Kandidosis Kutis
Kandidosis Kutis
A. DEFINISI
Kandidosis kutis adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi
jamur dari genus Candida. Kandidosis terbagi menjadi 2 macam yakni kandidosis
profunda dan kandidosis superfisial. Nama lain kandidosis kutis adalah superficial
kandidosis atau infeksi kulit-jamur; infeksi kulit-ragi; kandidosis intertriginosa.
Berdasarkan letak gambaran klinisnya terbagi menjadi kandidosis terlokalisasi
dan generalisata.1,4,9,11
Predileksi Candida albicans pada daerah lembab, misalnya pada daerah
lipatan kulit. Karena organisme ini menyukai daerah yang hangat dan lembab.4,9,11
B.ETIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies
patogenik yang lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C.
krusei, C. pseudotropicalis, C. lusitaneae.1,5
C. EPIDEMIOLOGI
Candida albicans adalah saprofit yang berkoloni pada mukosa seperti mulut,
traktus gastrointestinal, dan vagina. Merupakan jamur yang berbentuk oval
dengan diameter 2-6 um. Dan dapat hidup dalam 2 bentuk yakni bentuk hifa dan
bentuk yeast. Jumlah koloni sangat menentukan derajat penyakit, akan tetapi
dilaporkan bahwa frekuensi terjadinya di mulut 18 %, vagina 15 %, dan mungkin
dalam feses 19 %. Tapi kejadian tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti
rumah sakit dan kemoterapi.9
Jamur ragi termasuk spesies kandida yang merupakan flora komensal normal
pada manusia dapat ditemukan pula pada saluran gastrointestinal (mulut sampai
anus). Pada vagina sekitar 13 % kebanyakan Candida albicans dan Candida
glabrata. Isolasi spesies kandida komensal oral berkisar pada 30 60 %
ditemukan pada orang dewasa sehat.10
Di Jerman ditemukan penyebab yang berbeda-beda pada diaper dermatitis
pada 46 laki-laki dan perempuan. Pada 38 pasien menunjukkan penyebab yang
spesifik, 63 % dengan kandidiasis, 16 % dengan dermatitis iritan, 11 % dengan
ekzema, dan 11 % dengan psoriasis. Dari pasien tersebut, 37 orang diterapi dan 73
% dirawat setelah 8 minggu setelah terapi.10
Di Argentina, dianalisa 2073 sampel kulit, rambut, kuku, dan membran
mukosa oral didapatkan 1817 pasien yang datang ke bagian mirkobiologi dari
laboratorium sentral Dr. J.M. Cullen Hospital dari September 1999 sampai dengan
September 2003. Sampel tersebut diteliti dan diidentifikasi berdasarkan lokalisasi
dan tipe lesi. Dari total sampel, 55,6 % adalah positif, 63 % terkena pada wanita
dan 37 % terkena pada laki-laki.10
Di Jepang, dilaporkan bahwa kutaneus kandidiasis terdapat pada 755 (1 %)
dari 72.660 pasien yang keluar dari rumah sakit. Intertrigo (347 kasus) merupakan
manifestasi klinis kandidiasis paling sering, erosi interdigitalis terjadi pada 103
kasus, diaper kandidiasis tercatat 102 kasus.10
Di Bombay, India, diperiksa 150 pasien dengan kandidiasis kutaneus.
Kerokan kulit diuji dengan KOH 10 % dan dikultur di sabaoruds agar. Insiden
tersering adalah intertrigo (75), vulvovaginitis (19), dan paronikia (17).
Sedangkan jamur yang diisolasi didapatkan Candida albicans (136 kasus),
Candida tropicalis (12 kasus), dan Candida guillermondi (2 kasus). Dan diabetes
mellitus menjadi faktor predisposisi pada 22 orang pasien.13
D. PATOGENESIS
Candida albicans bentuk yeast-like fungi dan beberapa spesies kandida
yang lain memiliki kemampuan menginfeksi kulit, membran mukosa, dan organ
dalam tubuh. Organisme tersebut hidup sebagai flora normal di mulut, traktus
vagina, dan usus. Mereka berkembang biak melalui ragi yang berbetuk oval.14
Kehamilan, kontrasepsi oral, antibiotik, diabetes, kulit yang lembab,
pengobatan steroid topikal, endokrinopati yang menetap, dan faktor yang
berkaitan dengan penurunan imunitas seluler menyediakan kesempatan ragi
menjadi patogenik dan memproduksi spora yang banyak pseudohifa atau hifa
yang utuh dengan dinding septa.14
Ragi hanya menginfeksi lapisan terluar dari epitel membran mukosa dan
kulit (stratum korneum). Lesi pertama berupa pustul yang isinya memotong secara
horizontal di bawah stratum korneum dan yang lebih dalam lagi. Secara klinis
ditemukan lesi merah, halus, permukaan mengkilap, cigarette paper-like, bersisik,
dan bercak yang berbatas tegas. Membran mukosa mulut dan traktus vagina yang
terinfeksi terkumpul sebagai sisik dan sel inflamasi yang dapat berkembang
menjadi curdy material.14
Kebanyakan spesies kandida memiliki faktor virulensi termasuk faktor
protease. kelemahan faktor virulensi tersebut adalah kurang patogenik.
Kemampuan bentuk yeast untuk melekat pada dasar epitel merupakan tahapan
paling penting untuk memproduksi hifa dan jaringan penetrasi. Penghilangan
bakteri dari kulit, mulut, dan traktus gastrointestinal dengan flora endogen akan
menyebabkan penghambatan mikroflora endogen, kebutuhan lingkungan yang
berkurang dan kompetisi zat makanan menjadi tanda dari pertumbuhan kandida.10
Jumlah infeksi kandida meningkat secara dramatis pada beberapa tahun
terakhir, mencerminkan peningkatan jumlah pasien yang immunocompromised.
Secara spesifik, tampak makin bertambahnya umur semakin pula terjadi
peningkatan angka kesakitan dan kematian. Meskpin infeksi kandidiasis
superfisial dipercaya termasuk ringan, akan tetapi menyebabkan kematian pada
populasi lanjut usia. Candida albicans juga dapat menyerang kulit dengan folikel
rambut yang aktif atau istirahat.10
Infeksi kandida diperburuk oleh pemakaian antibiotik, perawatan diri yang
jelek, dan penurunan aliran saliva, dan segala hal yang berkaitan dengan umur.
Dan pengobatan dengan agen sitotoksik (methotrexate, cyclophosphamide) untuk
kondisi rematik dan dermatologik atau kemoterapi agresif untuk keganasan pada
pasien usia lanjut memberikan resiko yang tinggi.
Patologi kutaneus superfisial dicirikan dengan pustul subkorneal.
Organisme ini jarang tampak dalam pustul tetapi dapat dilihat pada pewarnaan
stratum korneum dengan PAS (Periodic Acid-Schiff). Histologi granuloma
kandidal menunjukkan tanda papillomatous dan hyperkeratosis dan kulit yang
menebal berisi infiltrat limfosit, granulosit, plasma sel, dan sel giant multinuklear.4
E. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Bayi, wanita hamil, dan usia lanjut
2. Hambatan pada permukaan epitel; karena gigi palsu, pakaian
3. Gangguan fungsi imun
a. Primer; penyakit kronik granulomatosa
b. Sekunder; leukemia, terapi kortikosteroid
4. Kemoterapi
a. Imunosupresif
b. Antibiotik
5. Penyakit endokrin; diabetes mellitus
6. Karsinoma
7. Miscellaneous; kerusakan pada lipatan kuku.9
F. GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis yang muncul dapat berupa gatal yang mungkin sangat
hebat. Terdapat lesi kulit yang kemerahan atau terjadi peradangan, semakin
meluas, makula atau papul, mungkin terdapat lesi satelit (lesi yang lebih kecil
yang kemudian menjadi lebih besar). Lesi terlokalisasi di daerah lipatan kulit,
genital, bokong, di bawah payudara, atau di daerah kulit yang lain. Infeksi folikel
rambut (folikulitis) mungkin seperti pimple like appearance.12
b. Kandidosis Perianal
Kandidosis perianal adalah infeksi Candida pada kulit di sekitar anus
yang banyak ditemukan pada bayi, sering disebut juga sebagai kandidosis
popok atau diaper rash. Hal ini terjadi karena popok yang basah oleh air
kencing tidak segera diganti, sehingga menyebabkan iritasi kulit genital dan
sekitar anus. Penyakit ini juga sering diderita oleh neonatus sebagai gejala sisa
dermatitis oral dan perianal.1
Popok yang basah akan tampak seperti area intertriginosa buatan,
merupakan tempat predisposisi untuk infeksi ragi. Lesi yang tampak berupa
dasar merah dan pustule satelit.1,14 Kadang sering dijumpai pula gejala pruritus
ani.1
Dermatitis popok sering diobati dengan kombinasi steroid krim dan
lotion yang mengandung antibiotic. Walaupun obat ini mungkin berisi
klotrimazol yang merupakan obat anti jamur, mungkin konsentrasinya tidak
cukup untuk mengendalikan infeksi jamur yang terjadi. Komponen kortison
dapat mengubah gambaran klinis dan memperpanjang penyakit. Bentuk
nodular granulomatosis kandidosis di daerah popok, muncul sebagai kusam,
eritem, dan nodul dengan bentuk yang tidak teratur, kadang-kadang dasar yang
eritem merupakan reaksi biasa untuk organisme Candida atau infeksi Candida
yang disebabkan oleh steroid. Meskipun infeksi dermatofit jarang terjadi di
daerah popok, tetapi kasus ini sering ditemukan. Setiap upaya harus dilakukan
untuk mengidentifikasi organism dan mengobati infeksi dengan tepat.14
4. Kandidosis Granulomatosa
Kelainan ini jarang dijumpai. HOUSER dan ROTHMAN melaporkan bahwa
penyakit ini sering menyerang anak-anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup
krusta tebal berwarna kuning kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya. Krusta
ini dapat menimbul seperti tanduk sepanjang 2 cm, lokalisasinya sering terdapat di
muka, kepala, kuku, badan, tungkai, dan faring.1
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada penampakan kulit, terutama jika
ada faktor resiko yang menyertai. Kerokan kulit dapat menunjukkan bentuk jamur
yang mendukung candida.12
1. Pemeriksaan langsung
Merupakan cara paling mudah dan metode yang paling efektif untuk
mendiagnosis, tapi tidak cukup untuk menyingkirkan bukti klinis yang lain. 14
1,15
Pemeriksaan dengan kerokan kulit dengan penambahan KOH 10% akan
memperlihatkan elemen candida berupa sel ragi, balastospora 1, peudohifa
atau hifa bersepta. Pemeriksaan langsung tidak dapat menetukan identifikasi
etiologi secara spesifik dan kurang sensitive dibandingkan dengan biakan.
Hasil negative tidak selalu bukan disebabkan oleh Candida. Pemeriksaan
langsung mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas sebesar 89,4% dan
83,90%. Pewarnaan gram juga dapat digunakan dan akan memberikan hasil
yang sama dengan yang diperlihatkan pada pemeriksaan KOH 10%.1
2. Pemeriksaan Biakan
b. Penilaian Klamidospora
4. Serologi
5. Pemeriksaan histologi
6. Uji sensitifitas secara cepat dan tepat berdasarkan PCR dari DNA dapat juga
digunakan untuk mengidentifikasi patogenitas candida dalam jaringan.
H. DIAGNOSIS BANDING
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terpenting adalah menghindari atau menghilangkan faktor
predisposisi.
Terapi topical:
krim atau bedak mikonazol 2%
bedak, larutan dan krim klotrimazol 1%
krim tiokonazol 1%
krim bufonazol 1%
krim isokonazol 1%
krim siklopiroksolamin 1%
Antimikotik topikal lain yang berspektrum luas.1
Terapi sistemik:
Nistatin tablet
untuk menghilangkan infeksi lokal dalam saluran cerna, obat ini tidak
diserap oleh usus.
Amfoterisin B
Diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik.
Kotrimazol
Pada kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500mg per
vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2x200 mg
dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.
Itrakonazol
diberikan pada kandidiasis vulvovaginalis. Dosis untuk orang dewasa
2x100 mg sehari, selama 3 hari.1
J. KOMPLIKASI
Kandidiasis Diseminata
Papul eritematosa dengan tengah yang pucat terdapat pada lengan laki-laki 13
tahun dengan neutropenia dan ewings sarcoma. Kultur darah tumbuh candida
parapsilos dan candida Lusitania. Lesi tersebut tersebar dan terhitung ratusan.
Pasien menunjukkan gejala lesi kulit yang disertai dengan nyeri otot dan nyeri
mata. Pustul adalah tanda kutaneus dari kandidiasis diseminata pada pasien
dengan leukositosis. Adanya neutrofil dalam sirkulasi, pustule tidak tampak
pada kulit, karena jumlah sel darah putih menutupinya, lesi mungkin menjadi
pustular yang menetap.
X. PENCEGAHAN
K. PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi IV, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. Pp:103-6
2. SMF Ilmu Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Atlas
Penyakit Kulit dan Kelamin. Airlangga University Press, 2007. Pp:86-92
5. Wolf K, Richard AJ, Dick S. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology. Ed 5th. New york. McGraw Hill Company.
2007.
6. Siregar, R.S. Atlas Berwana Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC. Jakarta.
2004. Pp: 279-280.
10. Hall, John C. Sauer's Manual of Skin Diseases 8th edition. Canada. Lippincott
Williams & Wilkins Publishers. 2000.