Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA KEHAMILAN DENGAN PARTUS PREMATURUS IMINEN (PPI)

DI RUANG VK BERSALIN IRD RSUD DR. SOETOMO


SURABAYA

Disusun Oleh:

1. Vike naura Widyaresmi (P27820714001)


2. Qonita (P27820714012)
3. Arif rahmahabimantara (P27820714017)
4. Efrizal Fikri (P27820714032)
5. Hariyani safitri (P27820714035)

TINGKAT III SEMESTER V


PRODI D-IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AJARAN 2016/2017
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kematian ibu maternal di Indonesia masih merupakan masalah nasional.
Data yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik, angka kematian maternal di
Indonesia pada tahun l986 adalah 450/l00.000 dan pada tahun l996 390/l00.000
kelahiran hidup ( Jakarta Post, 21 Oktober 1996 ). Angka ini 3-6 kali lebih tinggi
dibanding negara-negara di Asean. Hal ini menunjukkan perlunya usaha lintas
program dan lintas sektoral untuk menurunkan angka kematian ibu.
Sesuai definisi WHO Kematian maternal itu sendiri dapat didefinisikan
sebagai berikut kematian seorang wanita waktu hamil atau 42 hari sesudah berakhirnya
kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang
dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. (Sarwono, 1996).
Beberapa faktor telah diidentifikasi dapat menyebabkan kematian
maternal, diantaranya adalah masalah yang terjadi pada masa nifas seperti perdarahan
post partum, infeksi masa nifas , kurangnya pengetahuan dan keterampilan ibu dalam
rangka pemeliharaan kesehatan masa nifas.
Sistem pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang turut bertanggungjawab untuk mencegah masalah diatas. Salah
satunya adalah meningkatkan pelayanan keperawatan terhadap ibu nifas. Agar
pelayanan keperawatan menjadi optimal tentunya dibutuhkan suatu standar praktek
keperawatan.
Berdasarkan data Prodi Kesehatan Kabupaten di provinsi Bengkulu pada tahun
2010 kematian ibu berjumlah 45 orang dan tahun 2011 turun menjadi 40 orang, aka
tetatpi secara Angka Kematian Ibu di Provinsi Bengkulu Tahun 2011 meningkat yaitu
sebesar 120 per 100.000 kelahiran hidup, dibandingkan pada tahun 2010 Angka
kematian ibu hanya 115,2 per 100.000 kelahiran hdup. Sedangkan angka kematian
bayi (AKB) pada tahun 2011 berdasarkan data profil kesehatan Kab/Kota sebanyak
33.343 kelahiran hidup di Provinsi Bengkulu, jumlah kematian bayi sebesar 319
dimana 205 bayi lahir mati. Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup di Provinsi
Bengkulu pada tahun 2010 sebesar 5,2 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2011
meningkat menjadi 9,6 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan data diatas penulis
tertarik mengambil kasus dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil dengan
Partus Prematurus Imminens (PPI) di ruang VK Bersalin Lt 2 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya Tahun 2016 dengan menerapkan manajemen kebidanan SOAP.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini adalah Bagaimana Asuhan Keperawatan
pada ibu hamil dengan Partus Prematurus Imminens (PPI) di Ruang VK Bersalin IRD
Lt 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada Tahun 2016.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Untuk dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam
memberikan asuhan keperawatan ibu hamil dengan partus prematurus imminens
sesuai teori manajemen keperawatan yang diaplikasikan dalam asuhan keperawatan
menurut SOAP
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian data subjektif pada ibu hamil dengan partus prematurus
immines
b. Melakukan pengkajian data Objektif pada ibu hamil dengan Partus Prematurus
Imminens
c. Menganalisa dan merumuskan diagnosa pada ibu hamil dengan Partus Prematurus
Imminens
d. Melaksanakan rencana tindakan serta evaluasi rencana tindakan asuhan
keperawatan pada Ibu hamil dengan Partus Prematurus Imminens
e. Membuat pendokumnetasian asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan Partus
Prematurus Imminens

D. Manfaat Studi Kasus


1. Manfaat Teoritis
Dapat menambaha ilmu pengetahuan bagi penulis dalam penerapan proses
manajemen pada ibu hamil dengan partus prematurus imminens. Hasil studi
kasus ini dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan studi kasus
berikutnya
2. Manfaat Praktis
Dapat menambah keterampilan dan kemampuan penulis dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada ibu hamil dengan partus prematurus imminens.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Partus prematurus atau persalinan prematur dapat diartikan sebagai dimulainya
kontraksi uterus yang teratur yang disertai perdarahan dan atau dilatasi serviks, serta
turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu
(kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid teratur (Oxorn, 2010)
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20 37 minggu) atau dengan berat janin
kurang dari 2500 gram (Nugroho, 2010). Partus preterm adalah persalinan pada umur
kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500 2499 gram
(Rukiyah, 2010).

B. ETIOLOGI
Menurut Nugroho (2010) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan Partus
Prematurus yaitu :
1. Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, serviks terbuka lebih dari
1cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali,
riwayat persalinan preterm sebelumnya.
2. Faktor resiko minor : penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
setelah kehamilan 12 minggu, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali

Menurut Manuaba (2009) Faktor predisposisi partus prematurus adalah sebagai


berikut :
1. Faktor ibu : Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun,
jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menurun ibu seperti ; Hipertensi,
jantung, faktor pekerjaan yang terlalu berat
2. Faktor Kehamilan : Hamil dengan hidramnion, gemeli, ketuban pecah dini
3. Faktor Janin : Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.

C. MANIFESTASI KLINIS
Partus Prematurus Imminens ditandai dengan :
1. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rsa sakit
2. Rasa berat dipinggul
3. Kejang usus yang mirip dengan disminorrea
4. Keluarnya cairan per vaginam
5. Nyeri punggung

Menurut Manuaba (2009), jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi


tanda klinis sebagai berikut :
2. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam
3. Terjadi perdarahan progesif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm, perlu
nakan 75 80 % bahkan terjadi penipisan serviks

Beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman partus


prematurus imminens, Wiknjosastro (2010) Yaitu :
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari
2. Kontraksi uterus teratur, yaitu kontraksi yang berlangsung sedikitnya 2 8 menit
sekali atau 2- 3 kali dalam waktu 10 menit
4. Merasakan gejala seperti rasa kaku diperut menyerupai kaku menstruasi
5. Nyeri pada punggung bawah (low back pain)
6. Mengeluarkan lendir pervaginam mungkin bercampur darah
7. Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50 80 % atau
telah terjadi pembukaan sedikitnya 2cm.

D. PATOFISIOLOGI
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagaln mekanisme yang
bertanggung jawab untuk memepertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan
atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani jalur
persalinan normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara dini. Empat
jalur terpisah yaitu, stress, infeksi, regangan dan perdarahan ( Nurwiniz, 2007).
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah
ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktivitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur akibat
dari persalinan prematur berdampak pad janin dan ibu. Pada janin menyebabkan
kelahiran yang belum waktunya, sehingga terjadinya imaturitas jaringan pada janin.
Salah satu dampaknya terjadilah imaturitas paru yang mengakibatkan cedera pada
janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang menyebabkan ansietas
dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan
untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium : Darah rutin, kimia darah, golongan ABO, faktor
rhesus, urinalis, bakteriologi vagina, amniosentesis (Surfaktan, gas dan pH darah
janin)
2. USG : Untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, besar janin, kativitas biofisik,
cacat kongenital, letak dan maturasi plasenta, volume cairan tuba dan kelainan
uterus.

F. PENATALAKSANAAN
Dalam tata laksana PPI (PARTUSPREMATURUS IMMINENS), perlu atau
tidaknya kehamilan dengan memepertahankan beberapa faktor :
1. Selaput ketuban, jika sudah pecah persalinan jadi pilihan
2. pembukaan serviks, jika > 4cm sulit dipertahankan
3. Tanda tanda kariomnionitis, preeklamsia perdarahan aktif jika positif persalinan
jadi pilihan
4. TBJ (Taksiran Berat Janin) >200 gram atau usia kehamilan 34 minggu persalinan
dapat dipertimbangkan
5. Fasilitan Neonatus Internatal Care Unit (NICU) dan tenaga medis, jika usia
kehamilan < 34 minggu atau TBJ <2000 gram
Non Medikamentosa
1. Tirah baring 2x24 jam (menunggu pematangan paru dengan kortikosteroid)
2. Tidak berhubungan seks sementara

Medikamentosa
1. Tokolitik nifedipine 2x30 mg selang 8 jam dilanjutkan 3x20 mg sampai 2 x24 jam
(Hari 1 : 30mg 30mg 20 mg, Hari 2 : 20mg -20mg -20mg) Dapat menunda
kelahiran 2 7 hari, efek sampingnya muka merah, mual, muntah defekasi,
hipotensi. Kontraindikasi pada penyakit jantung. Tokolitik tidak diberikan jika ada
kontaindikasi mempertahankan kehamilan. Contohnya : konoamionitis,
preeklampsia berat, dan lain sebagainya. Namun, pada PEB, nifedipin tetap
diberikan sebagai antihipertensi dengan 3x10 mg

2. Kortikosteroid
a. Dexamethasone IM 2x6 mg sampai 2x24 jam (4 kali pemberian)
b. Betamethasone IM 1x12 mg sampai 2x24 jam (2 kali pemberian)
Diberikan hanya pada usia kehamilan 28 34 minggu, untuk pematangan
baru janin. Pada usia kehamilan <28 34 minggu sel sel pneumosit 2 belum
siap membentuk surfaktan, jika diberi kortikosteroid pematangan paru tidak
akan terjadi. Pada usia >34 minggu paru janin sudah matang, jadi tidak perlu
diberikan kortikosteroid.
Seandainya terjadi partus premature imminens lagi lebih dari 1 kali pada
usia 28 34 minggu, pemberian kortikosteroid tidak diulang, jika sudah pernah
diberikan karena dapat menyebabkan pertumbuhan janin terlambat.
3. Antibiotik
Jika partus premature imminens dicurigai karena infeksi terutama infeksi saluran
kencing, dianjurkan :
a. Erytromicin 3x500 mg selama 3 hari
b. Ampicilin 3x500 mg selama 3 hari
c. Clyndamicin 3x300 mg selama 3 hari
Tidak dianjurkan memakai Co. Amoxiclav, berisiko terjadi NEC (
Necrotifing Entero Colitis ).

ASUHAN KEPERAWATN TEORI

KEHAMILAN DENGAN PPI ( PARTUS PREMATURUS IMINENS )

A. PENGKAJIAN
Data subjektif
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur beresiko pada usia ibu hamil < 16 tahun atau > 30
tahun, alamat, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, tanggal MRS, no register diagnose medis
2. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pada ibu hamil dengan partus premature Imminens sering ditemukan
rasa kaku diperut menyerupai rasa tekanan intra pelviks dan nyeri pada
pungung bawah (low back pain) mengeluarkan lendir pervaginam.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Dari ibu mengalami keluhan utama hingga itu datang ke rumah sakit,
dirujuk maupun datang sendiri. Upaya apa saja yang sudah dilakukan
ibu
3) Riwayat kesehatan dahulu
- Kemungkinan ibu menderita DM hipertensi, dan infeksi saluran
kencing
- Kemungkinan ibu mempunyai riwayat pendarahan trimester
awal perdarahan paterm atuau abortus ulang
- Kemungkinan ibu memakai obat narkotik atau perokok berat
4) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan mmemiliki riwayat gemeli pada keluarga (wiknjosastro,
2010).
3. Riwayat obserti
1) Riwayat kehamilan
Statusperkawian sah atau tidak, lama perkawiann sudah berapa lama
menikah (Sujiati 2010)
Pada ibu hamil dengan PPI terjadi 15% persalinan premature pada
kawin tidak sah (Nugroh 2010)
2) Riwayat kehamilan
Pada iu dengan PPI adanya riwayat abortus berulang dengan perawtan
prenatal care yang buruk (Wiknjosasoko, 2010)
3) Riwayat persalinan
Spontan atau bantuan, lahir aterm ata premature, ada atau tidaknya
pendarahan, waktu persalinan, ditolong oleh siapa, temat persalinan,
atau tidak ada riwayat persalinan premature sebelumnya.
Pada ibu hamil dengan PPI meemiliki riwayat abortus pada trimester II
lebih dari 1 kali , riwayat persalinan praterm sebelmnya, operasi
sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan praterm (Nugroho,
2010)
4. Pola pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan penatalaksanaan kesehatan
Program skrining kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan, latihan dan
olahraga, menejemen stress
2) Pola aktivitas
Pada ibu hamil aktivitas lebih dibatasi karena agar tidak lelah pada ibu
hamil denan PPI biasanya melakukan pekerjaan yang terlalu berat
3) Pola nutrisi dan metabolism
Pada umumnya ibu hamil pada trimester 1 mengalami mual muntah,
pda trimester II ibu hamil mengalami memperbanyak makan cek gula
darah untuk mencegah terjadinya DM gestasional. Ibu yang kurang
gizi dapat mempengaruhi terjadinya PPI ( Nugroho, 2010)
4) Pola tidur istirahat
Pada ibu dengan PPI kemungkinan nyeri punggung (low back pain)
mengangu istirahat dan tidur
5) Pola kognitif dan perceptual
6) Pola persepsi dan konsep diri
7) Pola peran dan hubungan
Tidak ada ganguan pada pola peran dan hubungan apabila ibu dengan
PPI mengalami nyeri kemungkinan ibu mengeluh nyeri
8) Pola koping dan toleransi stress
Ibu anseitas PPI yang diderita ( resiko) , kemungkinan ibu cemas
tentang kehamlan dan bayi cemas bayi lahir dulu ( premature )
9) Pola nilai dan kepercayaan
10) Pola seksual dan reproduksi
Pada ibu hamil dengan PPI kemungkinan perdrahan pervaginam, pada
ibu dengan PPI bias any frekuensi hubungan seksual berlebihan
terutama pada usia kehamilan tua dan dengan dengan posisi yang tidak
aman
11) Pola eliminasi
Pada ibu hamil dengan PPI pada BAK sring dengan konsitensi
berwarna kuning
5. Pemeriksaan Fisik
Data objektif
1) Tanda tanda vital melipui tekanan darah suhu, nadi, pernafasan
2) Tinggi badan dan berat badan
3) Kesadaran meiputi GCS
4) Pemmeriksaan fisik (head to toe)
a. Kepala
- Rambut : bersih atau tidak, rontok atau tidak, tipis ata
tebal
- Muka : pucat atau tidak ada edema atau tidak
- Mata : konjungtiva, sklera mata
- Hidung : simetris atau tidak, apa ada sinus atau tidak
- Gigi dan mulut : ada karies gigi, stomatitis atau tidak
- Telinaga : ada serumen atau tidak
b. Leher
Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid atau pembesaran vena
jugularis
c. Dada
- Jantung : inspeksi , auskultasi, perfusi
- Payudara : inspeksi, simetris atau tidakm, putin menonjol,
- Paru paru : inspeksi, perfusi aukultasi
d. Abdommen
Bentuk perut apakah ada pembesaran perutnya, apakah ada bekas
operasi atau tidak
e. Genetalia
Apakah gatal, panas, lembab atau kering ada cairan apa tidak
f. Ekstermitas
Apakah ada edema atau tidak, terdapat variasis atau tidak
6. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorim
Dara lengkap, kima darah, urinalis, bakteriologi vagina
2) USG
Tebal serviks 2 cm, keadaan air ketuban, CTG (kesejahteraan janin)
CRP (20,7 mg/ml)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agenn injuri , kontraksi otot dan efek obat
obatan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipersensitivitas otot seluler tirah
baring kelemahan umum
3. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan premature
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ancaman yang dirasakan
atau aktual pada diri dan janin

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agenn injuri , kontraksi otot dan efek
obat obatan
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam kilen tidak mengalami nyeri atau nyeri
hilang
Kriteria Hasil :
- Skala nyeri 0
- Tanda tanda vital dalam batas normal
- Klien tidak mengalami gangguan tidur

Intervensi :
1) Berikan posisi nyaman pada klien
R : klien merasa nyaman pada klien dengan posisi sesuai keinginan
2) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
R : teknik mengurangi rasa nyeri pada klien
3) Observasi skala nyeri
R : mengetahui skala nyeri yang dirasakan klien
4) Observasi tanda tanda vital
R : mengetahui keadaan klien
5) Kolaborasi pemberian analgesik
R : mengurangi nyeri pada klien
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipersensitivitas otot seluler
tirah baring kelemahan umum
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam kilen dihrapkan dapat bertoleransi
terhaadap aktivitas
Kriteria Hasil :
- Mampu melaksanakan aktivitas sehari hari
- Mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri

Intervensi :

1) Anjurkan klien istirahat cukup


R : untuk mencegah klien kelelahan
2) Anjurkan keluarga klien membantu aktivitas klien
R : membantu klien beraktivitas
3) Anjurkan klien memenuhi kebutuhan secara mandiri
R : mengetahui aktivitas kebutuhan klien
4) Oservasi tanda tanda vital
R : mengetahui keadaan klien
5) Kolaborasi dengan tenaga rehab medik dalam merencanakan program
terapi yang tepat
R : untuk membantu klien beraktivitas
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ancaman yang dirasakan
atau aktual pada diri dan janin
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam klien tidak mengalami kecemasan
Kriteria Hasil :
- Klien dapta mengontrol rasa takut
- Observasi tnda tanda vital
- Postur tubuh ekspresi wajah, bahasa tubuh dan aktivitas
menunjukan berkurngnya kecemasan

Intervensi :

1) Anjurkan teknik relaksasi


R : agar klien lebih tenang
2) Dengar klien bercerita dengan penuh perhtian
R : agar klien dapat bercerit dengan nyaman
3) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan ketakutan dan
persepsi
R : agar klien dapat mengungkapkan perasaannya
4) Observasi tanda tanda vital
R : mengetahui keadaan klien
5) Kolaborasi dengan pemberian obat mengurangi kecemasan
R : agar klien tenang dan tidak cemas
BAB 3

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 1 November 2016 Pukul : 21.00
MRS : 31 Oktober 2016 Pukul : 19.00

1. Identitas
Nama : Ny. S
Usia : 22 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SLTA
Status pernikahan : menikah
Alamat : Surabaya, Jawa Timur
No. RM : 12.54.XX.XX
Diagnosa medis : G1 P0000 33/34 mgg THIU + letkep + PPI + TBJ 1900
gr

Nama suami : Tn. B


Usia : 27 tahun
Pekerjaan : Swasta/ Pabrik Tekstil
Pendidikan : SLTA
Status perkawinan : menikah

2. Keluhan utama
Pasien mengatakan perut terasa kencang dan sakit (nyeri kram) di perut
bagian bawah

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kehamilan sekarang
Pasien mengatakan control ke Bidan dengan keluhann panas di badan
dengan suhu 38,8 C, Bidan merujuk pasien ke RSUD Dr. Soetomo
Surabaya dengan keluhan kenceng di perut, panas badan 38,8 C pada
tanggal 31 November 2016 dengan diagnose rujukan G1P000, Usia
Kehamilan 33/34 minggu + fetal distress +febris. Pasien mengatakan
selama hamil selalu periksa di bidan Surabaya, selama hamil pasien
mengeluh mual muntah , pusinng di awal kehamilan, pasien diberi obat
Fe, Asam folat, dan BB komplek
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan pernah sakit maag, tidak pernah mengalami
penyakit hipertensi, diabete mellitus, jantung, asma dan TBC
c. Operasi yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak pernah pernah menjalani operasi apapun.
d. Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit seperti
hipertensi, diabete mellitus, jantung, asma dan TBC
e. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memilikiriwayat alergi obat dan makanan

4. Riwayat obstetri
a. Riwayat kehamilan dan persalinan
No. Suami Umur Persalinan Anak KB Ket
ke hamil penol jenis penyulit Seks BB hidup
HAMIL SAAT INI

b. Riwayat perkawinan
Pasien mengatakan menikah dengan Tn. K sejak tahun 2015 saat usia
21 tahun dan Tn. B berusia 27 tahun. Lama pernikah 1 tahun.
c. Riwayat Haid
HPHT : 11 maret 2016
Menarche : 14 tahun
Siklus : 30 hari
Lama : 5 hari
Keluhan haid : terkadang disminore

5. Pola-pola fungsi kesehatan


a. Pola Pemeliharaan Kesehatan
SMRS : Pasien mengatakan mandi 2x sehari
MRS :Pasien mengatakan hanya diseka saja pada pagi hari dan sore
hari oleh mahasiswa, petugas Ruangan
b. Pola nutrisi dan metabolisme
SMRS : pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan 1 porsi habis
MRS : pasien mengatakan makan 3-4 kali sehari dengan 1 porsi habis
c. Pola eliminasi
SMRS :pasien mengatakan BAK lancer dengan frekuensi
1500cc/hari, BAB 1x/hari, konsentrasi lembek berwarna kuning
kecoklatan
MRS :pasien mengatakan BAK 4x/hari tetapi tidak dapat BAB
semenjak masuk rumah sakit selama 2 hari
d. Pola aktifitas dan latihan
SMRS : pasien mengatakan dapat beraktivitas normal, kebutuhan
pasien dipenuhi secaraa mandiri
MRS : pasien mengatakan dapat memenuhi kbutuhan secara mandiri
dan beraktivitas tetapi advis dokter pasien diharuskan bedrest
e. Pola istirahat dan tidur
SMRS : pasien mengatakan dalam sehari tidur 8 jam sehari
MRS : pasien mengatakan tidak dapat tidur nyenyak dikarenakan
adanya kenceng-kenceng
f. Pola sensori dan kognitif
SMRS : pasien mengatakan fungsi indera masih berfunggsi dengan
baik
MRS : pasien mengatakan fungsi panca indera masih baik
g. Pola persepsi dan kosep diri
SMRS : pasien mengatakan sadar bahwa telah hamil hamil
MRS : pasien mengatakan sedang hamil, menerima keadaan saat ini
dan berharap bayi lahir sehat
h. Pola hubungan dan peran
SMRS : pasien mengatakan memiliki hubungan baik dengan
keluarganya
MRS : klien mengatakan bahwa hubungan dengan keluarga baik-baik
saja dan tenaga medis yang berada di Rumah Sakit
i. Pola koping dan toleransi stress
SMRS : pasien mengatakan jika ada masalah pasien akan bercerita
kepada suami
MRS : pasien mengatakan jika ada masalah pasien akan bercerita
kepada ibunya
j. Pola reproduksi dan seksual
SMRS : pasien mengatakan berhubungan seksual dengan suami 1
minggu 2 kali tanpa menggunakan pengaman
MRS : pasien mengatakan tidak berhubungan seksual
k. Pola niai dan kepercayaan
SMRS : pasien mengatakan beragama islam dan sholat 5 waktu
dirumah
MRS : pasien mengatakan tidak beribadah di rumah sakit

6. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : komposmentis
GCS : 456
Akral : Hangat
CRT : <2 detik
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Suhu : 37,2 C
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan :18x/mnt
BB saat ini : 45 kg
Tinggi Badan : 143 cm
BB sbelum hamil : 42kg
BMI : 22.05 (normal)
a. Kepala dan leher
Wajah : simetris, tidak ada pembengkakan pada wajah, pucat
Mata :tidak icterus, konjungtiva normal, penglihatan normal,
tidak memakai kacamata
Gigi dan mulut : tidak ada caries, tidak ada stomatitis
Hidung : simetris, tidak ada sekret
Telinga : simetris, ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis

b. Dada
Jantung : suara jantung normal, pergerakan dada simetris, tidak
ada suara tambahan, Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Paru : bentuk dada simetris, tidak ada suara ronchi dan
wheezhing, pernafasan 18x/menit
Payudara : Simetris, putting susu menojol, ASI belum keluar,
tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
c. Abdomen
- Tidak ada luka bekas operasi
- DJJ 136 x/menit
- Leopold I
Teraba fundus uteri 28 cm, teraba lunak, tidak melenting
- Leopold II
Teraba keras seperti papan kesan (punggung) disebelah kanan ibu dan
teraba bagian kecil janin kesan (ekstermitas) disebelah kiri ibu.
- Leopold III
Presentase kepala, melenting dapat digoyang
- Leopold IV
Divergen, kepala belum memasuki pintu atas panggul
d. Genetalia
Tidak perdarahan, keluar cairan putih bening sedikit, tidak gtal,
Hasil VT : tidak ada pembukaan
e. Ekstermitas
Tidak ada odema pada ektermitas atas dan bawah

7. Pemeriksaan penunjang
Tanggal 31 Oktober 2016

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

Darah lengkap:
HGB 10,7 gr/dl 11,0-14,7 gr/dl
WBC 18,03 x10^3/ul 3,37 - 10 x10^3/ul
RBC 4,36 x10^6/ul 3,69 5,46 x10^3/ul

HCT 32,5 % 5.2-46.7 %

PLT 199 x10^3/ul 150-450 x10^3/ul

Faal Koagulasi
PPT 9,7 detik 9-12 detik
APTT 27,7 detik 23-33 detik
HbsAg
HbsAg Non reaktif Negatif

Urine Lengkap
Ph 6,5 4,5 8
Leukosit 1+ Negatif
Keton 2+ Negatif
Protein Negatif Negatif

Kimia Klinik

GDA 72 <200

SGOT 24 u/l 0-35 u/l

SGPT 18 u/l 0-35 u/l

Albumin 3,6 g/dl 3,80 4,40 g/dl

BUN 5 mg/dl 7-18 mg/dl

Kreatinin Serum 0,93 mg/dl 0,6 1,3 mg/dl

Kalium 4,3 mmol/l 3,5 5,1 mmol/l

Natrium 138 mmol/l 136-145

98 107

Klorida 98 mmol/l

CRP kimia 102,11 mg/l

8. Terapi

a. Injeksi dexamethasone 2x6 mg IM

b. Nifedipine 3x30 mg per oral

c. Amoxilin 3x500 mg per oral


d. Paracetamol 3x500mg per oral

e. Diit TKTP (tinggi kalori tinggi protein) 2100 kkal

f. Ketoprofen 2 buah supposutoria


ANALISA DATA

KEMUNGKINAN
NO PENGELOMPOKAN DATA MASALAH
PENYEBAB
1. DS : Pasien mengatakan kenceng- HIS yang berulang Nyeri
kenceng (nyeri kram) di perut
bagian bawah Peningkatan kontraksi
dan pembukaan serviks
DO :
- Keadaan umum lemah Prostaglandin meningkat
- HIS 2x dalam 10 menit durasi
25 detik Dilatasi serviks
- Nadi : 84 x/menit
- Tekanan Darah: 110/70 mmHg Nyeri
- P: kontraksi
- Q: Nyeri tekan
- R: abdomen bagian bawah
- S:5
- T: sering

2. DS : pasien mengatakan dapat HIS yang berulang Kelemahan


beraktifitas namun sakit pada
perut (kenceng-kenceng) Peningkatan kontraksi
DO :
- N : 84x/menit Viskotusis pembuluh
- TD : 110/70 mmHg darah uterus
- Pasien bedrest
- Wajah pucat Metabolism sel dan
- Hb :10,7 gr/dl jaringan
- Keadaan umum lemah
Energy menurun

Kelemahan
3. DS : Pasien mengatakan kenceng Usia kehamilan <37 Resiko
kenceng sejak pukul 23.00 minggu Kelahiran
DO : Premature
- Usia kehamilan 33 minggu HIS yang tak kunjung
reda

Resiko Kelahiran
Premature

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ditemukan Masalah Masalah Teratasi


No Diagnosa Keperawatan
Tanggal Paraf Tanggal Paraf

1. Nyeri akut berhubungan dengan 1/11/2016 1/11/2016


peningkatan kontraksi, ditandai
dengan :

- Keadaan umum lemah


- HIS 2x dalam 10 menit
durasi 25 detik
- Nadi : 84 x/menit
- Tekanan Darah: 110/70
mmHg
- P: kontraksi
- Q: Nyeri tekan
- R: abdomen bagian
bawah
- S:5
- T: sering

2. Intoleransi aktifitas berhubungan 1/11/2016


dengan kelemahan umum,
ditandai dengan :

- N : 84x/menit
- TD : 110/70 mmHg
- Pasien bedrest
- Wajah pucat
- Hb :10,7 gr/dl
Keadaan umum lemah

3. Resiko kelahiran premature 1/11/2016


berhubungan dengan usia
kehamilan <37 minggu, ditandai
dengan usia kehamilan 33
minggu
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Perencanaan
Diagnosa
No. Tujuan & Tindakan Keperawatan Rasionalisasi
Keperawatan
Kriteria hasil

1 Nyeri akut NOC NIC


berhubungan 1. Berikan posisi 1. Mengurangi rasa
1. Pain level
dengan peningkatan nyaman pada pasien nyeri
2. Pain control
kontraksi
3. Comfort
level 2. Ajarkan teknik
2. Mengurangi rasa
relaksasi
Setelah nyeri yang
dilakukan dirasakan
asuhan
keperawatan 1 x
3. Observasi kontraksi
8 jam pasien
tidak 3. Mengetahui
mengalami durasi kontraksi
nyeri atau nyeri
berkurang
4. Observasi tanda-
tanda vital 4. Mengetahui
keadaan pasien
Kriteria Hasil:

1. Skala nyeri 5. Kolaborasi


0 pemberian obat 5. Mengurangi rasa
2. Pasien analgetik nyeri
mengatakan
tidak nyeri
3. Pasien tidak
tampak
menyeringai
4. Tanda-tanda
vital dalam
batas normal
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Perencanaan
Diagnosa
Tujuan & Tindakan Keperawatan Rasionalisasi
Keperawatan
Kriteria hasil

2. Intoleransi aktivitas NOC NIC


berhubungan
1. Self care
dengan kelemahan 1. Anjurkan pasien 1. Mengetahui
:ADLs
umum beraktivitas sesuai aktivitas yang
2. Toleransi
kemampuan dapat
aktivitas
dilakukakan
3. Konservasi
energi 2. Bantu pasien
2. Memenuhi
Setelah memenuhi
kebutuhan
dilakukan kebutuhannya
pasien
asuhan
keperawatan 1 x
3. Anjurkan pasien
10 jam pasien 3. Memenuhi
istirahat cukup
bertoleransi kebutuhan
terhadap istirahat pasien
aktivitas
4. Observasi tanda- 4. Mengetahui
tanda vital keadaan pasien
Kriteria Hasil:

1. Pasien 5. Untuk
berpartisipasi membantu
dalam 5. Kolaborasi dengan mobilisasi pada
aktivitas fisik tenaga rehabilitasi pasien
tanpa disertai
peningkatan
tekanan
darah, nadi
dan
pernapasan
2. Mampu
melakukan
(ADLs)
secara
mandiri
3. Keseimbanga
n aktivitas
dan istirahat
PELAKSANAAN

NO TANGGAL / TANDA
TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA JAM TANGAN
Diagnosa Selasa,
No. 1 01/11/2016
21.00 1. Mengobservasi tanda tanda vital Perawat
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 37,2 C
Nadi : 84x/menit
RR : 18x/menit Perawat
23.00 2. Memberikan posisi nyaman
R:/ pasien memilih posisi miring kiri Perawat

23.25 3. Mengajarkan teknik relaksasi Perawat


R/ : pasien mengikuti teknik yang
diajarkan Perawat
23.45 4. Mengobservasi kontraksi
R/ : 2x dalam 10 menit durasi 25 detik
00.00 5. Kolaborasi pemberian obat ketoprofen
2 buah supposutoria
Perawat

Perawat
Diagnosa Rabu,
No. 2 02/11 /2016
05.00 1. Membantu pasien menyeka badan Perawat
R/ : pasien kooperatif
05.10 2. Menganjurkan pasien miring ke kanan Perawat
dan kiri setiap 2 jam
R/ : pasien mengikuti anjuran yang
diberikan
05.20 3. Menganjurkan pasien makan
R/ : pasien makan roti sendiri
05.30 4. Mengobservasi tanda-tanda vital
R/ : TD = 120/80 mmHg
N = 82 x/menit
RR = 18 x/menit
S = 36,2C

CATATAN PERKEMBANGAN

NO. DX
TANGGAL PERKEMBANGAN PELAKSANA
KEP
02/11/2016 Diagnosa S : pasien mengatakan nyeri
05.00 No. 1 sudah tidak terasa, kenceng- Perawat
kenceng sudah hilang
O : - skala nyeri 0
- Wajah tidak menyeringai
- TD : 120/80 mmHg
- Suhu : 36,2c
- Nadi : 82x/menit
- RR :18 x/menit

A : masalah nyeri teratasi


P : intervensi dihentikan Perawat

02/11/2016 Diagnosa S : pasien mengatakan dapat


07.00 No. 2 memenuhi kebutuhan seperti
makan
O: - Keadaan umum baik
- Pasien dapat makan
sendiri
- Pasien bedrest
- TD : 120/80 mmHg
- Suhu : 36,2c
- Nadi : 82x/menit
- RR :18 x/menit
A : masalah intoleransi aktivitas
teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
BAB 4

PEMBAHASAN

Setelah mempelajari tinjauan pustaka dan melaksanakan asuhan keperawatan pada


klien Partus Prematurus Imminens (PPI) dengan masalah nyeri akut dan Intoleransi
Aktivitas, maka akan dibahas mengenai :
A. Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajian didapatkan pasien kontraksi berlangsung 2 kali dalam 10
menit. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa tanda dan gejala partus prematurus
imminens terjadinya kontraksi sekitar 4 kali per 20 menit, terjadinya pendarahan
progresif serviks terjadi pembukaan 1 cm (Manuaba, 2009).
Pada riwayat kesehatan keluarga pasien tidak memiliki riwayat gemeli, hal ini
tidak sesuai dengan teori bahwa riwayat keluarga dengan gemeli mempengaruhi
pertus prematurus imminens (Wiknjosastro, 2010).
Pada klien kehamilan sekarang merupakan kehamilan pertama dengan partus
prematurus imminens, hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa PPI memiliki
riwayat abortus pada trimester II, riwayat operasi sebelumnya dan riwayat
persalinan preterm (Nugroho,2010).
Pada pola fungsi kesehatan pasien tidak mengalami kesenjangan. Pada
pemeriksaan fisik pasien mengalami nyeri pada perutnya, hal ini dikarenakan
karena partus prematurus imminens mempunyai tanda dan gejala nyeri
dikarenakan adanya kontraksi.

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang pertama pada pasien sesuai dengan askep teori
yaitu nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi. Hal ini dikarenakan
kontraksi yang berulang terjadinya peningkatan kontraksi dan pembukaan serviks.
Sedangkan diagnosa kedua pasien yaitu intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan umum. Diagnosa kedua diambil karena pasien mengalami
nyeri dan kelemahan
C. Perencanaan
Pada perumusan perencanaan tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan
tinjauan kasus. Saya juga berusaha memandirikan pasien dan keluarga dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan
dalam mengurangi masalah dan perubahan tingkah laku.
Pada diagnosa peratama saya memberikan intervensi dengan memberikan
teknik relaksasi seperti nafas dalam dan distraksi seperti pengalihan guna
mengurangi rasa nyeri tersebut.
Pada diagnosa kedua saya memberikan health education tentang manfaat
nutrisi guna meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi. Sehingga pasien
bisa mencukupi nutrisi tubuhnya.
D. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan diagnosa pertama, dituliskan bahwa tindakan keperawatan
dilakukan dalam 2x24 jam, pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan apa yang
direncanakan, dan dilakukan secara berurutan, yaitu memonitor tanda-tanda vital,
mengakaji skala nyeri, mensituasikan lingkungan yang tenang, mengajarkan
teknik nafas dalam dan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik.
Pada pelaksanaan diagnosa kedua, dituliskan bahwa tindakan keperawatan
dilakukan dalam 2x24 jam, pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan apa yang
direncanakan, dan dilakukan secara berurutan, yaitu memberikan education
tentang manfaat nutrisi, memberitahu untuk makan dalam porsi kecil tapi sering,
mengobservasi porsi makan, dan selalu memantau timbang berat badan pasien.
E. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dan alat ukur keberhasilan pemberian
asuhan keperawatan. Pada diagnosa pertama masalah dapat diatasi sebagian dalam
waktu 2x24 jam, dan pada planning intervensi dilanjutkan karena masalah pasien
belum teratasi sepenuhnya. Sedangkan pada diagnosa kedua masalah dapat diatasi
dalam 2x24 jam dan pada planning intervensi dilanjutkan karena masalah pasien
belum teratasi sepenuhnya. Jadi planning intervensi dari kedua diagnosa
dilanjutkan hingga masalah teratasi.
BAB 5

PENUTUP

A. Kesimpulan
Partus prematurus sama dengan persalinan premature ditandai dengan
kontraksi uterus yang disertai perdarahan. Persalinan premature terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20 37 minggu).
Dari anamnesa didapatkanNy. S berusia 22 tahun dengan diagnose G1
P0000 33/34 mgg THIU + letkep + PPI +1900 gr keluhan perut terasa kencang
dan sakit (nyeri kram) di resiko yang dapat menyebabkan Partus Prematurus
yaitu : resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, serviks terbuka lebih
dari 1cm pada perut bagian bawah didapatkan masalah keperawatan: 1) nyeri:
Keadaan umum lemah, HIS 2x dalam 10 menit durasi 25 detik. Nadi : 84
x/menit, Tekanan Darah: 110/70 mmHg, P: kontraksi, Q: Nyeri tekan, R:
abdomen bagian bawah, S : 5, T: sering. 2) intoleransi aktifitas: N : 84x/menit,
TD : 110/70 mmHg, Pasien bedrest, Wajah pucat, Hb :10,7 gr/dl

B. Saran
Untuk menghindari terjadinya partus prematurus, dilakukan
penatalaksanaan yang baik terhadap pasien dan janin. Diberikan dexamethasone
untuk pematangan paru janin jika sudah inpartu.
DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph C dan Pernoll, Martin L. 2012. Buku Saku Obsetri dan Ginekologi.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosis Medis
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction
Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human
Labor and Birth). Yogyakarta : YEM.
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuahan Kebidanan Patologi. Jakarta : Trans Info
Media
Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai