Anda di halaman 1dari 4

Nama : Khalis Syuhada (160802067)

MK : Pengantar Antropologi dan Sosiologi

SEJARAH MASJID RAYA BAITURRAHMAN BANDA ACEH

Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah masjid yang menjadi kebanggaan Aceh sejak
dulu sampai sekarang, banyak turis yang berkunjung dan menikmati indahnya masjid ini, karena
disamping menyimpan banyak historis, bangunannya yang sangat indah dan megah ini juga
sanggup membuat orang terpana saat melihatnya. Dibalik semua hal-hal tersebut banyak dari kita
belum mengetahui sejarah Masjid Raya Baiturrahman, dan dibawah ini ada sedikit penjelasan
mengenai sejarah Masjid Raya Baiturrahman.

Masjid Raya Baiturrahman dibangun pada masa Kesultanan Aceh yang dibangun
oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1022 H / 1612 M. Bangunan indah dan megah ini terletak
tepat di Kota Banda Aceh. Tujuan Masjid Raya dibangun oleh Sultan Iskandar Muda adalah
untuk menjadikannya tempat beribadah umat Islam, tempat belajar, berkumpulnya masyarakat
Aceh, berfungsi sebagai markas pertahanan terhadap serangan Belanda sekaligus menjadi titik
pusat dari segala kegiatan di Aceh Darussalam pada masa kesultanan dulu.

Sejarah Masjid Raya pada masa pimpinan Sultan Alaidin Mahmudsyah, Masjid Raya ini
terbakar habis akibat penyerangan tentara Belanda dalam ekspedisi keduanya pada 1290 H /
1873 M. Tercatat dalam sejarah, dua kali Masjid Raya dibakar oleh orang belanda.

Pertama, pada 10 April 1873, ketiak pasukan Belanda balas melakukan serangan besar-
besaran sebagai upaya balas dendam atas kekalahan mereka yang berhasil dipukul mundur dua
kali oleh pasukan Kerajaan Aceh. Dalam serangan besar itu, Masjid Raya Baiturrahman tidak
saja berhasil direbut, tetapi dibakar juga sebagian. Upaya merebut kembali Masjid Raya dari
tangan pasukan Belanda pada 14 April 1873. Saat itu, pasukan belanda tidak saja berhadapan
dengan pasukan Kerajaan Aceh, tetapi juga berhadapan langsung dengan rakyat Aceh yang
sudah bertekad mati dijalan membela agama Islam (mati Syahid) karena rumah ibadahnya
dibakar oleh orang kaphe (julukan sinis buat pasukan Belanda oleh orang Aceh).

Kedua, Pada 6 Januari 1874. Meskipun Masjid ini dipertahankan mati-matian oleh
seluruh rakyat Aceh, tetapi karena keterbatasan dan kesederhanaan persenjataan, akhirnya rakyat
Aceh harus merelakan masjidnya ke tangan musuh, rakyat Aceh pun berkabung, karena Belanda
tidak hanya merebut, bahkan mereka membakar habis Masjid Raya Baiturrahman. Belanda pun
mengumumkan bahwa Kerajaan Aceh Darussalam sudah berhasil ditaklukkan dan berada
dibawah kekuasaan Hindia Belanda.

Empat tahun setelah Masjid Raya Baiturrahman terbakar Gubernur Jenderal Van Sweiten
mengulangi janjinya Masjid Raya akan dibangun kembali yang telah terbakar itu pada 1294 H /
1877 M. Masjid Raya dibangun kembali karena pengaruhnya sangat besar kesannya bagi seluruh
rakyat Aceh yang beragama Islam. Janji tersebut dilaksanakan oleh Jenderal Mayor Vander
selaku Gubernur Militer Aceh pada waktu itu. Dan tepat pada hari kamis 13 Syawal 1296 H / 9
Oktober 1879 M, diletakkan batu pertamanya yang diwakili ole Tengku Qadhi Malikul Adil,
Masjid Raya Baiturrahman ini siap dibangun kembali pada tahun 1299 H / 1881 M dengan
kubahnya hanya sebuah saja.

Foto Mesjid Raya Baiturrahman kubah hanya satu

Pada tahun 1935 M Masjid Raya diperluas bahagian kanan dan kirinya dengan tambahan
dua kubah. Perluasan ini dikerjakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum, proyek ini di pimpin oleh Ir.
M. Thair dan selesai dikerjakan pada akhir tahun 1936 M.

Foto Masjid raya Baiturrahman kubah 3


Usaha perluasan dilanjutkan oleh Panitia bernama Panitia Perluasan Masjid Raya
Kutaraja. Dengan keputusan Menteri R.I tanggal 31 okteober 1975 disetujui pula perluasannya
yang kedua dan pelaksanaannya diserahkan kepada pemborong N.V ZEIN dari Jakarta.
Perluasan ini ditambah dua kubah lagi dan dua buah menara sebelah utara dan sebelah selatan.
Dengan perluasan kedua ini Masjid Raya Baiturrahman mempunyai lima kubah dan selesai
dikerjakan dalam tahun 1967 M.

Dalam rangka menyambut Musabaqah Tilawatil Quran Tingkat Nasional ke-XII pada
tanggal 7 s/d 14 Juni 1981 Banda Aceh, Masjid Raya diperindah dengan pelataran, pemasangan
klinkers diatas jalan-jalan dalam perkarangan Masjid Raya. Perbaikan dan penambahan tempat
wudhu dari porselin dan pemasangan pintu krawang, chandelier, tulisan kaligrafi ayat-ayat Al-
Quran dari bahan kuningan, bagian kubah serta instalasi air mancu di dalam kolam halaman
depannya.

Masjid Raya Baiturrahman adalah Masjid kebanggaan rakyat Aceh, dimana sejak zaman
Belanda berfungsi sebagai benteng pertahanan umat islam. Pada tahun 1991-1996 Masjid Raya
Baiturrahman melaksanakan perluasan kembali pada bagian lantai Masjid termasuk ruan
perpustakaan, ruang tamu, ruang perkantoran, aula, dan ruang tempat wudhuk, perluasan halam,
taman dan tempat parker serta satu buah menara utama. Pada perluasan tersebut Masjid Raya
Baiturrahman menjadi 7 kubah, 4 menara, dan 1 menara induk.

Foto Masjid Raya Baiturrahman 7 kubah, 4 menara, dan 1 menara induk

Lalu pembagunan Masjid Raya Baiturrahman yang terakhir ada pada masa gubernur
Zaini Abdullah dengan menambah 12 payung elektrik, lantai halaman masjid diganti dengan
marmer, membuat tempat parkir dibawah tanah dan merenovasi ulang tempat wudhu dan toilet.
Pembangunan tersebut dilakukan untuk memperindah dan juga agar bisa menampung lebih
banyak lagi jamaah shalat pada Masjid Raya Baiturrahman. Hal ini semakin membuat jamaah
dan pengunjung semakin nyaman dan betah berlama-lama berada dilingkungan Masjid. Selain
warga Banda Aceh dan sekitarnya, wisatawan juga semakin banyak berdatangan, ada yang
berdatangan dari berbagai daerah bahkan turis dari luar negeri sekalipun. Mereka datang untuk
melihat keindahan bangunan dengan arsitekturnya mirip dengan Masjid Nabawi di Madinah,
Arab Saudi, dan merasakan langsung sejarah dari Masjid Raya Baiturrahman tersebut.

Itulah penjelasan sedikit mengenai sejarah Masjid Raya Baiturrahman dari alasan
mengapa Masjid ini dibangun dan digunakan untuk keperluan apa saja sampai dengan sejarah
pembangunan Masjid Raya Baiturrahman.

Sumber : bacaan dari buku Sejarah Singkat Masjid Raya Baiturrahman & buku Masjid-Masjid
Bersejarah di Indonesia (hal. 15-18)

Anda mungkin juga menyukai