1. Definisi d. Memelihara komunikasi yang baik dengan tim. Komunikasi yang tidak baik Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang merupakan masalah yang sering dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. menyebabkan kegagalan dalam (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal perawatan post op. Bedah, 2002, hal. 2357). 4. Cara perawatan Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi Cara perawatan fraktur post op pada radius pada tulang radius akibat jatuh dan tangan adalah sebagai berikut; menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner a. Reduksi & Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, Usaha dan tindakan untuk memanipulasi 2002, hal. 2372). fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya 2. Etiologi Cara penanganan secara reduksi : Ada beberapa penyebab fraktur. Diantaranya - Pemasangan gips : u ntuk yaitu : mempertahankan posisi fragmen a. Kekerasan langsung: Kekerasan langsung tulang yang fraktur. menyebabkan patah tulang pada titik - Reduksi tertutup (closed reduction terjadinya kekerasan. Fraktur demikian external fixation) sering bersifat fraktur terbuka dengan - Menggunakan gips sebagai fiksasi garis patah melintang atau miring. eksternal untuk memper-tahankan b. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan posisi tulang dengan alat-alat: tidak langsung menyebabkan patah skrup, plate, pen, kawat, paku yang tulang ditempat yang jauh dari tempat dipasang di sisi maupun di dalam terjadinya kekerasan. Yang patah tulang. Alat ini diangkut biasanya adalah bagian yang paling - kembali setelah 1-12 bulan dengan lemah dalam jalur hantaran vektor pembedahan. kekerasan. b. Debridemen c. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah Untuk mempertahankan/memperbaiki tulang akibat tarikan otot sangat jarang keadaan jaringan lunak sekitar fraktur terjadi. Kekuatan dapat berupa pada keadaan luka sangat parah dan pemuntiran, penekukan, penekukan dan tidak beraturan. penekanan, kombinasi dari ketiganya, c. Rehabilitasi dan penarikan. Memulihkan kembali fragmen-fragmen 3. Perawatan post op tulang yang patah untuk mengembalikan Pengertian perawatan post op adalah penting fungsi normal. Perlu dilakukan seperti halnya persiapan preoperatif. mobilisasi , kemandirian bertahap. Beri Perawatan post operatif yang kurang posisi yang nyaman pada tulang yang sempurna akan menghasilkan ketidakpuasan fraktur sesuai anatomi.Posisi anatomi dan tidak memenuhi standart operasi. membuat rasa nyaman dan melancarkan Tujuan prawatan post op adalah untuk sirkulasi darah. Anjurkan klien untuk menghilangkan rasa nyeri, sedini mungkin imobilisasi bagian yang sakit dengan mengidentifikasi masalah dan mengatasi tirah baring. Beri therapi Obat sesuai sedini mungkin. program medik. Anjurkan dan bantu Yang diperlukan saat perawatan post op klien untuk mobilisasi fisik secara adalah bertahap sesuai kemampuan klien dan a. Memberi dukungan pada pasien. sesuai program medik. Mobilisasi dini secara bertahap membantu dalam proses 4. Penkes tentang perawatan selama di rumah, penyembuhan. melakukan latihan gerak aktif dan pasif Meningkatkan pergerakan sehingga setiap hari serta nutrisi yang diperlukan dapat melancarkan aliran darah. Rawat untuk mempercepat penyembuhan luka post luka operasi dengan tehnik aseptikuntuk operasi. mencegah dan menghambat Perawat memberikan inform consent kepada berkembangbiaknya bakteri. Tutup keluarga mengenai hal-hal yang perlu daerah luka dengan kasa steril, kasa dilakukan di rumah dalam perawatan . steril menghambat masuknya kuman Keluarga menyetujui untuk dilakukan dalam luka. Jaga daerah luka tetap bersih perawatan luka post op, dilakukan latihan dan kering, luka yang kotor dan basah ROM dan pendidikan kesehatan mengenai menjadi media yang baik bagi perawatan di rumah. Namun dalam hal perkembangbiakan bakteri. personal hygiene keluarga mengatakan 5. Pengertian diit post op fraktur masih bisa untuk melakukan dan Diit merupakan jumlah makanan yang memfasilitasinya sendiri. dibatasi dengan tujuan tertentu B. Tugas Perawat Homecare pada pasien fraktur 6. Tujuan Diit Pada Penderita Patah Tulang 1. Mengkaji keluhan yang dirasakan saat ini a. Mempercepat penyembuhan patah tulang 2. Menjelaskan mengenai tujuan serta prosedur b. Mengimbangi kadar kacium yang diserap tindakan yang akan dilakukan kembali dalam keadaan sakit 3. Melakukan tindakan perawatan kepada klien: c. Mencegah terjadinya rapuhnya pada tulang Melakukan perawatan luka post op 7. Contoh Makanan Tinggi Kalsium ORIF kepada klien a. Keju Melakukan latihan gerak ROM aktif dan b. Susu pasif kepada klien c. Brokoli kukus Melakukan pendidikan kesehatan kepada d. Salmon kaleng dengan tulangnya klien mengenai perawatan yang perlu e. Ikan Teri dilakukan di rumah: melakukan f. Sayuran berwarna hijau : bayam, perawatan luka post op ORIF dan nutrisi kangkung, daun singkong yang diperlukan untuk mempercepat 8. Aturan proses penyembuhan luka post operasi. Diit masyarakat Asia antara 300 mg kalsium 4. Mengevaluasi keluarga terhadap tindakan lebih baik, karena penduduk Asia lebih yang telah dilakukan banyak gandum yang paling mendasar. 5. Mendokumentasikan tindakan keperawatan Untuk keseimbangan antara konsumsi tinggi yang sudah dilakukan calcium dan tinggi vitamin D lebih baik 6. Mendiskusikan mengenai rencana perawatan dengan berolah raga dibawah sinar matahari selanjutnya yang akan dilakukan: pagi antara jam 07.00-09.00. - Keluarga melakukan perawatan luka dengan bimbingan perawat I. DAFTAR PUSTAKA - Keluarga melakukan latihan gerak aktif Brunner and Suddart, 2002. Keperawatan dan pasif setiap hari kepada klien Medical Bedah Volume 3. Alih Bahasa dengan mandiri tanpa bantuan perawat Kencana, H. Y. Jakarta : EGC. Gopalan. C. Dr., 1994. Nutrition Research In MOBILISASI PASIEN POST OPERASI South East Asia, New Delhi. 1. Pengertian A. Kebutuhan Peraatan Fraktur di Rumah 1. Perawatan luka post op ORIF 2 hari sekali Mobilisasi merupakan kemampuan 2. Mobilitas fisik : ROM setiap hari seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, 3. Personal hygiene mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara 7. Memberi kesempatan perawat dan pasien Kozier, 1995). untuk berinteraksi atau berkomunikasi
Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu 3. Macam-macam Mobilisasi
pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari Menurut Bayer dan Dubes (1997) mobilisasi dibagi anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, menjadi 2 (dua), yaitu : duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi a. Mobilisasi penuh berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik J. Garrison, 2004). dan sensorik mampu mengontrol seluruh area tubuh. Mobilisasi setelah operasi yaitu proses Mobilisasi penuh mempunyai banyak keuntungan aktivitas yang dilakukan setelah operasi dimulai dari bagi kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan dan bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar kesehatan secara bebas, mempertahankan interaksi mandi dan berjalan ke luar kamar (Brunner & sosial dan peran dalam kehidupan sehari hari. Suddarth, 2002) b. Mobilisasi sebagian Menurut Carpenito (2000), Mobilisasi Post Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian Operasi merupakan suatu aspek yang terpenting umumnya mempunyai gangguan syaraf sensorik pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi mempertahankan kemandirian. Dari Kedua definisi sebagian dapat dibedakan menjadi: tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi Post Operasi adalah suatu upaya mempertahankan - Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh kemandirian sedini mungkin dengan cara trauma reversibel pada sistim membimbing penderita untuk mempertahankan muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan fungsi fisiologis. tulang - Mobilisasi permanen biasanya disebabkan Konsep mobilisasi mula mula berasal dari oleh rusaknya sistim syaraf yang reversibel. ambulasi Post Operasi yang merupakan 4. Faktor faktor yang mempengaruhi pengembalian secara berangsur angsur ke tahap mobilisasi. mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi (Roper,1996). Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi menurut Barbara Kozier (1995), antara lain : 2. Tujuan Mobilisasi Post Operasi 1. Gaya Hidup Tujuan dari mobilisasi menurut Susan J. Garrison Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari (2004), antara lain : tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat 1. Mempertahankan fungsi tubuh pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan 2. Memperlancar peredaran darah sehingga kesehatannya. Demikian halnya dengan mempercepat penyembuhan luka pengetahuan kesehatan tentang mobilitas 3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat. 4. Mempertahankan tonus otot 2. Proses Penyakit dan injury 5. Memperlancar eliminasi urin Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya, 6. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga misalnya; seorang yang patah tulang akan pasien dapat kembali normal dan atau dapat kesulutan untuk mobilisasi secara bebas. memenuhi kebutuhan gerak harian. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi, karena adanya rasa sakit/nyeri yang menjadi alasan mereka cenderung untuk otot perut dan panggul akan kembali normal bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien sehingga otot p[erutnya menjadi kuat harus istirahat di tempat tidur karena kembali dan dapat mengurangi rasa sakit menderita penyakit tertentu. dengan demikian pasien merasa sehat dan 3. Kebudayaan membantu memperoleh kekuatan, Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan mempercepat kesembuhan. sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; 2. Faal usus dan kandung kencing lebih baik. pasien setelah operasi dilarang bergerak Dengan bergerak akan merangsang karena kepercayaan kalau banyak bergerak peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini nanti luka atau jahitan tidak jadi. juga membantu mempercepat organ-organ 4. Tingkat energi tubuh bekerja seperti semula. Seseorang melakukan mobilisasi jelas 3. Mempercepat pemulihan missal kontraksi membutuhkan energi atau tenaga. Orang uterus post secarea, dengan demikian pasien yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya akan cepat merasa sehat dan bias merawat dibandingkan dengan orang dalam keadaan anaknya dengan cepat sehat. 4. Mencegah terjadinya trombosis dan 5. Usia dan status perkembangan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi Seorang anak akan berbeda tingkat darah normal/lancar sehingga resiko kemampuan mobilitasnya dibandingkan terjadinya trombosis dan tromboemboli dengan seorang remaja. dapat dihindarkan. 5. Rentang Gerak Dalam Mobilisasi 7. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu : 1. Penyembuhan luka menjadi lama 2. Menambah rasa sakit 1. Rentang gerak pasif 3. Badan menjadi pegal dan kaku Rentang gerak pasif ini berguna untuk 4. Kulit menjadi lecet dan luka menjaga kelenturan otot-otot dan persendian 5. Memperlama perawatan dirumah sakit dengan menggerakkan otot orang lain secara 8. Kontra Indikasi Mobilisasi pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien Pada pasien tertentu baiknya mobilisasi tidak terlalu 2. Rentang gerak aktif lama bahkan baiknya tidak dilakukan mobilisasi, Hal ini untuk melatih kelenturan dan seperti pasien dengan ; kekuatan otot serta sendi dengan cara Miokard akut, menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan Disritmia jantung, kakinya. syok sepsis, 3. Rentang gerak fungsional Berguna untuk memperkuat otot-otot dan kelemahan umum dengan tingkat energi yang sendi dengan melakukan aktifitas yang kurang. diperlukan.
9. Tahap-tahap Mobilisasi Post Operasi
6. Manfaat Mobilisasi Post Operasi Sebagai pedoman pelaksanaan sebelum Menurut Mochtar (1995), manfaat mobilisasi bagi melakukan tindakan mobilisasi sebaikanya pasien post operasi adalah : dilakukan penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan gangguan 1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark early ambulation. Dengan bergerak, otot Miocard atau pada klien dengan immobiliasi yang Tahap V : mobilisasi atau gerakan berjalan lama akibat kelumpuhan. Tanda - tanda yang di kaji dengan bantuan (2x/hr) pada intoleransi aktifitas antara lain (Gordon, 1976) Tahap VI : mobilisasi atau gerakan naik ke : tempat tidur - Denyut nadi frekuensinya mengalami Tahap VII : mobilisasi atau gerakan bangkit dari peningkatan, irama tidak teratur duduk ditempat tidur. - Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi orthostatic 10. Latihan Mobilisasi Pada Pasien Pasca - Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, Pembedahan pernafasan cepat dangkal Mobilisasi pasca pembedahan yaitu proses - Warna kulit dan suhu tubuh terjadi aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai penurunan dari latihan ringan diatas tempat tidur (latihan - Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari stabilan posisi tubuh tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan - Status emosi labil. ke luar kamar (Brunner & Suddarth, 1996 ).
Tahap-tahap mobilisasi pada pasien dengan
Menurut Kasdu (2003) mobilisasi Post Operasi pasca pembedahan menurut Rustam Muchtar (1992), dilakukan secara bertahap berikut ini akan dijelaskan meliputi : tahap mobilisasi Post Operasi pada pasien post operasi seksio sesarea : 1. Pada hari pertama 6-10 jam setelah pasien sadar, pasien bisa melakukan latihan 1. Setelah operasi, pada 6 jam pertama pasien pernafasan dan batuk efektif kemudian paska operasi seksio sesarea harus tirah miring kanan miring kiri sudah dapat baring dulu. Mobilisasi Post Operasi yang dimulai. bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, 2. Pada hari ke 2, pasien didudukkan selama tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan 5 menit, disuruh latihan pernafasan dan memutar pergelangan kaki, mengangkat batuk efektif guna melonggarkan tumit, menegangkan otot betis serta menekuk pernafasan. dan menggeser kaki 3. Pada hari ke 3 - 5, pasien dianjurkan 2. Setelah 6-10 jam, diharuskan untuk dapat untuk belajar berdiri kemudian berjalan di miring kekiri dan kekanan mencegah sekitar kamar, ke kamar mandi, dan keluar trombosis dan trombo emboli kamar sendiri. 3. Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk 4. Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan 11. Dampak imobilisasi : pasien belajar berjalan Atelektasis Sedangkan Menurut Beyer, 1997
Tahap I : mobilisasi atau gerakan awal : Pneumonia
nafas dalam dan batuk, ekstremitas Sulit buang air besar (BAB dan buang air Tahap II : mobilisasi atau gerak berputar kecil (BAK).
Tahap III : mobilisasi atau gerakan duduk Distensi lambung