Publikasi Jurnal PDF
Publikasi Jurnal PDF
Rusdi Evizal
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl. Sumantri Brojonegoro No 1 Bandar Lampung
E-mail: rusdi.evizal@fp.unila.ac.id
ABSTRACT
Cabe jawa atau cabe jamu (Piper retrofractum Cabe jawa merupakan tanaman obat dan
Vahl.) merupakan tanaman penghasil rempah dan fito- bumbu (Emmyzar, 1992), namun tidak banyak ma-
farmaka yang penting baik ditinjau dari pemenuhan sakan yang berbumbu cabe jawa. Pada masakan dan
kebutuhan bumbu dan obat tradisional bagi masyara- minuman yang ingin ditambahkan rasa pedas dan
kat maupun bagi industri makanan, minuman, jamu, hangat yang khas dapat ditambahkan buah cabe jawa
dan obat. Produksinya dimanfaatkan secara domestik kering. Cabe jawa digunakan sebagai bumbu pada be-
maupun diekspor antara lain ke Singapura, Hongkong, berapa masakah seperti gulai, kare, soto, sate padang,
Malaysia, dan India (Soleh, 2003). Sentra produksi sambal, oseng tempe serta minuman seperti wedang
cabe jawa adalah di Propinsi Jawa Timur dan Lam- secang, bir pletok, bandrek, bajigur, wedang jahe,
pung. Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur (2013), dan kopi jamu. Soleh (2003) melaporkan racikan
mencatat pada tahun 2010 luas areal cabe jawa seluas kopi jamu di Madura adalah 3 kg bubuk kopi, 0,25
4.211 ha dengan produksi 1.329 ton buah kering dan kg bubuk temu lawak, 0,25 kg bubuk kunyit, dan 1 kg
produktivitas 481 kg ha-1. Areal perkebunan tersebar bubuk cabe jamu (cabe jawa). Formulasi bubuk kopi
di semua kabupaten terutama di Pulau Madura yaitu dan cabe jawa perlu dikembangkan terutama di sentra
di Kabupaten Sumenep (1.709 ha), Sampang (1.017 produksi kopi untuk meningkatkan pendapatan pet-
ha), Pamekasan (715 ha) dan Bangkalan (356 ha). Di ani. Atal and Ojha (1964) melaporkan rasa cabe jawa
Kabupaten Lamongan terdapat areal seluas 276 ha. pedasnya seperti lada dan sedikit rasa jahe. Menurut
Areal cabe jawa di Propinsi Lampung seluas 630 ha Djauhariya dan Rosman (2008), di Madura serbuk
(Disbun Propinsi Lampung, 2001) terutama terdapat dari buah biasa dibubuhkan ke dalam minuman sep-
di Kabupaten Lampung Timur. Luas pertanaman cabe erti teh, kopi, susu dan minuman lainnya. Penduduk
jawa di Lampung Timur semakin menyusut, yaitu Ulias di Ambon menggunakan buah cabe jamu seb-
pada tahun 2008 tercatat seluas 489 ha dan pada ta- agai rempah pengganti cabe rawit.
hun 2011 menjadi 366 ha dengan produksi 266 ton Sebagai obat tradisional, buah cabe jawa
per tahun (BPS Kabupaten Lampung Timur, 2012). digunakan sebagai stimulan, karminatif, tonik, dan
Petani Lampung membudidayakan cabe jawa seb- perawatan ibu melahirkan (Vinay et al., 2012), juga
agai komoditas sekunder di lahan tegalan, pekaran- untuk mengobati asma, kejang perut, lemah syahwat,
gan, dan kebun terutama sebagai tanaman campuran penyakit infeksi bakteri (Jamal et al., 2013), demam,
(Evizal, 1996). masuk angin, influensa, kolera, obat cacing gelang,
tekanan darah rendah, sakit kepala, bronchitis, se-
sak nafas, dan radang mulut (Evizal, 2013), anti pe-
rut kembung karena angin (antiflatulent), penghilang
EKOLOGI DAN SYARAT TUMBUH di Madura termasuk tipe C, D, sampai E (Soleh, 2003;
Zuchri, 2008). Karakteristik curah hujan di Kabupat-
Cabe jawa tumbuh di seluruh wilayah en Lampung Timur (Stasiun Karangsari, Way Jepara)
Indonesia pada daerah dengan ketinggian 1-600 m dan Kabupaten Sumenep disajikan pada Tabel 3. Dari
dari permukaan air laut dengan suhu udara 20-30oC data curah hujan tahun 1998-2007 menunjukkan tipe
(Djauhariya dan Rosman, 2008). Hutapea et al. iklim (Schmidt dan Ferguson) Lampung Timur ter-
(1992) melaporkan bahwa tanaman cabe jawa dapat masuk iklim C sementara di Sumenep termasuk iklim
tumbuh dan berbuah di dataran tinggi pada elevasi D. Di kedua sentra produksi ini, kadang terdapat ke-
1200 m dari permukaan air laut. Tanaman ini meng- marau yang panjang dengan bulan kering 6-7 bulan.
hendaki tanah lempung berpasir, dengan struktur Di Lampung Timur jumlah bulan basah 6,8 bulan, di
tanah gembur dan berdrainase baik. Toleransi ter- Sumenep jumlah bulan basah lebih sedikit yaitu rata-
hadap pH tanah cukup tinggi yaitu 4-8. Curah hujan rata 5,7 bulan. Pola sebaran hujan bulanan yang disa-
yang dikehendaki berkisar 1250-2500 mm per tahun jikan pada Gambar 1 menunjukkan kemiripan yaitu
(Evizal, 2013). Di kebun pinggir pantai tanaman terjadinya bulan kering dan lembab pada bulan Juni
ini tidak tumbuh dengan baik, cabang dan daunnya sampai Oktober. Setiawan (2009) melaporkan bahwa
renggang, buahnya sedikit, kemungkinan terkait unsur cuaca dapat menjelaskan tingkat produktivitas
dengan tingginya salinitas tanah. cabe jawa sebesar 82%.
Tanaman cabe jawa dikenal mempunyai daya
adaptasi yang tinggi, yaitu dapat ditanam pada tanah Tabel 3. Karakteristik curah hujan di Lampung Timur
dengan rentang pH asam sampai basa, tanah yang dan Sumenep
kurang subur, berbatu, dan iklim yang kering. Tum- Karakteristik curah hujan Lampung Sumenep2
buh baik pada berbagai panjatan seperti pohon randu, Timur1
dadap, gamal, kelor, dan kenari, bahkan dapat tum- Curah hujan (mm/tahun) 2176 1308
buh baik di pohon hutan sengon. Di India tanaman ini Jumlah bulan kering (bulan) 3,1 4,9
hidup liar dan dipanen dari hutan atau dibudidayakan Kisaran bulan kering 0-6 3-7
di kebun lada, dan dapat tumbuh dengan baik pada ta-
Jumlah bulan kering dan lembab 5,2 6,3
nah berkapur (Evizal, 2013). Untuk mendukung per-
Jumlah bulan basah 6,8 5,7
tumbuhan yang optimum tanaman cabe jawa membu-
Sumber:
tuhkan lengas tanah yang cukup yaitu 80-100% dari 1. Stasiun Karangsari, Way Jepara (Ditjen Sumber Daya
kapasitas lapang (Nurkhasanah et al., 2013) sehingga Air, 2013)
membutuhkan cukup hujan yaitu tanpa adanya bulan 2. Disbunhut Kab. Sumenep (Setiawan, 2009)
kering (Sulkani, 2013). Namun demikian, sentra-sen-
tra produksi cabe jawa terdapat pada daerah kering
yang memiliki banyak bulan kering.
Di Lampung, kebun cabe jawa terutama ter-
dapat di Kabupaten Lampung Timur. Arifin et al.
(2006) memetakan curah hujan di Lampung yang se-
makin kering ke arah Timur, dimana Lampung Timur
yang paling kering di Lampung. Di Propinsi Jawa
Timur, cabe jawa juga dibudidayakan di wilayah yang
kering yaitu di kabupaten-kabupaten di Madura dan
Lamongan. Iklim (Schmidt dan Ferguson) di Lamon-
gan termasuk tipe C dan D (Sudiarto, 1992) sedangkan
250 Sumenep
Lampung Timur melaporkan adanya variasi bentuk buah yaitu bulat
200
panjang (conical), bulat pendek (globular), panjang
150
pipih (filiform), dan panjang kecil (cylindrical) den-
100
gan ukuran juga bervariasi. Karakter daun juga sangat
50
bervariasi bila dilihat dari panjang daun, lebar daun,
0 tebal daun, panjang tangkai daun dan jumlah daun per
1 2 3 4 5 6
Bulan
7 8 9 10 11 12
cabang, namun yang paling mudah dibedakan adalah
bentuk daun yang lanset atau bulat dengan ukuran
Sumber: yang bervariasi dari kecil sampai besar.
1. Stasiun Karangsari, Way Jepara (Ditjen Sumber
Daya Air, 2013)
2. Disbunhut Kab. Sumenep (Setiawan, 2009)
Gambar 1. Pola sebaran hujan bulanan di Sumenep
dan Lampung Timur