Anda di halaman 1dari 15

KANDIDOSIS KUTIS

A. DEFINISI
Kandidosis kutis adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi
jamur dari genus Candida. Kandidosis terbagi menjadi 2 macam yakni kandidosis
profunda dan kandidosis superfisial. Nama lain kandidosis kutis adalah superficial
kandidosis atau infeksi kulit-jamur; infeksi kulit-ragi; kandidosis intertriginosa.
Berdasarkan letak gambaran klinisnya terbagi menjadi kandidosis terlokalisasi
dan generalisata.1,4,9,11
Predileksi Candida albicans pada daerah lembab, misalnya pada daerah
lipatan kulit. Karena organisme ini menyukai daerah yang hangat dan lembab.4,9,11

B.ETIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies
patogenik yang lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C.
krusei, C. pseudotropicalis, C. lusitaneae.1,5

C. EPIDEMIOLOGI
Candida albicans adalah saprofit yang berkoloni pada mukosa seperti mulut,
traktus gastrointestinal, dan vagina. Merupakan jamur yang berbentuk oval
dengan diameter 2-6 um. Dan dapat hidup dalam 2 bentuk yakni bentuk hifa dan
bentuk yeast. Jumlah koloni sangat menentukan derajat penyakit, akan tetapi
dilaporkan bahwa frekuensi terjadinya di mulut 18 %, vagina 15 %, dan mungkin
dalam feses 19 %. Tapi kejadian tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti
rumah sakit dan kemoterapi.9
Jamur ragi termasuk spesies kandida yang merupakan flora komensal normal
pada manusia dapat ditemukan pula pada saluran gastrointestinal (mulut sampai
anus). Pada vagina sekitar 13 % kebanyakan Candida albicans dan Candida
glabrata. Isolasi spesies kandida komensal oral berkisar pada 30 60 %
ditemukan pada orang dewasa sehat.10
Di Jerman ditemukan penyebab yang berbeda-beda pada diaper dermatitis
pada 46 laki-laki dan perempuan. Pada 38 pasien menunjukkan penyebab yang
spesifik, 63 % dengan kandidiasis, 16 % dengan dermatitis iritan, 11 % dengan
ekzema, dan 11 % dengan psoriasis. Dari pasien tersebut, 37 orang diterapi dan 73
% dirawat setelah 8 minggu setelah terapi.10
Di Argentina, dianalisa 2073 sampel kulit, rambut, kuku, dan membran
mukosa oral didapatkan 1817 pasien yang datang ke bagian mirkobiologi dari
laboratorium sentral Dr. J.M. Cullen Hospital dari September 1999 sampai dengan
September 2003. Sampel tersebut diteliti dan diidentifikasi berdasarkan lokalisasi
dan tipe lesi. Dari total sampel, 55,6 % adalah positif, 63 % terkena pada wanita
dan 37 % terkena pada laki-laki.10
Di Jepang, dilaporkan bahwa kutaneus kandidiasis terdapat pada 755 (1 %)
dari 72.660 pasien yang keluar dari rumah sakit. Intertrigo (347 kasus) merupakan
manifestasi klinis kandidiasis paling sering, erosi interdigitalis terjadi pada 103
kasus, diaper kandidiasis tercatat 102 kasus.10
Di Bombay, India, diperiksa 150 pasien dengan kandidiasis kutaneus.
Kerokan kulit diuji dengan KOH 10 % dan dikultur di sabaoruds agar. Insiden
tersering adalah intertrigo (75), vulvovaginitis (19), dan paronikia (17).
Sedangkan jamur yang diisolasi didapatkan Candida albicans (136 kasus),
Candida tropicalis (12 kasus), dan Candida guillermondi (2 kasus). Dan diabetes
mellitus menjadi faktor predisposisi pada 22 orang pasien.13
D. PATOGENESIS
Candida albicans bentuk yeast-like fungi dan beberapa spesies kandida
yang lain memiliki kemampuan menginfeksi kulit, membran mukosa, dan organ
dalam tubuh. Organisme tersebut hidup sebagai flora normal di mulut, traktus
vagina, dan usus. Mereka berkembang biak melalui ragi yang berbetuk oval.14
Kehamilan, kontrasepsi oral, antibiotik, diabetes, kulit yang lembab,
pengobatan steroid topikal, endokrinopati yang menetap, dan faktor yang
berkaitan dengan penurunan imunitas seluler menyediakan kesempatan ragi
menjadi patogenik dan memproduksi spora yang banyak pseudohifa atau hifa
yang utuh dengan dinding septa.14
Ragi hanya menginfeksi lapisan terluar dari epitel membran mukosa dan
kulit (stratum korneum). Lesi pertama berupa pustul yang isinya memotong secara
horizontal di bawah stratum korneum dan yang lebih dalam lagi. Secara klinis
ditemukan lesi merah, halus, permukaan mengkilap, cigarette paper-like, bersisik,
dan bercak yang berbatas tegas. Membran mukosa mulut dan traktus vagina yang
terinfeksi terkumpul sebagai sisik dan sel inflamasi yang dapat berkembang
menjadi curdy material.14
Kebanyakan spesies kandida memiliki faktor virulensi termasuk faktor
protease. kelemahan faktor virulensi tersebut adalah kurang patogenik.
Kemampuan bentuk yeast untuk melekat pada dasar epitel merupakan tahapan
paling penting untuk memproduksi hifa dan jaringan penetrasi. Penghilangan
bakteri dari kulit, mulut, dan traktus gastrointestinal dengan flora endogen akan
menyebabkan penghambatan mikroflora endogen, kebutuhan lingkungan yang
berkurang dan kompetisi zat makanan menjadi tanda dari pertumbuhan kandida.10
Jumlah infeksi kandida meningkat secara dramatis pada beberapa tahun
terakhir, mencerminkan peningkatan jumlah pasien yang immunocompromised.
Secara spesifik, tampak makin bertambahnya umur semakin pula terjadi
peningkatan angka kesakitan dan kematian. Meskpin infeksi kandidiasis
superfisial dipercaya termasuk ringan, akan tetapi menyebabkan kematian pada
populasi lanjut usia. Candida albicans juga dapat menyerang kulit dengan folikel
rambut yang aktif atau istirahat.10
Infeksi kandida diperburuk oleh pemakaian antibiotik, perawatan diri yang
jelek, dan penurunan aliran saliva, dan segala hal yang berkaitan dengan umur.
Dan pengobatan dengan agen sitotoksik (methotrexate, cyclophosphamide) untuk
kondisi rematik dan dermatologik atau kemoterapi agresif untuk keganasan pada
pasien usia lanjut memberikan resiko yang tinggi.
Patologi kutaneus superfisial dicirikan dengan pustul subkorneal.
Organisme ini jarang tampak dalam pustul tetapi dapat dilihat pada pewarnaan
stratum korneum dengan PAS (Periodic Acid-Schiff). Histologi granuloma
kandidal menunjukkan tanda papillomatous dan hyperkeratosis dan kulit yang
menebal berisi infiltrat limfosit, granulosit, plasma sel, dan sel giant multinuklear.4
E. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Bayi, wanita hamil, dan usia lanjut
2. Hambatan pada permukaan epitel; karena gigi palsu, pakaian
3. Gangguan fungsi imun
a. Primer; penyakit kronik granulomatosa
b. Sekunder; leukemia, terapi kortikosteroid
4. Kemoterapi
a. Imunosupresif
b. Antibiotik
5. Penyakit endokrin; diabetes mellitus
6. Karsinoma
7. Miscellaneous; kerusakan pada lipatan kuku.9

F. GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis yang muncul dapat berupa gatal yang mungkin sangat
hebat. Terdapat lesi kulit yang kemerahan atau terjadi peradangan, semakin
meluas, makula atau papul, mungkin terdapat lesi satelit (lesi yang lebih kecil
yang kemudian menjadi lebih besar). Lesi terlokalisasi di daerah lipatan kulit,
genital, bokong, di bawah payudara, atau di daerah kulit yang lain. Infeksi folikel
rambut (folikulitis) mungkin seperti pimple like appearance.12

1. Kandidosis Kutis Lokalisata


a. Kandidiasis Intertriginosa
Lesi yang terjadi pada daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha,
intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glands penis, dan
umbilikus. Berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan
eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan
pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang
erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
Pada orang yang banyak mencuci, jamur ini menyerang daerah
interdigital tangan maupun kaki. Terjadi daerah erosi dan maserasi berwarna
keputihan di tengahnya. Disini juga terjadi lesi-lesi satelit di sekelilingnya.
Kondisi ini menimbulkan rasa tidak nyaman dan kadang bisa menimbulkan
nyeri. Kandidosis intertriginosa yang terjadi pada sela jari tangan maupun kaki
dapat diikuti dengan paronikia dan onikomikosis pada tangan atau kaki yang
sama.1,15

b. Kandidosis Perianal
Kandidosis perianal adalah infeksi Candida pada kulit di sekitar anus
yang banyak ditemukan pada bayi, sering disebut juga sebagai kandidosis
popok atau diaper rash. Hal ini terjadi karena popok yang basah oleh air
kencing tidak segera diganti, sehingga menyebabkan iritasi kulit genital dan
sekitar anus. Penyakit ini juga sering diderita oleh neonatus sebagai gejala sisa
dermatitis oral dan perianal.1
Popok yang basah akan tampak seperti area intertriginosa buatan,
merupakan tempat predisposisi untuk infeksi ragi. Lesi yang tampak berupa
dasar merah dan pustule satelit.1,14 Kadang sering dijumpai pula gejala pruritus
ani.1
Dermatitis popok sering diobati dengan kombinasi steroid krim dan
lotion yang mengandung antibiotic. Walaupun obat ini mungkin berisi
klotrimazol yang merupakan obat anti jamur, mungkin konsentrasinya tidak
cukup untuk mengendalikan infeksi jamur yang terjadi. Komponen kortison
dapat mengubah gambaran klinis dan memperpanjang penyakit. Bentuk
nodular granulomatosis kandidosis di daerah popok, muncul sebagai kusam,
eritem, dan nodul dengan bentuk yang tidak teratur, kadang-kadang dasar yang
eritem merupakan reaksi biasa untuk organisme Candida atau infeksi Candida
yang disebabkan oleh steroid. Meskipun infeksi dermatofit jarang terjadi di
daerah popok, tetapi kasus ini sering ditemukan. Setiap upaya harus dilakukan
untuk mengidentifikasi organism dan mengobati infeksi dengan tepat.14

2. Kandidosis Kutis Generalisata


Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga di lipat payudara,
intergluteal, dan umbilikus. Sering disertai glositis, stomatitis, dan paronikia. Lesi
berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel dan pustul-pustul. Penyakit ini sering
terdapat pada bayi, mungkin karena ibunya menderita kandidiasis vagina atau
mungkin karena gangguan imunologik sehingga daya tahan tubuh bayi tersebut
rendah.1
Pada bayi baru lahir yang menderita kandidosis kutis generalisata, dengan
vesikulopustul di atas eritem muncul pada saat bayi baru lahir atau beberapa jam
setelah lahir. Lesi pertama kali muncul di muka, leher dan menyebar ke seluruh
tubuh dalam waktu 24 jam.16

3. Paronikia dan Onikomikosis


Paronikia dan onikomikosis adalah peradangan kuku dan bantalan kuku.
Paronikia dapat bersifat akut dan kronis. Paronikia akut disebabkan oleh bakteri,
sedangkan paronikia kronis disebabkan oleh Candida sebagai pathogen tunggal
atau ditemukan bersamaan bersama dengan bakteri lain seperti Proteus atau
Pseudomonas sp.16
Ini merupakan proses peradangan kronis pada lipatan kuku proksimal dan
matriks kuku.15 Hal ini terutama terjadi pada orang- orang yang tangannya sering
terendam dalam air1 seperti pada ibu rumah tangga, pegawai bar atau rumah
makan, penggemar tanaman, dan pegawai ikan. Pemakaian alat pencuci piring
mekanis yang semakin meluas mungkin berhubungan dengan penurunan insidensi
kelainan ini.
Gambaran klinis berupa eritema pada lipatan kuku proksimal (boilstering),17
pembengkakan tidak bernanah, kuku menjadi tebal, mengeras dan berlekuk-lekuk,
kadang-kadang berwarna kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat, tidak terdapat
sisa jaringan di bawah kuku seperti pada tinea unguium 1, dan hilangnya kutikula.17
Hal ini sering berhubungan dengan terjadinya distrofi kuku. Candida albicans
mempunyai peran patogenik, tetapi bakteri mungkin juga ikut menyertainya.
Tidak adanya kutikula memungkinkan masuknya bahan-bahan iritan seperti
detergen ke daerah di bawah kukuku proksimal, dan hal ini turut menyebabkan
proses peradangan.15
Kondisi ini cukup berbeda dengan paronikia bacterial akut, yang timbul
cepat, rasa sakit yang hebat, dan banyak nanah hijau. Penekanan pada lipatan
kuku yang bengakak pada paronikia kronis bias mengeluarkan butiran-butiran
kecil nanah yang berbentuk seperti krim susu dari bawah lipatan kuku, tetapi
hanya itu saja yang terjadi.

4. Kandidosis Granulomatosa
Kelainan ini jarang dijumpai. HOUSER dan ROTHMAN melaporkan bahwa
penyakit ini sering menyerang anak-anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup
krusta tebal berwarna kuning kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya. Krusta
ini dapat menimbul seperti tanduk sepanjang 2 cm, lokalisasinya sering terdapat di
muka, kepala, kuku, badan, tungkai, dan faring.1

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada penampakan kulit, terutama jika
ada faktor resiko yang menyertai. Kerokan kulit dapat menunjukkan bentuk jamur
yang mendukung candida.12

Bahan-bahan klinis yang dapat digunakan untuk pemeriksaan adalah


kerokan kulit, urin, bersihan sputum dan bronkus, cairan serebrospinal, cairan
pleura dan darah, dan biopsi jaringan dari organ-organ visceral.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

1. Pemeriksaan langsung
Merupakan cara paling mudah dan metode yang paling efektif untuk
mendiagnosis, tapi tidak cukup untuk menyingkirkan bukti klinis yang lain. 14
1,15
Pemeriksaan dengan kerokan kulit dengan penambahan KOH 10% akan
memperlihatkan elemen candida berupa sel ragi, balastospora 1, peudohifa
atau hifa bersepta. Pemeriksaan langsung tidak dapat menetukan identifikasi
etiologi secara spesifik dan kurang sensitive dibandingkan dengan biakan.
Hasil negative tidak selalu bukan disebabkan oleh Candida. Pemeriksaan
langsung mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas sebesar 89,4% dan
83,90%. Pewarnaan gram juga dapat digunakan dan akan memberikan hasil
yang sama dengan yang diperlihatkan pada pemeriksaan KOH 10%.1

2. Pemeriksaan Biakan

Biakan merupakan pemeriksaan paling sensitive untuk mendiagnosis infeksi


Candida. Sabouraud Dextrose Agar (SDA)merupakan media standar yang
banyak digunakan untuk pemeriksaan jamur.1 Media ini mengandung 10 gr
pepton, 40 gr glukosa, dan 10 gr agar, serta ditambahkan 1000 ml air.
Penambahan antibiotika pada SDA digunakan untuk mencegah pertumbuhan
bakteri. Biakan diinkubasi pada suhu kamar yaitu 25-270 C dan diamati secara
berkala untuk melihat pertumbuhan koloni.1 Koloni berwarna putih sampai
kecoklatan, basah, atau mukoid dengan permukaan halus dan dapat berkerut.
Hasil biakan dianggap negative bila tidak ditemukan pertumbuhan koloni
dalam waktu empat pecan.
3.Identifikasi Spesies

Meskipun gambaran klinis sulit dibedakan penentuan etiologi spesisik


Candida sampai ke tingkat spesies berguna untuk menentukan terapi dan
prognosis. Adapun cara mengidentifikasi Candida sp.dapat dilakukan dengan
cara tradisional dan komersil.

a. Germ Tube Test

Germ tube test merupakan cara yang digunakan untuk menentukan


indentifikasi spesies C. albicans. Pemeriksaan ini menggunakan media
yang mengandung serum dan diinkubasi pada suhu 370 C selama 2 jam.
Bila terdapat pertumbuhan germ tube atau sprout mycelium,berarti spesies
tersebut adalah C. albicans. Pertumbuhan Germ tube dikenal sebagai
Fenomena Reynols-Braude.

b. Penilaian Klamidospora

Penilaian Klamidospora menggunakan media commeal agar dengan


Tween 890. Morfologi koloni Candida sp. dibedakan berdasarkan susunan
blastospora dan gambaran morfologi pseudohifa. Umumnya hanya C.
albicans yang menghasilkan klamidiospora.

c. Uji Asimilasi dan Fermentasi

Identifikasi Candida sp. dapat juga dilakukan berdasarkan kemampuan


ragi untuk mengasimilasi dan fermentasi karbohidrat yang berbeda utuk
setiap spesies. Candida albicans dapat mengasimilasi dan memfermentasi
glukosa, galaktosa, maltose, dan sukrosa.

d. CHROM agar candida


CHROM agar kandida merupakan cara komersil media biakan selektif
untuk mengidentifikasi Candida sp. Koloni C. albicans, C. tropicalis, C.
glabrata, dan C. krusei dapat dibedakan berdasarkan morfologi koloni dan
warna yang ditimbulkan oleh masing-masing koloni. Media ini
mengandung 10 gr pepton, 20 gr glukosa, 0,5 gr kloramfenikol, 15 gr agar
dan 2 gr chromogenic mix. Chromogenic mix merupakan bahan yang
menyebabkan perubahan warna koloni pada Candida sp.

4. Serologi

Macam-macam prosedur pemeriksaan serologi direncanakan untuk


mendeteksi adanya antibodi Candida yang berkisar pada tes immunodifusi
yang lebih sensitive seperti counter immunoelectrophoresis (CIE), enzyme-
linked immunosorbent assay (ELISA), and radioimmunoassay (RIA). Produksi
empat atau lebih garis precipitin dengan tes CIE telah menunjukkan diagnosis
kandidiasis pada pasien yang terpredisposisi.

5. Pemeriksaan histologi

Didapatkan bahwa spesimen biopsi kulit dengan pewarna periodic acid-schiff


(PAS) menampakkan hifa tak bersepta. Hifa tak bersepta yang menunjukkan
kandidiasis kutaneus berbeda dengan tinea.10

6. Uji sensitifitas secara cepat dan tepat berdasarkan PCR dari DNA dapat juga
digunakan untuk mengidentifikasi patogenitas candida dalam jaringan.

H. DIAGNOSIS BANDING

1. Kandidosis lokalisata dengan:


a. Dermatitis kontak
Pasien mempunyai riwayat konstipasi kronik dan biasa menggunakan obat
rangsang defekasi. Selama 7 bulan disertai dengan pruritus ani tapi baru-
baru ini berkembang menjadi erupsi yang menyeluruh, tidak berespon
terhadap glukokortikoid dan terapi cahaya. Daerah ekskoriasi yang banyak
mengindikasikan gatal yang hebat. Lesi terutama mengenai daerah sekitar
anus, tanpa diketahui penyebabnya, bagian tubuh bawah, bokong, dan
dareah genital. Dermatitisnya berhenti saat obat rangsang dihentikan dan dia
melakukan diet bebas balsem. Pemeriksaan kolonoskopi menunjukkan iritasi
minimal pada kolon sigmoid dan rektum yang sesuai dengan spastic colitis.4
b. Erythrasma
Infeksi bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh
Corynebacterium minutissisum. Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar
sampai plakat. Lesi eritroskuamosa, berskuama halus kadang-kadang dapat
terlihat merah kecoklat-coklatan. Tidak terlihat adanya lesi satelit. Tempat
predileksi di daerah ketiak dan lipatan paha. Kadang-kadang berlokasi di
daerah intertriginosa lain terutama pada penderita yang gemuk. Pada
pemeriksaan lampu Wood lesi terlihat berfluoresensi merah membara (coral
red).1
c.Dermatitis Intertriginosa
Lesi kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi,
sehingga tampak basah. Tidak ditemukan lesi satelit. Penderita juga
mengeluh gatal.1
d.Dermatofitosis (tinea)1
2. Kandidosis kuku dengan tinea unguium
Pada tinea unguium kuku sudah tampak rapuh pada bagian distal pada
bentuk subungual distal dan tampak rapuh pada bagian proksimal pada bentuk
subungual proksimal. Biasanya penderita tinea unguium mempunyai
dermatofitosis ditempat lain yang sudah sembuh atau yang belum. Kuku kaki
lebih sering diserang daripada kuku tangan.

I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terpenting adalah menghindari atau menghilangkan faktor
predisposisi.

Terapi topical:

Larutan ungu gentian: - 0,5 % untuk selaput lendir

- 1-2% untuk kulit

dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.


Nistatin dapat diberikan berupa krim, salep, emulsi.
Golongan azol


krim atau bedak mikonazol 2%


bedak, larutan dan krim klotrimazol 1%


krim tiokonazol 1%


krim bufonazol 1%


krim isokonazol 1%


krim siklopiroksolamin 1%


Antimikotik topikal lain yang berspektrum luas.1

Terapi sistemik:

Nistatin tablet
untuk menghilangkan infeksi lokal dalam saluran cerna, obat ini tidak
diserap oleh usus.
Amfoterisin B
Diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik.
Kotrimazol
Pada kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500mg per
vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2x200 mg
dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.
Itrakonazol
diberikan pada kandidiasis vulvovaginalis. Dosis untuk orang dewasa
2x100 mg sehari, selama 3 hari.1

Penggunaan obat anti jamur yang standard hanya flukonazol, itrakonazol,


dan flucytosine. Atau bahkan dapat menggunakan obat antijamur golongan azol
terbaru antara lain voriconazole, ravuconazole, posaconazole.

Amorolfine biasa digunakan karena efektifitasnya sebagai terapi topikal


pada kandidiasis superficial yang disebabkan oleh jamur dan dermatofitosis dan
afinitasnya yang tinggi terhadap stratum korneum dan kuku.
Obat anti jamur imidazol, clotrimazol, mikonazol, econazol, oxiconazol,
dan bifonazol digunakan secara luas sebagai pengobatan topikal dermatofitosis.
Beberapa tahun terakhir, imidazol (lanakonazol) dan tiga kelas anti jamur
gabungan benzylamine (butenafine), alylamine (terbinafine), dan morfin
(amorolfine), telah berhasil dikembangkan dan diperkenalkan dalam penggunaan
di klinik. Obat-obat terbaru ini lebih aktif daripada imidazol sebelumnya untuk
melawan dermatofitosis secara in vitro dan in vivo dermatofitosis pada babi
sebagai binatang percobaan.

J. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi kutaneus kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain :


1. Rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit
2. Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan
mungkin menginfeksi daerah di sekitar kuku
3. Disseminated candidiasis yang mungkin terjadi pada tubuh yang
immunocompromised.12

Kandidiasis Diseminata
Papul eritematosa dengan tengah yang pucat terdapat pada lengan laki-laki 13
tahun dengan neutropenia dan ewings sarcoma. Kultur darah tumbuh candida
parapsilos dan candida Lusitania. Lesi tersebut tersebar dan terhitung ratusan.
Pasien menunjukkan gejala lesi kulit yang disertai dengan nyeri otot dan nyeri
mata. Pustul adalah tanda kutaneus dari kandidiasis diseminata pada pasien
dengan leukositosis. Adanya neutrofil dalam sirkulasi, pustule tidak tampak
pada kulit, karena jumlah sel darah putih menutupinya, lesi mungkin menjadi
pustular yang menetap.

X. PENCEGAHAN

Keadaan umum dan higienitas yang baik dapat membantu pencegahan


infeksi kandida, yakni dengan menjaga kulit selalu bersih dan kering. Bedak yang
kering mungkin membantu pencegahan infeksi jamur pada orang yang mudah
terkena. Penurunan berat badan dan kontrol gula yang baik pada penderita
diabetes mungkin membantu pencegahan infeksi tersebut.12

K. PROGNOSIS

Prognosis kutaneus kandidiasis umumnya baik, bergantung pada berat


ringanya faktor predisposisi. Biasanya dapat diobati tetapi sekali-kali sulit
dihilangkan. Infeksi berulang merupakan hal yang umum terjadi.1,12

DAFTAR PUSTAKA

1. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi IV, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. Pp:103-6
2. SMF Ilmu Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Atlas
Penyakit Kulit dan Kelamin. Airlangga University Press, 2007. Pp:86-92

3. James William,Berger Timothy, Elston Dirk. Candidiasis. Dalam : Andrews


Disease of The Skin Clinical Dermatology. Ed 10 th. British. WB Saunders
Company. 2000. Pp:308-9

4. Wolff, Klauss. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Dermatology in General


Medicine. Ed 7th. New york. McGraw Hill Company. 2007. p: 1822

5. Wolf K, Richard AJ, Dick S. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology. Ed 5th. New york. McGraw Hill Company.
2007.

6. Siregar, R.S. Atlas Berwana Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC. Jakarta.
2004. Pp: 279-280.

7. Sandy S Suharno. Tantien Nugrohowati, Evita H. F. Kusmarinah.


Mekanisme Pertahanan Pejamu pada Infeksi Kandida. Dalam : Media
Dermato-venereologica Indonesiana, Jakarta, 2000 ; 187-92

8. Conny Riana Tjampakasari. Karakteristik Candida albicans. Dalam : Cermin


Dunia Kedokteran, Vol.151, 2006 ; 33-5

9. Anaissie, Elias J. Clinical Mycology. United State of America. Churchill


Livingstone. 2003. p.461-2

10. Hall, John C. Sauer's Manual of Skin Diseases 8th edition. Canada. Lippincott
Williams & Wilkins Publishers. 2000.

11. Shroff PS. Clinical and mycological spectrum of cutaneous candidiasis in


Bombay. In : Journal of Postgraduate Medicine. 1990. Volume 36/2. 83-86.

12. Habif, T. P, eds. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and


Therapy 4th edition. Pennsylvania. Mosby, inc. 2004. p. 440-450

13. Sehgal. V. N. Candidosis. Dalam: The Textbook of Clinical Dermatology.


Forth edition. New Delhi. Jaypee Brother Medical Publisher. 2006: 59-62.
14. Weller. R, Hunter. J, Savin. J, Dahl. M. Fungal Infection. Dalam: Clinical
Dermatology. Fourth edition. UK. Blackwell Publishing. 2008: 252-254.

15. Graham. R, Brown, Burns. T. Infeksi Jamur. Dalam: Lecture Notes


Dermatology. Edisi ke-8. Jakarta. EMS. 2005: 38-40.

Anda mungkin juga menyukai