUD Gunung Jati Cirebon.
''(Dengan ditetapkan sebagai KLB), pengobatan serta perawatan para pasien difteri
yang dirawat di RSUD Gunung Jati, ditanggung Pemkab Cirebon,'' ujar Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Cirebon, M Sofyan, di sela-sela kegiatan imunisasi difteri di
Blok Puhun, Jumat (5/1).
Selain itu, sebagai tindak lanjut penetapan KLB, wilayah Blok Puhun juga diisolasi
untuk mencegah penyebaran penyakit yang mematikan tersebut. Bahkan, orang tua
dan kerabat yang menunggui penderita difteri di rumah sakit juga sementara ini
dilarang pulang.
''Biaya hidup orang tua serta kerabat pasien yang ikut menunggui di rumah sakit, yang
sementara ini dilarang pulang, juga ditanggung Pemkab Cirebon,'' tutur Sofyan.
Dinkes Kabupaten Cirebon pun menurunkan tim untuk melakukan imunisasi terhadap
lebih dari 30 bayi di Blok Puhun, Jumat (5/2). Selain itu, juga dilakukan pembagian
obat antibiotik erythromycin kepada sedikitnya 200 warga.
Status KLB untuk serangan difteri di Kabupaten Cirebon itu mengacu pada Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Selain itu, kriteria tentang
KLB juga mengacu pada Keputusan Dirjen No 451/91 tentang Pedoman Penyelidikan
dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa.
Sementara itu, hingga Jumat (5/2) sore, jumlah pasien difteri yang dirawat di RSUD
Gunung Jati Cirebon sudah bertambah menjadi 17 orang. Hal tersebut memaksa pihak
RSUD Gunungjati menambah ruang isolasi untuk merawat pasien difteri.
Link artikel:
http://m.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/16/02/06/o23r5m330-
penyakit-difteri-di-cirebon-ditetapkan-kejadian-luar-biasa
Senin , 01 Agustus 2016, 16:08 WIB
Adapun empat pasien difteri itu masing-masing berinisial E (11 tahun), warga RT 01
RW 16 Pegambiran Kota Cirebon, S (50 tahun) warga RT 19 RW 03 Susukan,
Kabupaten Cirebon, AM (30 tahun) warga Astana, Gunung Jati, Kabupaten Cirebon
dan Suk (37 tahun) warga Kriyan, Pegambiran, Kota Cirebon.
"Para pasien difteri kami tempatkan di ruang isolasi karena difteri sangat menular,"
ujar Direktur RSUD Gunung Jati Kota Cirebon, Heru Purwanto kepada
Republika.co.id, Senin (1/8).
Heru mengungkapkan, para pasien difteri saat ini sedang ditangani secara intensif.
Mereka juga ditangani oleh dokter spesialis.
"Untuk pasien anak-anak, ditangani dokter spesialis anak. Sedangkan pasien dewasa,
ditangani dokter spesialis penyakit dalam," terang Heru.
Seperti diberitakan, difteri diketahui pertama kali muncul kembali pada awal Februari
2016. Saat itu, tiga orang penderita difteri yang masih satu keluarga asal Kabupaten
Cirebon bahkan meninggal dunia ketika menjalani perawatan di RSUD Gunung Jati
Cirebon.
Penyakit difteri dapat menular melalui percikan ludah dari penderita kepada orang
lain yang sehat. Sedangkan faktor resikonya ditambah dengan pemukiman yang
padat, lingkungan tidak bersih, dan nutrisi yang kurang baik.
Link artikel:
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/08/01/ob842a280-
rsud-gunung-jati-cirebon-kembali-rawat-pasien-difteri
Seorang Anak di Cirebon Kembali
Terserang Difteri
Erika Lia
CIREBON - Difteri kembali menyerang seorang anak asal Kabupaten Cirebon. Mulai
Selasa (15/3/2016) anak tersebut langsung diisolasi di ruang khusus penderita flu
burung RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon. Korban difteri diketahui bernama Bintang
Samani berusia 5,5 tahun, asal Blok Jamban RT 01/02, Desa Karangkendal,
Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon.
Putra pasangan Mustofa dan Faizah ini dibawa ke RSUD Gunung Jati sekitar pukul
04.00 WIB kemarin. Direktur RSUD Gunung Jati, Heru Purwanto memastikan,
Bintang positif difteri setelah melalui pemeriksaan klinis pasca dibawa masuk. Dari
situ, dia kemudian dirawat ke ruang isolasi rumah sakit tersebut pada pukul 09.00
WIB.
Sejauh ini, RSUD Gunung Jati telah menangani setidaknya hampir 20 pasien dari
sejumlah daerah di Wilayah Cirebon. Hingga kini, empat orang diketahui telah
meninggal dunia. Dia meyakinkan, seluruh pasien ditangani sama sesuai prosedur
yang berlaku, mulai dari pemberian antibiotik dan obat-obatan hingga sembuh.
Para pasien sendiri dirawat di ruang isolasi khusus flu burung, yang diklaim Heru,
telah memadai untuk merawat penyakit menular lain seperti difteri.
"Dialami anak-anak yang tak mendapat vaksinasi. Orang dewasa pun bisa terkena, ini
bukan penyakit musiman lho ya," tegasnya. Dia menerangkan, difteri merupakan
penyakit yang disebabkan bakteri dan menyerang bagian saluran pernafasan.
Karena itu dia mengingatkan, imunisasi penting diberikan kepada balita sebagai
upaya protektif dan preventif. Imunisasi harus dilakukan serentak di suatu wilayah
atau kampung. Pasalnya, bila salah satu orang terkena difteri, maka akan mudah dan
cepat menular.
"Penularannya bisa dari kontak langsung, faktor resikonya ditambah dengan
pemukiman yang padat, lingkungan tak bersih, dan nutrisi yang kurang baik.
Kebanyakan menyerang anak-anak," paparnya.
Untuk difteri sedang, biasanya penderita mengalami nyeri pada tenggorokan saat
menelan, terdapat selaput putih di tenggorokan, kemudian demam.
Sementara difteri berat, gejalanya bisa sampai membuat kelenjar getah beningnya
terinfeksi, bahkan gagal nafas akibat pembengkakan di bagian leher.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon menargetkan 95% dari sasaran 185,565
bayi dan balita berusia 0-59 bulan mendapat imunisasi.
Penyakit Difteri yang saat ini menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di Cirebon,
adalah suatu penyakit pada selaput lendir hidung dan tenggorokan yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Jabar Mengungkapkan, sebenarnya
penyakit menular ini bisa dicegah melalui imunisasi dan peningkatan
dayatahan tubuh.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan
Kabupaten Cirebon Neneng Hasanah, Selasa, mengatakan, imunisasi yang
dilakukan rutin dan kekebalan tubuh dapat mencegah penyakit
menular. Diptheri bisa dicegah melalui imunisasi ketika balita sampai masa
tumbuh anak-anak," katanya.
Ia menuturkan, jika seseorang itu sudah mengikuti imunisasi, maka daya tubuh
mereka akan ada yang menjaga.
Untuk itu, pihaknya menganjurkan kepada seluruh masyarakat tidak boleh ragu
dengan membawa anaknya untuk imunisasi karena sangat penting bagi
kekebalan tubuh.
"Jangan sampai takut imunisasi, karena imunisasi sangat dibutuhkan, agar daya
tubuh bisa kuat serta menyegah dari penyakit yang membahayakan," tuturnya.
Kasus yang menimpa tiga warga kabupaten yang terkena diptheri, karena
meraka kurang memperdulikan imunisasi, padahal imunisasi itu penting.
Dari data yang diperoleh oleh pihak Dinkes menyebutkan, untuk daerah yang
warganya terkena diptheri, partisipasi mereka dengan imunisasi itu sangat
kurang dan itu dibawah angka 85 persen yang disarankan.
"Partisipasi warga yang terkena diptheri sangat minim, dimana satu dusun
disitu tingkat partisipasinya rendah," ungkapnya.
Untuk itu pihaknya sedang gencar memantau satu daerah yaitu di Desa Sampih
Kecamatan Susukan Lebak Kabupaten Cirebon, yang warganya terkena
diptheri.