PRAKTIKUM III
IDENTIFIKASI PENGAWET BORAKS PADA SAMPEL MAKANAN
DOSEN PENGAJAR :
ASISTEN DOSEN :
SUNARDI, Amd.Farm
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan mata kuliah Analisis Bahan Tambahan Pangan &
Kosmetik dengan Judul Identifikasi Pengawet Boraks Pada Sampel Makanan.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan Laporan ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki Laporan ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan bermanfaat untuk masyarakat
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
C. Batasan Masalah.................................................................................... 3
A. Makanan ................................................................................................ 4
B. Pembahasan ......................................................................................... 20
A. Kesimpulan ......................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum kesehatan merupakan hal yang paling utama yang sangat
diperlukan dalam diri setiap orang. Karena kesehatan merupakan faktor utama
penentu kelangsungan hidup kita. Tanpa adanya kesehatan, seluruh aktivitas
yang akan kita lakukan tidak akan berjalan dengan lancar. Kesehatan menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan sangat berhubungan dengan makanan. Makanan sangat
mempengaruhi kesehatan seseorang. Manusia membutuhkan makanan sebagai
sumber tenaga untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu,
makanan yang dikonsumsi haruslah bergizi, aman, sehat, dan tidak
menimbulkan gangguan kesehatan serta layak untuk dikonsumsi.
Makanan merupakan salah satu kebutuhan primer dari kehidupan
manusia. Tanpa adanya makanan, manusia tidak mungkin bertahan hidup.
Pada zaman primitif, manusia memakan sesuatu yang memang bisa dimakan
dan hanya diolah dengan sangat sederhana, namun karena kemajuan zaman,
manusia mendapat hasrat untuk mendapat cita rasa yang lebih dari makanan
yang disantapnya. Karena itulah, dalam pengolahan makanan, manusia
melakukan banyak inovasi, seperti menemukan bumbu, bahan makanan yang
baru, maupun cara pengolahannya.
Dalam pengelolaan makanan selalu diusahakan untuk menghasilkan
produk makanan yang disukai dan berkualitas baik. Makanan yang tersaji
harus tersedia dalam bentuk dan aroma yang lebih menarik, rasa enak, warna
dan konsistensinya baik serta awet, untuk mendapatkan makanan seperti yang
diinginkan maka sering pada proses pembuatanya dilakukan penambahan
Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang disebut zat aditif kimia (Widyaningsih
dan Murtini, 2006). BTP pada umumnya merupakan bahan kimia yang telah
diteliti dan diuji sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang ada. BTP yang
2
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasi penelitian masalanya, yaitu :
1. Makanan merupakan salah satu kebutuhan primer dari kehidupan manusia.
2. Bahan Tambahan Pangan adalah senyawa atau campuran senyawa yang
sengaja ditambahkan ke dalam makanan dan bukan merupakan bahan
utama.
3. Cara identifikasi boraks memiliki beberapa metode.
4. Identifikasi boraks dapat dilakukan dengan Uji Nyala Api dan Uji Kertas
Kurkumin
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Sampel yang digunakan dalam identifikasi Boraks adalah Nugget.
2. Uji identifikasi boraks dengan Uji Nyala Api dan Uji Kertas Kurkumin.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah
disebutkan diatas dapat diketahui rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip dasar identifikasi boraks ?
2. Apakah kerupuk Nugget mengandung bahan boraks ?
E. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui prinsip dasar identifikasi boraks.
2. Untuk mengetahui adanya kandungan Boraks pada Nugget.
F. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
prinsip dasar dan cara identifikasi Boraks yang terdapat pada makanan dengan
menggunakan Uji Nyala Api
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Makanan
Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan
setiap saat dan dimanapun ia berada serta memerlukan pengelolaan yang baik
dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Tanpa adanya makanan dan minuman,
manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Adapun pengertian makanan
menurut WHO (World Health Organization) yaitu semua substansi yang
diperlukan tubuh, kecuali air dan obat-obatan dan substansisubstansi yang
dipergunakan untuk pengobatan (Balinawati et al, 2004).
Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan
salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi
untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan serta
mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi untuk melakukan
aktivitas sehari-hari, mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan air,
mineral, dan cairan tubuh yang lain, juga berperan di dalam mekanisme
pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2003).
Makanan sehat merupakan makanan yang higienis dan bergizi
mengandung zat hidrat arang, protein, vitamin, dan mineral. Agar makanan
sehat bagi konsumen diperlukan persyaratan khusus antara lain cara
pengolahan yang memenuhi syarat, cara penyimpanan yang betul, dan yang
sesuai dengan ketentuan. Makanan sehat selain di tentukan oleh macam
makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak,vitamin dan mineral
juga ditentukan oleh kondisi sanitasi (Notoatmodjo, 2003).
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa
makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit,
diantaranya :
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki.
2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan
selanjutnya.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai
akibat dari pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat,
5
makanan, namun dibatasi sejak 5 Juli 1959, batasnya hanya 1 gram per 1
kilogram pangan, bila lebih itu ilegal.
Penggunaan boraks ternyata telah disalahgunakan sebagai pengawet
makanan, antara lain digunakan sebagai pengawet dalam bakso dan mie.
Boraks juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi mekanisme
toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang terkandung di
dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen. Boraks yang
terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara
kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga dosis boraks
dalam tubuh menjadi tinggi. Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh
akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan
kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5
gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian
akan terjadi jika dosisnya telah mencapai 10-20 gram atau lebih.
(Saparinto,dkk.2011)
C. Karakteristik Boraks
Boraks berasal dari bahasa arab yaitu BOURAQ yang berarti
kristal lunak yang mengandung unsur-unsur boron, berwarna dan larut dalam
air. Boraks merupakan kristal lunak dengan nama kimia Natrium Tetrabonat (
Na2.B4O7.10H2O). Boraks mempunyai nama lain natrium biborat, natrium
piroborat, natrium tetraborat yang seharusnya hanya digunakan dalam industri
non pangan. Ciri Boraks adalah serbuk kristal putih, tidak berbau, larut dalam
air, tidak larut dalam alkohol, PH : 9,5.
Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai
industri nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan
keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut
dalam air, tetapi boraks tidak dapat larut dalam alkohol. Boraks biasa
digunakan sebagai pengawet dan antiseptic kayu. Daya pengawet yang kuat
dari boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya.
Karakteristik Boraks, antara lain:
- berbentuk kristal putih
- tidak berbau
7
mengandung boraks. Namun jika kertas kurkumin berubah dari warna kuning
menjadi merah kecoklatan maka sampel negative mengandung boraks.
Uji Dengan Menggunakan Reaksi Warna
Untuk analisis kualitatif boraks dengan menggunakan reaksi
warnadilakukan dengan cara yaitu diasamkan 1 ml larutan boraks dengan
asam kloridasehingga bereaksi asam terhadap lakmus. Ditambahkan 3 tetes
atau 4 tetes larutan jenuh yodium P dan 3 tetes atau 4 tetes larutan polivinil
alkohol P (l dalam 50)dan terjadi warna biru intensif apabila mengandung
boraks.
Uji Dengan Menggunakan Larutan Perak Nitrat
Uji ini mempunyai mekanisme tertentu. Endapan putih perak
metaborat (AgBO3) dari larutan boraks yang cukup pekat yang larut baik
dalam larutan amonia encer maupun dalam asam asetat. Dengan
mendidihkanendapan dengan air, endapan dihidrotisis sempurna dan diperoleh
endapan coklat perak oksida dihasilkan langsung dalam larutan yang sangat
encer.Sesuai dengan reaksi berikut ini:
B4O72+ + 4Ag+ + H2O 4AgBO2 + 2H+
yang terjadi tersebut diatas cincin darikawat platinum, atau pada ujung batang
kaca, sampai dekat sekali ke tepi bagian dasar nyala bunsen tanpa benar-benar
menyentuhnya; boron tri fluorida yang mudah menguap, terbentuk dan
mewarnai nyala menjadi hijau.
Uji Dengan Menggunakan Larutan Barium Klorida
Uji ini mempunyai mekanisme kerja tertentu. (svehla, 1979:367).
Endapan putih barium Ba (BO2)2, dari larutan-larutan yang cukup pekat,
endapan larutdalam endapan reagensin berlebihan, dalam asam-asam encer
dan dalam larutangaram-garam amonium. Larutan kalsium dan strontium
klorida bertindak serupa. Sebagai reaksi berikut ini :
B4O72- + 2Ba2+ + 2H2O 2Ba(BO2)2 + 2H+
F. Bahan Tambahan Pangan
Pengertian Bahan Tambahan Pangan (BTP) Dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 033 Tahun 2012 adalah bahan yang tidak di maksudkan
untuk dikonsumsi secara langsung dan atau tidak diperlakukan sebagai bahan
baku pangan, dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja
ditambahkan kedalam pangan untuk tujuan teknologis pada pembuatan,
pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan dan atau
pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan
suatu komponen atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara
langsung atau tidak langsung.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033
Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan disebutkan syarat bahan
tambahan pangan yang digunakan tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi
secara langsung dan/atau tidak diperlakukan sebagai bahan baku pangan,
dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan
ke dalam pangan untuk tujuan teknologis pada pembuatan, pengolahan,
perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan dan/atau pengangkutan
pangan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen
atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak
langsung. Dan tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai gizi.
10
20. Peningkat volume (Bulking Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk
meningkatkan volume pangan. Contohnya Gom arab (Arabic gum).
21. Penstabilan (Stabilizer) adalah bahan tambahan pangan untuk
menstabilkan sistem dispersi yang homogen pada pangan. Contohnya
Lesitin (Lecithins).
22. Peretensi warna (Colour Retention Agent) adalah bahan tambahan pangan
yang dapat mempertahankan, menstabilkan, atau memperkuat intensitas
warna pangan tanpa menibulkan warna baru. Contohnya Magnesium
karbonat (Magnesium carbonate).
23. Perisa (Flavouring) adalah bahan tambahan pangan berupa preparat
konsentrat yang digunakan untuk memberi flavour dengan pengecualian
rasa asin, manis, dan asam.
24. Perlakuan Tepung (Flour Treatment Agent) adalah bahan tambahan
pangan yang ditambahkan pada tepung untuk memperbaiki warna, mutu
adonan, termasuk bahan pengembang adonan, pemucat dan pematang
tepung. Contohnya Amonium klorida (Calcium chloride).
25. Pewarna (Colour) adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna alami
dan pewarna sintetis, yang ketika ditambahkan pada pangan mampu
memberi atau memperbaiki warna. Contohnya Kurkumin CI Nomor
75300 (Curcumin) dan Karmoisin.
26. Propelan (Propellant) adalah bahan tambahan pangan berupa gas untuk
mendorong pangan keluar dari kemasan. Contohnya Nitrogen dan
Propana.
27. Sekuestan (Sequestrant) adalah bahan tambahan pangan yang dapat
mengikat ion logam polivalen untuk membentuk kompleks sehingga
meningkatkan stabilitas dan kualitas pangan.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 033 Tahun 2012 juga
disebutkan BTP yang dilarang digunakan dalam makanan terdiri atas beberapa
golongan sebagai berikut :
1. Asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya
2. Asam Salisilat dan garamnya (Salicylic Acid and its salt)
3. Dietilpirokarbonat (Diethylpirocarbonate DEPC)
14
4. Dulsin (Dulcin)
5. Formalin (Formaldehid)
6. Kalium bromat (Potassium Bromate)
7. Kalsium Klorat (Potassium Chlorat)
8. Kloramfenikol (Choramphenicol)
9. Minyak Nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils)
10. Nitrofurazon (Nitrofurazone)
11. Dulkamara (Dulcamara)
12. Kokain (Cocaine)
13. Nitrobenzen (Nitrobenzene)
14. Sinamil Antranilat (Cinnamyl Anthranilate)
15. Dihidrosafrol (Dihydrosafrole)
16. Biji Tonka (Tonka Bean)
17. Minyak Kalamus (Calamus Oil)
18. Minyak Tansi (Tansy Oil)
19. Minyak Sasafras (Sasafras Oil)
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2. Timbangan analitik
3. Oven
4. Tanur
5. Bunsen
6. Pipet tetes
8. Ball pipet
9. Penjepit Besi
10. Desikator
A. Bahan
2. Kertas pH
3. HCl 10%
4. CaCO3 10%
5. H2SO4 Pekat
6. Metanol
16
7. Aquades
8. Alumunium Foil
9. Kertas saring
B. Skema Kerja
Jika pH telah asam, celupkan kertas kurkumin, Bila didalam sampel terdapat boraks,
kertas kurkumin yang berwarna kuning akan berubah menjadi berwarna merah
kecoklatan.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Hasil Uji Organoleptis
Warna : Kuning
Aroma : Khas daging
Rasa : Asin, Gurih
Bentuk : Bulat Padat
2. Hasil pengamatan Baku
a. Kontrol Positif Boraks Uji Nyala Api
Perlakuan Hasil
Timbang baku putih
3. Identifikasi Sampel
c. Sampel Identifikasi Boraks Uji Nyala Api
Perlakuan Hasil I Hasil II
Timbang sampel 10,059 -
gram & 10,074 gram -
Diarangkan diatas
Bunsen
Ditambahakan dengan
CaCO3 10%
Abu ditambahkan 3 mL
HCl 10%
B. Pembahasan
KHAIRIANNUR (15.71.016745)
a. Hasil Dari Pengujian Boraks Pada Sampel Makanan (Nugget)
Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui
apakah dalam makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala karena
sampel yang digunakan dibakar, kemudian warna nyala dibandingkan
dengan warna nyala boraks asli. Serbuk boraks murni dibakar menghasilkan
nyala api berwarna hijau. Jika sampel yang dibakar menghasilkan warna
hijau maka sampel dinyatakan positif mengandung boraks. Prosedur
dilakukan dengan melarutkan senyawa uji dengan metanol dalam wadah
(cawan penguap) kemudian dibakar, warna api hijau menunjukkan terdapat
senyawa boraks (Roth, 1988).
Pada Uji Nyala Api sampel Nugget yang awal nya di oven selama
6 jam kemudian di arangkan diatas bunsen serta ditambahkan H2SO4 pekat
dan methanol setelah dinyalakan warna api yang dihasilkan hanya api merah
tanpa ada warna hijau pada pinggirannya jika sampel positif boraks.
Sehingga sampel dinyatakan negative boraks.
Uji warna kertas kurkuma pada pengujian boraks yaitu sampel
ditimbang sebanyak 50 gram dan di oven pada suhu 1200 C, setelah itu di
tambahkan dengan 10 gram kalsium karbonat. Kemudian masukkan ke
dalam furnance hingga menjadi abu selama 6 jam dan dinginkan. Abu
kemudian tambahkan 3 ml asam klorida 10%, celupkan kertas kurkumin.
Bila di dalam sampel terdapat boraks, kertas kurkumin yang berwarna
kuning menjadi berwarna merah kecoklatan (Rohman, 2007).
Pada praktikum uji kandungan boraks pada sampel makanan
(Nugget) didapatkan hasil praktikum pada kertas kurkumin tidak
menunjukkan perubahan warna kuning menjadi warna merah kecoklatan,
melainkan pada kertas kurkumin setelah dicelupkan dalam abu sampel yang
telah ditetesi 3 mL HCl 10 % yang kemudian diuji dengan mencelupkan
kertas kurkumin tetap berwarna kuning. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampel siomay tersebut negatif mengandung boraks dan sampel Nugget
dinyatakan aman untuk dikonsumsi.
21
Pada uji kertas kurkumin sampel ditambang sebanyak 50,092 gram setelah
itu dioven selama 6 jam dengan suhu 1200csetelah itu ditambahkan dengan 10 ml
CaCO3 10 % ditanur selama 6 jam hingga menjadi abu, nungget yang telah
menjadi abu ditambahkan 3 ml HCl 10 % setelah itu celupkan kertas kurkumin
kedalam sampel tersebut hingga kertas kurkumin warna merah kecoklatan jika
positif tapi hasil yang kami dapat kertas kurkumin tetap warna kuning hingga
hasil yang kami dapat adalah negatif. Pada praktikum ini kami mengerjakan
duplo.
25
dari pengujian kertas kurkumin pada nugget ayam hasilnya adalah negatif kertas
kurkumin tidak berubah warna.
Pada pengujian dilakukan oleh praktikan kali ini yaitu uji nyala api dan uji
kertas kurkumin. Kelompok pengujian disini melakukan uji pada 12 sampel
makanan yang berbeda beda uji kualitatifnya kesemua sampel yang ada secara
duplo kemudian praktikan disini melakukan uji baku juga bertujuan sebagai
pembanding dengan sampel. Pada uji nyala api dari 12 sampel yang ada dapat
dilihat hasilnya pada tabel pengamatan bahwa dari semua sampel negatif boraks
dengan hasil nyala api yaitu merah yang pada pada hasil bakunya nyala api
berwarna hijau.
Kemudian pada hasil uji kertas kurkumin dengan 12 sampel yang sama
dapt dilakukan secara duplo terlebih dahulu dicek keasamannya kemudian baru
dicelupkan kertas kurkumin dan hasilnya dari 12 sampel yang ada semua hasil
negatif mengandung boraks dengan hasil kertas kurkumin tidak berubah warna
dapat dilihat pada gambar yang akan dilampirkan yang telah dibandingkan dengan
baku seharusnya kertas kurkumin apabila positif maka akan berubah warna
menjadi merah . Jadi, semua sampel yang diuji kali ini dapt dinyatakan bebas atau
aman dari pengawet berbahaya yaitu boraks.
27
NIDYA (15.71.016329)
Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium (NaBO7).
Berbentuk padat, jika terlarut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan
asam borat (H3BO3) dengan demikiana bahaya boraks identik dengan bahaya
asam borat (khamid, 1993).
Karakteristik boraks antara lain:
a. Warna jelas bersih
b. Kilau seperti kaca
c. Kristal ketransparanan adalah transparan tembus cahaya
d. Sistem hablur adalah monokin
e. Perpecahan sempurna disatu arah
f. Warna lapisan putih
g. Mineral yang sejenis adalah kalsit, halit, hanksite, colemanite, ulexite dan
garam asa, bor yang lain
h. Karakteristik yang lain : suatu rasa manis yang bersifat alkali.
Baik boraks ataupun asam borat memiliki khasiat antiseptika (zat yang
menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme). Pemakaiannya
dalam obat biasanya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan
juga untuk pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan
pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Khamid, 2006).
Penggunaan boraks pada makanan bisa berakibat buruk pada kesehatan tubuh.
Berikut beberapa efek negatif yang mungkin terjadi pada Anda jika
mengonsumsi makanan mengandung boraks:
1. Demam.
2. Mual.
3. Muntah.
4. Sakit perut.
5. Diare.
6. Sakit kepala.
7. Mata merah.
8. Merusak kesuburan
9. Merusak janin.
28
10. Kulit memerah terutama di telapak tangan, telapak kaki, dan skrotum.
11. Tidak sadarkan diri.
12. Deperesi pernapasan (kesulitan bernapas)
13. Gagal ginjal akut.
14. Kematian.
Fungsi boraks pada makanan diantaranya adalah:
1. sebagai komponen pembantu pembuatan gendar (adonan calon kerupuk)
2. sebagai pengenyal pada mie basah
3. sebagai pengeras pada bakso dan ketupat
4. sebagai pengawet pada bakso dan kecap
KARAKTERISTIK SAMPEL
Nugget adalah jenis olahan daging restrukturisasi yaitu daging yang
digiling dan di bumbui, kemudian diselimuti oleh perekat tepung, pelumuran
tepung roti (breading), dan di goreng setengah matang lalu dibekukan untuk
mempertahankan mutunya selama penyimpanan. Nugget ayam merupakan salah
satu produk hasil teknologi pengolahan daging yang memiliki nilai gizi baik serta
harga yang terjangkau bila dibandingkan dengan produk olahan daging sapi.
Kandungan gizi nugget ayam terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, dan mineral.
Protein yang dimiliki berasal dari daging ayam yang terdiri dari asam amino yang
cukup lengkap. Meski memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap dan baik,
namun nugget ayam mengandung lemak yang tinggi dan serat yang randah. Oleh
karena itu, telah bayak dilakukan penelitian untuk meningkatkan kandungan gizi
nugget ayam tersebut seperti subtitusi oleh bahan pangan lainnya, baik untuk
mengurangi kandungan lemak, meningkatkan kandungan serat maupun
menambah suatu zat gizi sehingga nugget ayam memiliki kandungan gizi yang
semakin baik. Salah satu cara meningkatkan kandungan gizi nugget ayam adalah
dengan penambahan pasta tomat.
Tomat merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki kandungan
vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk, serta kandungan likopen
yang tinggi sehingga dapat mencegah kanker. Setiap 150 gram tomat mengandung
2 gram serat, yang merupakan 7 persen dari jumlah asupan serat harian yang
disarankan. Tomat memiliki kandungan gizi lainnya seperti vitamin A, vitamin
29
B1, Kalium, Garam Mineral dan Air. Tetapi kandungan air yang tinggi pada tomat
dapat mempengaruhi karakteristik fisik, kimia, dan nilai kesukaan nugget ayam
tersebut. Berdasarkan uraian di atas, diperlukan pengkajian penggunaan pasta
tomat untuk meningkatkan kandungan gizi nugget ayam terhadap karakteristik
fisik, kimia, dan nilai kesukaan nugget ayam.
Sebagai berikut adalah salah satu contoh makanan (bakso) yang mengandung
boraks dengan ciri-ciri seperti diutarakan oleh BPOM RI:
1. Jika digigit, teksturnya terasa lebih kenyal dan lebih keras ketimbang bakso
normal.
2. Dapat bertahan sampai lima hari
3. Bakso normal memiliki warna kecoklatan karena efek penggunaan daging.
Namun bakso ber boraks mengeluarkan warna keputihan.
4. Jika di jatuhkan ke lantai, bakso akan memantul layaknya bola
5. Tercium bau yang aneh.
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan pada uji Identifikasi boraks
pada makanan kami menggunakan sampel Nugget ayam dengan perlakuan:
1. pada uji nyala api, 10,059 gram dan 10,074 gram dioven pada suhu 120C
selama 6 jam kemudian diarangka setelah itu ditambahkan 1 mL asam
sulfat pekat dan 5 mL methanol kemudian dinyalakan dengan api. Hasil
nya nyala api berwarna merah yang berarti negatif (-) begitu pula dengan
percobaan ke 2.
2. Pada uji kertas kurkumin, 50,092 gram dan 50,053 gram sampel nugget
ayam di oven pada suhu 120C kemudian ditambahkan 10 mL kalsium
karbonat 10% kemudian ditanur, abu sampel ditambahkan 3 mL Hcl 10%
kemudian celupkan kertas kurkumin kedalam sampel. Hasilnya kertas
kurkumin tetap berwarna kuning yang berarti negatif (-) dan begitu pula
dengan percobaan ke 2. Kami menggunakan satu sampel. Dan dilakukan
Duplo dengan mendapatkan hasil yang sama.
kontrol positif baku sampel
1. Pada uji nyala api 10 gram NaBO dioven pada suhu 120C selama 6
jam, kemudian di arangkan, setelah itu ditambahkan 1 mL Asam sulfat
30
MIRNAWATI (15.71.016332)
Pada percobaan identifikasi boraks pada sampel makanan secara analisis
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji nyala api dan dengan uji kertas
kurkumin. Dari hasil percobaan yang telah dilaksanakan mengenai kandungan
bahan yang terdapat pada sampel makanan. Sampel makanan diperoleh dari area
kota palangkaraya. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan bahwa sampel
makanan tiap kelompok negatife mengandung boraks. Tempat penelitian
dilaboratorium kimia Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya.
Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah nagget ayam (
sampel kelompok 3 ), asam sulfat pekat, methanol, kalsium karbonat 10 %, asam
klorida 10 %, kertas ph, dan kertas kurkumin. Sedangkan, alat yang digunakan
adalah cawan porselin, timbangan analitik, oven, tanur, Bunsen, pipet volume 1
ml dan 5 ml, pipet volume 10 ml, pipet ukur 5 ml, penjepit besi.
Sebelum melakukan uji sampel uji organoleptis yang dilakukan untuk
mengetahui rasa, warna, baud an bentuk dari sampel yang akan digunakan, uji
nyala api dilakukan dengan cara nagget ayam ditimbang sebanyak 10 gram
sampel, kemudian dioven pada suhu 120 selama 6 jam, setelah selesai di oven
sampel diarangkan diatas Bunsen kemudian ditambahkan 1 ml asam sulfat pekat
dan 5 ml methanol dalam cawan porselin dan dinyalakan, saat dinyalakan dilihat
bila timbul nyala yang pinggirnya bewarna hijau maka menandakan adanya
boraks.
Tahap berikutnya uji kertas kurkumin sampel nagget ayam ditimbang
sebanyak 50 gram, diveon pada suhu 120 c kemudian ditambahkan 10 ml
kalsium karbonat 10 %, abu dari sampel kemudian ditambahkan 3 ml asam
klorida 10 %, uji dengan kertas kurkumin, celupkan kertas kurkumin pada sampel
boraks jika kertas kurkumin yang berwarna kuning akan berubah menjadi merah
kecoklatan maka sampel tersebut positif mengandung boraks.
Dari hasil pengujian diatas sampel nagget ayam menggunakan uji nyala api
didapatkan hasil sampel negatife mengandung boraks karena pada saat uji warna
api tidak timbul dipinggir cawan bewarna hijau. Begitu pula pada uji kertas
kurkumin sampel negatife menggandung boraks karena pada saat kertas kurkumin
32
dicelupkan didalam sampel kertas kurkumin tidak berubah menjadi warna merah
kecoklatan.
Penelitian dilakukan karena boraks sering disalah gunakan sebagai bahan
tambahan pangan, boraks tidak diizinkan penggunaannya dalam makanan yang
disesuaikan dengan Permenkes RINo.1168/Menkes/Per/X/1999 tentang bahan
pangan.
Efek boraks pada makanan dapat memperbaiki struktur dan tekstur
makanan. Seperti contohnya bila boraks diberikan pada nagget ayam akan
membuat makanan tersebut sangat kenyal dan tahan lama, tetapi makanan yang
telah diberi boraks dengan yang tidak atau masih alami, sulit untuk dibedakan jika
hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji khusus boraks
dilaboratorium (Depkes, 1993).
Seseorang yang mengkomsumsi makanan yang mengandung boraks tidak
akan langsung mengalami dampak buruk bagi kesehatan, tetapi senyawa tersebut
diserap dalam tubuh secara kumulatif.Selain melalui saluran pencernaan, boraks
dapat diserap melalui kulit. Dosis yang cukup tinggi dalam tubuh akan
menyebabkan munculnya gejala pusingpusing, muntah dan kram perut. Pada anak
kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya sebanyak 5 gram atau lebih dapat
menyebabkan kematian, sedangkan untuk orang dewasa kematian terjadi pada
dosis 10 sampai 20 gram (Endrinaldi, 2006).
33
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Identifikasi boraks dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain
Uji Nyala Api dan Uji kertas Kurkumin
Sampel Nugget yang di identifikasi negative mengandung boraks
B. Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu praktikan harus lebih teliti dan lebih
disiplin serta mengikuti prosedur dan aturan dalam melakukan percobaan, agar
didapatkan hasil yang diinginkan. Selain itu, diharapkan alat-alat serta bahan
yang akan digunakan untuk melakukan percobaan disiapkan sesuai dengan
kebutuhan praktikum.
34
DAFTAR PUSTAKA
Khamid, I.R. (2006). Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Kompas.
Khamid, I.R. 2006. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Kompas.
Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara
Saparinto dan Hidayati, 2006.Boraks dan MSG dalam baksa No 10 Juni 1990.
YLKI.Jakarta.
Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara http://yunisiklil.blogspot.com/2010/10/boraks-dan-
formalin.html. Diakses tanggal 5 November 2017
35
SVehla, G. 1979. Vogel : Buku tekst Analisa Anorganik Kualitatif Makro dan
Semi Mikro. Terjemahan oleh L. Setiono, A. Hadyana Pudjaatmaka 1995.
Jakarta:PT. Kalman Media Pustaka
36
LAMPIRAN
Gambar 1 Baku (+) Uji Nyala Api dibandingkan dengan Sampel Nugget
(Duplo)