Aspal Modifikasi
Abstrak
Struktur perkerasan jalan lentur sering mengalami kerusakan seperti kerusakan alur, deformasi permanen atau
bleeding sebelum mencapai umur rencananya. Penelitian ini menganalisis sifat aspal sebagai bahan pengikat
yang dimodifikasi dengan menggunakan bahan serbuk ban bekas. Tujuan penambahannya pada aspal adalah
untuk meningkatkan titik lembek, Indeks Penetrasi (IP) serta nilai G*/sin dan high failure temperature dengan
alat Dynamic Shear Rheometer (DSR). Bahan serbuk ban bekas dicampurkan dengan aspal dengan persentasi 5,
10, 15% dihitung dari berat aspal dan dicampur pada suhu dengan variasi 155, 177, 200o C. Serbuk ban bekas
dipilih dengan ukuran gradasi berdiameter maksimum sesuai ukuran saringan no.40 dan 50. Melalui tiga
parameter tersebut didapat variasi dengan matriks 3x3x2, untuk memperoleh hasil yang menghasilkan nilai
optimum sifat aspal campuran. Pengamatan dengan mikroskopis Scanning Electron Microscopy (SEM)
digunakan untuk menganalisis homogenitas campuran. Hasil menunjukkan bahwa dari seluruh variasi parameter
menyatakan bahwa penambahan serbuk ban bekas pada aspal murni dapat meningkatkan titik lembek, IP dan
memiliki nilai G*/sin serta failure temperature. Nilai failure temperature tertinggi diperoleh pada suhu
pencampuran sebesar 155o C. Kadar serbuk ban bekas 10% dari berat aspal dan ukuran diameter maksimum #50
hasil optimum diperoleh dari hasil pengujian sifat fisik aspal.
The Effect of Scrap Tire Rubber on Rheology and Morphology of Modified Asphalt
Abstract
Most pavement structures in Indonesia are having early deteriorates in many forms such as rutting, permanent
deformation, and bleeding before reaching its design life. This study analyzes the properties of asphalt binder
modified by adding scrap tire rubber as an additive. The purpose of adding the scrap tire rubber is to increase the
softening point, Penetration Index (PI), value of G*/sin and high failure temperature with Dynamic Shear
Rheometer (DSR). Scrap tire rubber was mixed with asphalt at a percentage 5, 10, and 15% by weight of asphalt
and mixed at a variation of mixing temperature of 155, 177, 200oC. Scrap tire rubber was used with the
maximum particle gradation size of sieve no. 40 (type 1) and 50 (type 2). Through these parameters by variation
of 3x3x2 matrix is expected to obtain the results that produce optimum value of asphalt mixture properties. An
observation using Scanning Electron Microscopy (SEM) was carried to analyze the homogenity of the mixture.
Results showed that of all the variations of the parameters stated that addition of scrap tire rubber on pure
asphalt can increase the softening point, PI, and has a high value of G*/sin and failure temperature. Highest
failure temperature value obtained at mixing temperature of 155o C. While the percentage 10% scrap tire rubber
by weight of asphalt and maximum diameter size of #50 obtained an optimum results from the testing of
physical properties of binder asphalt.
Keywords: Dynamic shear, modified asphalt, morphology, rheology, scrap tire rubber.
Pendahuluan
Infrastruktur jalan yang menggunakan beton aspal, sering mengalami kerusakan dalam
klasifikasi kerusakan alur (rutting), deformasi permanen dan bleeding. Aspal sebagai bahan
dalam campuran panas tidak memiliki kriteria sifat fisik yang baik. Hal tersebut menyebabkan
Tinjauan Teoritis
Aspal sebagai Binder
Dalam menjalankan fungsinya sebagai material pengikat dan pengisi dalam struktur
perkerasan jalan aspal memiliki beberapa sifat-sifat fisik (Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah, 2002) yang harus dipenuhi, antara lain: Durabilitas, Adesi dan Kohesi,
Kepekaan terhadap temperature, dan Pengerasan dan Penuaan. (Gambar 1 dan 2)
Metode Penelitian
Karet memiliki dua komponen sifat fisik, yaitu viskositas dan elastisiras. Nilai
viskositas yang tinggi akan menyebabkan aliran atau deformasi yang kecil, sehingga karet
memiliki elastisitas yang tinggi.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pada proses pencampuran aspal dengan
serbuk ban bekas, antara lain kadar aspal dan kandungan minyaknya, tipe dan pembuatan
polimer, ukuran partikel polimer, suhu pencampuran, sistem penggumpalan polimer, dan
sistem dispersi (penyebaran) polimer dengan alat mixer (Dessouky, Samer et al, 2011; Kok,
Baha Vural et al, 2011).
Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aspal Pen 60/70 merk Pertamina.
Gradasi serbuk ban bekas didapatkan dengan melakukan proses sieve analysis menggunakan
mesin pengayak. Spesifikasi gradasi yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 2.
Bahan aditif yang digunakan pada penelitian ini adalah serbuk ban bekas. Kandungan
kimia dari ban sendiri adalah:
% Lolos
No. Saringan
Tipe 1 Tipe 2
No. 30 100 100
No. 40 35 45 100
No. 50 30 40 30 40
No. 80 5 20 25 35
No. 100 5 - 10 5 20
No. 200 05 5 20
120
Persen kumulatif lolos
100 Tipe 1
80
60
%
Tipe 2
40
20
Nilai
0
tengah
200 100 80 50 40 30
No saringan
Pencampuran pada dengan serbuk ban bekas dilakukan dengan kecepatan open blade
mixer sebesar 1500 rpm selama 30 menit. Variabel yang divariasikan adalah suhu
pencampuran (155, 177, 200o C), persentase serbuk ban bekas (5, 10, 15%) berat aspal
optimum, dan tipe gradasi serbuk ban bekas (tipe 1: ukuran diameter max #40; tipe 2: ukuran
diameter max #50). Matriks jumlah campuran aspal modifikasi yang dibuat pada penelitian
ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Suhu Pencampuran
Tipe Gradasi 5% 10% 15%
(oC)
Tipe 1
155
Tipe 2
Tipe 1
177
Tipe 2
Tipe 1
200
Tipe 2
Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian sifat fisik empiris pada aspal murni (0%
serbuk ban bekas) sebagai kontrol dan aspal modifikasi. Pengujian sifat fisik aspal mengacu
pada standar umum dari Bina Marga. Pengujian tersebut dilakukan terhadap aspal murni dan
Pengujian DSR juga berguna untuk menentukan Performance Grade (PG) dari aspal
modifikasi dengan mengamati hasil high failure temperature yang tertera dari hasil pengujian.
Sampel aspal yang diuji dengan alat DSR sebelumnya diuji dengan alat Rolling Thin Film
Oven (RTFO) untuk mensimulasikan proses penuaan jangka pendek.
Hasil Penelitian
Pemeriksaan Sifat Fisik Empiris Aspal
- Pemeriksaan Aspal Murni
Hasil pengujian sifat fisik empiris aspal murni AC pen 60/70 yang dilakukan sesuai
standar SNI dan dibandingkan dengan spesifikasi umum Bina Marga tahun 2010 dapat dilihat
pada Tabel 5. Dari hasil tersebut, diketahui bahwa aspal AC pen 60/70 yang digunakan telah
memenuhi spesifikasi umum Bina Marga tahun 2010.
Tabel 5. Perbandingan hasil pengujian mutu aspal keras dengan spesifikasi umum Bina Marga, 2010
60 y = -3,25x + 58,967y = -3,95x + 61,533 60 y = -1,7x + 53,8 y = -3,55x + 59,5 60 y = -0,85x + 49 y = -1,05x + 52,333
R = 0,9378 R = 0,75 50 R = 0,794 R = 0,6974 R = 0,9146 R = 0,6792
50 50
Nilai penetrasi
Nilai penetrasi
Nilai Penetrasi
T 40 40
40
i 30
30 30
20
p 20 20
10
e 10 10
0 0 0
155 C 177 C 200 C 155 C 177 C 200 C 155 C 177 C 200 C
Suhu Pencampuran Suhu Pencampuran Suhu Pencampuran
(a) (b) (c)
Gambar 4. Pengaruh suhu pencampuran pada penetrasi aspal modifikasi (a) 5%; (b) 10%; (c) 15%
Dari Gambar 4, terlihat bahwa peningkatan suhu pencampuran aspal modifikasi akan
menurunkan nilai penetrasi, atau aspal modifikasi bersifat semakin keras. Hal ini disebabkan
karena semakin tinggi suhu pencampuran, maka serbuk ban bekas dapat semakin terlarut
dalam aspal modifikasi sehingga aspal akan semakin keras. Pencampuran serbuk ban bekas
yang mengandung karet (polimer) juga diketahui dapat menyerap cairan dan menjadi
mengembang/membengkak. (Feipeng Xiao, et al, 2006). Pembengkakan tersebut dapat
menyebabkan aspal modifikasi bersifat semakin keras. Dari grafik di atas juga disimpulkan
bahwa tipe gradasi 2 memiliki nilai penetrasi lebih tinggi. Hal ini menunjukkan ukuran
partikel serbuk ban bekas yang lebih besar akan menghasilkan aspal modifikasi yang lebih
keras dibanding dengan aspal yang dicampur dengan serbuk ban bekas berukuran kecil.
Pengaruh penambahan kadar serbuk ban bekas terhadap penetrasi aspal dapat dilihat pada
Gambar 5a dan 5b.
65 65
Aspal
Nilai Penetraasi
60 60
Nilai Penetrasi
murni Aspal
155 C murni
55 55 155 C
50 177 C 50 177 C
45 200 C 45
200 C
40 40
0% 5% 10% 15% 20% 0% 5% 10% 15% 20%
Kadar Serbuk Ban Bekas Kadar Serbuk Ban Bekas
(a) (b)
Gambar 5. Pengaruh penambahan kadar serbuk ban bekas pada penetrasi aspal modifikasi (a) tipe 1; (b) tipe 2
60 60
Titik lembek (oC)
Aspal Aspal
0 200 C 200 C
0
0% 5% 10% 15% 0% 5% 10% 15%
Kadar Serbuk Ban Bekas Kadar Serbuk Ban Bekas
(a) (b)
Gambar 6. Pengaruh penambahan kadar serbuk ban bekas pada titik lembek aspal modifikasi (a) tipe 1; (b) tipe 2
Dari hasil pengujian penetrasi dan titik lembek aspal modifikasi dapat ditentukan nilai
Penetration Index (PI) dengan menggunakan persamaan yang diturunkan oleh Pfeiffer dan
Van Doormal, (1936), yaitu:
( ) ( )
, dimana
Dari persamaan tersebut, didapat nilai PI untuk aspal murni adalah sebesar -0,385. Sedangkan
untuk nilai PI aspal modifikasi dapat dilihat pada Tabel 6.
Nilai PI yang semakin tinggi menunjukkan sifat fisik aspal semakin baik karena aspal
memiliki ketahanan terhadap perubahan suhu yang semakin tinggi. Dari hasil penelitian ini
terdapat nilai PI yang meningkat maupun menurun dari nilai PI aspal murni. Hal ini
disebabkan karena penambahan kadar serbuk ban bekas serta peningkatan suhu pencampuran
dengan aspal akan berbanding lurus dengan nilai titik lembek aspal modifikasi, namun akan
berbanding terbalik dengan nilai penetrasinya. Oleh karena itu, diperlukan kadar serbuk ban
Daktilitas (cm)
Daktilitas (cm)
30 30
177 C 20 177
20
C
10 10
200 C 200
0 0 C
5% 10% 15% 5% 10% 15%
Kadar Serbuk Ban Bekas Kadar Serbuk Ban Bekas
(a) (b)
Gambar 7. Pengaruh penambahan kadar serbuk ban bekas terhadap nilai daktilitas (a) gradasi tipe 1; (b) tipe 2
80
60
40
20
0
0% 5% 10% 15%
Kadar Serbuk Ban Bekas
Gambar 8. Pengaruh penambahan serbuk ban bekas pada kelarutan aspal modifikasi
Dari pemeriksaan tersebut terlihat bahwa serbuk ban bekas tidak terlarut dengan
sempurna dengan aspal. Untuk pemeriksaan titik nyala, hasil menunjukkan semua sampel
aspal modifikasi memiliki titik nyala di atas 300o C, hal ini menunjukkan aspal aman
digunakan dalam proses pencampuran dengan agregat. Sedangkan untuk pemeriksaan berat
jenis aspal berguna untuk menentukan berat jenis aspal untuk pencampuran dengan agregat,
dari hasil pengujian didapatkan hasil seperti Tabel 7. Hasil pemeriksaan menunjukkan
penambahan kadar serbuk ban bekas akan meningkatkan berat jenis dari aspal modifikasi.
Gambar 9. Hasil pengamatan aspal modifikasi dengan SEM kadar 10% serbuk ban bekas (a) 155oC, Tipe 1; (b)
155oC, Tipe 2; (c) 177oC, Tipe 1; (d) 177oC, Tipe 2; (e) 200oC, Tipe 1; dan (f) 200oC, Tipe 2
Dari pengamatan secara visual terlihat bahwa masih terdapat partikel serbuk ban
bekas yang belum terlarut dengan sempurna pada aspal modifikasi. Menurut Feipeng Xiao, et
al, (2006), pencampuran aspal dengan serbuk ban bekas yang mengandung karet dapat
menyerap cairan dan mengembang. Besarnya pengembangan atau pembengkakan tergantunng
dari beberapa faktor seperti faktor alam, suhu, viskositas cairan dan tipe polimer. Dalam
penelitian ini, suhu pencampuran aspal dan serbuk ban bekas mempengaruhi perubahan sifat
fisik serbuk ban bekas. Partikel serbuk ban bekas yang bereaksi dengan aspal akan semakin
mengembang dan membentuk jel kental (viskos) yang disebabkan oleh penyerapan
0,08
% Kehilangan berat
y = 0,015x + 0,019
0,06 R = 0,8929
0,04
0,02
0
155 177
Suhu Pencampuran ( oC) 200
Gambar 10. Pengaruh suhu pencampuran aspal dengan serbuk ban bekas terhadap kehilangan berat (RTFOT)
6000 177 C
4000
200 C
2000
0
0 20 40 60 80 100 120
Suhu (oC)
(degree)
155 C
75
177 C
70
200 C
65
60
0 20 40 60 80 100 120
Suhu ( oC)
Pada Gambar 11 terlihat bahwa nilai G* menurun seiring dengan peningkatan suhu.
Hal tersebut menunjukkan, dengan meningkatnya suhu, maka ukuran perlawanan total aspal
terhadap defomasi akibat repetisi beban lalulintas akan semakin menurun. Sedangkan pada
Gambar 12 memperlihatkan bahwa dengan peningkatan suhu, nilai semakin bertambah, hal
ini menunjukkan bahwa suhu yang semakin tinggi akan menurunkan komponen elastis dari
bitumen atau menurunkan kemampuan dalam penyimpanan energi untuk mengembalikan
aspal ke bentuk semula setelah diberi beban. Kedua grafik di atas juga menunjukkan bahwa
suhu pencampuran antara aspal dengan serbuk ban bekas pada 177o C memiliki nilai G*
terendah dan nilai yang tertinggi dibanding dengan dua suhu pencampuran lainnya. Selama
siklus pembebanan, besarnya kerusakan tergantung dari besarnya strain atau stress yang
terjadi karena siklus pembebanan dan seberapa banyak deformasi dapat dikembalikan ke
bentuk semula atau terdisipasi. (Kim, Y. Richard, 2009).
Untuk melihat hubungan antara pengaruh peningkatan suhu terhadap nilai G*/ sin
yang dapat menggambarkan rutting resistance dapat dilihat pada Gambar 13.
14
Failure temperature:
155o C = 76,26o C
12
177o C = 73,24o C
200o C = 75,99o C
10
G*/ sin (kPa)
8 155 C
177 C
6
200 C
4
0
60 65 70 75 Suhu80( oC) 85 90 95 100
70
65
60
155 C 177 C 200 C
Suhu Pencampuran ( oC)
Gambar 14. Pengaruh suhu pencampuran aspal-serbuk ban bekas dengan nilai Fail Temperature
Dari Gambar 14 dapat terlihat bahwa sampel mengalami penurunan nilai PG pada
suhu pencampuran 177o C, dan meningkat kembali pada suhu pencampuran 200o C. Hal ini
dapat disebabkan karena meningkatnya suhu pencampuran aspal dari suhu optimum dapat
menurunkan kinerja aspal dari segi Performance Grade karena suhu pencampuran yang
semakin tinggi akan mengurangi ke-elastisan aspal. Namun untuk suhu pencampuran 200oC,
peningkatan nilai PG dapat disebabkan karena aspal bersifat semakin keras. Pengerasan aspal
dapat terjadi karena aspal memiliki kandungan karbon yang meningkat akibat penguraian zat
karbon dari serbuk ban bekas pada saat pencampuran akibat suhu yang tinggi. Aspal yang
keras dan memiliki nilai titik lembek yang tinggi cenderung akan dapat menahan aliran
(deformasi) akibat adanya tekanan. Hal tersebut menjadikan nilai PG pada aspal akan semakin
tinggi, karena butuh suhu yang tinggi untuk dapat mempertahankan komponen elastis pada
aspal. Namun, dari ketiga nilai PG tersebut, suhu pencampuran 155oC memiliki nilai PG yang
tertinggi, yaitu 76,26o C. Sehingga suhu pencampuran aspal dengan serbuk ban bekas ini
dapat dijadikan sebagai suhu optimum dalam pencampuran.
Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh penambahan
serbuk ban bekas serta proses pencampuran dengan aspal maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Seluruh pemeriksaan aspal AC pen 60/70 memenuhi spesifikasi umum pemeriksaan mutu
aspal dari Bina Marga tahun 2010
2. Peningkatan kadar juga berpengaruh pada nilai PI, karena akan meningkatkan nilai titik
lembek namun menurunkan nilai penetrasi. Kadar optimum yang didapatkan dari hasil
pengujian sifat fisik empiris adalah 10%, karena kadar serbuk ban bekas yang semakin
tinggi dapat meningkatkan sifat fisik aspal, namun kadar kelarutannya akan semakin
sedikit berdasarkan pengujian daktilitas dan kelarutan.
Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, dapat disampaikan
beberapa saran untuk peneliian selanjutnya seperti berikut:
1. Pencampuran aspal dengan serbuk dengan proses wet drying ban bekas menggunakan
ukuran diameter serbuk ban bekas yang lebih kecil antara #80 - #200 agar campuran
aspal modifikasi bersifat lebih homogen dan dapat mencapai spesifikasi nilai daktilitas
dan kelarutan.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang zat atau bahan kimia yang cocok sebagai bahan aditif
sebagai campuran aspal modifikasi agar campuran menjadi lebih homogen dan serbuk
ban bekas menjadi lebih mudah terlarut.
3. Penelitian perlu dilanjutkan dengan memvariasikan mixing time aspal dengan serbuk ban
bekas, namun dengan suhu pencampuran dan kadar serbuk ban yang konstan sesuai dari
hasil penelitian ini untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Daftar Referensi
A. Tortum, C. Cafer, & Aydin, A.C. (2005). Determination of The Optimum Conditions for
Tire Rubber in Asphalt Concrete. Journal of Building and Environment, 40, 1492-
1504.
Amalia, Mita. 2012. Analisis Penggunaan Bahan Aditif jenis Polimer Terhadap Kinerja
Campuran Aspal Dengan Tambahan Variasi BGA (Buton Granular Asphalt). Skripsi,
Program Sarjana Teknik Sipil Fakultas Teknik UI, Depok, Januari 2012.
American Society for Testing Materials. (2008). Standard Test Method for Determining the
Rheological Properties of Asphalt Binders Using a Dynamic Shear Rheometer.
Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan
Raya Dengan Metode Analisa Komponen.
F. Xiao, Putman B.J., & Amirkhanian S.N. (2006). Laboratory Investigation of Dimensional
Changes of Crumb Rubber Reacting with Asphalt Binder. Journal of Road Materials
and Pavement Design.
Fithra, Herman. (2011). Karakteristik Penggunaan Serbuk Ban Bekas Pada Campuran Panas
Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC). Teras Jurnal, Vol 1, No.2.
Indriyati E.W, dkk. Kajian Perbaikan Sifat Reologi Visco-Elastic Aspal Dengan Penambahan
Asbuton Murni Menggunakan Parameter Complex Sehar Modulus.
Kim, Y. Richard. (2009). Modeling of Asphalt Concrete. United States of America: McGraw-
Hill.
K.-D. Jeong, et al. (2010). Interaction Effect of Crumb Rubber Modified Asphalt Binders.
Journal of Construction and Building Material, 24, 824-831.
Kurniadji. (2008). Modifikasi Aspal Keras Standar Dengan Bitumen Asbuton Hasil Ekstraksi.
Puslitbang Jalan dan Jembatan. Departemen Pekerjaan Umum.
Lievana, Emiliano Julian. (2005). Recycling of Ground Tyre Rubber and Polyolefin Wastes
by Producing Thermoplastic Elastomers. Thesis. Technische Universitt
Kaiserslautern.
Nono, dkk. (2005). Pengkajian Penanganan Deformasi dan Retak Akibat Beban Lalu Lintas.
Puslitbang Jalan dan Jembatan. Departemen Pekerjaan Umum.
S.-C. Huang. (2008). Rubber Concentration on Rheology of Aged Asphalt Binders. Journals
of Materials in Civil Engineering, 20, 221-229.
S.-J. Lee, et al. (2008). The Effect of Crumb Rubber Modified (CRM) on the Performance
Properties of Rubberized Binders in HMA Pavements. Journal of Construction and
Building Materials, 22, 1368 - 1376.
Satyarno, Imam. (2006). Penggunaan Serutan Karet Ban Bekas untuk Campuran Veton.
Jurnal Media Teknik ISSN 0216-3012. Vol XXVIII (4). UGM Jogjakarta.
Steven Manolis and Simon Hesp. (2001). High Temperature Performance of Scrap Tire
Rubber Modified Aasphalt Concrete. Chemistry University, Kingston, Ontarto.
Wang, L., Xing, Y., dan Chang, C. (2010). Experimental Studies on Microstructure and
Technical Performance of Multiphase Compund Crumb Rubber Modified Asphalt.
Journals of Materials in Civil Engineering, 2920-2926.