PENGENDALIAN KEUANGAN
Dosen: Dr. Anak Agung Gde Putu Widanaputra, S.E., M.Si.
DISUSUN OLEH:
2. FUNGSI KEUANGAN
Pada umumnya perincian antar organisasi bervariasi, fungsi keuangan yang utama
adalah dalam hal keputusan investasi, perhitungan biaya, dan dividen untuk suatu organisasi
yang dilakukan oleh manajer keuangan. Tujuan manajer keuangan adalah membuat rencana
guna memperoleh dan menggunakan dana, serta memaksimalkan nilai organisasi. Dana
dikumpulkan dari sumber-sumber keuangan eksternal dan dialokasikan untuk penggunaan
yang berbeda-beda. Fungsi-fungsi yang sama ini harus dilaksanakan baik di perusahaan
bisnis, badan pemerintah, maupun organisasi-organisasi nirlaba. Berikut beberapa kegiatan
yang terlibat.
1) Dalam perencanaan dan peramalan, manajer keuangan berinteraksi dengan para
eksekutif yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan perencanaan strategis
umum.
2) Manajer keuangan harus memusatkan perhatiannya pada keputusan investasi dan
perhitungan biaya, serta segala hal yang berkaitan dengannya. Perusahaan yang
berhasil biasanya mengalami laju pertumbuhan penjualan yang tinggi sehingga
memerlukan dukungan penambahan investasi. Para manajer keuangan perlu
menentukan laju pertumbuhan penjualan yang sebaiknya dicapai dan membuat
prioritas atas alternatif investasi yang tersedia.
3) Manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lainnya agar perusahaan
dapat beroperasi seefisien mungkin karena semua keputusan bisnis memiliki dampak
keuangan.
4) Manajer keuangan menghubungkan perusahaan dengan pasar uang dan pasar
modal yang merupakan sumber perolehan dana dan tempat surat berharga perusahaan
diperdagangkan.
Kesimpulannya, tugas pokok manajer keuangan berkaitan dengan keputusan investasi dan
perhitungan biaya. Dalam menjalankan fungsinya, manajer keuangan berkaitan langsung
dengan keputusan pokok perusahaan yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan itu
sendiri. Fungsi keuangan dalam organisasi biasanya dipisahkan menjadi dua jabatan, yaitu
bendahara dan administrasi pembukuan atau akuntansi (kontroler).
1) Bendahara
Bendahara bertanggung jawab atas perolehan dan pengamanan dana. Selain itu
tanggung jawab bendahara juga terletak pada pengadaan dan pengelolaan uang tunai.
Bendahara umumnya membuat laporan mengenai posisi arus kas harian dan posisi
modal kerja, membuat anggaran kas, serta melaporkan informasi mengenai arus kas
dan cadangan uang tunai. Sebagai bagian dari tugasnya, bendahara menjaga hubungan
perusahaan dengan bank komersial dan bank investasi. Bendahara biasanya juga
bertangung jawab atas manajemen kredit, asuransi, dan dana pensiun.
2) Administrasi Pembukuan/ Akuntansi (Controling)
Tanggungjawab kontroler meliputi akuntansi, pelaporan dam pengendalian. Fungsi
pokok kontroler adalah mencatat (recording) dan membuat laporan (reporting)
mengenai informasi keuangan perusahaan. Hal ini biasanya mencakup penyusunan
anggaran dana laporan keuangan. Tugas lainnya adalah mengelola penggajian,
menyusun perhitungan dan pelaporan pajak, serta melakukan audit internal.
3. DEFINISI PENGENDALIAN KEUANGAN
Fokus utama dalam subsistem pengendalian keuangan adalah perilaku dari orang-
orang yang ada dalam organisasi dan bukan pada mesin. Pengendalian keuangan dapat
dipahami secara baik melalui penekanan pada pentingnya asumsi-asumsi keperilakuan.
Namun, tidak semua desain pengendalian fokus pada perilaku manusia. Aplikasi mekanikal
dari pengendalian seperti termometer yang mengendalikan temperatur tubuh, lebih
menekankan pada sifat mekanikal dibandingkan dengan sifat perilaku. Peralatan peralatan
dari metode mekanikal serta kelistrikan tentu juga dapat digunakan untuk memengaruhi
perilaku. Misalnya suatu sistem absensi yang berfungsi sebagai pengaman untuk mencegah
keterlambatan atau suatu sistem komputer yang membatasi kebebasan akses dalam
mengoperasikan komputer merupakan contoh-contoh dari pemanfaatan mekanikal yang dapat
memengaruhi perilaku seseorang karena menekankan pada aspek-aspek perilaku manusia.
Subsistem dari pengendalian keuangan juga didasarkan pada asumsi-asumsi keperilakuan
manusia.
Pada umumnya, pengendalian didefinisikan sebagai suatu inisiatif yang dipilih yang akan
mengubah kemungkinan dari pencapaian hasil yang diharapkan. Pada pengendalian
keuangan, hasil yang diinginkan merupakan peristiwa-peristiwa perilaku dan aplikasi dari
masalah-masalah keuangan. Definisi pengendalian telah didasarkan pada konsep
kepercayaan dan kemungkinan. Para manajer membutuhkan suatu keyakinan tentang
cara dunia mereka bekerja dan dampak-dampak yang mereka harapkan dari suatu inisiatif
yang dipilih. Dalam konteks organisasi, pemahaman yang baik tentang hubungan sebab-
akibat adalah penting karena penjabaran secara nyata menjadi sulit sebagai akibat dari
kompleksitas lingkungan. Misalnya, penyusunan standar yang tinggi pada sistem akuntansi
tidak dapat menjamin bahwa para karyawan akan menjadi lebih produktif. Demikian pula,
penerapan atas sistem akuntansi pertanggungjawaban tidak dapat menjamin bahwa para
manajer akan lebih bertanggung jawab dan efektif dalam mengalokasikan sumber daya yang
berada dalam kekuasaan mereka. Dalam memilih pengendalian keuangan, manajer akan
mendasarkan pilihan mereka pada kepercayaan dan pengalaman-pengalaman masa lalu
mereka.
3.2 Perluasan Konsep-konsep Tradisional
Konsep-konsep pengendalian tradisional dalam akuntansi sering kali berarti hasil dari
informasi akuntansi adalah langkah akhir dari peran akuntan. Dalam pendekatan perilaku,
menghasilkan informasi bukanlah akhir dari keterlibatan akuntan sehingga informasi dapat
dipandang sebagai suatu intermediasi dari langkah akhir. Informasi akuntansi adalah bagian
dari proses penandaan yang dirancang untuk meningkatkan manfaat dari organisasi awal
dengan memengaruhi perilaku anggota-anggotanya. Tujuan pengendalian didasari oleh
keinginan untuk memilih suatu inisiatif yang akan mengubah kemungkinan pencapaian hasil
keperilakuan yang diharapkan. Dengan demikian, informasi akuntansi dapat dipandang
sebagai suatu pertanda dan bukan suatu akhir. Ketika sistem pengendalian dirancang secara
tepat untuk menghasilkan informasi akuntansi yang akurat dan handal, fokus sistem
pengendalian secara tradisional terletak pada tujuh faktor berikut.
1) Mempekerjakan karyawan yang akan melaksanakan tanggung jawabnya dengan
kompeten dan penuh integritas.
2) Menghindari fungsi-fungsi yang tidak harmonis dengan memisahkan tugas
dan tanggung jawab.
3) Mendefinisikan wewenang yang terkait dengan suatu posisi sehingga kesesuaian dan
suatu transaksi dilaksanakan dan dapat dievaluasi.
4) Menetapkan metode yang sistematis guna memastikan bahwa transaksi telah dicatat
dengan akurat.
5) Memastikan bahwa dokumentasi memadai.
6) Menjaga aset dengan mendesain prosedur yang membatasi akses terhadap aset
tersebut.
7) Mendesain pengecekan independen untuk meningkatkan akurasi.
Perluasan lingkup atas keterlibatan akuntan terhadap proses administratif tidak dapat
disangkal lagi adalah sesuatu yang penting dalam pengendalian akuntansi. Pengetahuan
mengenai pengendalian akuntansi tradisional dan pengalaman dengan sistem akuntansi
merupakan suatu kekuatan yang bisa diperluas ke aplikasi-aplikasi pengendalian lainnya.
Untuk membuat perluasan secara sukses, pengetahuan terhadap pengendalian akuntansi
seharusnya digabungkan dengan sumber-sumber pengetahuan keperilakuan dengan
memengaruhi perilaku dari seluruh anggota organisasi.
Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
http://aling-education.blogspot.co.id/2015/11/akuntansi-keperilakuan.html