Anda di halaman 1dari 12

Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah di Puskesmas

MODUL PELATIHAN MATERI DASAR 1 :


KEBIJAKAN PELAYANAN KELANGSUNGAN & KUALITAS HIDUP BALITA
& ANAK PRASEKOLAH

I. DESKRIPSI SINGKAT
SDKI 1990-2007 menyatakan bahwa , kematian balita di Indonesia mengalami
penurunan yang sangat signifikan yaitu dari 97 per 1000 kelahiran hidup menjadi
46 per 1000 kelahiran hidup. Namun, sejak periode 2002, sampai 2012 kematian
balita mengalami penurunan yang sangat sedikit atau bahkan stagnan hal ini
ditunjukkan oleh hasil SDKI 2007-2012 yang menyatakan bahwa angka kematian
balita hanya turun 4 poin yaitu dari 44/1000 kelahiran hidup menjadi 40/1000
kelahiran hidup. keadaan ini menjadi fokus perhatian pemerintah mengingat tujuan
pembangunan milinium (MDGs) mengamanatkan terjadinya penurunan kematian
bayi 2/3 dari keadaan tahun 1990-an pada tahun 2015 yang artinya adalah
kematian balita di Indonesia ditargetkan 32/1000 kelahiran hidup.

Selain daripada itu, menurut berbagai survey, kematian balita di Indonesia


sebagian besar terjadi pada masa neonatal (usia <1 bulan) dengan penyebab
utama kematian masih berkisar pada masalah neonatal seperti BBLR, asfiksia dan
sepsis, sedangkan pada usia > 1 bulan kematian lebih didominasi oleh
Pneumonia, ISPA dan diare (Riskesdas 2007), dari seluruh penyebab kematian
tersebut 95% nya dapat dicegah dengan teknologi yang sederhana dan dapat
dilakukan di tingkat pelayanan kesehatan dasar bahkan di tingkat rumah tangga.
Pada kenyataannya teknologi yang sederhana tersebut belum dapat diaplikasikan
secara berkesinambungan sehingga tingkat kelangsungan hidup anak relatif masih
rendah.

Walaupun kelangsungan hidup anak menjadi prioritas dalam pembangunan


kesehatan dalam beberapa tahun terakhir ini, namun , kualitas hidup anak tidak
bisa diabaikan, harus berjalan secara beriringan sehingga derajat kesehatan yang
optimal dapat terwujud. Strategi yang dijalankan dalam meningkatkan kualitas
hidup anak diantaranya dengan menerapkan pendekatan Managemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS), Skrining, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK), upaya preventiv melalui imunisasi, pemantauan status gizi serta
dengan melakukan upaya perlindungan kesehatan anak melalui program KtA,
namun kebijakan selama ini belum mampu meningkatkan derajat kesehatan anak
secara bermakna karena selama ini berjalan sendiri-sendiri sehingga hasil yang
didapat tidak optimal.

DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA 1


Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah di Puskesmas

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu memahami Konsep Kebijakan
Pelayanan Kelangsungan & Kualitas Hidup Balita & Anak Prasekolah
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai pelatihan, peserta pelatihan mampu:
1. Menjelaskan tentang situasi kesehatan balita
2. Menjelaskan tentang kebijakan dan strategi upaya percepatan peningkatan
kelangsungan hidup dan kulaitas balita dan anak prasekolah
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai berikut
yaitu :
Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:
1. Latar Belakang dan Analisis Situasi Kelangsungan dan Kualitas dan Anak
Prasekolah
2. Kebijakan dan Strategi Upaya Percepatan Peningkatan Kelangsungan Hidup
dan Kualitas Balita dan Anak Prasekolah
IV. BAHAN BELAJAR
1. Modul Kebijakan Pelayanan Kelangsungan & Kualitas Hidup Balita dan Anak
Prasekolah
2. Permenkes No.25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun
langkah langkah pembelajaran sebagai berikut :
Persiapan
Sebelum dimulainya proses pembelajaran, langkah persiapan harus dilakukan
baik oleh pelatih maupun peserta. Berikut adalah langkah langkah persiapan
yang dilakukan oleh pelatih dan peserta :
a. Persiapan oleh pelatih
Pelatih mempersiapkan materi, bahan tayang / penyajian yang akan
diberikan pada peserta.
b. Persiapan oleh peserta
Peserta wajib mempersiapkan diri untuk mengikuti dari awal hingga akhir
pelatihan.
Peserta harus membaca modul pelatihan terlebih dahulu sebelum proses
pembelajaran dimulai.
Pelaksanaan
Pelaksanaan penyampaian materi Kebijakan dan Strategi Upaya Percepatan
Penurunan Angka Kematian dalam bentuk kuliah umum. Metode yang digunakan
adalah ceramah dan tanya jawab dengan langkah langkah sebagai berikut :
Langkah 1 : Pengkondisian Peserta (5 menit)

DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA 2


Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah di Puskesmas

Pelatih mengkondisikan peserta agar siap mengikuti pembelajaran, dengan


langkah-langkah sebagai berikut :
Pelatih menyapa peserta dengan ramah. Mulai dengan perkenalan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan
disampaikan.
Pelatih menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan ruang lingkup pokok
bahasan yang akan disampaikan
Pelatih menggali pendapat peserta tentang pokok bahasan yang akan
disampaikan.
Langkah 2 : Penyampaian materi / pokok bahasan secara umum. (40 menit)
Pelatih menyampaian materi/pokok bahasan secara umum, dengan langkah
-langkah sebagai berikut.
Pelatih menyampaikan paparan materi: Kebijakan Pelayanan Kelangsungan &
Kualitas Hidup Balita & Anak Prasekolah
Pelatih menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab kemudian
curah pendapat.
Setelah penyampaian seluruh pokok bahasan, pelatih memberikan kesempatan
kepada peserta untuk menanyakan hal hal yang kurang jelas serta menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh peserta dengan terlebih dahulu memberikan
kesempatan kepada peserta lain untuk menjawabnya.
Pelatih menyimpulkan materi pokok bahasan dengan meminta masukan dari
peserta. Sebagai closing langkah ini, pelatih melakukan klarifikasi atas
kesimpulan yang dikemukakan oleh peserta.

VI. URAIAN MATERI


Pokok Bahasan 1 : Latar Belakang dan Analisis Situasi Kelangsungan dan
Kualitas Balita dan Anak Prasekolah
1. Latar Belakang
Belajar dari Millenium Development Goals (MDGs). Lebih dari 15 tahun terakhir,
delapan tujuan dan 60 target MDGS telah melahirkan perbaikan yang signifikan
dalam pembangunan di tingkat nasional, regional dan global. MDGs telah
mengajarkan kita untuk memahami dan mengakomodasi multi dimensi yang
melekat pada pembangunan. Sebagai tindak lanjut MDGs, selama 15 tahun ke
depan, SDGs akan diarahkan pada kewajiban untuk melanjutkan dan
memperluas keberhasilan MDGS. SDGs diharapkan membangun di atas
pondasi yang sudah dibuat MDGs. SDGs mempunyai 17 Goals dan 169 target.
Dari target tersebut, 4 target sangatlah terkait antara lain :
a. Pada tahun 2030, mengakhiri kelaparan dan menjamin akses pangan
yang aman, bergizi, dan mencukupi bagi semua orang, khususnya
masyarakat miskin dan rentan termasuk bayi, di sepanjang tahun.
b. Pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk
mencapai target internasional 2025 untuk penurunan stunting dan

DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA 3


Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah di Puskesmas

wasting pada balita dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan,


wanita hamil dan menyusui, serta lansia.
c. Pada 2030, mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per
100.000 kelahiran hidup
d. Pada 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah,
dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian
Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan Angka Kematian Balita
25 per 1.000 KH

Di lain sisi, isu bonus demografi menjadi sangat penting dan harus dipersiapkan
mulai dari sekarang. Saat ini, Indonesia memiliki jumlah penduduk 255 juta jiwa
di tahun 2015. Dari jumlah tersebut. Indonesia memiliki penduduk dengan usia
0-14 tahun sekitar 25,9 %. Pada tahun 2025 nanti anak-anak sudah dewasa
dan termasuk dalam usia produktif. Diperkirakan, pada tahun 2025-2035
Indonesia akan menikmati bonus demografi yaitu jumlah penduduk usia
produktif lebih besar dari jumlah penduduk nonproduktif. Di satu sisi, besarnya
uimlah penduduk usia produktif ini sebagai berkah dan potensi bgi
pembangunan bangsa. Tapi di satu sis lain, jika tak pandai mengelola dan
mengantisipasi, kondisi ini justru menjadi musibah dan membawa dampak
sosial yang lebih hebat. Untuk itu, mulai saat ini anak-anak harus ditingkatkan
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara
optimal melalui pemenuhan gizi seimbang dan cukup, tumbuh kembang yang
selalu dipantau, pemenuhan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
lingkungan yang memadai. Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas
akan menurunkan biaya kesehatan sehingga Indeks Pembangunan Manusia
pun meningkat. Dengan begitu maka bonus demografi dapat dimanfaatkan
dengan maksimal.

2. Analisis Situasi
Untuk mencapai hal yang telah disebutkan di atas, kita perlu melihat situasi
yang terjadi sekarang. Berdasarkan hasil Survei Dasar Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Neonatal (AKN) 19/1000 KH, Angka
Kematian Bayi (AKB) 32/1000 KH dan Angka Kematian Balita (AKABA) adalah
40/1000 KH. Jika dibandingkan dengan survei yang sama pada tahun 2007,
kematian balita dan kematian bayi telah mengalami penurunan, namun
kematian neonatal tetap stagnan bahkan dalam 10 tahun terakhir.

Berdasarkan data WHO tahun 2013, 35% kematian di tingkat global


berhubungan dengan status nutrisi. Satu koma dua puluh empat juta (1,24 juta)
kematian akibat pneumonia, 760 ribu kematian akibat diare. Insiden dan
kematian lebih tinggi di negara berkembang. Sementara intervensi efektif untuk
pencegahan dan dan manajemen sudah tersedia.

DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA 4


Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah di Puskesmas

Di Indonesia, penyebab kematian balita terbanyak adalah masalah neonatal


(asfiksia, BBLR dan Infeksi) (36%), diare (17,2%) dan pneumonia (13,2%)
(Sumber : Riskesdas 2007). Begitu juga dengan Laporan Studi Badan
Litbangkes tahun 2013 menyebutkan bahwa penyebab kematian terbanyak bayi
dan anak balita masih disebabkan oleh pneumonia.

Status Gizi dan Imunisasi juga masih menjadi permasalah kesehatan balita di
Indonesia. Berdasarkan data Kemenkes tahun 2013, kekurangan gizi pada
balita sebesar 19,6%, gizi lebih sebesar 11,9% dan stunting 37,2%. Begitu juga
dengan imunisasi yang merupakan upaya dalam rangka pencegahan penyakit.
Kecenderungan imunisasi dasar lengkap pada anak umur 12-23 bulan tahun
2013 sebesar 59,2% dan tidak diimunisasi sebesar 8,7%.

Selain dihadapkan pada masalah kelangsungan, masalah kualitas juga perlu


mendapat perhatian. Pada tahun 2013 kecenderungan frekuensi pemantauan
pertumbuhan balita dalam 6 bulan yang diperiksa 4 kali adalah sebesar
44,6%, hal ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar
45,4%. Berbanding terbalik dengan balita yang tidak pernah dipantau
pertumbuhannya yaitu sebesar 34,2% pada tahun 2013 dan sebesar 25,5%
pada tahun 2007. Pola keterlambatan dan perkembanagan balita di pedesaan
dan perkotaan juga hampir sama yaitu terbesar adalah bicara/bahasa.

Dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak, pola asuh, asih dan asah
sangatlah penting. Lingkungan yang ramah anak perlu diciptakan. Berdasarkan
data KPAI tahun 2011-2014, pada tahun 2014 terdapat 622 kasus kekerasan
terhadap anak yang terdiri dari 94 kasus kekerasan fisik, 12 kasus kekerasan
seksual, dan 459 kasus kekerasan seksual. Berdsarkan data, juga dapat dilihat
bahwa kasus kekerasan terhadap anak semakin meningkat dari tahun ke tahun
(2011-2014).

Dari segi kesiapan puskesmas, puskemas yang melaksanakan SDIDTK pada


tahun 2015 masih sebesar 13,2% (Data Rutin Direktorat Bina Kesehatan Anak).

3. Dasar Hukum
Pelaksanaan uapaya kesehatan di Indonesia berdasarkan beberapa
landasan hukum :
a. UUD 1945 mengamanatkan dalam pasal 28B ayat 2 & pasal 28H ayat 1
b. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dalam pasal 131 ayat 1 dan 3,
pasal 133 ayat 1, pasal 139 ayat 1
c. UU No.35 tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak

DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA 5


Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah di Puskesmas

d. Permenkes No 25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak


e. Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 tahun 2012 ttg Pemberian ASI Eksklusif
f. Permenkes Nomor 15 tahun 2013 ttg Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus
Menyusui dan/atau Memerah ASI

Tenaga pelaksana diatur dalam :


a. UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 27 Tenaga Kesehatan
berhak mendapatkan imbalan dan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
b. Hak Perlindungan Hukum diatur dalam :
- KUHP pasal 50 karena tenaga kesehatan menjalankan UU
- KUHP pasal 51 karena tenaga kesehatan melaksanakan tindakan atas
perintah atasan (NSPK, pelatihan, SOP)

Pokok Bahasan 2 :
Kebijakan dan Strategi Upaya Percepatan Peningkatan Kelangsungan dan
Kualitas Balita & Anak Prasekolah
1. Kebijakan dan Strategi
Untuk mencapai target SDGs, diperlukan strategi yang perlu dilakukan serta
indicator pencapaian yang dapat digunakan.
Berikut adalah beberapa indikator yang digunakan untuk menilai pencapaian
target antara lain :
a. Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup dari 346 (2010)
menjadi 306 (Target 2019)
b. Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup dari 32 (2012/2013)
menjadi 24 (Traget 2019)
c. Prevalensi kekurangan gizi pada anak balita (persen) dari 19,6 (2013)
menjadi 17 (Target 2019)
d. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta
(bawah dua tahun) (persen) dari 32,9 (2013) menjadi 28,0 (Target 2019)
e. Presentase kabupaten/kota yang mencapai 80 persen imunisasi dasar
lengkap pada bayi dari 71,2 (2013) menjadi 95 (Target 2015)

DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA 6


Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah di Puskesmas

Dalam mencapai target tersebut, dituangkan perencanan yang bersifat indikatif


yang memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan dilakukan
oleh Kementerian Kesehatan dan menjadi acuan dalam penyusunan
perencanaan tahunan dalam Renstra 2015-2019.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma


sehat, penguatan pelayanan kesehatan, dan jaminan kesehatan nasional.
Pilar paradigma sehat dialkukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan
dalam pembangunan, penguatan promotif dan preventif dan pemberdayaan
masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, otimalisasi sistem rujukan dan
pendekatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum
of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Sementara itu jaminan
kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit
serta kendali mutu dan kendali biaya. Diharapkan dengan 3 pilar tersebut dan
juga pengiriman tim Nusantara Sehat ke daerah DTPK dapat terwujud
keluarga sehat.

Upaya penurunan angka kematian bayi baru lahir tidak cukup dilakukan dengan
mengintervensi langsung pada sasaran bayi baru lahir saja tapi perlu dilakukan
secara continuum of care termasuk pada ibu sampai anak usia sekolah dan
remaja.

DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA 7


Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah di Puskesmas

Intrervensi untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas balita


dilaksanakan secara berkesinambungan mulai dari tingkat keluarga masyarakat
sampai dengan tingkat rujukan, Strategi yang dilakukan antara lain :
a. Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan
b. Meningkatkan kerjasama LP/LS
c. Pembiayaan (JKN, BOK, Jampersal, DAK non fisik dll)
d. Pemberdayaan masyarakat dan keluarga
e. Meningkatkan manajemen program
f. Meningkatkan sistim informasi, pencatatan dan pelaporan

2. Upaya Percepatan Peningkatan Kualitas dan Kelangsungan Balita dan Apras


Berdasarkan latar belakang dan analisis situasi yang sudah diapaparkan
diatas maka dilakukan upaya-upaya baik dari segi kelangsungan hidup,
kualitas hidup maupun perlindungan anak.
a. Upaya Peningkatan Kelangsungan Hidup Balita dan Apras
Dalam rangka menurunkan angka kematian balita maka dilakukan upaya
antara lain :
1) Di tingkat masyarakat dikembangkan juga MTBS-M (Manajemen
Terpadu Balita Sakit berbasis Masyarakat) yang mempunyai fokus
kegiatan mempromosikan perilaku pencarian pertolongan kesehatan,
perawatan balita di rumah dan pelatihan kepada anggota masyarakat
yaitu kader untuk melakukan pengobatan sederhana kasus bayi muda
dan balita sakit (diare, penemonia, demam untuk malaria, dan masalah
bayi baru lahir) (Pedoman Penyelenggaraan MTBS-M, 2014). Selain

DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA 8


Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah di Puskesmas

MTBS-M, kelas ibu dan pemanfaatan buku KIA menjadi upaya untuk
memberdayakan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan balita.
2) Di tingkat Puskesmas terdapat Manajemen Terpadu Balita Sakit yang
merupakan keterpaduan tatalaksana tatalaksana balita sakit yang
meliputi upaya pengobatan, pelayanan preventif serta pelayanan
promotif (Pedoman Peningkatan Penerapan MTBS, 2015). Sebagai
pemantauan agar perencanaan dan pelaksanaan intervensi dalam
peningkatan kelangsungan hidup dapat berjalan baik maka dialkukan
surveilans kesehatan anak.
3) Di tingkat rujukan terdapat pelayanan kesehatana anak di RS
Kab/Kota serta regionalisasi RS Rujukan.
b. Upaya Peningkatan Kualitas Hidup Balita dan Apras
1) Di tingkat masyarakat terdapat pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan menggunakan buku KIA. Diharapkan
orang tua dan keluarga dapat berperan aktif dalam memantau dan
menstimulasi pertumbuhan perkembangan anaknya sesuai tahapan
umur. Dikembangkan juga penanganan Anak Dengan Disabilitas
(ADD) di tingkat keluarga. Upaya pemberdayaan keluarga bertujuan
untuk meningkatkan kemandirian keluarga/orang tua dari anak dengan
disabilitas dalam memberikan perawatan kesehatan, pola asuh anak
dan upaya perlindungan terhadap penyakit serta rehabilitasi disabilitas
di tingkat keluarga (Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak dengan
Disabilitas bagi Keluarga, 2015). Selain hal tersebut diatas, terdapat
juga pemantauan pertumbuha balita di posyandu dan
edukasi/konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
2) Di tingkat puskesmas tenaga kesehatan juga ditingkatkan
pengetahuan dan keterampilannya agar bisa membina orang
tua/keluarga yang mempunyai anak dengan disabilitas dalam
membimbing dan melatih anak dengan disabilitas. Di tingkat
puskesmas terdapat pelayanan SDIDTK. Diharapkan puskesmas
mampu melakukan deteksi dini, stimulasi dan intervensi dini tumbuh
kembang anak. Keberhasilan penerapan SDIDTK adalah bilamana di
wilayah tersebut semua balita dan pra sekolah mendapatkan
pelayanan SDIDTK dan ditindaklanjuti keluarga untuk menstimulasi
anak maupun bilamana memerlukan rujukan. Tenaga kesehatan
diharapkan memfasilitasi keluarga agar mampu melaksanakan
pemantauan dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan dengan
menggunakan buku KIA. Upaya peningaktan gizi juga dilakukan
dengan pemberian PMT balita kurus.
3) Di tingkat rujukan dipersiapkan rumah sakit rujukan kasus tumbuh
kembang anak. Diharapkan anak-anak dengan hambatan tumbuh

DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA 9


Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah di Puskesmas

kembang dapat ditangani secara komprehensif oleh tenaga ahli yang


terintegratif.
c. Upaya Perlindungan Kesehatan Anak
1) Di tingkat masyarakat pencegahan Kekerasan terhadap Anak (KtA)
melalui buku KIA haruslah aktif disosialisasikan. Orang tua dan
keluarga juga bisa membaca informasi yang ada dalam buku KIA
yang memuat hak anak, perlindungan terhadap anak dan apa yang
harus dilakukan dan lapor jika terjadi kasus kekerasan.
2) Di tingkat puskesmas, tenaga kesehatan dan puskesmas
dipersiapkan untuk mampu melakukan tatalaksana jika menemui
anak yang dicurigai atau mendapat kasus kekerasan
3) Di tingkat rujukan dipersiapkan RS yang mampu menangani
rujukan kasus KtA
Dari upaya-upaya yang telah dilakukan diatas masih tedapat beberapa
tantangan yang harus dipecahkan solusinya antara lain :
1. Masih kurangnya kemampuan teknis dan kepatuhan petugas kesehatan
dalam menangani balita dan anak prasekolah, baik di tingkat dasar
maupun rujukan
2. Belum optimalnya kerjasama antara lintas program dan lintas sektor terkait
penanganan balita dan anak prasekolah
3. Belum semua pelayanan kesehatan balita dan anak prasekolah terbiayai
dalam sistem jaminan kesehatan
4. Belum optimalnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam
penanganan balita dan anak prasekolah
5. Belum optimalnya sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan
Kesehatan balita dan Anak Prasekolah

Untuk itu, dalam rangak mengatasi salah satu tantangan di atas yaitu masih
kurangnya kemampuan teknis dan kepatuhan petugas kesehatan dalam
menangani balita dan anak prasekolah, baik di tingkat dasar maka perlu
diadakan pelatihan terintegrasi.

Pelatihan terintegrasi bertujuan uintuk :


FOKUS pada SUBSTANSI UNTUK PERCEPATAN PENURUNAN
AKB dan AKABA.
Dapat meningkatkan koordinasi antar program, dan mengurangi
kesenjangan hasil pelayanan kesehatan balita dan prasekolah
Dapat meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan balita
dan anak prasekolah
Dengan pelatihan terintegrasi diharapkan pelayanan kesehatan balita
dan anak prasekolah dapat dilaksanakan secara komprehensif dan
terintegrasi oleh Tim Tenaga Kesehatan lintas profesi di Fasyankes

DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA 10


Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah di Puskesmas

Selain itu, pelatihan terintegrasi juga bertujuan untuk meningkatkan


kemampuan dan keterampilan petugas kesehatan secara komprehensif dalam
melakukan pelayanan kesehatan kepada balita.

VII. REFERENSI
1. Kementerian Keseharan RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar tahun 2007
2. Kementerian Keseharan RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar tahun 2010
3. Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012
4. Kementerian Kesehatan RI. (2014). Kurikulum dan Modul Pendukung Pedoman
Penanganan Kasus Rujukan Kelainan Tumbuh Kembang Balita tahun 2014
5. Kementerian Kesehatan RI. (2014). Surveilans Kesehatan Anak Seri Balita
tahun 2014
6. Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak
dengan Disabilitas bagi Tenaga Kesehatan tahun 2015
7. Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak
dengan Disabilitas bagi Keluarga tahun 2015
8. Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Penyelenggaraan Manajemen
Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-M) tahun 2014
9. Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pedoman Peningkatan Penerapan MTBS
tahun 2015

DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA 11


Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah di Puskesmas

DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA 12

Anda mungkin juga menyukai