Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Field Trip adalah sebuah perjalanan lapangan atau ekskursi, yang dikenal
sebagai perjalanan sekolah. Pengertian lainnya field trip adalah perjalanan oleh
sekelompok orang ke tempat yang jauh dari lingkungan yang normal mereka.
Tujuan perjalanan biasanya pengamatan untuk penelitian pendidikan, non-
eksperimental atau untuk menyediakan siswa dengan pengalaman luar kegiatan
sehari-hari.
Field trip yang dilakukan adalah untuk mengetahui cara budidaya
tanaman khususnya tanaman kubis yang terdapat di Desa Krajan, Sumber
Brantas. Para petani di desa ini menanam tanaman holtikura yang mayoritas
tanamanya adalah sayuran.
Dalam kegiatan fieldtrip ini, kami diutamakan untuk melakukan
observasi pada tanaman kubis dan melakukan interview kepada petani kubis di
desa Krajan, Sumber Brantas. Petani kubis di Desa Krajan menggunakan
pestisida sintetis untuk pengendalian hama yang terdapat pada lahan tanaman
kubis.
Setelah melakukan observasi dan interview kepada petani kubis di daerah
Sumber Brantas, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui budidaya tanaman
kubis dengan baik dan benar dengan tidak merusak lingkungan sekitar dan
mendapatkan produktifitas yang optimum dengan pengendalian hama yang
tepat.
.

1
1.2 Tujuan
a. Untuk mengamati secara langsung keadaan lahan kubis di Desa Krajan,
Sumber Brantas.
b. Untuk mengetahui komoditas yang terdapat pada lahan kubis.
c. Untuk mengetahui jenis penggunaan lahan yang terdapat pada Desa Krajan,
Sumber Brantas.
d. Memenuhi syarat kurikulum dalam mengikuti mata kuliah dasar
perlindungan tanaman.
1.3 Manfaat
a. Mahasiswa dapat mengetahui kegiatan para petani kubis di daerah Sumber
Brantas.
b. Mahasiswa dapat mengetahui ham yang biasa menyerang tanaman kubis.
c. Mahasiswa dapat membandingkan hasil pengamatan di lapangan dengan
teori yang telah dipelajari.

2
BAB II

KONDISI UMUM WILAYAH

2.1 Lokasi Fieldtrip (Kajian Pustaka dan Pengamatan)

Desa Sumber Brantas merupakan desa yang terletak di wilayah barat daya
lereng gunung arjuno yang merupakan daerah pegunungan dan mempunyai hamparan
lahan pertanian yang memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Penduduk desa
Sumber Brantas hampir keseluruhannya adalah petani yang pada umumnya
menghasilkan produk pertanian sayur mayur. Di desa Sumber Brantas terdapat mata
air sungai brantas yang mengalir ke 9 kabupaten di Jawa Timur.

Luas desa Sumber Brantas adalah sekitar 541,1364 Ha dengan batas wilayah
sebelah utara adalah hutan, sebelah timur adalah hutan gunung arjuno, sebelah
selatan adalah desa tulungrejo dan sebelah barat adalah hutan / gunung anjasmoro. Di
Sumber Brantas terdapat 3 dusun yaitu dusun lemah putih, dusun kerajan, dan dusun
jurangkali.

(Junaidi, 2012)

2.2 Sejarah Lahan Latar Belakang Petani

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Khairul Anam sebagai narasumber,


kami memperoleh informasi bahwa lahan tersebut dari awal merupakan lahan
pertanian. Menurut kami hal ini sangat dimungkinkan karena letaknya yang memang
dekat pemukiman warga dan akses jalan utama, sehingga lahan tersebut berada di
satu area yang sama untuk pemukiman namun difungsikan sebagai lahan pertanian
sehingga tidak terjadi pembukaan lahan hutan yang melatarbelakangi sejarah dari
lahan pertanian pada umumnya.

3
2.3 Penggunaan Lahan

Kecamatan Bumiaji Kota Batu merupakan salah satu daerah dataran tinggi
dan sangat berpotensi untuk lahan pertanian. Lahan di daerah ini sangat subur dan
cocok untuk ditanami tanaman sayuran, salah satunya adalah tanaman kubis.
Tanaman kubis cukup berpotensi untuk dibudidayakan di daerah ini didukung dengan
kemudahan dalam pemeliharaan dengan biaya yang tidak terlalu tinggi. Budidaya
kubis hanya terkendala penyakit yang berkembang dengan baik pada kelembaban
udara tinggi, sehingga pengenalian difokuskan pada penyakit tanaman, yakni busuk
hitam pada daun.

2.3.1 Jenis Penggunaan Lahan (Monokultur, tumpangsari, agroforestri)

Pola penggunaan lahan di Dusun Jurang Kuali Desa Krajan-Sumber


Brantas adalah pola monokultur. Lahan pertanian difokuskan untuk budidaya
tanaman hortikultura selama satu tahun penuh atau selama bulan basah hingga
bulan kering. Upaya petani di wilayah tersebut untuk mengurangi ampak negatif
dari monokultur ialah dengan merotasi tanaman hortikultura yang dibudidayakan.

2.3.2 Komoditas (Kajian pustaka dan pengamatan serta sistem budidaya)

Kubis memiliki ciri khas membentuk krop. Pertumbuhan awal ditandai


dengan pembentukan daun secara normal. Namun semakin dewasa daun-daunnya
mulai melengkung ke atas hingga akhirnya tumbuh sangat rapat. Pada kondisi ini
petani biasanya menutup krop dengan daun-daun di bawahnya supaya warna
krop makin pucat. Apabila ukuran krop telah mencukupi maka siap kubis siap
dipanen. Dalam budidaya, kubis adalah komoditi semusim. Secara biologi,
tumbuhan ini adalah dwimusim (biennial) dan memerlukanvernalisasi untuk
pembungaan. Apabila tidak mendapat suhu dingin, tumbuhan ini akan terus
tumbuh tanpa berbunga. Setelah berbunga, tumbuhan mati.
(Rukmana, 2009)

4
Kubis menyukai tanah yang sarang dan tidak becek. Meskipun relatif
tahan terhadap suhu tinggi, produk kubis ditanam di daerah pegunungan (400m
dpl ke atas) di daerah tropik. Di dataran rendah, ukuran krop mengecil dan
tanaman sangat rentan terhadap ulat pemakan daun Plutella xylostella.

Karena penampilan kubis menentukan harga jual, kerap dijumpai petani


(Indonesia) melakukan penyemprotan tanaman dengan insektisida dalam jumlah
berlebihan agar kubis tidak berlubang-lubang akibat dimakan ulat. Menurut
(Rukmana, 2009) konsumen perlu memperhatikan hal ini dan disarankan selalu
mencuci kubis yang baru dibeli.
Jenis komoditas yang ditanam pada lahan pertanian desa tersebut adalah
tanaman wortel, kubis dan kentang secara bergilirian (rotasi) selama satu tahun
yang mana didominasi pada sistem budidayanya dengan menggunakan pupuk
organik, yaitu dengan menggunakan pupuk kandang dan dengan mengembalikan
hasil dari tanaman menjadi seresah ke lahan sebesar 90%.
Pada pengendalian hama dan penyakit yaitu menggunakan fungisida
untuk membunuh jamur dan pestisida untuk membunuh hama yaitu ulat daun
kubis. Jenis penyakit yang ada pada tanaman tersebut adalah karat daun yang
ditandai dengan keringnya daun tanaman.

5
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu


Tempat : Desa Sumber Brantas, kecamatan Bumiaji, Batu (komoditas
tanaman kubis)
Waktu : Pukul 06.00-12.00 WIB
Hari/tanggal : Minggu/15 Desember 2013
3.2 Alat dan Bahan
Alat :
1. Sweepnet : Menangkap hama (serangga)
2. Plastik : Tempat untuk menyimpan hama
3. Kapas : Menyekap hama dalam plastik
4. Buku KDS : Sumber untuk mengidentifikasi serangga
5. Kamera : Alat dokumentasi

Bahan :

1. Hama : Objek pengamatan


2. Alkohol : Membius dan mengawetkan hama

3.3 Pengamatan (Metode Pengamatan)


3.3.1 Pengamatan hama
Metode yang dilakukan untuk mengamati hama yang terdapat pada lahan yang
diamati adalah dengan melihat dan mengamati keberadaan hama secara langsung.
Untuk alur kerjanya adalah sebagai berikut :

6
Menyiapkan alat sweepnet, plastik, dan kapas, serta bahan yaitu alkohol

Berkeliling di sekitar lahan pengamatan dengan membawa sweepnet

Mengayunkan sweepnet ke kiri dan kanan kemudian menutupnya saat


melakukan tracking dengan cara setiap 3 langkah diayunkan dengan
kecepatan langkah yang konstan

Membius serangga dengan kapas yang telah diberi


alkohol

Memasukkan serangga ke dalam kantong plastik

Membawa serangga ke laboratorium

Melakukan pengamatan dan mengidentifikasi dengan menggunakan buku


Kunci Determinasi Serangga (KDS)

Mencatat hasil pengamatan dan identifikasi serangga

7
Analisa Kerja

Pertama-tama menyiapkan alat sweepnet, plastik, dan kapas serta bahan yaitu
alkohol. Kemudian berkeliling di sekitar lahan pengamatan dengan membawa
sweepnet. Saat berkeliling, mengayunkan sweepnet ke kiri dan kanan kemudian
menutupnya dengan cara setiap 3 langkah diayunkan dengan kecepatan langkah yang
konstan. Kemudian mengambil serangga (hama) yang masuk dalam sweepnet.
Selanjutnya membius serangga dengan kapas yang telah diberi alkohol supaya
serangga pingsan dan memasukkan serangga ke dalam kantong plastik. Kemudian
membawa serangga ke laboratorium untuk melakukan pengamatan dan
mengidentifikasi dengan menggunakan buku Kunci Determinasi Serangga (KDS).
Terakhir, mencatat hasil pengamatan dan identifikasi serangga.

3.3.2 Pengamatan Penyakit

Metode yang dilakukan untuk mengamati penyakit pada tanaman kubis yang
terdapat pada lahan, yaitu dengan melihat dan mengamati keberadaan penyakit yang
dilihat dari tanda dan gejalanya secara langsung. Untuk alur kerjanya adalah sebagai
berikut

Menyiapkan alat dan bahan


yang d yang

Amati tanaman secara dekat

Amati tanda dan gejala penyakit pada


tanaman

Identifikasi tanda dan gejala yang


ditemukan

Dokumentasikan setiap tanda dan gejala penyakit yang ditemukan

Klasifikasikan setiap tanda dan gejala penyakit yang ditemukan

8
Analisis Kerja

Dalam pengamatan penyakit, kita perlu mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk pengamatan. Alat dan bahan tersebut adalah buku, bolpoin, kamera,
dan kertas kuisioner. Langkah pertama yang dilakukan yaitu melihat tanaman secara
dekat untuk melihat apakah ada tanda dan gejala penyakit yang ditimbulkan pada
tanaman kubis. Setelah menemukan tanda dan gejala penyakit yang ada pada tanaman
kubis, kemudian mengidentifikasi tanda dan gejala yang ditemukan. Dokumentasikan
hasil yang telah diidentifikasi dengan menggunakan kamera. Langkah terakhir,
klasifikasikan setiap tanda dan gejala penyakit yang ditemukan sampai menndapatkan
mikroorganisme penyebab tanda dan gejala penyakit yang ada.

3.3.3 Pengamatan Musuh Alami

Metode yang kami lakukan untuk mengamati musuh alami di desa Sumber Brantas
antara lain :

Siapkan Alat dan Bahan yang Akan Digunakan

Mewawancarai narasumber tentang musuh alami

Melakukan pengamatan musuh alami

Mendokumentasikan musuh alami yang ditemukan

Mengklasifikasikan musuh alami yang ditemukan

9
Analisis Kerja

Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh
serangga sekaligus melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian
pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Berdasarkan
wawancara dengan narasumber, pada lahan kubis di desa Sumber Brantas, kecamatan
Bumiaji, Batu, pengamatan populasi musuh alami dilakukan dengan cara pengamatan
langsung. Berdasarkan hasil pengamatan kami, tidak ditemukan adanya musuh alami.
Hal ini dikarenakan pada tanaman kubis dilakukan penyemprotan pestisida kimia.
Penyemprotan pestisida kimia dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu, sehingga
musuh alami, serangga, dan hama mati.

3.3.4 Pengamatan Pengolahan Tanah (Faktor Edafik)

Metode yang kami lakukan untuk mengamati pengolahan tanah/faktor edafik di


desa Sumber Brantas antara lain :

Menyiapkan alat dan bahan

Mewawancarai narasumber yang berada di desa Sumber


Brantas

Mengamati pola pengolahan tanah

Mencatat bentuk pengelolaan tanah yang diamati

10
Analisis Kerja
Dalam pengamatan pengelolahan tanah ini kami menyiapkan alat dan bahan
terlebih dahulu , lalu mewawancarai narasumber untuk dapat mengetahui langkah
selanjutnya dalam pengolahan tanah. Kemudian kami amati pola pengolahan tanah
tersebut dan dicatat di buku. Pengolahan tanah dilakukan dengan memakai cangkul.

3.3.5 Pengamatan Penggunaan Varietas Tahan


Metode yang dilakukan untuk mengamati penggunaan varietas tahan
di Sumber Brantas antara lain :

Menyiapkan alat tulis dan kuisioner

Mewawancarai narasumber tentang penggunaan varietas tahan

Mencatat hasil wawancara

Analisis kerja

Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat tulis dan kuisioner. Setelah
sampai dilahan kubis langsung mulai mengadakan kegiatan wawancara kepada
narasumber untuk mendapatkan informasi mengenai ada atau tidaknya penggunaan
varietas tahan pada pertanian yang ada di Sumber Brantas.

11
3.3.6 Pengamatan Penggunaan Pestisida
Metode yang dilakukan untuk mengamati penggunaan pestisida di
Sumber Brantas antara lain :

Menyiapkan alat dan bahan

Mewawancarai narasumber yang berada di desa Sumber


Brantas

Mengamati pola pengolahan tanah

Mencatat bentuk pengelolaan tanah yang diamati

Analisis Kerja
Langkah pertama untuk mengamati pola penggunaan pestisida adalah
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu mewawancarai narasumber
untuk mengetahui pola penggunaan pestisida. Setelah itu, mengamati pola
penggunaan pestisida dan mencatatnya. Pola penggunaan pestisida yang
digunakan adalah dengan pestisida Kimia.

12
BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hama yang di Temukan

Nama
Gejala dan
Umum + Dokumentasi Ciri-Ciri Klasifikasi
Tanda
Nama
Ilmiah
Berukuran Daun
mikroskopis Kingdom: berlubang
Berwarna Animalia Memakan
kehijauan dan Filum: jaringan
terdapat bulu Arthropoda bagian
hitam tipis Kelas: permukaan
Tipe mulut: Insecta bawah daun
Plutella
menggigit Ordo: atau
xylostela
mengunyah Lepidoptera permukaan
(Ulat daun
Larva terdiri dari Famili: atas daun
kubis)
empat instar Yponomeutidae Serangan
Jika disentuh Genus: berat terjadi
bereaksi Plutella pada musim
ganas,menjatuhk Spesies: kemarau
an diri,dan Plutella pada umur
membentuk xylostella 5-8
benang sutera minggu.

13
4.1.2 Penyakit Yang Ditemukan

Nama Umum
Klasifikasi Gejala dan
+ Nama Dokumentasi Patogen
Patogen Tanda
Ilmiah
Kingdom:
Bacteria Bercak
Filum: kuning
Proteobacteria kecokelatan
Kelas: pada daun
Gamma Bagian
Proteobacteria tengah
Penyakit
Ordo: berwarna
Busuk Hitam
Bakteri Xanthomonada coklat lebih
Daun Kubis
Xanthomonas les gelap
(Xanthomonas
campestris Famili: Daun kubis
campestris)
Xanthomonada layu seperti
ceae tersiram air
Genus: panas
Xanthomonas Pertumbuha
Spesies: n daun muda
Xanthomonas terhambat
campestris

14
4.1.3 Musuh Alami Yang Ditemukan
Nama
Umum+ OPT yang
Dokumentasi Ciri-Ciri Klasifikasi
Nama diserang
Ilmiah
- - - - -

4.2 Pengendalian yang Dilakukan

4.2.1 Pengolahan Lahan (Faktor Edafik)


Berdasarkan data yang kami peroleh melalui wawancara
dengan Bapak Choirul Anwar dan Bapak Miftahul Ulum di Desa
Sumber Brantas, Kota Batu, pengolahan tanah dilakukan dengan
pencangkulan dan pembajakan lapisan olah tanah. Untuk menyediakn
nutrisi bagi tanaman komoditas, petani di Sumber Brantas
menggunakan paduan antara pupuk organic dan pupuk sintetis.
Penggunaan pupuk di lahan petani didominasi oleh pupuk organic
berupa kotoran ayam. Di samping memanfaatkan pupuk kandang, para
petani juga menambahkan sejumlah pupuk urea dan NPK ke lahan
mereka.

15
4.2.2 Pemanfaatan Musuh Alami
Menurut wawancara yang kami lakukan, kami mendapatkan
informasi bahwa Bapak Choirul Anwar dan Miftahul Ulum di Desa
Sumber Brantas tidak melakukan pengendalian menggunakan musuh
alami. Hal tersebut dikarenakan pemanfaatan musuh alami dianggap
belum cukup efektif untuk mengendalikan populasi hama. Bapak
Choirul Anwar salahsatu narasumber memaparkan bahwa petani-
petani lain di Desa Sumber Brantas menggunakan pengendalian
dengan pestisida. Menurut beliau, jika beliau menggunakan
pengendalian dengan musuh alami justru hama akan berpindah ke
lahannya (karena menghindari pestisida dari lahan lain) dan malah
akan menyerang komoditas yang ada di lahannya. Inilah mengapa
pengendalian murni dengan pestisida merupakan cara paling efektif
dalam menekan dan mengendalikn populasi hama pada komoditas.
Sumber: Bapak Choirul Anwar dan Bapak Miftahul Ulum
Desa Sumber Brantas kecamatan bumiaji

4.2.3 Penggunaan Varietas Tahan


Berdasarkan wawancara yang kami lakukan,kami mendapatkan
informasi bahwa Bapak Choirul Anwar dan Bapak Miftahul Ulum di
desa Sumber Brantas tidak melakukan pengendalian menggunakan
varietas tahan .hal tersebut dikarenakan, varietas tahan untuk ditanam
di lahan tersebut memiliki harga ekonomis yang tinggi.ataupun ada
beberapa alas an yang lain yang menyebabkan petani-petani di desa
Sumber Brantas tidak mau menggunakan varietas tahan sebagai
alternative pengendalian hama yaitu sebagai berikut:

- Sulit untuk mendapatkan varietas tahan

- Keterbatasan dari sumber genetik

16
- Tidak berlakunya sifat ketahanan di daerah-daerah dengan kondisi
geografik yang berbeda.

- Munculnya biotipe baru akan membatasi ruang dan waktu dan


kegunaan batas-batas ketahanan

- Munculnya ketahanan yang berlawanan.

- Tidak mudah untuk menggabungkan faktor-faktor ketahanan dari


suatu varietas atau organisme ke dalam varietas baru.

( Tim Dosen DPT, 2011 )

4.2.4 Penggunaan Pestisida

Berdasarkan wawancara yang kami lakukan, kami


mendapatkan informasi bahwa Bapak Choirul Anwar dan Miftahul
Ulum di desa Sumber Brantas melakukan pengendalian menggunakan
pestisida kimia 100% . Petani lebih memilih pestisida kimia daripada
pestisida organic karena lebih mudah dan cepat. Selain itu petani
berfikir jika dengan pestisida organik akan mendorong hama makan
tanamannya, hal ini terjadi karena efek pestisida organik yang
diberikan petani tidak seefektif pestisida kimia yang digunakan petani
lain. Sehingga, petani menganggap dengan melakukan pengendalian
pestisida kimia lebih menguntungkan daripada pestisida organic .

Sumber: Bapak Choirul Anwar dan Bapak Miftahul Ulum

Desa Sumber Brantas kecamatan bumiaji

17
4.3 Pembahasan
Perolehan data kami menunjukkan luas areal persawahan dari Bapak Khairul
Anwar adalah lahan tegal seluas 2 hektar dan sawah 3 hektar, total beliau memiliki 5
hektar lahan untuk pertanian. Namun dari lahan tegal milik Pak Khairul Anwar,
dibudidayakan tanaman kentang padahal komoditas tanaman yang kami amati ialah
kubis. Beliau menyebutkan bahwa produktivitas kubis yang kami amati adalah 3 ton/
hektar.
Produktivitas kubis yang tinggi ini didukung oleh pengendalian hama yang
menurut data keterangan pak khairul, dilakukan menggunakan pestisida Kimia.
Pestisida yang digunakan adalah jenis insektisida berdosis 0,5 ml/l dan pestisida
berdosis 0,1 gram/ml yang disemprotkan setiap minggu, atau bahkan lebih intensif
saat musim hujan karena udara yang lembab mendukung pertumbuhan penyakit dan
jamur.
Keputusan untuk menggunakan pengendalian OPT melalui pestisida kimia
dinilai petani berdampak signifikan untuk menyelamatkan produktivitas kubis. Hal
ini karena karakteristik dari petisida kimia yang bereaksi cepat pada target dan
bersifat membunuh. Sehingga kerusakan akibat OPT dapat ditekan dan produktivitas
tetap tinggi.
Untuk nutrisi tanaman, petani kubis di wilayah Sumber Brantas menggunakan
kombinasi pupuk organik(kotoran ayam) 80% an pupuk kimia(Urea,TSP, dan KCl)
20%. Dengan kombinasi dua jenis pupuk ini tentu meningkatkan kualitas kubis yang
dihasilkan. Selain itu petani berusaha untuk mengembalikan biomassa semaksimal
mungkin ke dalam lahan pertanian dengan memanen kubis secara berkala.

18
4.4 Rekomendasi Praktikan

Setelah melakukan wawancara dengan petani, kami mendapatkan informasi


bahwa sebagian besar petani menggunakan pupuk organik dan kimia dengan dosis
yang seimbang. Akan tetapi , sebagian besar petani masih menggunakan pestisida
kimia 100% untuk mengendalikan hama, menurut kami cara ini kurang efisien,
karena cara ini memiliki efek negative yang besar diantaranya berdampak buruk bagi
lingkungan, konsumen, dan juga petani. Sebaiknya petani menggunakan pestisida
kimia dengan tepat (waktu, sasaran, dosis). Selain dengan pestisida, masih banyak
cara dalam mengendalikan hama diantaranya penggunaan musuh alami, tumpang sari,
dan varietas tahan. Penerapan sistem pengendalian dengan musuh alami,
tumpangsari, dan pertanian varietas tahan menguntungkan diantaranya memiliki
ketahanan terhadap hama utamanya. Cara-cara ini lebih aman bagi lingkungan,
kesehatan dan mendukung sistem pertanian berkelanjutan.

19
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Lahan pertanian di desa Sumber Brantas kecamatan Bumiaji Kota Batu
digunakan untuk menanam tanaman hortikultura. Sistem tanam yang dilakukan
adalah monokultur dengan merotasi tanaman. Komoditas vegetasi yang diamati di
daerah tersebut adalah tanaman kubis. Hama dan penyakit yang ditemukan pada
tanaman ini adalah ulat daun kubis (Plutella xylostela). Gejala daun tanaman yang
terserang ulat ini adalah daun berlubang, ulat memakan jaringan bagian permukaan
bawah daun atau permukaan atas daun serta serangan berat terjadi pada musim
kemarau pada umur 5 - 8 minggu. Sedangkan penyakit yang ditemukan pada tanaman
ini adalah bercak kuning kecoklatan pada daun kubis. Teknik pengendalian yang
dilakukan dengan menggunakan pestisida. Cara pengendalian ini dianggap paling
efektif karena dapat mengendalikan dan menekan serangan hama dan penyakit
dengan mudah. Selain itu di daerah tersebut belum ada yang menggunakan teknik
pengendalian dengan musuh alami sehingga jika ada satu yang menggunakan
pengendalian dengan musuh alami malah akan membuat hama berpindah ke
komoditas tersebut karena menghindari pestisida.

5.2 Saran
Fieldtrip seharusnya dilakukan secara terkoordinir agar jadwal yang telah
disusun dapat dijalankan sesuai timeline dan tidak sampai terjadi kesalahpahaman
pada saat terjun di lapang. Selain itu sebaiknya mahasiswa diajak praktik langsung ke
lapang agar dapat merasakan bagaimana seorang petani itu bekerja.

20
5.2.1 . Praktikum
o Jadwal jangan terlalu malam
o Materi yang akan di sampaikan mohon dipersiapkan
o Penentuan lab lebih terorganisasi lagi, supaya adik-adik praktikan tidak
membuang waktu dan tenaga
o Pengumuan spesimen sebaiknya jangan mendadak
o Spesimen yang dicari lebih fleksibel

5.2.2 Asisten
o Lebih meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap praktikan
o Lebih tanggung jawab lagi kepada praktikan
o Tegas, disiplin, dan pengertian
o Terima kasih atas seluruh perhatian, pengertian, dan bantuan mbak
o Lebih banyak tersenyum kepada semua orang

5.2.3 Fieltrip
o Lebih ditertibkan pemberian materi saat fieltrip, pengamatan, dan pengaturan
waktu
o Lebih efisien lagi dalam alokasi waktu
o Lebih bertanggung jawab lagi kepada praktikan
o Fieltrip lebih diperjelas dan terkoordinasi, sekaligus mempertimbangkan
keadaan cuaca
o Manajemen kegiatan mohon di persiapkan
o Pembagian tugas asisten mohon dibagi rata

21
DAFTAR PUSTAKA

Junaidi. 2012. DesaWisata Sumber Brantas. http://desawisataSumber


Brantas.blogspot.com/. Diakses pada 21 Desember 2013.

Tim Dosen. 2011. Dasar Perlindungan Tanaman. Malang : Fakultas Pertanian


Universitas Brawijaya

Rukmana, Rahmat. 2009. Bertanam Kubis. Yogyakarta : Kanisius.

22
LAMPIRAN

Dokumentasi Fieldtrp

23
24
Kuisioner Fieldtrip

A. Profil Petani
1. Nama narasumber dan alamat (Informasi Lengkap Petani)
Miftahul Ulum dan Choirul Anwar, Desa Sumber Brantas, Kota Batu
B. Kegiatan Usahatani yang dilakukan
1. Macam / jenis komoditas yang dibudidayakan
Tanaman apa saja yang Bapak/Ibu budidayakan?
Lahan sawah : -
Jenis tanaman : -


Lahan tegal: Lahan seluas 5 hektar
Jenis tanaman: Kubis, Kentang, dan Wortel

2. Informasi Lahan Budidaya


Berapakah luas lahan yang Bapak/ibu kuasai terkait dengan usahatani yang
dijalankan?

Jumlah
Tanah Sakap (bagi
Jenis Lahan Sewa(ha) (ha)
milik(ha) hasil)

Sawah (ha) - - - -
Tegal (ha) 2 3 - 5
Pekarangan
- - - -
(ha)

Jumlah (ha) 2 3 - 5

25
Bagaimanakah sejarah penggunaan lahan di tempat tersebut? (apakah dari hutan
menjadi lahan budidaya atau yang lainnya?)
Ketika Bapak Miftahul Ulum dan Bapak Choirul Anwar mulai bertani di
lahan, lahan tersebut sudah berupa lahan pertanian.
Bagaimana sistem pengolahan lahan untuk kegiatan budidaya yang dilakukan?
Pengolahan tanah :
Pembajakan dan pencangkulan lapisan olah tanah
Pemupukan yang dilakukan (organik/an organik/pengembalian sisa panen/dsb):
Pupuk yang digunakan dominasi pupuk organik(kotoran ayam);
dipadukan dengan urea dan NPK
Penggunaan mulsa (jika ada):

...

Dan lainnya :

...

Bagaimanakah pola penggunaan lahan setempat? (secara keseluruhan)


Monokultur? Komoditas apa yang mendominasi dan bagaimana kenampakannya?
Monokultur, dengan komoditas kentang, kubis, dan wortel. Semua
komoditas dalam keadaan baik
Agroforestri? Komoditas apa yang mendominasi dan bagaimana kenampakannya?

...
..
.
Atau lainnya??

26
C. Identifikasi OPT dan Musuh Alami serta Organisme Tanah di Lahan
Budidaya (Lahan Pengamatan)
Macam Hama dan Jumlah yang ditemukan atau biasa menyerang tanaman yang
dibudidayakan (rendah/sedang/tinggi): Ulat Daun Kubis
Macam Penyakit dan Tingkat Serangan atau biasa menyerang tanaman yang
dibudidayakan (rendah/sedang/tinggi): Busuk hitam pada daun
Macam Musuh Alami dan Jumlah populasi yang biasa ada pada tanaman yang
dibudidayakan (rendah/sedang/tinggi): tidak ada musuh alami
Jika ada, bagaimana pengaruh musuh alami terhadap lahan budidaya (hama/penyakit)
yang diamati atau terhadap agroekosistem tersebut?

...

Macam Organisme tanah dan Jumlah pada lahan budidaya (rendah/sedang/tinggi):


cacing tanah
Bagaimana status organisme tanah tersebut? Apakah menguntungkan atau sebagai
OPT?

Menguntungkan. Cacing tanah membantu menyuburkan tanah.


Berdasarkan informasi di atas, apakah persentase hama/penyakit/organisme tanah di
lahan mempengaruhi produksi komoditas yang dibudidayakan?
jika ya, alasan :
.
jika tidak, alasan :
ada pengendalian secara periodik dengan pestisida sintetis.
Rizotin untuk hama.
Paitin untuk penyakit

27
D. Pengendalian OPT yang digunakan
Apakah dilakukan pemantauan terhadap populasi OPT yang ada? (jelaskan)
Ada pemantauan terhadap OPT setiap tiga hari
Pengendalian apa saja yang dilakukan pada populasi masing-masing OPT yang
ada (hama dan penyakit)?
a. Biologis (Musuh Alami):


b. Hayati :


c. Mekanis


- Kimia: Jenis dan dosis Pestisida yang digunakan?
Rizotin untuk hama, dengan dosis 0,5 ml/L
Paitin untuk penyakit, dengan dosis 0,1 g/L
- Bagaimana Penggunaannya? (Waktu/Cara/Frekuensi Aplikasi, dll)
Pestisida disemprotkan dengan power sprayer, diaplikasikan tiap minggu.
d. Kultur :


Bagaimanakah pengaruh pengolahan tanah yang dilakukan terhadap tingkat serangan
OPT yang ada?
Tidak ada
Apakah digunakan pengendalian OPT dengan penggunaan varietas tahan?
Jika Iya, varietas apa yang digunakan?

28
Bagaimana hasil yang didapatkan secara ekonomi dan efektifitasnya terhadap
pengendalian OPT yang ada?

Pengendalian apa yang menjadi cara utama/sering dilakukan dalam mengendalikan


OPT? Kenapa?
Kimia, karena cara pengandalian yang lain belum cukup efektif dalam
pengendalian OPT. Pestisida organik akan mendorong hama makan tanaman
budidaya, hal ini terjadi karena efek pestisida organik yang diberikan tidak
akan seefektif pestisida kimia yang digunakan petani lain. Sehingga,
pengendalian dengan pestisida kimia lebih menguntungkan daripada
pestisida organic .
Tidak menggunakan pengendalian dengan musuh alami karena hama akan
berpindah ke lahannya (menghindari pestisida dari lahan lain) dan malah
akan menyerang komoditas yang ada di lahan.

29

Anda mungkin juga menyukai