Anda di halaman 1dari 18

Analisis Pengaruh Serbuk Ban Bekas terhadap Reologi dan Morfologi

Aspal Modifikasi

Muhammad Imaduddin, Heddy R. Agah, Ellen S.W. Tangkudung


Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia
E-mail: m.imaduddin91@gmail.com, agah@eng.ui.ac.id ellen@eng.ui.ac.id

Abstrak

Struktur perkerasan jalan lentur sering mengalami kerusakan seperti kerusakan alur, deformasi permanen atau
bleeding sebelum mencapai umur rencananya. Penelitian ini menganalisis sifat aspal sebagai bahan pengikat
yang dimodifikasi dengan menggunakan bahan serbuk ban bekas. Tujuan penambahannya pada aspal adalah
untuk meningkatkan titik lembek, Indeks Penetrasi (IP) serta nilai G*/sin dan high failure temperature dengan
alat Dynamic Shear Rheometer (DSR). Bahan serbuk ban bekas dicampurkan dengan aspal dengan persentasi 5,
10, 15% dihitung dari berat aspal dan dicampur pada suhu dengan variasi 155, 177, 200o C. Serbuk ban bekas
dipilih dengan ukuran gradasi berdiameter maksimum sesuai ukuran saringan no.40 dan 50. Melalui tiga
parameter tersebut didapat variasi dengan matriks 3x3x2, untuk memperoleh hasil yang menghasilkan nilai
optimum sifat aspal campuran. Pengamatan dengan mikroskopis Scanning Electron Microscopy (SEM)
digunakan untuk menganalisis homogenitas campuran. Hasil menunjukkan bahwa dari seluruh variasi parameter
menyatakan bahwa penambahan serbuk ban bekas pada aspal murni dapat meningkatkan titik lembek, IP dan
memiliki nilai G*/sin serta failure temperature. Nilai failure temperature tertinggi diperoleh pada suhu
pencampuran sebesar 155o C. Kadar serbuk ban bekas 10% dari berat aspal dan ukuran diameter maksimum #50
hasil optimum diperoleh dari hasil pengujian sifat fisik aspal.

The Effect of Scrap Tire Rubber on Rheology and Morphology of Modified Asphalt

Abstract

Most pavement structures in Indonesia are having early deteriorates in many forms such as rutting, permanent
deformation, and bleeding before reaching its design life. This study analyzes the properties of asphalt binder
modified by adding scrap tire rubber as an additive. The purpose of adding the scrap tire rubber is to increase the
softening point, Penetration Index (PI), value of G*/sin and high failure temperature with Dynamic Shear
Rheometer (DSR). Scrap tire rubber was mixed with asphalt at a percentage 5, 10, and 15% by weight of asphalt
and mixed at a variation of mixing temperature of 155, 177, 200oC. Scrap tire rubber was used with the
maximum particle gradation size of sieve no. 40 (type 1) and 50 (type 2). Through these parameters by variation
of 3x3x2 matrix is expected to obtain the results that produce optimum value of asphalt mixture properties. An
observation using Scanning Electron Microscopy (SEM) was carried to analyze the homogenity of the mixture.
Results showed that of all the variations of the parameters stated that addition of scrap tire rubber on pure
asphalt can increase the softening point, PI, and has a high value of G*/sin and failure temperature. Highest
failure temperature value obtained at mixing temperature of 155o C. While the percentage 10% scrap tire rubber
by weight of asphalt and maximum diameter size of #50 obtained an optimum results from the testing of
physical properties of binder asphalt.

Keywords: Dynamic shear, modified asphalt, morphology, rheology, scrap tire rubber.

Pendahuluan

Infrastruktur jalan yang menggunakan beton aspal, sering mengalami kerusakan dalam
klasifikasi kerusakan alur (rutting), deformasi permanen dan bleeding. Aspal sebagai bahan
dalam campuran panas tidak memiliki kriteria sifat fisik yang baik. Hal tersebut menyebabkan

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


aspal memiliki tingkat ketahanan yang rendah terhadap perubahan suhu, sehingga pada suhu
tinggi dapat mengalami kerusakan deformasi permanen dan rutting. Faktor beban lalu lintas
yang menyebabkan kerusakan struktur perkerasan karena aspal memiliki sifat elastisitas dan
ketahanan yang rendah terhadap deformasi saat menerima repetisi beban lalulintas pada suhu
tinggi. Beban kendaraan menyebabkan perkerasan jalan mengalami deformasi, namun sifat
elastisitas aspal yang rendah menyebabkan komponen aspal membutuhkan waktu lama untuk
dapat mengembalikan bentuk struktur perkerasan ke bentuk semula sebelum diberikan beban
lalulintas kendaraan.
Oleh karena itu, peningkatan kualitas aspal perlu ditingkatkan. Beberapa jenis bahan
polimer berupa elastomer merupakan bahan aditif untuk meningkatkan sifat-sifat fisik aspal
seperti elastisitas pada aspal (Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, 2002). Salah
satu jenis elastomer yang dapat digunakan pada bahan aditif aspal terdapat dalam serbuk ban
bekas. Penambahan serbuk ban bekas yang mengandung karet diharapkan dapat
meningkatkan viskositas, titik lembek, Penetration Index (PI), elastisitas serta nilai G*/sin
dari aspal modifikasi.
Tulisan ini membahas pengaruh penambahan serbuk ban bekas pada aspal serta proses
pencampurannya terhadap reologi dan morfologi aspal modifikasi.

Tinjauan Teoritis
Aspal sebagai Binder

Dalam menjalankan fungsinya sebagai material pengikat dan pengisi dalam struktur
perkerasan jalan aspal memiliki beberapa sifat-sifat fisik (Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah, 2002) yang harus dipenuhi, antara lain: Durabilitas, Adesi dan Kohesi,
Kepekaan terhadap temperature, dan Pengerasan dan Penuaan. (Gambar 1 dan 2)

Gambar 1. Pengaruh temperatur pada viskositas aspal

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


Gambar 2. Kinerja aspal dengan PI akibat perubahan temperatur

Pengujian terdahulu terhadap Modifikasi Campuran Panas Aspal


Pada penelitian A. Tortum et al (2005), digunakan serbuk ban bekas sebagai aditif
pada campuran beraspal panas. Parameter yang diukur antara lain adalah gradasi serbuk ban
bekas (saringan #10-40), suhu pencampuran (155 175 oC), kadar serbuk ban bekas (0 10%
dari berat aspal), gradasi agregat, kadar binder, suhu pemadatan, dan waktu pencampuran.
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil nilai optimum untuk masing-masing parameter yaitu
ukuran gradasi No.40, suhu pencampuran 155 oC, dan kadar serbuk ban bekas sebesar 10%
dari berat aspal. Hal tersebut dilihat dari beberapa pengujian, dimana pada tiap pengujian
dipilih parameter yang menunjukkan nilai perubahan maksimum yang signifikan.

Pengujian Void Ratio dan Binder-Filled Void


Pada pengujian untuk mendapatkan nilai void ratio pada campuran beraspal panas,
parameter yang menunjukkan perubahan cukup signifikan adalah penambahan kadar aspal,
penambahan kadar serbuk ban bekas dan kenaikan suhu pencampuran. Pada penambahan
kadar serbuk ban bekas sebesar 10%, diraih nilai void ratio terkecil, hal ini disebabkan karena
dengan penambahan serbuk ban bekas dapat meningkatkan daya ikat antara aspal dengan
agregat. Selain itu suhu pencampuran yang semakin meningkat pada 175 oC juga dapat
mengurangi nilai void ratio dengan semakin meningkatkan ikatan antara aspal dan agregat
pada proses pencampuran.
Untuk pengujian binder-filled void parameter yang menunjukkan perubahan cukup
signifikan antara lain kadar serbuk ban bekas (10% dari berat aspal), gradasi serbuk ban bekas
(#40), suhu pencampuran (155 oC), dan kadar binder aspal. Ukuran gradasi serbuk ban bekas
dapat memengaruhi nilai binder-filled void dengan ukuran partikel yang semakin kecil
sehingga dapat mengisi rongga-rongga dalam campuran. Sedangkan peningkatan suhu
pencampuran juga dapat meningkatkan nilai binder-filled void karena pada peningkatan suhu
pemanasan dapat meningkatkan sifat homogen dari campuran aspal tersebut.

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


Pengujian Viskositas
Pada penelitian K.-D Jeong et al. (2010) digunakan crumb rubber modified (CRM)
sebagai bahan aditif untuk meningkatkan sifat fisik aspal. Aspal modifikasi CRM dihasilkan
dengan kecepatan rotasi open blade mixer 700 rpm. Penelitian tersebut menggunakan variasi
penambahan CRM (5%, 10%, 15%, dan 20%), peningkatan suhu pencampuran (177, 200, 223
o
C), dan waktu pencampuran (5 480 menit). Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan
penambahan kadar CRM (0 20%) dan peningkatan suhu pencampuran (177 232 oC) dapat
meningkatkan viskositas dari aspal modifikasi. Peningkatan cukup signifikan terjadi pada
persentase kadar penambahan sebesar 15%, sedangkan untuk parameter kenaikan suhu
pencampuran perubahan signifikan terjadi saat suhu pencampuran 223 oC.

Metode Penelitian
Karet memiliki dua komponen sifat fisik, yaitu viskositas dan elastisiras. Nilai
viskositas yang tinggi akan menyebabkan aliran atau deformasi yang kecil, sehingga karet
memiliki elastisitas yang tinggi.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pada proses pencampuran aspal dengan
serbuk ban bekas, antara lain kadar aspal dan kandungan minyaknya, tipe dan pembuatan
polimer, ukuran partikel polimer, suhu pencampuran, sistem penggumpalan polimer, dan
sistem dispersi (penyebaran) polimer dengan alat mixer (Dessouky, Samer et al, 2011; Kok,
Baha Vural et al, 2011).
Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aspal Pen 60/70 merk Pertamina.
Gradasi serbuk ban bekas didapatkan dengan melakukan proses sieve analysis menggunakan
mesin pengayak. Spesifikasi gradasi yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 2.
Bahan aditif yang digunakan pada penelitian ini adalah serbuk ban bekas. Kandungan
kimia dari ban sendiri adalah:

Tabel 1. Komposisi zat ban mobil & truk

Bahan Mobil (%) Truk (%)


Karet 48 43
Karbon black 22 21
Logam 15 27
Tektil 5 -
Zinc Oksida 1 2
Sulfur 1 1
Bahan Aditif 8 6
Sumber: Lievana Emililiano Julian, 2005

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


Tabel 2. Gradasi tipe 1 dan 2 serbuk ban bekas

% Lolos
No. Saringan
Tipe 1 Tipe 2
No. 30 100 100
No. 40 35 45 100
No. 50 30 40 30 40
No. 80 5 20 25 35
No. 100 5 - 10 5 20
No. 200 05 5 20

120
Persen kumulatif lolos

100 Tipe 1
80
60
%

Tipe 2
40
20
Nilai
0
tengah
200 100 80 50 40 30
No saringan

Gambar 3. Gradasi tipe 1 dan 2 serbuk ban bekas

Pencampuran pada dengan serbuk ban bekas dilakukan dengan kecepatan open blade
mixer sebesar 1500 rpm selama 30 menit. Variabel yang divariasikan adalah suhu
pencampuran (155, 177, 200o C), persentase serbuk ban bekas (5, 10, 15%) berat aspal
optimum, dan tipe gradasi serbuk ban bekas (tipe 1: ukuran diameter max #40; tipe 2: ukuran
diameter max #50). Matriks jumlah campuran aspal modifikasi yang dibuat pada penelitian
ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Matriks pembuatan aspal modifikasi

Suhu Pencampuran
Tipe Gradasi 5% 10% 15%
(oC)
Tipe 1
155
Tipe 2
Tipe 1
177
Tipe 2
Tipe 1
200
Tipe 2

Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian sifat fisik empiris pada aspal murni (0%
serbuk ban bekas) sebagai kontrol dan aspal modifikasi. Pengujian sifat fisik aspal mengacu
pada standar umum dari Bina Marga. Pengujian tersebut dilakukan terhadap aspal murni dan

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


aspal modifikasi. Hasil pengujian tersebut akan dibandingkan dan dianalisis mengenai
pengaruh penambahan serbuk ban bekas tersebut.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap morfologi aspal yaitu tekstur permukaan aspal
modifikasi menggunakan alat Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk mengamati secara
mikroskopis persebaran/ dispersi serbuk ban bekas pada aspal modifikasi dan
kehomogenannya. Kemudian, pengujian selanjutnya adalah pengujian reologi mekanis
menggunakan Dynamic Shear Rheometer untuk mendapatkan nilai complex shear modulus
(G*) dan phase angle (). Kedua nilai tersebut berguna untuk menentukan parameter rutting
resistance (G*/sin ) yang akan dihubungkan dengan high failure temperature dari aspal
modifikasi dengan sepesaifikasi pada Tabel 4.

Tabel 4. Failure temperature aspal binder DSR

Material Spesifikasi Tipe kerusakan


Unaged binder 1.0 kPa (0,145 psi) Rutting
RTFO residue 2,2 kPa (0,319 psi) Rutting
PAV residue 5000 kPa (725 psi) Fatigue cracking

Pengujian DSR juga berguna untuk menentukan Performance Grade (PG) dari aspal
modifikasi dengan mengamati hasil high failure temperature yang tertera dari hasil pengujian.
Sampel aspal yang diuji dengan alat DSR sebelumnya diuji dengan alat Rolling Thin Film
Oven (RTFO) untuk mensimulasikan proses penuaan jangka pendek.

Hasil Penelitian
Pemeriksaan Sifat Fisik Empiris Aspal
- Pemeriksaan Aspal Murni
Hasil pengujian sifat fisik empiris aspal murni AC pen 60/70 yang dilakukan sesuai
standar SNI dan dibandingkan dengan spesifikasi umum Bina Marga tahun 2010 dapat dilihat
pada Tabel 5. Dari hasil tersebut, diketahui bahwa aspal AC pen 60/70 yang digunakan telah
memenuhi spesifikasi umum Bina Marga tahun 2010.

Tabel 5. Perbandingan hasil pengujian mutu aspal keras dengan spesifikasi umum Bina Marga, 2010

Jenis Pemeriksaan Min Maks Hasil Uji Unit Keterangan


Penetrasi aspal 25o, 100 gram, 5 detik 60 70 63 0,1 mm OK
Titik lembek aspal 5oC 48 58 51 o
C OK
o
Titik nyala aspal 232 - 314 C OK
Kehilangan berat aspal - 0,8 0,38 % berat OK
Kelarutan dalam CCl4 99 - 99,5 % berat OK
Daktilitas 100 - 102,7 Cm OK
Penetrasi setelah kehilangan berat 75 - 82,3 % semula OK
Berat jenis 1 - 1,025 gr/ml OK

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


- Pemeriksaan Aspal Modifikasi
Pengujian yang dilakukan terhadap aspal modifikasi meliputi pengujian yang sama
dengan pengujian pada aspal murni. Untuk menunjukkan pengaruh peningkatan suhu
pencampuran, tipe gradasi dan kadar serbuk ban bekas terhadap nilai penetrasi dapat dilihat
pada Gambar 4 (a, b, dan c).

60 y = -3,25x + 58,967y = -3,95x + 61,533 60 y = -1,7x + 53,8 y = -3,55x + 59,5 60 y = -0,85x + 49 y = -1,05x + 52,333
R = 0,9378 R = 0,75 50 R = 0,794 R = 0,6974 R = 0,9146 R = 0,6792
50 50
Nilai penetrasi
Nilai penetrasi

Nilai Penetrasi
T 40 40
40
i 30
30 30
20
p 20 20
10
e 10 10
0 0 0
155 C 177 C 200 C 155 C 177 C 200 C 155 C 177 C 200 C
Suhu Pencampuran Suhu Pencampuran Suhu Pencampuran
(a) (b) (c)

Gambar 4. Pengaruh suhu pencampuran pada penetrasi aspal modifikasi (a) 5%; (b) 10%; (c) 15%

Dari Gambar 4, terlihat bahwa peningkatan suhu pencampuran aspal modifikasi akan
menurunkan nilai penetrasi, atau aspal modifikasi bersifat semakin keras. Hal ini disebabkan
karena semakin tinggi suhu pencampuran, maka serbuk ban bekas dapat semakin terlarut
dalam aspal modifikasi sehingga aspal akan semakin keras. Pencampuran serbuk ban bekas
yang mengandung karet (polimer) juga diketahui dapat menyerap cairan dan menjadi
mengembang/membengkak. (Feipeng Xiao, et al, 2006). Pembengkakan tersebut dapat
menyebabkan aspal modifikasi bersifat semakin keras. Dari grafik di atas juga disimpulkan
bahwa tipe gradasi 2 memiliki nilai penetrasi lebih tinggi. Hal ini menunjukkan ukuran
partikel serbuk ban bekas yang lebih besar akan menghasilkan aspal modifikasi yang lebih
keras dibanding dengan aspal yang dicampur dengan serbuk ban bekas berukuran kecil.
Pengaruh penambahan kadar serbuk ban bekas terhadap penetrasi aspal dapat dilihat pada
Gambar 5a dan 5b.

65 65
Aspal
Nilai Penetraasi

60 60
Nilai Penetrasi

murni Aspal
155 C murni
55 55 155 C
50 177 C 50 177 C
45 200 C 45
200 C
40 40
0% 5% 10% 15% 20% 0% 5% 10% 15% 20%
Kadar Serbuk Ban Bekas Kadar Serbuk Ban Bekas
(a) (b)

Gambar 5. Pengaruh penambahan kadar serbuk ban bekas pada penetrasi aspal modifikasi (a) tipe 1; (b) tipe 2

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


Dari Gambar 5a dan 5b terlihat bahwa pengaruh penambahan serbuk ban bekas
terhadap aspal akan semakin meningkatkan tingkat kekerasan dari aspal modifikasi. Pada
pengujian titik lembek, penambahan kadar serbuk ban bekas pada aspal terbukti
meningkatkan titik lembek aspal yang semula bernilai 51o C (Gambar 6a dan 6b). Pengaruh
peningkatan suhu pencampuran juga berpengaruh terhadap titik lembek aspal, dimana
semakin tinggi suhu pencampuran, titik lembek aspal modifikasi akan cenderung meningkat.

60 60
Titik lembek (oC)

Aspal Aspal

Titik lembek (oC)


40 Murni Murni
40 155 C
155 C
20 177 C 20 177 C

0 200 C 200 C
0
0% 5% 10% 15% 0% 5% 10% 15%
Kadar Serbuk Ban Bekas Kadar Serbuk Ban Bekas
(a) (b)

Gambar 6. Pengaruh penambahan kadar serbuk ban bekas pada titik lembek aspal modifikasi (a) tipe 1; (b) tipe 2

Dari hasil pengujian penetrasi dan titik lembek aspal modifikasi dapat ditentukan nilai
Penetration Index (PI) dengan menggunakan persamaan yang diturunkan oleh Pfeiffer dan
Van Doormal, (1936), yaitu:
( ) ( )
, dimana

Dari persamaan tersebut, didapat nilai PI untuk aspal murni adalah sebesar -0,385. Sedangkan
untuk nilai PI aspal modifikasi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Penetration Index aspal modfikasi

Suhu Tipe 5% 10% 15%


pencampuran gradasi Pen TL PI Pen TL PI Pen TL PI
Tipe 1 56,2 52 -0,433 52,6 52 -0,593 48,3 53 -0,557
155
Tipe 2 58,9 52 -0,317 57,3 54 0,087 51,7 56 0,279
Tipe 1 51,5 55 0,049 49,4 55 -0,052 47 57 0,262
177
Tipe 2 51 53 -0,430 49,7 54 -0,262 49,4 57 0,382
Tipe 1 49,7 55 -0,037 49,2 57 0,372 46,6 57 0,242
200
Tipe 2 51 53 -0,430 50,2 54 -0,238 49,6 57 0,392

Nilai PI yang semakin tinggi menunjukkan sifat fisik aspal semakin baik karena aspal
memiliki ketahanan terhadap perubahan suhu yang semakin tinggi. Dari hasil penelitian ini
terdapat nilai PI yang meningkat maupun menurun dari nilai PI aspal murni. Hal ini
disebabkan karena penambahan kadar serbuk ban bekas serta peningkatan suhu pencampuran
dengan aspal akan berbanding lurus dengan nilai titik lembek aspal modifikasi, namun akan
berbanding terbalik dengan nilai penetrasinya. Oleh karena itu, diperlukan kadar serbuk ban

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


bekas dan suhu pencampuran yang optimum antara aspal dengan serbuk ban bekas untuk
mendapatkan nilai PI yang baik.
Dari pengujian daktilitas aspal modifikasi, hasilnya dapat dilihat pada Gambar 7a dan
7b. Hasil pengujian menunjukkan nilai daktilitas menurun secara signifikan setelah aspal
dicampur dengan serbuk ban bekas. Hal tersebut disebabkan antara lain karena serbuk ban
bekas yang digunakan berasal dari ban kendaraan truk yang terbuat dari 27% bahan logam
(Tabel 1), sehingga akan sulit tercampur dengan bahan lain. Ukuran serbuk ban bekas juga
mempengaruhi dalam sifat campuran aspal modifikasi, dimana ukuran partikel maksimum
yang digunakan (#40 dan #50) masih terlalu besar untuk dapat larut dengan campuran aspal.

40 y = -4,45x + 38,067 155 C 40 y = -4,5x + 38,7y = -2,75x + 34,633


y = -1,5x + 30,067y = -1,9x + 33,733 155
R = 0,9744
R = 0,9323 R = 0,8088
R = 0,9868 R = 0,9973 y = -2,7x + 37,067 C
R = 0,8454

Daktilitas (cm)
Daktilitas (cm)

30 30
177 C 20 177
20
C

10 10
200 C 200
0 0 C
5% 10% 15% 5% 10% 15%
Kadar Serbuk Ban Bekas Kadar Serbuk Ban Bekas
(a) (b)

Gambar 7. Pengaruh penambahan kadar serbuk ban bekas terhadap nilai daktilitas (a) gradasi tipe 1; (b) tipe 2

Pemeriksaan kelarutan aspal modifikasi menunjukkan peningkatan kadar serbuk ban


bekas semakin menurunkan nilai kelarutan aspal modifikasi. (Gambar 8)
120 y = -6,05x + 107,5
100 R = 0,9352
Kelarutan (%)

80
60
40
20
0
0% 5% 10% 15%
Kadar Serbuk Ban Bekas

Gambar 8. Pengaruh penambahan serbuk ban bekas pada kelarutan aspal modifikasi

Dari pemeriksaan tersebut terlihat bahwa serbuk ban bekas tidak terlarut dengan
sempurna dengan aspal. Untuk pemeriksaan titik nyala, hasil menunjukkan semua sampel
aspal modifikasi memiliki titik nyala di atas 300o C, hal ini menunjukkan aspal aman
digunakan dalam proses pencampuran dengan agregat. Sedangkan untuk pemeriksaan berat
jenis aspal berguna untuk menentukan berat jenis aspal untuk pencampuran dengan agregat,
dari hasil pengujian didapatkan hasil seperti Tabel 7. Hasil pemeriksaan menunjukkan
penambahan kadar serbuk ban bekas akan meningkatkan berat jenis dari aspal modifikasi.

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


Tabel 7. Hasil pemeriksaan berat jenis aspal modifikasi

Sampel/kadar serbuk ban bekas Berat jenis (gr/ml)


0% 1,025
5% 1,026
10% 1,033
15% 1,039

Pengamatan Morfologi Aspal Modifikasi


Pengamatan morofologi dilakukan secara mikroskopis menggunakan alat Scanning
Electron Microscopy (SEM) dengan perbesaran sebesar 500x. Pengamatan dilakukan pada
tekstur permukaan aspal modifikasi pada suhu ruangan dan keadaan hampa udara. Sampel
yang diperiksa dalam pengamatan ini adalah sampel dengan kadar serbuk ban bekas konstan,
yakni 10% dari berat aspal dengan suhu pencampuran dan tipe gradasi yang divariasikan.
Hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 9 (a-f).

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 9. Hasil pengamatan aspal modifikasi dengan SEM kadar 10% serbuk ban bekas (a) 155oC, Tipe 1; (b)
155oC, Tipe 2; (c) 177oC, Tipe 1; (d) 177oC, Tipe 2; (e) 200oC, Tipe 1; dan (f) 200oC, Tipe 2

Dari pengamatan secara visual terlihat bahwa masih terdapat partikel serbuk ban
bekas yang belum terlarut dengan sempurna pada aspal modifikasi. Menurut Feipeng Xiao, et
al, (2006), pencampuran aspal dengan serbuk ban bekas yang mengandung karet dapat
menyerap cairan dan mengembang. Besarnya pengembangan atau pembengkakan tergantunng
dari beberapa faktor seperti faktor alam, suhu, viskositas cairan dan tipe polimer. Dalam
penelitian ini, suhu pencampuran aspal dan serbuk ban bekas mempengaruhi perubahan sifat
fisik serbuk ban bekas. Partikel serbuk ban bekas yang bereaksi dengan aspal akan semakin
mengembang dan membentuk jel kental (viskos) yang disebabkan oleh penyerapan

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


fraksi/komponen kecil dari aspal. Faktor yang sangat berpengaruh dalam pengamatan
morfologi untuk distribusi serbuk ban bekas dan sifat ke-homogenan aspal modifikasi ini
adalah suhu pencampuran, kecepatan putar open blade mixer, dan mixing time. Suhu
pencampuran yang rendah akan menyebabkan serbuk ban bekas tidak tercampur dengan
merata dalam aspal modifikasi. Sedangkan suhu pencampuran yang tinggi akan menyebabkan
sifat fisik aspal memburuk. Sedangkan kecepatan open blade mixer juga berpengaruh
terhadap sifat ke-homogenan aspal modifikasi karena berpengaruh terhadap persebaran serbuk
ban bekas dalam aspal. Semakin cepat putaran open blade mixer maka campuran akan
semakin cepat tercampur dengan merata. Waktu pencampuran aspal dengan serbuk ban bekas
juga sangat berpengaruh pada ke-homogenan aspal modifikasi. Semakin lama pencampuran
aspal aspal akan semakin homogen. Namun, hal yang perlu diperhatikan juga adalah apabila
mixing time terlalu lama, maka dapat merusak sifat aspal yang sedang dicampur pada suhu
tertentu.
Selain faktor pada saat proses pencampuran, faktor fisik dari serbuk ban bekas
tersebut juga mempengaruhi sifat ke-homogenan aspal modifikasi. Wang Lan, et al, (2010),
mengatakan bahwa bentuk dan tekstur yang kasar dan tidak teratur, serbuk ban bekas
memiliki permukaan spesifik yang lebih besar dan energi aktivasi yang lebih besar, sehingga
akan sulit tercampur dengan baik dengan aspal. Partikel karet pada serbuk ban bekas
menyerap beberapa komponen pada aspal (S. -J. Lee, 2008). Lebih jauhnya, Wang Lan, et al,
(2010), menjelaskan bahwa komponen atau bagian ringan pada aspal memasuki jaringan
partikel karet oleh proses osmosis dan difusi yang mengakibatkan pembengkakan partikel
karet dan penurunan sejumlah larutan dalam aspal. Struktur perubahan aspal dari sol (larutan)
ke gel (jeli) disebabkan karena aspal kehilangan komponen ringan yang dikandungnya.

Pengujian Reologi Mekanis


Sampel yang diuji dalam pengujian ini adalah sampel dengan kadar serbuk ban bekas
konstan (10%), dan gradasi serbuk ban konstan (tipe 2). Sehingga variabel yang akan
dibandaingkan pada pengujian ini adalah suhu pencampuran aspal dengan serbuk ban bekas.
Pengujian ini melalui 2 tahap, yaitu proses aging dengan RTFOT kemudian dilanjutkan
dengan pengujian reologi mekanis dengan alat DSR.

- Proses Aging dengan RTFOT


Proses aging dengan RTFOT pada sampel ini dilakukan untuk mensimulasikan
keadaan aspal ketika mengalami penuaan akibat osidasi pada masa pencampuran. Benda uji

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


yang digunakan untuk pengujian ini adalah 2 untuk tiap sampel, sehingga didapatkan nilai
rata-rata tiap sampel. Pengaruh suhu pencampuran aspal dengan serbuk ban bekas terhadap
kehilangan berat dengan RTFOT dapat dilihat pada Gambar 10.

0,08

% Kehilangan berat
y = 0,015x + 0,019
0,06 R = 0,8929
0,04

0,02

0
155 177
Suhu Pencampuran ( oC) 200

Gambar 10. Pengaruh suhu pencampuran aspal dengan serbuk ban bekas terhadap kehilangan berat (RTFOT)

Gambar 10 menunjukkan peningkatan suhu pencampuran aspal modifikasi, maka


tingkat kehilangan berat setelah proses aging akan semakin tinggi. Pada saat pencampuran,
suhu pencampuran akan mempengaruhi sifat fisik serbuk ban bekas. Kemampuan serbuk ban
bekas dalam menyerap komponen pada aspal, salah satunya minyak, semakin menurun.
Sehingga kandungan minyak dalam aspal akan lebih banyak menguap ke udara dengan
berubahnya sifat fisik serbuk ban bekas seiring dengan peningkatan suhu pencampuran.

- Pengujian dengan DSR


Setelah melalui proses aging, sampel diuji dengan alat DSR. Prosedur pengujiannya
dengan menerapkan angular frequency konstan sebesar 10 rad/s terhadap sampel yang
mensimulasikan gesekan antara roda kendaran dengan permukaan jalan dengan kecepatan
kendaraan 90 km/jam. Temperatur pengujian diatur dengan interval 6o C, dimulai dari suhu
60 o C. Nilai G* dan berdasarkan hasil pengujian ini dapat dilihat pada Gambar 11 dan 12.
12000
10000
8000 155 C
G* (Pa)

6000 177 C
4000
200 C
2000
0
0 20 40 60 80 100 120
Suhu (oC)

Gambar 11. Pengaruh peningkatan suhu pengujian terhadap nilai G*

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


90
85
80

(degree)
155 C
75
177 C
70
200 C
65
60
0 20 40 60 80 100 120
Suhu ( oC)

Gambar 12. Pengaruh peningkatan suhu pengujian terhadap nilai

Pada Gambar 11 terlihat bahwa nilai G* menurun seiring dengan peningkatan suhu.
Hal tersebut menunjukkan, dengan meningkatnya suhu, maka ukuran perlawanan total aspal
terhadap defomasi akibat repetisi beban lalulintas akan semakin menurun. Sedangkan pada
Gambar 12 memperlihatkan bahwa dengan peningkatan suhu, nilai semakin bertambah, hal
ini menunjukkan bahwa suhu yang semakin tinggi akan menurunkan komponen elastis dari
bitumen atau menurunkan kemampuan dalam penyimpanan energi untuk mengembalikan
aspal ke bentuk semula setelah diberi beban. Kedua grafik di atas juga menunjukkan bahwa
suhu pencampuran antara aspal dengan serbuk ban bekas pada 177o C memiliki nilai G*
terendah dan nilai yang tertinggi dibanding dengan dua suhu pencampuran lainnya. Selama
siklus pembebanan, besarnya kerusakan tergantung dari besarnya strain atau stress yang
terjadi karena siklus pembebanan dan seberapa banyak deformasi dapat dikembalikan ke
bentuk semula atau terdisipasi. (Kim, Y. Richard, 2009).
Untuk melihat hubungan antara pengaruh peningkatan suhu terhadap nilai G*/ sin
yang dapat menggambarkan rutting resistance dapat dilihat pada Gambar 13.

14
Failure temperature:
155o C = 76,26o C
12
177o C = 73,24o C
200o C = 75,99o C
10
G*/ sin (kPa)

8 155 C
177 C
6
200 C
4

0
60 65 70 75 Suhu80( oC) 85 90 95 100

Gambar 13. Peningkatan suhu terhadap nilai G*/ sin

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


Dari Gambar 13 dapat terlihat bahwa pengaruh peningkatan suhu pengujian DSR
dapat menurunkan nilai G*/ sin . Suhu yang tinggi menyebabkan aspal modifikasi menjadi
lebih plastis atau komponen plastisnya akan semakin meningkat dibandingkan dengan
komponen elastis. Hal itu menunjukkan bahwa semakin meningkatnya suhu, aspal modifikasi
akan semakin sulit untuk kembali ke bentuk semula setelah menerima repetisi beban lalu
lintas. Repetisi beban lalu lintas yang diwakilkan oleh beban angular frequency pada
pengujian ini menyebabkan energi elastis yang tersimpan pada aspal akan terdisipasi pada
deformasi permanen. Energi redaman akan mengembalikan bentuk aspal ke bentuk semula
setelah menerima beban namun membutuhkan waktu tertentu agar dapat secara bekerja secara
efektif kembali. (Kim, Y. Richard, 2009). Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan
komponen elastis pada aspal modifikasi ke dalam bentuk semula itu disebut fase. (S.-C.
Huang, 2008).
Salah satu tujuan pengujian DSR adalah untuk menentukan Performance Grade (PG)
dari aspal. Nilai PG dapat dilihat dari nilai fail temperature yang terdapat pada grafik. Pada
saat penyajian data, nilai fail temperature akan secara otomatis muncul untuk tiap grafik pada
sampel yang diuji. Fail temperature adalah suhu tepat dimana nilai G*/ sin pada sampel
yang diuji di bawah 2,2 kPa atau dengan kata lain suhu pada saat dimana sampel mengalami
kegagalan rutting pada HMA saat masa pelayanan. Dari hasil ketiga pengujian yang
diperlihatkan pada ketiga grafik diatas, terlihat bahwa nilai PG cukup tinggi yakni di atas 70,
lebih tinggi dibandingkan dengan suhu perkerasan jalan ekstrim yang umum terjadi di
Indonesia yaitu sekitar 60o C. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan serbuk ban bekas ke
dalam aspal dapat meningkatan nilai PG, atau dengan kata lain, meningkatkan ketahanan
aspal terhadap kerusakan rutting dan deformasi permanen pada masa pelayanan yang
disebabkan oleh suhu tinggi.
Berdasarkan hasil pengujian dengan DSR, suhu pencampuran optimum untuk aspal
dengan serbuk ban bekas dapat dilihat dari besarnya nilai PG dari sampel tersebut. Untuk
melihat hubungan antara peningkatan suhu pencampuran aspal-serbuk ban bekas dengan nilai
PG atau fail temperature dapat dilihat pada Gambar 14.

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


80
76,26 75,99

Fail temperature ( oC)


75 73,24

70

65

60
155 C 177 C 200 C
Suhu Pencampuran ( oC)

Gambar 14. Pengaruh suhu pencampuran aspal-serbuk ban bekas dengan nilai Fail Temperature

Dari Gambar 14 dapat terlihat bahwa sampel mengalami penurunan nilai PG pada
suhu pencampuran 177o C, dan meningkat kembali pada suhu pencampuran 200o C. Hal ini
dapat disebabkan karena meningkatnya suhu pencampuran aspal dari suhu optimum dapat
menurunkan kinerja aspal dari segi Performance Grade karena suhu pencampuran yang
semakin tinggi akan mengurangi ke-elastisan aspal. Namun untuk suhu pencampuran 200oC,
peningkatan nilai PG dapat disebabkan karena aspal bersifat semakin keras. Pengerasan aspal
dapat terjadi karena aspal memiliki kandungan karbon yang meningkat akibat penguraian zat
karbon dari serbuk ban bekas pada saat pencampuran akibat suhu yang tinggi. Aspal yang
keras dan memiliki nilai titik lembek yang tinggi cenderung akan dapat menahan aliran
(deformasi) akibat adanya tekanan. Hal tersebut menjadikan nilai PG pada aspal akan semakin
tinggi, karena butuh suhu yang tinggi untuk dapat mempertahankan komponen elastis pada
aspal. Namun, dari ketiga nilai PG tersebut, suhu pencampuran 155oC memiliki nilai PG yang
tertinggi, yaitu 76,26o C. Sehingga suhu pencampuran aspal dengan serbuk ban bekas ini
dapat dijadikan sebagai suhu optimum dalam pencampuran.

Kesimpulan

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh penambahan
serbuk ban bekas serta proses pencampuran dengan aspal maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Seluruh pemeriksaan aspal AC pen 60/70 memenuhi spesifikasi umum pemeriksaan mutu
aspal dari Bina Marga tahun 2010
2. Peningkatan kadar juga berpengaruh pada nilai PI, karena akan meningkatkan nilai titik
lembek namun menurunkan nilai penetrasi. Kadar optimum yang didapatkan dari hasil
pengujian sifat fisik empiris adalah 10%, karena kadar serbuk ban bekas yang semakin
tinggi dapat meningkatkan sifat fisik aspal, namun kadar kelarutannya akan semakin
sedikit berdasarkan pengujian daktilitas dan kelarutan.

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


3. Suhu pencampuran yang semakin tinggi berpotensi untuk meningkatkan ke-homogenan
aspal modifikasi, namun suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan sifat fisik aspal
justru memburuk akibat zat-zat pada serbuk ban yang terurai dalam campuran, serta sifat
aspal pun akan semakin buruk dengan pemanasan yang tinggi. Dari hasil pengujian sifat
fisik dan nilai failure temperature suhu optimum untuk pencampuran adalah 155o C.
4. Ukuran partikel serbuk ban bekas yang lebih kecil akan semakin mempermudah dalam
membentuk campuran yang homogen dengan aspal. Sehingga tipe gradasi 2 (ukuran
maks #50) memberikan hasil campuran aspal modifikasi yang lebih baik.
5. Dari hasil pengujian sifat fisik fisik empiris, pengamatan morfologi dan pengujian reologi
mekanis, diperoleh hasil suhu pencampuran optimum 155o C, kadar serbuk ban bekas
10%, dan ukuran gradasi tipe 2. Dengan hasil pengujian:
- Penetrasi = 57,3 mm
- Titik lembek = 54o C
- Penetration Index = 0,087
- Titik Nyala & Bakar = 312 & 321o C
- Kehilangan berat = 0,39%
- Kelarutan = 90%
- Daktilitas = 30,3 cm
- Berat Jenis = 1,033 gr/ml
- Performance Grade (PG) = 76,26

Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, dapat disampaikan
beberapa saran untuk peneliian selanjutnya seperti berikut:
1. Pencampuran aspal dengan serbuk dengan proses wet drying ban bekas menggunakan
ukuran diameter serbuk ban bekas yang lebih kecil antara #80 - #200 agar campuran
aspal modifikasi bersifat lebih homogen dan dapat mencapai spesifikasi nilai daktilitas
dan kelarutan.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang zat atau bahan kimia yang cocok sebagai bahan aditif
sebagai campuran aspal modifikasi agar campuran menjadi lebih homogen dan serbuk
ban bekas menjadi lebih mudah terlarut.
3. Penelitian perlu dilanjutkan dengan memvariasikan mixing time aspal dengan serbuk ban
bekas, namun dengan suhu pencampuran dan kadar serbuk ban yang konstan sesuai dari
hasil penelitian ini untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


4. Penelitian juga bisa dilanjutan dengan membandingkan jenis serbuk ban bekas yang
digunakan, yaitu yang berasal dari ban kendaraan yang berbeda jenisnya untuk
mengetahui pengaruh kandungan dalam ban terhadap sifat fisik aspal.

Daftar Referensi

A. Tortum, C. Cafer, & Aydin, A.C. (2005). Determination of The Optimum Conditions for
Tire Rubber in Asphalt Concrete. Journal of Building and Environment, 40, 1492-
1504.

Amalia, Mita. 2012. Analisis Penggunaan Bahan Aditif jenis Polimer Terhadap Kinerja
Campuran Aspal Dengan Tambahan Variasi BGA (Buton Granular Asphalt). Skripsi,
Program Sarjana Teknik Sipil Fakultas Teknik UI, Depok, Januari 2012.

American Society for Testing Materials. (2008). Standard Test Method for Determining the
Rheological Properties of Asphalt Binders Using a Dynamic Shear Rheometer.

Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan
Raya Dengan Metode Analisa Komponen.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah.


2002. Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas Buku 1: Petunjuk Umum.

Department of Transportation Engineering Service Center. 2000. Method of Test For


Determining The Effect of Heat and Air on a Moving Film of Asphalt (Rolling Thin
Film Oven Test). California: Author.K.-D. Jeong et al. (2010). Interaction Effects of
Crumb Rubber Modified Asphalt Binders. Journal of Construction and Building
Materials, 24, 824-831.

Dessouky, Samer, et al. (2011). Effect of Pre-Heating Duration and Temperature


Conditioning on the Reological Properties of Bitumen. Journal of Construction and
Building Materials, 25, 2785-2792.

F. Xiao, Putman B.J., & Amirkhanian S.N. (2006). Laboratory Investigation of Dimensional
Changes of Crumb Rubber Reacting with Asphalt Binder. Journal of Road Materials
and Pavement Design.

Fithra, Herman. (2011). Karakteristik Penggunaan Serbuk Ban Bekas Pada Campuran Panas
Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC). Teras Jurnal, Vol 1, No.2.

Indriyati E.W, dkk. Kajian Perbaikan Sifat Reologi Visco-Elastic Aspal Dengan Penambahan
Asbuton Murni Menggunakan Parameter Complex Sehar Modulus.

Kim, Y. Richard. (2009). Modeling of Asphalt Concrete. United States of America: McGraw-
Hill.

K.-D. Jeong, et al. (2010). Interaction Effect of Crumb Rubber Modified Asphalt Binders.
Journal of Construction and Building Material, 24, 824-831.

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013


Kok, B.H., Yilmaz, M., & Guler, M. (2011). Evaluation of High Temperature Performance of
SBS+Gilsonite Modified Binder. Fuel 90, 3093 - 3099.

Kurniadji. (2008). Modifikasi Aspal Keras Standar Dengan Bitumen Asbuton Hasil Ekstraksi.
Puslitbang Jalan dan Jembatan. Departemen Pekerjaan Umum.

Lievana, Emiliano Julian. (2005). Recycling of Ground Tyre Rubber and Polyolefin Wastes
by Producing Thermoplastic Elastomers. Thesis. Technische Universitt
Kaiserslautern.

Neto S.A.D, et al. (2006). Influence of Crumb Rubber Gradation on Asphalt-Rubber


Properties. Journals of Asphalt Rubber.

Nono, dkk. (2005). Pengkajian Penanganan Deformasi dan Retak Akibat Beban Lalu Lintas.
Puslitbang Jalan dan Jembatan. Departemen Pekerjaan Umum.

S.-C. Huang. (2008). Rubber Concentration on Rheology of Aged Asphalt Binders. Journals
of Materials in Civil Engineering, 20, 221-229.

S.-J. Lee, et al. (2008). The Effect of Crumb Rubber Modified (CRM) on the Performance
Properties of Rubberized Binders in HMA Pavements. Journal of Construction and
Building Materials, 22, 1368 - 1376.

Satyarno, Imam. (2006). Penggunaan Serutan Karet Ban Bekas untuk Campuran Veton.
Jurnal Media Teknik ISSN 0216-3012. Vol XXVIII (4). UGM Jogjakarta.

Steven Manolis and Simon Hesp. (2001). High Temperature Performance of Scrap Tire
Rubber Modified Aasphalt Concrete. Chemistry University, Kingston, Ontarto.

Sukirman, Silvia. (2003). Beton Aspal - Campuran Panas. Jakarta: Granit.

Wang, L., Xing, Y., dan Chang, C. (2010). Experimental Studies on Microstructure and
Technical Performance of Multiphase Compund Crumb Rubber Modified Asphalt.
Journals of Materials in Civil Engineering, 2920-2926.

Analisis pengaruh..., Muhammad Imaduddin, FT UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai