Bab I, Ii, Ii
Bab I, Ii, Ii
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini, sebagai berikut.
1. Jelaskanlah analisis komponen kalimat!
2. Bagaimanakah tanda dan pembatasan pemilihan pada kalimat?
3. Jelaskanlah struktur batin, struktur laghir, dan struktur transformasi dalam sebuah
kalimat!
C. Tujuan
Adapun tujuan penulis dalam pembutan makalah ini, sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui cara menganalisis komponen kalimat.
2. Untuk mengetahui tanda dan pembatasan pemilihan pada kalimat!
3. Untuk mengetahui struktur batin, struktur laghir, dan struktur transformasi dalam
sebuah kalimat.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai penulis dalam pembuatan makalah, sebagai
berikut:
1. Bagi Penulis
1
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam upaya meningkatkan pe-
ngetahuan dan wawasan penulis dalam pembelajaran Analisis Bahasa.
2. Bagi Pengajar
Kami berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi
pengembangan pembelajaran pada mata kuliah Analisis Bahasa.
3. Bagi Pelajar
Kami berharap makalah ini dapat meningkatkan keterampilan dalam pem-
belajaran yang menyenangkan dan minat dalam belajar.
BAB II
PEMBAHSAN
ANALISIS KOMPONEN DAN STRUKTUR
KETATABAHASAAN
2
orang sarjana dari Masachusetts Institute of Rechnology, yaitu Roman Jakobson, C.
Gunnar M. Fant, dan Morris Halle menerbitkan hasil penelitian mereka tentang bunyi -
bunyi bahasa, dan gagasan mereka tentang ciri-ciri perbedaan di dalam bahasa.
Bunyi-bunyi bahasa yang membedakan , yaitu fonem-fonem, akan jauh lebih
sederhana dan hemat, bila dianalisis sebagai ciri-ciri pembedaan. Ketiga sarjana itu
membicarakan bunyi secara akustik dan juga fisiologis serta memakai istilah-istilah
akustik/fisiologisyang diperkenalkan ke dalam ilmu bahasa secara fisiologis.
Bunyi-bunyi bahasa dapat dipecah-pecah menjadi ciri-ciri diturunkan dari
komponen-komponen kebunyian atau kebunyi-bahasaan. fonem /p/ komponen-komponen
<bilabial>, <hambat>, <tansuara>, fonem /b/ sebagai <bilabial>, <hambat>, dan
<bersuara>, fonem /t/ <dental>, <hambat>, dan <tansuara>. Jika kita bandingkan bunyi-
bunyi /p/ dan /b/, perbedaan hanyalah pada komponen <tansuara> dan <bersuara> saja,
sedangkan antara /p/ dan /t/ hanya pada komponen-komponen <bilabial> dan <dental>.
Tetapi /b/ dan /t/ perbedaan <bilabial> vs <dental> dan <bersuara> vs <tansuara>.
Berdasarkan analisis disusun suatu sistem disebut oposisi dua-dua binary opposition,
sehingga terdapatlah fonem-fonem, ciri-ciri yangf menandainya bilabial, <+bilabial>,
bukan , <-bilabial>, menunjukkan adanya ciri itu, tanda /-/ menunjukan tak ada ciri itu.
Jakobson cs memakai istilah akustik di dalam mempertentangkan fonem-fonem
/p, b, t, d, m/ dan /t, d, n/ dan /k, g, n/ ciri-ciri yang disebut dalam bahasa Inggris
compact. Jadi /p, b, t, d, m, n/ <-compact>, /k, g, n/ <+compact>.
Gagasan seperti di atas dipakai oleh ahli-ahli tatabahasa untuk menandai juga
kata-kata, yang dianalisisnya menjadi sekelompok-sekelompok, ciri-ciri, bersifat
semantic dan gramatikal.
1. Analisis Komponen
Samsuri (1994:276) menyatakan, tatabahasawan mempergunakan penandaan
ciri-ciri yang merupakan analisis komponen-komponen daripada kata-kata, untuk
menerangkan mengapa kalimat tertentu itu ramatikal, sedangkan urutan tertentu tidak.
Kita dapat menerima kalimat seperti:
(72) a. Anak itu membaca buku.
sebagai gramatikal, tetapi tidak dapat menerima urutan-urutan berikut:
b. *Anjing itu membaca buku.
c. *Anak itu membaca kursi.
d. *Anjing itu membaca kursi.
3
Berdasarkan analisis di atas kita periksa ciri-ciri pada kata-kata anak,
membaca buku, yang merupakan persesuaian, dan pada anjing, dan kursi yang tidak
merupakan persesuaian, sehingga urutan-urutan (72, b, c, d,) di atas itu tidak
gramatikal. Mengapa bila obyek itu dihilangkan (72, a) tetap gramatikal, (72, b) dan
(72, d) tetap tidak gramatikal, sedangkan (72, c) lalu menjadi gramatikal. Ada
hubungan sesuai antara anak dan membaca, sedangkan tidaklah antara anjing dan
membaca. Komponen apa yang tidak terdapat pada anjing tetapi pada terdapat pada
anak? Keduanya adalah kata-benda, keduanya dapat dikatakan hidup. Ternyata ada
komponen yang membedakan, yaitu anak bersifat insani sedangkan tidak demikian
dengan anjing. Ciri insani sebagai ciri untuk pembedaan kedua kata itu. membaca
merupakan kegiatan khas bagi manusia tidak pada kata-benda yang lain maka
membaca dapat dianggap mempunyai ciri insan. Demikian komponen insan
menjadi ciri pada anak dan juga membaca sehingga terdapat persesuaian antara anak
dan membaca. Untuk menandai ciri-ciri itu tatabahasawan memakai cara kaum
fonologi. Untuk kedua kata itu dapat kiranya dinyatakan sebagai berikut:
Seperti yang terlihat di atas ini hanya dua ciri saja pada masing-masing kata
itu dinyatakan, karena kedua ciri itu yang diperlukan, yaitu anak ditandai denganciri-
ciri benda (yang dinyatakan dengan B) dan insan, sedangkan membaca sebagai
kata-kerja ditandai dengan ciri kerja (yang dinyatakan dengan KE) dan insan
juga.
b. anjing: anjing membaca: membaca
<+B> <+KE>
<+hidup> <+insan>
Pada anjing di atas ini terdapat ciri-ciri benda, hidup, tetapi tidak terdapat
ciri insan. Ciri hidup mesti kita sertakan, karena bukan isan dapat mempunyi
ciri hidup, seperti pada binatang-binatang, tetapi juga ciri :tidak hidup, seperti
yang terdapat pada benda-benda mati, seperti kursi, yang dapat dinyatakan sebagai
berikut.
4
c. kursi: kursi
<+B>
<-insan>
<-hidup>
Pada anak ciri hidup tidak perlu kita masukkan, karena insan telah
merangkum pula sifat hidup, dan hal ini mestilah dinyatakan oleh alah satu kaidah.
(Samsuri:1994:278).
Sekarang sampai kita kepada analisis komponen-komponen yang menjadi ciri-ciri
kata-kata membaca, buku, dan kursi, setalah diselidiki terdapat sebuah ciri tulisan
pada membaca yang juga terdapat pada kata buku namun, tidak pada kata kursi
sehingga antara membaca dan buku terdapat persesuaian, sedangkan tidaklah
demikian antara membaca dengan kursi. Ketiga itu dapat dinyatakan dengan
bersamaan dengan ciri-cirinya sebagai berikut:
(74) a. membaca: membaca buku: buku
<+KE> <+B>
<+transitif> <+umum>
<+insan> <+tulisan>
<+tulisan>
kursi: kursi
<+B>
<+umum>
<-tulisan> (Samsuri, 1994:278).
Kata-kata benda dapat kongkrit, [+kongkrit], seperti rumah, celana, kucing, dls,;
atau abstrak, [kongkrit], seperti penyakit, demokrasi, politik, dls,; atau ketakutan, atau
bersifat nama, [-umun], seperti Malang, Ahmad, atau Brantas. Dengan ciri-ciri ini
kami berikan di bawah ini beberapa contoh kata-benda bersama ciri-cirinya.
b. Warung: warung
<+B>
<+umum>
<+kongkrit>
<-hidup>
Agama: agama
<+B>
<+umum>
<-kongkrit>
Dukun: dukun
<+B>
5
<+umum>
<+kongkrit>
<+insan>
Lembang: Lembang
<+B>
<-umum>
<+kongkrit>
<+hidup> (Samsuri, 1994:279).
Di samping ciri-ciri yang bersifat umum di atas, dapat pula ciri-ciri khusus
diberikan bagi kata-kata tertentu sifatnya, dan untuk membedakannya dari kata-kata
lain, seperti yang kami sebutkan di atas yaitu sifat tulisan pada buku, majalah,
sajak, roman, dls. Sudah barang tentu banyak sekali ciri-ciri yang dapat menandai
kata-kata, tetapi kiranya cukup seperti di atas itu sebagai contoh. (Smsuri, 1994:280)
GB GK
B PEN B GB
6
B PEN
<+B> <+B>
<+umum> <+umum>
<+kongkrit> <+kongkrit>
<+insan> <-hidup>
Tanda - tanda Rumit menjelaskan kata-benda yang dapat berdiri sendiri di bawah
B, missal, kata-benda guru dapat berdiri di bawah B sebelah kiri, tidak sebelah kanan.
Kata guru mempunyai ciri <+insane> yang sesuai dengan penandaan dalam Tanda
Rumit pada B sebelah kiri, tetapi bertentangan dengan penandaan dalam Tanda Rumit
pada B di sebelah kanan.
Jikaa B ebelah kiri maupun sebelah kanan telah ditentukan seperti (77) it,
tiggallah memilih KE yang sesui dengan B di sebelah kiri maupun yang di sebelah
kanan. Kaidah yang perlu dipakai untuk memilik KE itu ialah kaidah, seperti berikut:
kn
TR/BB (78) KE ---.>
Kaidah di atas terlihat hebat, tetapi sebenarnya sederhana, yaitu bahwa kata-kerja
itu ialah tanda rumit dengan mengutip ciri-ciri B di sebelah kiri yang mendahuluinya,
dan ciri-ciri B di sebelah kanan yang mengikutinya, kecuali ciri {+B} sendiri,
sehingga aka berbentuk.
K
GB GK
B PEN KE GB
B PEN
79. (Samsuri,1994:283)
7
Bila ditetukan penanda gatra dengan tanda-tanda rumitnya dan kata-kata yang
terdapat padda perbendaharaan kata seperti:
(80) a. Guru : <+B, . . . penanda sintaksis lain>;<+unun, kongkrit, insan,
. . . penanda semantis yang lain>
GB GK
B PEN KE GB
B PEN
82.. (Samsuri,1994:284)
8
Apa yang kita liht di atas ini, (82), ialah apa yang disebut dengan tatabahasa
transformasi-generatif struktur batin, yang akan kita bicarakan di bawh ini bersama
struktur lahir dan alat untuk mengubah yang pertama menjadi yang kedua.
transformasi
STRUKTUR BATIN STRUKTUR LAHIR
Agaknya jelas bahwa kalimat-kalimat (84, a, b, c-i) di atas itu adalah kalimat-
kalimat dasar, yang dihasilkan oleh kaidah-kaidah gatra, dan seperti diterangkan pada
23.2 adalah struktur batin. Bila kalimat-kalimat itu, kita bandingkan dengan bagian
pertma kalimat-kalimat (84) (a-ii, b-ii, dan c-iii), agaknya pasngan-pasangan itu
mudah dilihat hubungan strukturnya, dan mempunyai pengertian yng sama,
perbedannya ialah bahwa pasanga-paangan yang kedua adalah struktur yang dipakai
di dalam komunikasi, yang disebut struktur lahir, sedangkan kalimat-kalimat yang
menjadi pasangan pertama, yaitu (84, a, b, c-i), merupakan dasar dari bagian
keduaitu. Perubahan bentuk yang dihasilkan proses transformasi itu, dapat dinyatakan
sebagai berikut:
9
Pada kalimat (84, a) terjadi sebuah transformasi, yaitu yang dapat disebut
Transforsi Atributif:
Dasar : Dokter itu sabar.
Transformasi Atributif: Dokter yang sabar itu .....
Dasar : Ia membaca buku itu.
Transformasi Pasif : Buku itu dibacanya.
Transformasi Temporal : Setelah buku itu dibacanya .....
Tramsformasi Penghapusan : Setelah dibacanya .....
KOMPONEN DASAR
Kaidah Gatra Leksikon
Kaidah Pengisian Kata
Struktur Batin
10
Kaidah Seperangkat Transformasi Penanda Gatra
Proyeksi Penanda
Semantik
Struktur Lahir
Jalur Gabungan
Komponen Fonologi
Penyajian Semantik
Urutan Bunyi
(Samsuri, 1994:287)
11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
13