Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sejumlah invertebrata tidak mempunyai organ khusus untuk sekresi hormon sehingga sekresinya
dilaksanakan oleh sel neurosekretori. Sel neurosekretori ini merupakan suber hormon utama pada
invertebrata. Sel ini dapat ditemukan pada semua Metazoa (hewan bersel banyak) antara lain:
Coelenterata, Platihelmintes, Annelida, Nematoda, Moluska.
BAB I PENDAHULUAN
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ
agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi bekerja untuk menerima rangsangan,
mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan tadi. Setiap
rangsangan-rangsangan yang diterima melalui indra, akan diolah di otak. Kemudian otak
akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan. Setiap aktivitas yang
terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks merupakan hasil
koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh. Sistem koordinasi
pada hewan meliputi sistem saraf beserta indra dan sistem endokrin (hormon). Sistem saraf
yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin kompleks
sistem sarafnya.
Sistem saraf dan sistem endokrin bekerja sama dan berinteraksi dalam mengatur
fungsi-fungsi internal tubuh dan perilaku. Adapun alat indra merupakan reseptor rangsang
dari luar. Namun meskipun terdapat hubungan antara struktur dan fungsi, sistem saraf dan
sistem endokrin sedikit berbeda mengenai pengaturan waktunya dalam menjalankan fungsi
koordinasi. Sebagai contoh, dengan kerumitan strukturnya, saraf dikhususkan untuk transmisi
impuls dengan cepat (sekitar 150m/detik) dan akibatnya, informasi dapat merambat dari otak
manusia ke alat pengindraan atau sebaliknya hanya dalam tempo beberapa milidetik.
Sebaliknya, sistem endokrin memerlukan waktu beberapa menit, jam, atau bahkan hari untuk
bekerja. Hal ini dikarenakan dibutuhkannnya waktu untuk sintesis dan pengangkutan hormon
dalam darah ke organ targetnya.
Agar dapat bertahan hidup dan berkembang biak, hewan harus merespon dengan
cepat dan tepat serta beradaptasi terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, secara garis besar
di dalam makalah ini, penulis akan membahas bagaimana sistem saraf memerantarai interaksi
hewan dengan lingkungannya seraya bekerja sama dengan sistem endokrin dan melihat
bagaimana kerja alat indra yang merupakan reseptor rangsang eksternal.
I.2 Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa masalah yang
dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian sistem saraf?
2. Bagaimanakah sistem saraf pada hewan invertebrata dan hewan vertebrata?
3. Apa pengertian dari sistem endokrin?
4. Bagaimanakah sistem endokrin pada hewan invertebrata dan hewan vertebrata?
5. Apa pengertian dari sistem indra dan bagaimanakah klasifikasi sistem indra pada hewan?
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Sistem saraf pada hewan terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas sel-sel saraf yang
saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris indrawi, aktivitas motorik volunteer
dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan homeostasis berbagai proses fisiologis tubuh.
Sistem saraf merupakan jaringan paling rumit dan paling penting karena terdiri dari jutaan sel
saraf (neuron)yang saling terhubung.
Adapun komponen-komponen yang umumnya dapat ditemukan pada sistem saraf
hewan yaitu otak, serabut saraf, pleksus, dan ganglia. Serabut saraf merupakan kumpulan
akson dari jumlah sel saraf, baik sejenis maupun tidak. Contoh serabut saraf sejenis adalah
serabut aferan dan serabut eferen. Serabut campuran terdiri atas sejumlah akson dan sel saraf
motorik dan sensorik. Adapun pleksus ialah ialah jaringan serabut saraf yang tidak teratur.
Pleksus terkadang dapat ditemukan adanya badan sel saraf. Pleksus dapat ditemukan pada
coelenterata, stenopara, dan khemikordata. Pada jenis hewan tersebut, pleksus biasanya
berfungsi sebagai sistem sistem saraf pusat. Komponen lainnya yakni ganglia, yaitu
kumpulan sel saraf berbentuk nodul (bulat atau membulat dan memiliki batas yang jelas),
dilapisi jaringan konektif, dan mempunyai badan sel saraf serta serabut saraf. Berikut ini
akan dijelaskan mengenai klasifikasi sistem saraf pada hewan tingkat rendah (invertebrata)
hingga tingkat tinggi (vertebrata).
Sistem saraf pada Echinodermata masih merupakan sistem saraf primitif. Meskipun
sel-sel saraf tersusun dalam bentuk cincin saraf sekeliling rongga mulut dan mempunyai
cabang ke tiap lengan, tetapi susunan saraf didalamnya masih diffus seperti jala dan belum
ada pengelompokan dalam ganglion. Sel-sel saraf berhubungan (innervasi) dengan kaki
pembuluh, duri dan lain-lain.
Meskipun sistem saraf Echinodermata masih diffus seperti pada Coelenterata, namun
sistem sarafnya sudah mempunyai struktur tertentu dan fungsinya sudah lebih maju. Terdapat
sel saraf motorik, sel saraf sensorik dan telah ada refleks. Misalnya pada bintang laut,
terdapat cincin saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada
sisi ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf radial berakhir
sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh.
3. Sistem Saraf pada Platyhelminthes
Platyhelminthes sudah memiliki sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sel-sel saraf
pada cacing pipih terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion dengan dua lobus di bagian muka
yang disebut dengan ganglion kepala atau otak primitif. Dari ganglion kepala terdapat dua tali
saraf memanjang ke belakang tubuhnya membentuk seperti tangga. Karena itu disebut saraf
tangga tali. Sistem saraf tepi terdiri atas saraf-saraf yang tersusun secara transversal atau
melintang yang menghubungkan tali saraf dengan saraf-saraf yang lebih kecil yang terletak
tersebar di semua bagian tubuh. Ganglion kepala mempunyai peran sebagai pusat sensoris
yang menerima impuls dari titik mata dan reseptor lainnya pada kepala. Ganglion kepala
tidak mempunyai peran untuk mengkoordinasi aktifitas otot.
Sistem saraf pada arthropoda mempunyai struktur bilateral seperti pada cacing tanah.
Perkembangan yang kompleks pada otak arthropoda sangat berbeda dari spesies ke spesies.
Namun pada dasarnya mempunyai tiga bagian yaitu protoserebrum, deuteroserebrum dan
tritoserebrum. Pada arthropoda otak merupakan stasiun relay sensorik dan mempunyai
pengaruh untuk mengontrol ganglia segmental yang lebih rendah seperti pada toraks dan
abdomen. Ganglia segmental pada hewan ini merupakan pusat refleks lokal. Laba-laba
mempunyai ganglion-ganglion ventral bersatu dengan ganglion dorsal, dan membentuk
sebuah massa saraf yang ditembus oleh esofagus dan mengeluarkan banyak cabang. Ganglion
dorsal itu sering disebut otak. Alat perasa yang pokok berupa 8 buah mata sederhana.
Vertebrata mempunyai sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Susunan sistem saraf
pusat berupa otak dan susunan tulang belakang. Adapun susunan saraf tepi merupakan
benang-benang saraf penghubung antara susunan saraf pusat dan bagian-bagian tubuhnya.
Otaknya terdiri dari empat bagian, yaitu otak besar, otak kecil, otak tengah dan sumsum
pengubung atau sumsum lanjutan. Ukuran bagian otak vertebrata bervariasi karena
pertumbuhan setiap bagian otak antara jenis yang satu berbeda dengan jenis lainnya. Berikut
ini klafikasi sistem saraf pada hewan vertebrata.
Ikan (pisces) mempunyai susunan pusat saraf berupa otak dan sumsum tulang belakang
otak terdiri atas 3 bagian, yaitu otak besar, otak kecil dan otak tengah. Saraf yang
berkembang baik adalah saraf yang berasal dari indra penglihatan. Pada beberapa jenis ikan
misalnya ikan hiu, saraf pembau juga berkembang dengan baik. Dengan demikian, hiu dapat
mencium dar'ah mangsa yang terluka, walaupun jaraknya agak jauh. Otak kecil ikan
berukuran lebih besar daripada ukuran otak besarnya. Pusat koordinasi otot ikan dan pusat
keseimbangan terletak pada otak kecil.
2. Sistem Saraf pada Amphibia
Contoh hewan Amphibia dalah katak. Pada katak yang paling berkembang adalah
penglihatannya oleh karena itu bagian otak secara keseluruhan hanya berbentuk memanjang
sebab bagian otak kecilnya tidak begitu berkembang. Sistem saraf pada katak terdiri atas dua
bagian yaitu sistem saraf yang berupa otak dan sumsum tulang belakang. Bagian otak
amphibia tersusun secara memanjang. Sistem saraf amphibi disesuaikan dengan tempat
hidupnya, dilingkungan darat dan lingkungan air. Otak tengah Amphibia yang tumbuh
menggelembung menjadi pusat penglihatan, sedangkan otak kecilnya tidak berkembang
dengan baik.
Sistem endokrin disebut juga sistem kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak
mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Kelenjar-kelenjar endokrin
dimasukkan ke dalam suatu sistem karena getah (sekret) dari satu kelenjar endokrin dapat
mempengaruhi kelenjar endokrin lainnya. Kelenjar endokrin berasal dari jaringan epitel,
hanya pada proses pembentukannya pada kelenjar endokrin sel-sel yang berdiferensiasi
menjadi kelenjar terlepas dari jaringan epitel induknya, sehingga tidak mempunyai saluran
pelepasan, karena itu disebut kelenjar buntu.
Getah yang dihasilkan kelenjar endokrin disebut hormon, yang didistribusikan melalui
sistem peredaran. Hormon berasal dari kata hormaein yang artinya membangkitkan.
Hormon berperan dalam mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas
pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh.
Dalam beberapa hal sistem endokrin bekerjasama dengan sistem saraf untuk pengaturan
terhadap fungsi organ-organ tubuh. Bedanya sistem saraf bekerja lebih cepat dibandingkan
dengan cara kerja sistem hormonal yang lebih lambat, namun berkesinambungan.
Sejumlah hewan invertebrata tidak mempunyai organ khusus untuk sekresi hormon
sehingga sekresinya dilaksanakan oleh sel neurosekretori, yang merupakaan sumber hormon
pada invertebrata. Pada Coelenterata dan annelida tidak terdapat kelenjar endokrin tapi
mekanisme neurosekresi mengatur pertumbuhan dan reproduksi. Demikian juga pada cacing
pipih dan nematoda hanya mempunyai mekanisme neurosekresi. Hewan rendah yang
mempunyai kelenjar endokrin ialah Cephalopoda, Arthropoda dan hewan yang lebih
kompleks lainya.
1. Coelenterata
Contoh hewan coelenterata ialah Hydra s.p. yang mempunyai sejumlah sel yang dapat
menghasilkan senyawa kimia yang berperan dalam proses reproduksi, pertumbuhan, dan
regenerasi. Apabila kepala Hydra dipotong, sisa tubuhnya akan mengeluarkan molekul
peptida yang disebut aktivator kepala. Zat tersebut akan menyebabkan sisa tubuh Hydra
dapat embentuk mulut dan tentakel, dan selanjutnya membentuk daerah kepala.
2. Platyhelminthes
Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan penting dalam proses regenerasi.
Hormon yang dihasilkan tersebut juga terlibat dalam regulasi osmotic, ionic, dan dalam
proses reproduksi.
3. Nematoda
Hewan ini dapat mengalami ganti kulit hingga empat kali dalam siklus hidupnya, serta
mempunyai struktur khusus yang berfungsi untuk sekresi neurohormon yang berkaitan erat
dengan sistem saraf. Struktur khusus tersebut terdapat pada ganglion di daerah kepala dan
beberapa pada daerah korda saraf.
4. Annelida
Sel-sel neurosekresi pada annelida terdapat pada ganglion supraoesofagus, ganglion
suboesufagus dan ganglion ventral. Cacing polychaeta dewasa dapat mengalami epitoki
yakni perubahan sejumlah ruas tubuh menjadi struktur reproduktif. Epitoki ini dikendalikan
oleh sistem neuroendokrin. Hormon yang dilepaskan akan menghambat epitoki sehingga
epitoki akan berlangsung ketika kadar hormon tersebut sangat rendah. Adapun neuro hormon
pada cacing tanah (Oligochaeta) banyak diselidiki peran neurohormon pada annelida ialah
dalam fungsi:
Tumbuh dan regenerasi
Transformasi somatik berkenaan dengan reproduksi
Pemotongan ganda dan perkembangan seksual
Menentukan ciri-ciri kelamin luar (sekunder)
Penyembuhan luka
5. Mollusca
Sel neurosekresi terdapat pada ganglion otak mollusca. Pada mollusca terdapat pula kelenjar
endokrin seperti pada vertebrata. Kelenjar tersebut misalnya kelenjar optik pada Octopus.
Pada sejenis siput jika tentakel dibuang hasilnya pembentukan telur pada ovotestis dipercepat.
Jika ekstrak tentakel disuntikkan merangsang produksi sperma. Ekstrak ganglion otak
merangsang produksi telur. Dari contoh diatas menunjukkan bahwa baik otak maupun
tentakel berisi sel-sel neurosekresi yang menghasilkan hormon (neurohormon). Neurohormon
dari tentakel merangsang produksi sperma sedang dari otak merangsang perkembangan telur.
Pada octopus proses kedewasaan juga diatur oleh sel-sel neurosekresi yang mempengaruhi
pertumbuhan ovarium dan testes. Jadi hubungan ganglion otak-kelenjar optikgonade pada
octopus sama seperti hubungan hipotalamus-hipofisisgonade pada vertebrata.
6. Arthropoda
Pada kelas Crustaceae memiliki sejumlah sel kecil sel endokrin klasik, yaitu organ Y dan
kelenjar mandibula. Organ Y merupakan sepasang kelenjar yang terletak di daerah toraks
tepatnya pada ruas maksila atau antena. Hormon Y mempengaruhi proses molting. Kelenjar
mandibula terletak di dekat organ Y memiliki fungsi endokrin juga. Crustaceae juga
memiliki kelenjar androgenic yang berperan dalam perkembangan testis dan produksi sperma.
Adapun pada Insecta Terdapat 3 kelompok sel neuroendokrin yang utama, yaitu.
a. Sel neurosekretori medialis: memiliki akson yang membentang hingga ke korpora kardiaka,
yakni sepasang orggan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan pelepasan
neurohormon,
b. Sel neurosekretori lateralis: memiliki akson yang membentang hingga ke korpora kardiaka,
c. Sel neurosekretori subesofageal: terdapat di bawah kerongkongan dan memiliki akson yang
membentang ke korpora alata yang merupakan organ endokrin klasik.
Ketiganya berfungsi untuk mengendalikan berbagai aktivitas pertumbuhan dan
pengelupasan rangka luar (kulit luar).
Hipotalamus dan pituitari merupakan organ endokrin pusat yang dimiliki hewan
vertebrata. Hipotalamus merupakan bagian otak vertebrata yang terletak di bawah talamus
dan berperan dalam mempertemukan sistem saraf dan endokrin. Talamus adalah kumpulan
sel syaraf yang terletak di bagian tengah otak vertebrata. Hipotalamus berfungsi untuk
mengendalikan kelenjar pituitari, sementara pituitari juga berfungsi mengendalikan kelenjar
endokrin lainnya. Oleh karena itu hipotalamus disebut sebagai kelenjar induk. Hormon yang
dikeluarkan oleh hipotalamus akan dibawa ke pituitari ada dua jenis hormon dari hipotalamus
yaitu hormon yang dilepaskan ke pituitari depan dan hormon yang dilepas ke pituitari
belakang. Hormon yang dilepas ke pituitari belakang akan dilepas melalui akson plasma yang
membentang dari hipotalamus hingga ke bagian tersebut .
Kelenjar pituitari belakang disebut daerah neurondokrinal karena pada daerah ini
banyak ditemukan juluran saraf dari sel neurosekretori, yang badan selnya terletak di
hipotalamus. Oleh karena itu pituitari belakang disebut juga neurohipofisis. Dari
neurohipofisis hormon dari hipotalamus akan langsung dilepas ke sirkulasi melalui ujung
akson. Hormon hipotalamus yang dilepas di pituitari belakang ialah hormon ADH dan
oksitosin. ADH sangat penting untuk mengendalikan penyerapan air di saluran ginjal
sedangkan oksitosin berperan merangsang kontraksi otot polos pada dinding rahim dan
kelenjar susu. ADH dan oksitosin merupakan hormon dari golongan peptida.
Pada semua vertebrata dapat ditemukan peptida yang memiliki efek hayati serupa
dengan ADH dan oksitosin tetapi susunan asam aminonya berbeda. Hormon penting lain
yang dikeluarkan oleh hipotalamu yaitu hormon pelepas ( releasing hormon, RH ) dan
hormon penghambat (Release inhibiting hormon, RIH . Kedua jenis hormon tersebut dilepas
dari ujung akson sel neurosekretori di hipotalamus ke kapiler darah di dekatnya. Dari
hipotalamus, RH, RIH dibawa oleh darah ke pituitari depan yang juga disebut adenohipofisis.
RH bekerja untuk mempengaruhi pelepasan hormon dari pituitari depan.
Contoh hewan vertebrata adalah katak (Amphibia) dan burung (aves). Berikut akan
dijeaskan sistem endokrin pada Amphibia dan aves.
Kelenjar endokrin terdiri atas glandulae pituitaria atau hypophysa terletak di dasar
otak pada ujung infundibulum, glandulae thyroidea yang terletak di bawah pena jugularis
dekat cabang arteri subclavia dan arteri carotis. Glandulae pancreatucus menghasilkan
hormon insulin. Glandulae sub renalis atau glandula andrenalis terletak pada permukaan
ventral dan Ren, Glandulae sexualis menghasilkan hormon yang mempengaruhi tanda
kelamin sekunder terutama terletak pada warna bulu.
Sistem indra merupakan bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi
indra. Di dalam sistem indra, terdapat reseptor indra, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut
serta dalam tanggapan indra. Umumnya, sistem indra yang dikenal adalah penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba.
A. Sistem Indra Hewan Invertebrata
Sistem indra invetebrata masih sangat sederhana. Berikut ini dijelaskan sistem indra
protozoa. Coelenterata, Molusca, cacing pipih, cacing tanah dan serangga.
1. Sistem Indra pada Hewan bersel Satu (Protozoa)
Pada umumnya tidak memiliki indra, tetapi peka terhadap rangsangan cahaya. Bila ada
cahaya kuat, amoeba dan paramaecium akan menjauh. Englena hanya memiliki alat
menerima rangsang cahaya berupa bintik mata berwarna merah didekat flagelnya. Bila ada
cahaya tersebut.
Berdasarkan pembahasan dari rumusan masalah yang telah dijelaskan pada Bab II
Tinjauan Pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas
tubuh.
2. Sistem saraf pada hewan invertebrata dan vertebrata memiliki perbedaan. Tidak semua
invertebrata memiliki sistem saraf misalnya protozoa dan porifera, namun setiap sel
penyusun tubuhnya mampu mengadakan reaksi terhadap stimulus yang diterima. Adapun
invertebrata yang lebih kompleks telah memiliki sistem saraf tetapi lebih sederhana
dibandingkan sistem saraf vertebrata yang telah memiliki sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi.
3. Sistem endokrin (sistem hormon) merupakan suatu senyawa kimiawi yang berperan dalam
mengatur berbagai aktivitas internal hewan yang bekerjasama dengan sistem saraf untuk
pengaturan terhadap fungsi organ-organ tubuh.
4. Sistem endokrin pada vertebrata dapat dibedakan menjadi 3 kelompok kelenjar utama yaitu
hipotalamus, hipofisis atau pituitari, dan kelenjar endokrin tepi. Berbeda dengan vertebrata,
sejumlah hewan invertebrata tidak mempunyai organ khusus untuk sekresi hormon sehingga
sekresinya dilaksanakan oleh sel neurosekretori, yang merupakaan sumber hormon pada
invertebrata.
5. Sistem indera merupakan bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi
indra. Di dalam sistem indra, terdapat reseptor indra, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut
serta dalam tanggapan indra. Pada hewan invertebrata seperti, coelenterata menggunakan
tentakel sebagai alat peraba dan pada cacing tanah memiliki indra yang berada dipermukaan
tubuhnya dan peka terhadap rangsangan. Akan tetapi, tidak semua makhluk hidup memiliki
alat indra. Contohnya pada hewan invetebrata seperti protozoa, tidak memiliki indra, akan
tetapi peka terhadap rangsangan. Adapun veterbrata memiliki sistem indra yang lebih
berkembang dari hewan invetebrata. Hewan- hewan ini menggunakan mata untuk melihat,
hidung yang berfungsi sebagai indra pencium, tangan atau kulit sebagai indra peraba dan
telinga yang berfungsi sebagai indra pendengar.